Implementasi Kebijakan Pelayanan Transportasi ( Studi Kasus Pengelolaan Trayek Angkutan Umum Bus Kota di Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara)

(1)

Implementasi Kebijakan Pelayanan Transportasi

( Studi Kasus Pengelolaan Trayek Angkutan Umum Bus Kota di Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara)

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

DISUSUN OLEH

O L E H

Hanna Marasi Simatupang

NIM : 110921031

FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK

UNVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 1 3


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DA ILMU POITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh : Nama : Hanna Marasi Simatupang

Nim : 110921031

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Implementasi Kebijakan Pelayanan Transportasi ( Studi Kasus pengelolaan Trayek Angkutan Umum Bus Kota Di Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara )

Medan, Juli 2013

Ketua Departemen Ilmu Adminitrasi Negara Dosen Pembimbing

Prof.Dr. Marlon Sihombing, MA

Nip :195906161986111001 Nip :196401081991021001

Drs. M. Husni Thamrin Nasution, Msi

Dekan,

FISIP USU MEDAN

Nip : 196805261992031002 Prof.Dr.Badaruddin, M.S i


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PENGESAAAN

Skripsi ini tela dipertaankan di depan Panitia Penguji Skrisi Departemen Ilmu

Admnistrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik, Universitas Sumatera Utara, ole h Nama : Hanna Marasi Simatupang

Nim : 110921031

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Implementasi Kebijakan Pelayanan Transportasi : Studi Kasus Pengelolaan Trayek Angkutan Umum Bus Kota di

Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara Yang dilaksanakan pada :

Hari : Senin

Tanggal : 22 July 2013

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : Ruang Sidang Ujian Meja Hijau FISIP USU Tim Penguji

Ketua Penguji : Drs.M.Husni Tmarin Nasution,Msi ( ) Nip. 196401081991021001

Penguji I : Prof.Dr.Marlon Sihombing,MA ( ) Nip.195906161986111001

Penguji II : Drs. Robinson Sembiring Msi ( ) Nip .19600420198031002


(4)

ABSTRAKSI

Implementasi Kebijakan Pelayanan Transportasi

( Studi Kasus Pengelolaan Trayek Angkutan Umum Bus Kota di Dinas

Perhubungan Provinsi Sumatera Utara )

Angkutan kota mempunyai peranan penting dalam mendukung aktivitas dan mobiltas penduduk sehari-hari di suatu perkotaan, karena angkutan kota merupakan salah satu kebutuhan manusia. Penelitian ini mengkaji tentang Implementasi Kebijakan Pelayanan Transportasi

( Studi Kasus Pengelolaan Trayek Angkutan Umum Bus Kota di Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara ) yang dikaji melalui pendekatan kepada para penguna jalan dan dilakukan di Kota Medan. Serta membahas tentang situasi kemajemukan hukum yang ada pada pengoperasian angkutan kota, perilaku pihak-pihak terkait terhadap aturan-aturan tersebut dan bagaimana, respon masyarakat ( Pengguna sarana dan prasarana transportasi ) terkait dengan pengoperasian angkot serta keberadaan angkutan kota di Kota Medan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan tentang situasi yang ada di dalam pengoperasian angkot, perilaku aktor yang terkait, bentuk kasus dan pelanggaran yang terjadi serta penyelesaiannya, dan respon masyarakat terkait dengan pengoperasian angkot dan sarana prasarana jalan. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan wawasan serta menambah

pengetahuan (khususnyatentang sarana dan prasaran jalan ) bagi yang membacanya. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif dengan teknik pengumpulan data yakni data primer ( observasi )

Kesimpulan penelitian menjelaskan bahwa kemajemukan dalam pengoperasian angkutan kota Medan terkait dengan adanya interaksi antara aturan organisasi dan hukum negara dalam pengoperasian angkot dan para pengguna jalan. Pada akhirnya menimbulkan aturan baru dalam hubungan sosial yang semi otonom antara aktor-aktor tertentu.


(5)

KATA PENGANTAR

Terlebih dahulu penulis mengucapkan segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya yang telah memberikan kesempatan, kekuatan dan pengetahuan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Strata-1 (S1), Fakultas Ilmu Sosial Poltik Universitas Sumatera Utra Jurusan Admnistrasi Negara

Penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung ketika menyelesaikan skripsi ini, khususnya orang tua penulis yaitu Ayah saya Robert Vier Simatupang dan Ibu Ernawati Sirait yang telah membesarkan, mendidik, dan memberikan dorongan baik berupa doa, cinta kasih maupun materi yang tidak ternilai harganya Doa Yang Tulus Selalu mengalir buat kalian, dan semua keluarga yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa menyampaikan rasa hormat dan mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA Selaku Dosen Pembimbing yang sudah memberikan banyak masukan selama penyelesain skripsi ini

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin, Msi Selaku Ketua Departemen Admnistrasi Negara yang banyak memberikan waktu dalam penyelesaian skripsi ini

3. Bapak Prof. Badaruddin, Msi Selaku Dekan FISIP USU

4. Bapak Drs. Robinson Sembiring Selaku Dosen Pembimbing Penulis 5. Ibu Elita Selaku Sekretaris Jurusan Administrasi Negara


(6)

7. Kepada Kak Dian dan Kak Mega yang telah banyak membantu Masalah Admnistrasi, Sukses Buat Kakak.

8. Kepada Mbak Ribka, Mas Riza, Pak Jauman Yang sangat berbaik hati mengatur jadwal saya dalam bekerja sehingga dapat menyelsaikan skripsi ini tepat waktu, Biarlah berkat yang terus mengalir buat kalian

9. Kepada Teman – temanku Evi Kriting dan Kak Nany Jerango dan genk @Kr ( Marlon, Johan, Alim, Fandy, Kak Febri, Romy,Kak Bona,) yang membuktikan kalau persahabat itu tidak hanya ada ketika senang aja, Yang Pastinya Bersamamu Teman Ku sambut Hari Esok

10. Semua pihak yang turut membantu dalam penulisan Skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan Skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan dari Skripsi ini.

Demikianlah penulis menyusun laporan ini dengan harapan laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan untuk laporan yang sejenis, juga secara khusus bagi penulis sendiri.

Medan, Juli 2012

Penulis,

110921031


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR……….. …i

DAFTAR ISI ...ii

DAFTAR LAMPIRAN………v

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1Latar Belakang Masalah …... 1

1.2Perumusan Masalah……… 1

1.3Tujuan Penelitian……… 4

1.4Manfaat Penelitian………. 4

1.5Kerangka Teori………... 5

1.5.1 Kebijakan Publik………... 6

1.5.2 Implementasi Kebijakan………,……...…….. 9

1.5.2.1 Pengertian Implementasi kebijakan………9

1.5.2.1Model– Model Implementasi Kebijakan………11

1.5.2.2Bentuk dan Tahapan Kebijakan Publik………..20

1.5.3 Sistem Implementasi Pelayanan Transportasi………22

1.5.3.1 Pengertian Transportasi umum………22


(8)

1.5.3.3 Peranan Dinas Lalu LintasAngkutan Jalan Raya dalam

kehidupan bermasyarakat...32

1.5.3.4 Manfaat Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya dalam kehidupan masyarakat...32

1.6 Definisi Konsep………..33

BAB II METODE PENELITIAN………35

2.1Bentuk Penelitian………35

2.2 Lokasi Penelitan………...35

2.5 Informan Penelitian……….35

2.4 Teknik Pengumpulan Data………..36

2.5 Teknik Analisis Data...37

BAB III DESKRIPSI LOKASIPENELITIAN...38

3.2 Visi dan Misi……...41

1.Visi dan Misi………..41

2.Misi Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara………...41

3.3 Struktur dan Susunan Organisasi Dinas Kependudukan Kota Medan………....34

3.4 Tugas dan Fungsi……….43

3.5 Bagan Organisasi……….49

BAB IV PENYAJIAN DATA………...51

4.1 Gambaran Kondisi Transportasi Provinsi Sumatera Utara……….51


(9)

BAB V ANALISIS DATA……….89 BAB VI PENUTUP………...103


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Teknis Unit Pelaksanan Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) di

Sumatera Utara... ... 62

Tabel 2 Terminal Transportasi Jalan di Sumatera Utara... 63

Tabel 3 Data Dermaga ASDP Di Sumatera Utara……… 64

Tabel 4 Jumlah Sarana Angkutan Danau Di Kawasan Danau Toba... 69

Tabel 5. Stasiun Kereta Api Menurut Fungsinya Di Wilayah Sumatera Utara...………...71

Tabel 6. Sarana Dan Kondisi Kereta Api di Sumatera Utara... ...74

Tabel 7. Jaringan Pelayanan Kereta Api Lintas Utama dan Cabang Di Sumatera Utara………...76

Tabel 8. Km. Penumpang dan Ton Km Barang Angkutan Kereta Api 2002 – 2007………77


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Bagan Organisasi Dinas Perhubungan Sumatera Utara sesuai


(12)

ABSTRAKSI

Implementasi Kebijakan Pelayanan Transportasi

( Studi Kasus Pengelolaan Trayek Angkutan Umum Bus Kota di Dinas

Perhubungan Provinsi Sumatera Utara )

Angkutan kota mempunyai peranan penting dalam mendukung aktivitas dan mobiltas penduduk sehari-hari di suatu perkotaan, karena angkutan kota merupakan salah satu kebutuhan manusia. Penelitian ini mengkaji tentang Implementasi Kebijakan Pelayanan Transportasi

( Studi Kasus Pengelolaan Trayek Angkutan Umum Bus Kota di Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara ) yang dikaji melalui pendekatan kepada para penguna jalan dan dilakukan di Kota Medan. Serta membahas tentang situasi kemajemukan hukum yang ada pada pengoperasian angkutan kota, perilaku pihak-pihak terkait terhadap aturan-aturan tersebut dan bagaimana, respon masyarakat ( Pengguna sarana dan prasarana transportasi ) terkait dengan pengoperasian angkot serta keberadaan angkutan kota di Kota Medan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan tentang situasi yang ada di dalam pengoperasian angkot, perilaku aktor yang terkait, bentuk kasus dan pelanggaran yang terjadi serta penyelesaiannya, dan respon masyarakat terkait dengan pengoperasian angkot dan sarana prasarana jalan. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan wawasan serta menambah

pengetahuan (khususnyatentang sarana dan prasaran jalan ) bagi yang membacanya. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif dengan teknik pengumpulan data yakni data primer ( observasi )

Kesimpulan penelitian menjelaskan bahwa kemajemukan dalam pengoperasian angkutan kota Medan terkait dengan adanya interaksi antara aturan organisasi dan hukum negara dalam pengoperasian angkot dan para pengguna jalan. Pada akhirnya menimbulkan aturan baru dalam hubungan sosial yang semi otonom antara aktor-aktor tertentu.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pembangunan Infrastruktur di Kota Medan Sumatera Utara memiliki sasaran dan infraktuktur dimana salah satunya dalam bidang Transportasi. Sasaran tersebut

disu-sun berdasarkan kebijakan yang telah disudisu-sun oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Salah satu sasaran tersebut adalah memperbaiki semua infrastruktur yang di tujukandengan meningkatnya kualitas

dan mutu pelayanan pembangunan.Tujuan dilakukan nya adalah untuk kenyamanan dalam pema kaian sarana dan prasarana transportasi. Dalam memajukan pembangunan di bidang transportasi dilakukan dengan berbagai cara misalnya memperbaiki kondisi kualitas sarana dan prasarana, terutama pemeliharaan dan rehabilitas seperti sarana pengangkutan jalan, sarana dan prasarana kereta api, angkutan jalan ,angkutan laut dan udara, Semuanya dilakukan untuk mendukung keamanan dan kenyamanan dalam bertransportasi serta Terwujudnya pemulihan fungsi sarana dan prasarana transportasi darat agar mampu memberi dukungan maksimal bagi kegiatan pemulihan ekonomi nasional

Kota Medan merupakaan salah satu kota yang sudah selayaknya menjadi sasaran pemerin tah dalam memperbaiki infrakstrukur pembangunan terutama di bidangtransportasi.Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera Utara, Kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pemba ngunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah.


(14)

Secara administratif, wilayah kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur.Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat. Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini akan menjadi potensi yang dapat dikembangkan menjadi keunggulan yang kompetitif dalam menghadapi persaingan dalam menarik investor untuk mengembangkan usahanya di daerah ini dan sasaran lainnya dalam memasarkan produk/jasa yang dihasilkan.

Pembangunan di berbagai daerah khususnya di Kota Medan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan pelayanan tersebut sebagai peningkatan pelayanan publik dalam kerangka otonomi daerah sehingga lebih efisen dan efektif dalam merespon tuntunan masyarakat yang sangat tinggi dengan berbagai karateritik masing-masing.

Sebelum dilaksanakannya otonomi daerah, sudah banyak pembangunan yang telah dilaku kan, namun sumber pembiayaan atau penadaan masih didukung oleh anggaran pemerintah pusat, sehingga mereka tidak bias mengebangkan kualitas daerahnya sendiri secara maksimal dan mand iri. Berdasarkan Undang undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, serta Undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, telah memberikan dampak yang yang sangat luas terhadap pelaksanaan pemerintah pusat di daerah otonomi yang diberikan kepada daerah merupakan otonomi yang nyata, luas, dan bertanggungjawab. Pemberian Otonomi sangat memberikan dampak bagi setiap daerah berupa


(15)

kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan berbagai kegiatan pemerintah secara lebih mandiri. Pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku

Sebagai pelayan publik, maka secara hakiki pemerintah bertanggungjawab terhadap pelayan an kepada masyarakat, namun demikian, secara teknis pelaksanaanya dapat melibatkanberbagai pihak, antara lain masyarakat dan dunia usaha. Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip manajemen pemerintah modern, yang selalu menekankan prinsip efektifitas dan efisiensi, dengan peran pemerintah lebih kepada fungsi regulator dan fasilitator, sedangkan fungsi provider dapat diserahkan kepada masyarakat dan dunia usaha dengan ketentuan yang berlaku. Pelayanan bidang Transportasi pada dasarnya tidak dapat dibatasi berdasarkan batas administrasi pemerintahan, oleh karena itu koordinasi antar tingkat pemerintahan menjadi sangat penting, disamping koordinasi lintas sektoral. Disamping itu, kejelasan tanggung

jawab dan kewenangan juga menjadi sangat penting, sehingga akan mempertegas tugas dan fung si masing masing lembaga pemerintahan. Kegiatan pembangunan dan pelayanan bidang Transpo rtasi tidak hanya di lakukan oleh Pemerintah, tetapi juga dilakukan oleh dunia usaha dan masyarakat. Oleh karena itu, kinerja bidang perhubungan dengan postel sangat ditentukan oleh peranserta aktif dari ketiga stake holders tersebut, meskipun secara hakiki pelayanan publik menj adi tanggung jawab pemerintah. Pembangunan sarana tranportasi sebagai jalur distribusi dan pe masaran maupun sebagai pembuka jalur perdagangan sangat diperlukan untuk dikembang-kan utamanya ada pada sektor jasa angkutan. Baik melaui darat,udara maupun laut. Pengembangan potensi ekonomi wilayah Kota Medan dengan dilakukan

pengemba-ngan darat, laut dan udara. Dalam hal penataan ruang diamanatkan pengembangunan prasarana d an sarana pendukung, yang mana diharapkan mampu meningkatkan potensi wilayah dan


(16)

sekaligus membuka ketorisoliran wilayah dalam mendorong percepatan pengembangan wilayah yang relatif tertinggal, seperti wilayah Kota Medansarana jal

an merupakan media transportasi utama yang berperan penting dalam mendukung terciptanya pe mbangunan nasional. Dan regional, serta mempunyai kontri-busi terbesar dalam pangsa angkutan dibandingkan dengan modal lain.

Dalam kesempatan ini , Peneliti tertarik untuk mengangkat judul “ Implementasi kebijakan pelayanan transportasi: Studi kasus pengelolaan trayek angkutan umum bus kota di Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara”

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi perumusan masalah penelitian adalah " Bagaimana Impelmentasi Dinas perhubungan

Menciptakan sistem pelayanan transportasi yang dapat menjangkau masyarakat dan wilayah Kota Medan?”

1.3Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini penulis merumuskan tujuan penelitian adalah Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh Dinas perhubungan Menciptakan sistem pelayanan transportasi yang mampu menjangkau masyarakat dan wilayah Kota Medan?


(17)

1.4Manfaat Penelitian.

Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian tersebut sebagai berikut :

1. Secara Praktis, hasil penelitian ini di harapkan menjadi masukan atau sumbangan pemikiran Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Kota Medan demi berkembangnya instansi tersebut.

2. Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan menuangkanya dalam bentuk tulisan ilmiah berdasar-kan kajian- kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administerasi Negara 3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi, baik secara

langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administerasi Negara.

1.5Kerangka Teori

Sebagai titik tolak atau landasan berpikir dalam menyoroti atau memecahkan masalah , perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu. Menurut Hoy dan Miskel ( Sugiyono. 2004 : 5 ) Teori adalah seperangkat konsep, asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi. Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilihnya. Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara sebagai instalasi Pembina perhurhubungan di Sumatra Utara dalam hal pengawasan teknis kelayakan jalan serta hasil uji berkala. Setelah berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemererintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,


(18)

terkendala dalam pelaksanaan tugas tersebut disebabkan tidak adanya hubungan hirarki antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/kota. Pengawasan perizinan dan operasional AKP dan AKDP tidak maksimal dijalankan, salah satunya disebabkan penertiban angkutan orang dengan Pelat hitam. Sulitnya memperoleh data populasi kendaraan, sehingga penetapan kebijakan pengawasan sulit dilakukan, permasalahan pendaftan kendaraan baru / angkutan umum. Ada beberapa pilihan cara yang lazim ditempuh, antara lain dengan memperbesar kapasitas pelayanan dengan menambah armada. Dapat pula dengan menawarkan pilihan moda, yang bisa berarti pilihan lintasan atau mengatur pembagian waktu perjalanan. Hal lain yang dapat dilakukan adalah 'mengurangi' permintaan melalui kebijakan yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.

1.5.1 Kebijakan Publik

Menurut Chandler dan Plana ( Tangkilisan, 20003 : 1 ) Berpendapat bahwa kebijakan Publik adalah pemanfaatan yang srategis terhadap sumber daya – Sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah – masalah publik atau pemerintahan. Kebijakan tersebut telah banyak membantu para pelaksana pada tingkat birokrasi pemerintah maupun para politisi untuk memcahkan masalah – masalah publik. Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan publik

merupakan suatu intervensi yang

dilakukan terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang

beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup dan ikut ber-partisispasi dalam pembangunanecara luas. untuk Studi Implementasi secara sungguh-sungguh dianggap muncul

pertamakali pada tahun 1970-an saat Jeffrey Pressman & Aaron Wildavsky (1973) menerbitkan bukunya yang sangat berpengaruh : Implementation, dan Erwin Hargrove (1975) dengan bukunya The Misssing link : The Study of Implementation of Social Policy yang


(19)

mempertanyakan “missing link” antara formulasi kebijakan dan evaluasi dampak kebijakan dalam studi Kebijakan publik. Sejak saat itu studi tentang Implementasi mulai marak, terutama karena fakta menunjukkan berbagai intervensi pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah sosial terbukti tidak efektif. Hargrove menyatakan menyatakan selama ini studi tentang Pelayanan Publik hanya menitik beratkan pada studi tentang proses

pembua-tan kebijakan dan studi tenpembua-tang evaluasi, tapi mengabaikan permasalahan permasalahan

pengimplementasian. Proses administrasi antara formulasi kebijakan dan hasil kebijakan dianggap sebagai kotak hitam (black box) yang tidak berhubungan dengan kebijakan (terutama karena budaya administrasi di negara Inggris yang bersifat relatif tertutup) Sampai akhir tahun 1960-an anggapan umum adalah bahwa mandat politik dalam policy sudah sangat jelas dan orang-orang administrasi akan melaksanakannya sesuai dengan yang diinginkan oleh “bos” mereka.

Dua perspektif awal dalam studi implementasi didasarkan pada pertanyaan sejauhmana implementasi terpisah dari formulasi kebijakan, Yakni apakah suatu kebijakan dibuat oleh Pusat dan diimplementasikan oleh Daerah (bersifat Top-Down) atau kebijakan tersebut dibuat dengan melibatkan aspirasi dari bawah termasuk yang akan menjadi para pelaksananya (Bottom-Up). Padahal persoalan ini hanya merupakan bagian dari permasalahan yang lebih luas, yakni bagaimana mengidentifikasikan gambaran-gambaran dari suatu proses yang sangat kompleks, dari berbagai ruang dan waktu, serta beragam aktor yang terlibat di dalamnya.

Para penulis studi implementasipun memiliki keragaman tanggapan atas kekompleksan variabel yang terlibat di dalamnya. Ada penulis yang cukup berani menyederhanakannya dengan mengurangi variabel variabel tersebut, namun ada pula yang mencoba mengembangkan model studi implementasi dengan memperhitungkan seluruh variabel yang teridentifikasi dalam studi


(20)

mereka. Oleh karenanya dalam Studi Implementasi pretensi untuk mengembangkan suatu teori implementasi yang bersifat umum (Grand Theory) yang dapat berlaku untuk semua kasus, di semua tempat dan waktu, hampir mustahil dicapai, karena yang dikembangkan tak lebih hanya akan menjadi teori “tindakan” atau teori “melaksanakan” bukan teori Implementasi Kebijakan.

Secara umum yang membuat perbedaan pendekatan dalam teori Implementasi ini berkaitan dengan :

1. Keragaman issu-issu kebijakan, atau jenis kebijakan. Isu atau jenis kebijakan yang berbeda menghendaki perbedaan pendekatan pula, karena ada jenis kebijakan yang sejak awal diformulasikan sudah rumit karena melibatkan banyak faktor dan banyak aktor, dan ada pula yang relatif mudah. Kebijakan yang cakupannya luas dan menghendaki perubahan yang relatif besar tentu cara implementasi dan tingkat kesulitannya akan berbeda dengan kebijakan yang lebih sederhana.

2. Keragaman konteks kelembagaan, yang bisa meluas menyangkut pertanyaan sejauhmana generalisasi dapat diterapkan pada sistem politik dan konteks negara yang berbeda. Kebijakan yang sama dapat diimplementasikan dengan cara yang berbeda bergantung pada sistem politik serta kemampuan sistem administrasi negara yang bersangkutan.


(21)

1.5.2 Implementasi Kebijakan

1.5.2.1 Pengertian Implementasi kebijakan

Implementasi kebijakan adalah bagian dari rangkaian proses kebujakan publik. Prose Kebijakan adalah Suatu rangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu : Peenyususnan agenda,formulsi kebijakan, adopsi , dan penilaian kebujakan ( Winarno, 2002 : 2009 )Implementasi kebijakan juga merupakan rangkaian setelah suatu kebijakan dirumuskan. Tanpa Suatu kebijakan yang telah dirumuskan aka sia- sia belaka. Oleh karena itulah Implementasi kebijakan mempunyai kedudukan yang penting didalam kebiajakn publik. ( Tamgkilisan, 2003;17 ). Meskipun demikian ,harus diakui kurang mendapat perhatian harusdikalangan ilmuwan kebijakan demikian, harus diakui bahwa diakui bahwa studi tentsng implementasi kebijakan mempunyao kedudukan yang penting didalam kebiajakan public kurang mendapatkan perhatian karena rumitnya interelasi yang teradapat didalamnya tentang hal ini tidak berarti bahhwa proses Implementasi diabaikan oleh para pembuat kebijakan dan analis – analisis kebijakanm dan juga tidak berarti bahwa hambatan – hambatan tersebut tidak dapat diatasi. Beberapa Ilmuwan maupun Kebijakan telah mulai menegembangkan studi Implementai kebijakan, Salah satu faktor yang menjandi pendorong adalah akibat dari hasil – hasil yang mengecewakan dari program – program sossial yang bertujuan mengindentifikasikan faktor – faktor yang membantu pemahaman proses Implementasi kebijakan .“( Winarno, 2002: 106 )Menurut Robet Nakamura dan Frank Smallwood ( Tangkilisan, 2003 : 17 ), Hal – hal yang berhubungan dengan Implementasi kebijakan adalah keberhasilan dalam mengevaliaso masalah dan kemudaon menerjemah kedalam keputusan – keputusan yang bersifat khusus.


(22)

Webster ( Solichin, 2001: 64 ) merumuskan Implementasi secara pendek bahwa to implerment (Mengimplementasikan ) berarti to provide the means for craying out ( menyediakan sarana untuk melakasanakan sesuatu ); t give prsticsl effect ( menimbulkan dampak / aakibat terhadap sesuatu). Implikasi dari pandangan ini maka Implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai suatu pross melaksanakan keputusan kebijakan ( biasanya dalam bentuk undang – undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutif, dsn dekrit presiden ).

Jones ( Tangkilisan, 2003 : 17 )menganalisis masalah pelaksanaan kebijakan dengan mendasar pada konsepsi kegiatan – kegiatan fungsional, Jones mengemukakan beberapa dimendi dari implementasi pemerintah mengenai program – program yang sudah disahkan, kemudian menentukan implementasi, juga ,membahas aktor – aktor yang terlibat dengan memfokuskan pada birokrasi yang merupakanlembaga eksekutor. Jadi Implementsi merupakan suatu proses yang dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha untuk mencari apa yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demukian implementasi mengatur kegiatan – kegiatan yang megarah pada penempatan program kedalam suatu kebijakan yang diinginkan

Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implmentsi keputusan adalah :

1. Penafsiran yaitu merupakan kegiatan yang menterjemehakan makna program kedalam pengauturan yang dapat diterima dapat dijalankan

2. Organisasi yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program kedalam tujuan kebijakan

3. Penerapan yang berhubingan dengan perlengkapan ritin bagi pelayan, upah, dam lain – lain


(23)

Setidaknya ada dua hal mengapa impelemntasi kebijakan pemerintah memiliki re;evasni : Pertama, secara praktis akan memberikan masukan bagi pelaksana operasional program sehingga dapat diseleksi apakah program telah bejalan sesuai dengan yang telah dirancang serta mendetekso kemungkinan tujuan kebijakan negative yang ditimbilkan. Kedua, memberikan alternative model pelaksanan program yang efektif.

Berdasarkan pandangan yang diutarakan dapat disimpulkan, bahwa proses Implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan Administratif yang bertanggyng jawab untuk melaksanakan program yang menimbulkan ketaatan pada siri kelompok sasaran,melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan – kekuatan politik, ekonomi dan social yang langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat dan pada akhirnya berpengaruh terhadap tujuan kebijakan, baik yang negative maupun yang positif ( Tangkilisan. 2003:19 )

1.5.2.2 Model – Model Implementasi Kebijakan

Dalam rangka mengimplementasikan kebijakan publik ini dikenal beberapa model antara lain:

a.Model Gogin

Untuk mengimplementasikan kebijakan dengan Model Gogin, peru diidentifikasikan variabel – variabel yang mempengaruhi tujuan – tujuan formal padakeselurihan proses Implementsi, yakni:

1. Bentuk isi kebijakan, termasuk didalamnya kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi.


(24)

2. Kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupadana maupun insentif lainya yang akan mendukung implementasi secara efektif dan 3. Pengaruh lingkungan , kecenderungan dari masyarakat dapat berupa

karateristik, motivasi. Kecenderungan hubungan antara warga masyarakat, termasuk pola komunikasinya

b.Model Grindle

Grindle menciptakan model implementasi sebagai kaitan antara tujuan kebijakan dan hasil – hasilnya, selanjutnya pada model ini hasil kebijakan yang dicapai akan mempengaruhi oleh kebijaksn ysng terdiri dari :

1.Kepentingan – kepentingan yang dipengaruhi.

2.Jenis atau tipe – tipe manfaat yang dihasilan

3.Derajat Perubahan yang diharapkan

4.Letak pengambilan keputusan

5.Pelaksanaan program, dan

6.Sumber daya yang dilakukan

c. Model Meter Horn

Dalam model Meter dan Horn, Impelemenyasi kebijakan yang dipengaruhi oleh enam faktor, yaitu :

1. Standat kebijakan dan sasaran yang akan menjelaskan rician tujuan yang akan menjelaskan rincian tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh


(25)

2. Sumber daya kebijakan berupa pendukung impelmentasi

3. Komunikasi Inter organisasi dan akyivitas pengukuran digunakan oleh pelaksana uyuk memakai tujuan yang hendak dicapai

4. Karateristik pelaksana, artinya karateristik organisasi merupakan faktor krusial yang akan menemhtukan berhsil tidaknya suatu program

5. Kondisi sosdial ekonomi dan poliik yang dapat emmepengaruhi hasil kebjakan 6. Sikap pelaksana dalam memahami kebijakan yang akan ditetapkan

d. Model Deskriptif

William N.Dunn ( dalam Tangkilisan,2003 ) mengemukakan bahwa model kebijakan dapat diperbandingkan dan dipertimbangkan manirut sejumlah banyak asumsi, yang paling penting diantaranya adalah :

1. Perbedaan menurut tujuan 2. Bentuk Penyajian

3. Fungsi metodelogi model.

Dua bentuk pokok dari model kebijakan adalah model deskriptif dan model deskriptif dan model noormatif. Tujuan model deskriptif adalah menjelaskan dan meramalkansebab akibat pilihan – pilihan kebijakan. Model kebijakan ini digunakan untuk memonitor hasil tindakan dalamsuatu kebijakan misalnya penyampaian laporan tahunan tetang keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan dilapangan.

e. Model George Edward III

Dalam bukunya yang berjudul Implementing Public Policy yang diterbitkan tahun 1980, Edwards III menyatakan bahwa proses implementasi sebagai : “…the state of policy making


(26)

between the establishment of a policy (such as the passage of a legislative act, the issuing of an executive order, the handing down of a judicial decision, or the promulgation of a regulatory rule) and the consequences of the policy for the peple whom it effect.” (Edwards, 1980 : Implementasi menurut Edwards, diartikan sebagai tahapan dalam proses kebijaksanaan yang berada diantara tahapan penyusunan kebijaksanaan dan hasil atau konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh kebijaksanaan itu (output, outcome). Yang termasuk aktivitas implementasi menurutnya adalah perencanaan, pendanaan, pengorganisasian, pengangkatan dan pemecatan karyawan, negosiasi dan lain-lain.Dalam model yang dikembangkannya, ia mengemukakan ada 4 (empat) faktor kritis yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi. Pendekatan yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan :”Prakondisi apa yang harus ada agar implementasi berhasil?” dan “ Apa yang menjadi kendala pokok bagi suksesnya suatu implementasi?” dan menemukan 4 (empat) variabel tersebut setelah mengkaji beberapa pendekatan yang dilakukan penulis lain.Ke empat variabel tersebut adalah :

1. Komunikasi

Persyaratan pertama bagi Implementasi kebijakan yang efektif adalah bahwa mereka yang melaksanakan keputusan harus mengetahui apa yang mereka lakukan. Keputusan - keputusan kebijakan dan peritah harus diteruskan kepada personil yang tepat sebelum keputusan – keputusan dan pemerintah itu dapat diikuti. Tentu saja, komunikasi harus akurat dan harus dimengerti dengan cermat. Secara umum Edwards membahas tiga hal penting yaitu :

a. Transmisi, sebelum pejabat dapat mengimplementasikan suatu keputusan, ia harus menydari bahwa suatu keputusan yang telah dibuat dan suatu perintah untuk pelaksanaan


(27)

nya telah dikeluarkan. Hal ini tidak selalu merupakan proses yang langsung sebagaimana tampaknya .Banyak sekali ditemukan keputusan – keputusan tersebut diabaikan atau jika tidak demikian seringkali terjadi kesalahpahaman terhadap keputusan yang dikeluarkan. b. Kejelasan, jika kebijakan – kebijakan di implementasikan sebagaimana di inginkan, maka

pertunjuk – petunjuk pelaksanaan idak hanya harus diterima oleh pelaksana kebijakan, tetapi juga komunikasi kebijakan tersebut harus jelas. Seringkali instruksi – instruksi yang diteruskan kepada pelaksana – pelakana dan kabur dan tidak menetapkan pada dan bagaimana suatu program dilaksanakan. Ketidakjelasan pesan yang disampaikan berkenaan dengan implementsi kebijakan akan mendorong terjadinya interprestasi yang salah bahkan mungkin bertentangan denagn makan pesan awal

c. Konsistensi, jika implementasi kebijakan ingin berlangsung efektif, maka perintah tersebut tidak akan memudahkan para pelaksana kebijakan menjalankan tugasnya dengan baik

2. Sumberdaya

Walapun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara konsisten, tetai apabila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan, Implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud daya manusia, yakni kompetensi implemnetor, dan sumberdaya adalah faktor penting untuk implementasi agar efektif. Tanpa sumber daya, kebijakan hanya tinggal diatas kertas dan menjadi dokumen saja. Sumber – Sumber yang penting meliputi ;

a. Staf

Barangkali sumber yang paling penting dalam melaksanakan kebijakan adaah staf. Salah satu hal penting yang harus di ingat bahwa jumlah tidak selalu mempunyai efek positif bagi


(28)

implementasi kebijakan, Hal ini berarti bahwa jumlah staf yang naya tidak secara otomatis mendorong mplementas yang berhasil.

b. Informasi

Informasi merupakan sumber penting yang kedua dalam bentuk Implementasi kebijakan. Informasi mempunyai dua bentuk ; pertama, informasi mengenai bagimana melaksanakan suatu kebijakan. Pelakasana – pelaksana perlu mengetahui apa yang dilakukan dan bagaimana cara melakukanya. Dengan demikian para pelaksana diberi petunjuk untuk melaksanakan suatu kebijakan. Pelaksana – pelaksana harus mengetahui apakah orang – orang lain yang terlibat dalam pelakanaan kebijakan menaati peraturan undang – undang

c. Wewenang

Wewenang ini akan berbeda – beda dari suatu program ke program lain serta mempunyai banyak bentuk yang berbeda, seperti misalnya : hak untuk mengeluarkan surat panggilan untuk datang ke pengadilan; mengajukan masalah – masalah ke pengadilan; mengeluarkan perintah kepada para pejabat lain;menarik dana dari suatu program; menyediakan dana, staf dan bantuan teknis kepada pemerintah daerah ; membeli barang dan jasa

d. Fasilitas – fasilitas

Fasilitas fisik mungkn pula merupakan sumber – sumber penting dalam Implementasi. Seorang pelaksana mungkin mempunyai staff yang memadai, mungkin apa yang harus dilakukan,dan mempunyai wewenag untuk melakukan tugasnya

e. Disposisi

Disposisi adalah watak dan karateristik yang dimiliki implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik,maka dia dapat menjalankan


(29)

kebijakan dengan baik,maka dia dapat menjalankan kebijakn dengan baik seperti apa yang di dinginkan oleh pembuat kebijakn. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif ( Subarsono,2005:90)

4. Struktur Birokrasi

Birokrasi merupakan salah satu badan yang paling sering sering bahkan secra keseluruhan menjadi pelaksana kebijakan. Birokrasi secara sadar atau tidak sadar memilih bentuk – bentuk organisasi untuk kesepakatan secara kolektif, dalam rangka memecahkan masalah – masalah sosial dalam kehidupan modern keseluruhannya saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan implementasi.Selain itu menurut Edward, ada dua karateristik utama dari birokrasi yaitu yakni sebgai berikut :

A. Standards Operating Procedurs ( SOP )

Struktur organisasi – organisasi yang melaksanakan kebijakan mempunyai pengaruh penting pada Implementasi. Salah satu dari aspek – aspek Struktural paling dasar dari suatu organisasi adalah prosedur – prodsedur kerja ukuran dasrnya, dengan menggunakan SOP, Para pelaksana dapat memanfaatkan waktu yang tersedia. Para pelaksana dapat memanfaatkan waktu yang tersedia. Para pelaksana jarang mempunyai kemampuan untuk menyelidiki dengna seksama dan secara individual setiap keadaan yang mereka hadapi. Namun demikian, prosedur – prosedur biasa itu tidak sesuai dengan keadaan – keadaan baru atau program baru. SOP Sangat mungkin


(30)

menghalangi implementasi kebijakan baru yang membutuhkan cara – cara kerja baru atau tipe – tipe personil baru untuk melaksanakan kebijakan.

a. Fragmentasi

Sifat kedua dari struktur birokrasi yang berpengaruh dalam pelaksanaan kebijakan adalah fragmentasi organisai, Tanggung jawab bagi suatu bidang kebijakan adalah fragmentasi organisasi sering tersebar diantara beberapa organisasi, seringkali pula terjadi disentralisasi kekuasaan tersebut dilakukan secara radikal guna mencapai tujuan – tujuan kebijakan. Kongres dan lembaga – lembaga legislatif lain mencantumkan banyak badan secara terpisah dalam undang – undang agar dapat mengamatinya lebih teliti dalam usaha menentukan perilaku

Sementara itu, badan-badan yang bertentangan satu sama lain untuk mempertahankan fungsi – fungsi mereka dan menetang usaha – usaha yang memungkinkan mereka mengkoordinasikan kebijakan – kebijakan dengan badan – badan yang melaksanakan program-program yang berhubungan.Konsekuensi yang paling buruk dari fragmentasi birokrasi adalah usaha untuk menghambat koordinasi. Fragmentasi mengakibatkan pandangan – pandangan yang sempit dari banyak lembaga birokrasi,Hal ini akan menimbulkan dua konsekuensi pokok yang merugikan bagi Implementasi yang berhasil. Pertama, tidak ada orang yang akan mengakhiri implementasi kebijakan dengan melaksanakan fungsi – fungsi tertentu karena tanggung jawab bagi suatu

bidang kebijakan terpecah – pecah. Disamping itu karena

masing masing badan mempunyai yuridikasi terbatas atas suatu bidang, maka tugas

tugas penting mungkin akan terdampar antara rekan rekan struktur organisasi.Kedua pandang – pandangan yang sempit dari badan – badan mungkin juga menghambat perubahan.


(31)

Suatu kebijakan ( publik ) dikatakan berhasil bila dalam implementasi mampu menyentuk kebutuhan kepentngan publik. Peters ( dalam Tangkilisan, 2003 : 22 ) mengatakan bahwa :

“ Implementasi kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor, yaitu informasi, dimasa kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya gambaran – gambaran yang kurang tepat baik kepada objek kebijakan maupun kepada para pelaksana dari sisi kebijakan itu ; isi kebijakan , dimana isi implementasi kebijakan dapat gagal karena masih samarnya isi atau tujuan kebijakan atau tujuan isi kebijakan itu sendiri, dukungan, dimana imeplementasi kebijakan public akan sulit bila pada

pelaksanaanya tidak cukup sukungan untuk kebijakan tersebut;pembagian potensi, dimana hal ini terkait dengan pembagian potensi diantaranya para aktor im-plementasi dan juga menegenai organisasi pelaksanaa dalam kaitanya dengan difrensiasi tugas dan wewenang “

1.5.2.3Bentuk dan Tahapan Kebijakan Publik

Terdapat tiga kelompok kebijakan publik yang di rangkumkan secara sederhana yakni sebagai berikut ( Nugroho.2006:31 )

1. Kebijakan Publik Makro

Kebijakan publik yang bersifat makro atau umum atau dapat juga dikatakan sebagai kebijakan yang mendasar, Contohnya : ( a ) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945; ( b ) Undang –Undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang –undang Dasar; ( c ) Peraturan Pemerintah; ( d ) Peraturan Presiden; ( e ) Peraturaan Daerahh


(32)

2. Kebijakan Publik Meso

Kebijakan publik yang bersifat Meso atau yang bersifat menengah atau yang lebih dikenal dengan penjelasan pelaksanaan.Kebijakan ini sesuai dengan penjelasan. Kebijakan ini berupa Peraturan Mentri, Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati, Peraturan Walikota, Keputusan Bersama atau SKB antar Menteri Gubernur dan Bupati atau Walikota.

Kebijakan Publik Mikro

Kebijakan public bersifat Mikro,mengatur pelaksanaan atau implementasi dari kebijakan publik yang diatasnya. Bentuk kebijkan ini misalnya peraturan yang dikeluarkan oleh aparat- aparat publik tertentu yang berada dibawah Mentri, Gubernur dan Bupati dan Walikota

Bentuk Kebijakan Publik baik Mikro, Meso dan Mikro tersebut dalam proses pembuatanya melibatkan banyak variabel yang harus dikaji secara kompleks dan menyeluruh. Untuk itu terdapat tahapan – tahapan proses penyususnan kebijakan publik yang perlu dikaji. Tahapan – tahapan kebijaka publik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tahapan Penyusunan Agenda, dalam taahap ini para penjabat memilih dan mengangkat masalah yang paling penting dengan alasan tertentu untuk dimasukan kedalam agenda kebijakan

2. Tahap Formulasi Kebijakan masalah yang telah disusun dalam agenda kebijakan didefenisikan untuk kemudian dicari pemecah masalah yang terbaik

3. Tahap adopsi Kebijakan, melakukan adopsi kebijakan salah satu alternatif keijakan dari setiap alternative yang terdapat dalam formulasi kebijakan dengan dukungan dari mayoritas legislatif, consensus antara direktur atau keputusan peradilan


(33)

4. Tahap Implementasi kebijakan keputusan kebikan yang telah diambil dalam adopsi kebijakan yang memang dapat diangap sebagai kebijakan yang tertarik dalam pemecahan masalah yang harus di implementasi kebijakan dilakukan

5. oleh badan badan Administrasi Negara maupun agen agen pemerintah di ting-kat bawah yang memobilisasikan sumber daya financial dan manusia

6. Tahap Evaluasi Kebijakan, Tahap ini dilaukan untuk melihat sejauhmana sebuah kebijakan mampu memecahkan masalah dengan menggunajan kriteria- kriteria sebagai dasar untuk melihat dampak kebijakan yang telah diimplementasikan.

1.5.3 Sistem Implementasi Pelayanan Transportasi Umum 1.5.3.1Pengertian Transportasi umum

Transportasi umum adalah sebuah sarana yang disediakan guna menunjang mobilitas masyarakat. Keberadaan transportasi umum tidak bisa dibantah manfaatnya, terutama oleh para pengguna setia yang lebih melihat dari segi efisiensi biaya, karena tentu transportasi umum identik dengan tarifnya yang terjangkau.

Transportasi umum menjadi pilihan yang berdasar dari asumsi rationing choice. Dan hingga kini, angkutan umum seperti mikrolet, angkutan kota semakin menjadi primadona.

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan angkutan umum merupakan salah satu alternatif d an solusi bersama bagi masyarakat. Baik kalangan menengah bawah yang semakin sulit menjangkau akses kecuali menggunakan transportasi masal, ataupun sebagian yang terlebih dahulu akrab dalam menggunakan moda ini pada keseharian mereka. Angkutan umum masih diminati di tengah maraknya produk kendaraan bermotor yang menawarkan spesifikasi yang lebi h canggih dan modern, serta trend irit bahan bakar yang notabene mempengaruhi pilihan masyar akat.Pada persoalan-bagaimana mengintensifkan penggunaan transportasi umum sebagai solusi


(34)

mengatasi kemacetan, terutama di kota-kota besar, transportasi umum itu sendiri menghadapi permasalahan pada aspek penyelenggaraannya, yaitu berupa kelangkaan.

Paradoksnya adalah kendaraan pribadi semakin bertambah pesat, namun keberadaan angkutan u mum tidak terlalu member signifikasi terhadap pilihan mas-yarakat.

Untuk menunjang mobilitas masyarakat, dapat pula ditawarkan pilihan moda yang harus diperhatikan adalah karakteristik masing-masing moda yang harus 'dipertemukan' dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Setiap transportasi memiliki karakter khusus yang berpengaruh pada sistem pengoperasian dan pelayanan, bahkan memiliki persyaratan teknis yang dalam pengoperasiannya menuntut lintasan khusus. Misalnya, transportasi jalan rel yang mempunyai jalan khusus dan dioperasikan secara terjadwal; transportasi bus yang dioperasikan terjadwal dan trayek serta lintasan yang pasti atau tetap.

Tahun 2013 Kementerian Perhubungan telah melaksanakan secara penuh program reformasi birokrasi, diharapkan dengan diimplementasikan program

perubahan ini dapat mengubah pola piker (mind set) seluruh Pegawai di Lingkungan Kementeria n Perhubungan.

Tujuan pelaksanaan Reformasi birokrasi adalah bagaimana merubah mind set atau pola pikir yang biasanya ada kesan minta dilayani dapat berubah menjadi melayani. Sebagai publik services, maka secara hakiki pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pelayanan kepada masyarakat, namun demikian, secara teknis pelaksanaanya dapat melibatkan berbagai pihak, antara lain masyarak atdan dunia usaha. Hal ini sejalan dengan prinsip prinsip manajemen pemer intah modern yang selalu menekankan prinsip efektifitas dan efisiensi, dengan peran pemerintah lebih kepada fungsi regulator dan fasilitator, sedangkan untuk fungsi provider dapat diserahkan kepada masyarakat dan dunia usaha dengan ketentuan yang dapat belaku.Pelayanan dibidang Tr


(35)

ansportasi pada dasarnya tidak dapat dibatasi berdasarkan batas administrasi pemerintahan, oleh karena itu koordinasi antar tingkat pemerintahan menjadi sangat penting, disamping koordinasi lintas sektoral. Disamping itu, kejelasan tanggungjawab dan kewenangan juga menjadi sangat pe nting, sehingga akan mempertegas tugas dan fungsi masing masing lembaga pemerintahan.

Kegiatan pembangunan dan pelayanan bidang Transportasi tidak hanya dilakukan oleh Pemerintah, tetapi uga dilakukan oleh dunia usaha dan masyarakat. Oleh karena itu, kinerja bida ng per-hubungan dengan postel sangat ditentukan oleh peran serta aktif dari ketiga stake hol-ders tersebut, meskipun secara hakiki pelayanan publik menjadi tanggung jawab

pe-merintah. Kegiatan pembangunan bidang Transportasi dilaksanakan oleh 3 stake holders dengan ke-gunaan masing - masing sebagai berikut :

1.Pemerintah

a. Bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pembangunan dan pelayanan umum (public services) bidang perhubungan dan postel yang berkualitas dalam arti pelayanan umum yang mudah, murah, aman, nyaman dan cepat.

b. Menyusun peraturan perundangan yang engatur mekanisme kegiatan pembangunan dan pelayanan bidang Transportasi yang implementasinya dapat melibatkan dunia usaha dan masyara kat.

c. Menciptakan iklim investasi yang kondusif, dengan melakukan kemudahan perijinan. Mengembangkan system insentif dan disinsentif, sehingga mampu mendorong peran aktif dunia usaha dalam pembangunan dan pelayanan umum.

d. Harus dapat mengintegrasikan pembangunan bidang Transportasi dengan seluruh sektor pembangunan yang lain, sehingga dapat mendukung kegiatan pembangunan


(36)

daerah pada umumnya, dan khususnya pada upaya pemerataan serta laju pembangu-nan pada wilayah potensial.

e. Menekan angka kecelakaan lalu lintas, dengan meningkatkan pengawasan, meningkatkan standar pelayanan, kelengkapan fasilitas dan pendukung aspek kese-lamatan berkendara.

f. Sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka kegiatan pembangu nan dan pelayanan bidang Perhubungan menjadi tanggunga jawab dan kewenangan Pemerintah Pusat, Propinsi, Kabupaten dan Kota sesuai dengan wilayah administrasinya. Oleh karena itu aspek pendanaan pembangunan juga menjadi tanggung jawab masing - masing tingkat pemerinta han (APBN dan APBD), dengan mekanisme disesuaikan peraturan perundangan yang berlaku. Untuk mengoptimalkan hasil-hasil pembangunan ini maka Pemerintah Propinsi harus melakukan upaya koordinasi dan sinkronisasi program pembangunan antar tingkat pemerintahan dan lintas sektoral, yang secara teknis dilakukan oleh Dinas Perhubungan dan LLAJ Kota Medan.

g. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan, maka diperlukan sebsidi bagi pembangunan dan

pelayanan bidang perhubungan, yang disesuaikan dengan kemampuan pemerintah dan program yang tepat sasaran.

Kegiatan pelaksanaan pembangunan bidang perhubungan dan postel di daerah dapat dilakukan oleh berbagai stake holders dan didanai dari berbagai sumber, antara lain sebagai berikut :

a.Pemerintah Pusat (APBN)

Terutama untuk kegiatan pembangunan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, antara lain untuk infrastruktur berskala Nasional dan lintas propinsi. Sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, maka kegiatan pembangunan ini harus berkoordinasi dengan


(37)

Pemerintah Propinsi, sehingga dapat melakukan sikronisasi dan integrasi dengan kebijakan dan p rogram pembangunan yang dilakukan Pemerintahan Kota Medan

b.Pemerintah Daerah (APBD)

Sesuai dengan tugas dan tanggung jawab, maka kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh Kota Medan adalah kegiatan pembangunan berskala regional/, lintas kabupaten kota dan kewenangan yang dilimpahkan oleh Pusat kepada propinsi sesuai peraturan perundangan ber laku.

c. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Kegiatan pelayanan bidang perhubungan dengan postel, selain dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah, juga dilakukan lembaga lain, misalnya BUMN, antara lain PT KAI, PT Angkasa Pura, PT Garuda, PT Pelindo, Perum DAMRI, PT ASDP, PT PELNI, DAMRI dan lain sebagainya. Kegiatan pelayanan dan pembangunan yang dilakukan oleh BUMN ini pada umumnya sudah cukup mandiri, namun demikian tetap diperlukan koordinasi dengan pemerintah daerah.

Kegiatan pembangunan bidang Transportasi dilaksanakan oleh 3 (tiga) stake holders dengan tugas dan fungsi masing-masing sebagai berikut :

1.Pemerintah

a. Bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pembangunan dan pelayanan umum (public services) bidang perhubungan dan postel yang berkualitas dalam arti pelayanan umum yang mudah, murah, aman, nyaman dan cepat.

b.Menyusun peraturan perundangan yang mengatur mekanisme kegiatan pembangunan dan pelayanan bidang Transportasi yang implementasinya dapat


(38)

c. Menciptakan iklim investasi yang kondusif, dengan melakukan kemudahan perijinan. Mengembangkan system insentif dan disinsentif, sehingga mampu mendorong peran aktif dunia usaha dalam pembangunan dan pelayanan umum.

d. Harus dapat mengintegrasikan pembangunan bidang Transportasi dengan seluruh

sektor pembangunan yang lain, sehingga dapat mendukung kegiatan pembangunan daerah pada umumnya, dan khususnya pada upaya pemerataan serta laju

pembangu-nan pada wilayah. Menekan angka kecelakaan lalu lintas, denagn meningkatkan

pengawasan,meningkatkan standar pelayanan, kelengkapan fasilitas dan pendukung aspek kesela matan berkendara.

f. Sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka kegiatan pembangunan dan pelayanan bidang Perhubungan menjadi tanggunga jawab dan kewenangan Pemerintah Pusat, Propinsi, Kabupaten dan Kota sesuai dengan wilayah administrasinya. Oleh karena itu aspek pendanaan pembangunan juga menjadi tanggung jawab masing-masing tingkat pemerintahan (APBN dan APBD), dengan mekanisme disesuaikan peraturan perundangan yang berlaku. Untuk mengoptimalkan hasil-hasil pembangunan ini maka Pemerintah Propinsi harus melakukan upaya koordinasi dan sinkronisasi program pembangunan antar tingkat pemerintahan dan lintas sektoral,

g. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan,maka diperlukan subsidi bagi pem-

bangunan dan pelayanan bidang perhubungan, yang disesuaikan dengan kemampuan pemerintah dan program yang tepat sasaran.


(39)

2.Dunia Usaha

a. Penyediaan armada angkutan umum dan provider postel yang mendukung

pelayanan kepada masyarakat atas dasar pertimbangan ekonomi.

b. Peran serta dalam bidang perhubungan dan postel selalu atas dasar pertimbangan profit oriented, oleh karena itu peraturan perundangan, standar pelayanan dan

per-syaratan. Kelengkapan fasilitas keamanan dan kenyamanan menjadi sangat penting.

c. Sebagai mitra kerja pembangunan dan pelayanan umum, maka peran serta dunia usaha harus terintegrasi dengan kebijakan pembangunan daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah 3.Masyarakat

a. Setiap anggota masyarakat berhak atas pelayanan umum (public services) bidang perhubungan yang layak.

b.Masyarakat tidak hanya sebagai objek pelayanan saja, tetapi perlu berperan aktif dalam proses peningkatan kualitas pelayanan. Secara proaktif dan timbal balik, masyarakat harus menyampaik an aspirasi secara sistematis berkenaan dengan upaya perbaikan pelayanan bidang perhubungan. c.Kualitas pelayanan terhadap masyarakat perlu mendapat perlindungan dari pemerintah, karena pelayanan yang diberikan oleh Dunia Usaha didasarkan atas pertimbangan ekonomi, sedangkan masyarakat tentunya berhak atas pelayanan yang murah, mudah, aman, nyaman dan cepat. Sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004 tantang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang Pertimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka Pemerintahan Pusat masih bertanggung jawab terhadap kegiatan pembangunan dan pelayanan kegiatan pembangunan dan pelayanan bidang perhubungan dan postel daerah. Kegiatan pelaksanaan pembangunan bidang perhubungan dan postel di daerah dapat dilakukan oleh berbagai stake holders dan didanai dari berbagai sumber, antara lain sebagai berikut :


(40)

a.Pemerintah Pusat (APBN)

Terutama untuk kegiatan pembangunan yang menjadikewenangan Pemerintah Pusat, antara lain untuk infrastruktur berskala Nasional dan lintas propinsi. Sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, maka kegiatan pembangunan ini harus berkoordinasi dengan Pemerintah Propinsi, sehingga= dapat melakukan sikronisasi dan integrasi dengan kebijakan dan program pembangun an yang dilakukan Pemerintahan propinsi.

b.Pemerintah Daerah (APBD)

Sesuai dengan tugas dan tanggungjawab Pemerintah Propinsi, maka kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh Kota Medan adalah kegiatan pembangunan berskala regional/propinsi, lintas kabupate kota dan kewenangan yang dilimpahkan oleh Pusat kepada propinsi sesuai peraturan pe rundangan yang berlaku.

c.Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Kegiatan pelayanan bidang perhubungan dengan postel, selain dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah, juga dilakukan lembaga lain, misalnya BUMN, antara lain PT KAI, PT Angkasa Pura, PT Garuda, PT Pelindo, Perum DAMRI, PT ASDP, PT PELNI, DAMRI dan lain sebagainya. Kegiatan pelayanan dan pembangunan yang dilakukan oleh BUMN ini pada

umumnya sudah cukup mandiri, namun demikian tetap diperlukan koordinasi dengan pemerintah daerah.

d. Badan Usaha Milik Daerah (BUMN)

Sampai saat ini di propinsi Jawa Timur masih belum dibentuk BUMD yang bergerak dibidang perhubungan dan postel


(41)

Kegiatan pelayan yang dilakukan oleh dunia usaha antara lain dibidang operasional pelayanan angkutan jalan raya, yaitu bus antar kota, bus kota dan pelayanan angkutan kota.

Sedangkan untuk kegiatan pelayanan bidang moda

angkutan udara yaitu maskapai penerbangan dan pelayanan pendukungan, antara lain biro perjala nan dan lain sebagainya.

f. Masyarakat

Masyarakat mempunyai dua peran, yaitu sebagai user/ konsumen dari kegiatan pelayanan yang diberikan, dan disisi lain sebagai provider, penyedia pelayanan, walaupun pada umumnya dalam skala kecil, tetapi mempunyai peran yang cukup penting mengingat terdistribusi cukup merata. Kegiatan pelayanan yang dimaksud adalah kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh masyarakat tidak dalam wadah badan usaha, misalnya pelayanan wartel, pelayanan angkutan kota yang banyak dilakukan oleh warga masyarakat. Peran masyarakat ini sangat penting, karena tentunya sangat membantu mengurangi beban pemerintah, sehingga pemerintah perlu memberikan berbagai kemudahan untuk mendukung meningkatkan kualitas pelayanan.

1.5.3.2 Pengertian Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya

Sejak zaman Pemerintah Hindia Belanda masalah lalu lintas ditangani oleh Departemen Weg Verker en water Staat. Sebagai aturan hukum dan aturan pelaksanaannya di atur dalam We Verkeer Ordonantie (WVO), Stat Blad Nomor : 86 Tahun 1933. Pada Tahun 1942 sampai dengan Tahun 1945 Departemen yang mengatur lalu lintas, tidak berjalan dengan baik dikarenakan adanya perang kemerdekaan. Kemudian Pada tahun 1950, diaktifkan kembali dibawah kendali


(42)

Undang-Undang Nomor : 1 Tahun 1957 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah. Atas dasar hal tersebut terbentuklah DJAWATAN LALU LINTAS DJALAN (LLD)yang dilaksanakan di 10 Propinsi (Pulau Jawa danSumatera). Pada Tahun 1958 terbit Peraturan Pemerintah Nomor : 16 Tahun 1958 yang mengatur tentang penyerahan sebagian urusan tugas bidang lalu lintas kepada Daerah Tingkat I.Pada Tahun 1965, lahirlah Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1965 yang biasa dikenal dengan Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya (UULLAJR). Sejak lahirnya UULLAJR tanggal 1 April 1965, maka WVO (1933) tidak berlaku lagi. Dengan Perda Tingkat I Nomor : 8 Tahun 1984, lahirlah cabang-cabang Dinas di wilayah Kabupaten dan Kotamadya. Pada Tahun 1990, lahir Peraturan Pemerintah Nomor : 22 Tahun 1990 tentang Penyerahan sebagian Urusan di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan kepada Pemerintah Daerah Tingkat I dan Tingkat II.dilaksanakan di 10 Propinsi (Pulau Jawa dan Sumatera). Pada Tahun 1958, terbit Peraturan Pemerintah Nomor : 16 Tahun 1958 yang mengatur tentang penyerahan sebagian urusan tugas bidang lalu lintas kepada Daerah Tingkat 1 Tahun 2013 Kementerian Perhubungan telah melaksanakan secara penuh program reformasi birokrasi, diharapkan dengan diimplementasikan program perubahan ini dapat mengubah pola pikir (mind set) seluruh Pegawai di Lingkungan Kementerian Perhubungan. Tujuan pelaksanaan Reformasi birokrasi adalah bagaimana merubah mind set atau pola pikir yang biasanya ada kesan minta dilayani dapat berubah menjadi melayani. Semangat melayani harus jadi ikon Kemenhub ujung dari pelaksanaan reformasi birokrasi adalah memberikan pelayanan publik lebih baik lagi. Menurutnya kemampuan kinerja Kemenhub dapat terukur dari sejauh mana seluruh jajaran Kemenhub mampu melayani publik dengan baik.


(43)

Seiring dengan pelaksanaan Reformasi birokrasi, lanjutnya, Kemenhub juga tengah mencanangkan program “Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi” dimana seluruh jajaran Kemenhub berkomitmen untuk melaksanakan pencegahan dan pemberantasan korupsi

1.5.3.3Peranan Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya dalam kehidupan masyarakat

Adapun Peranan Dinas Lalu lintas Agkutan Jalan Raya dalam kehidupan ber-masyrakat : 1. Penyiapan perumusan kebijakan Departemen Perhubungan di bidang transportasi jalan,

transportasi sungai, danau dan penyeberangan, transportasi perkotaan serta keselamatan tran -sportasi darat;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang transportasi jalan, transportasi sungai, danau dan penyeberangan, transportasi perkotaan serta keselamatan transportasi darat;

3. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang transportasi jalan, transportasi sungai, danau dan penyeberangan, transportasi perkotaan serta keselamatan transportasi darat;

4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi;

5. Pelaksanaan administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.

1.5.3.4. Manfaat Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya dalam kehidupan masyarakat

1. Peningkatan keselamatan dan keamanan pelayanan transportasi darat;

2. Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi darat yang menjangkau masyarakat dan wilayah Indonesia;

3. Peningkatan kualitas operator/penyedia jasa di transportasi darat yang memiliki kualitas prima di dalam manajemen produksi;


(44)

4. Peningkatan daya saing pelayanan transportasi darat sehingga mampu berkompetisi dengan moda lainnya;

5. Pertumbuhan pembangunan transportasi darat yang merata dan berkelanjutan; 6. Penciptaan pembangunan transportasi darat yang terintegrasi dengan modal lainnya.

1.6 Defenisi Konsep

Menurut Singarimbun ( 2003:45 ) bahwa konsep adalah generasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan fenomena yang sama.Untuk memberikan bayasan yang jelas tentang penelitian yang akan dilakukan, amka penulis mendefenisikan konsep – konsep yang digunakan sebagai berikut :

1)Implementasi kebijakan adalah proses serta tahapan dari pembuatan kebijakan yang telah dibuat leh pemerintah, yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan kebijakn sebelumnya. Implementasi menurut George C.Edward III dilihat dari beberapa sudut faktor sebagai berikut :

a. Komunikasi

- Transmisi; Pengetahuan implementor tentang program Sistem Implementasi Pelayanan Transportasi dan waktu pelaksananaanya

- Kejelasan; Pengetahuan Impelementor tahap – tahap pelaskanaan Program program Sistem Implementasi Pelayanan Transportasi

- Konsistensi; Pelaksanaan Program Sistem Implementasi Pelayanan Transportasi sesuai dengan perturan yang ada.


(45)

b. Sumber daya

1. Staf; Ketersediaan Sumber Daya Manusia ( SDM ) dalam proses implmentasi program Sistem Implementasi Pelayanan Transportasi

2. Informasi; ketaatan implementor dalam melaksanakam program Sistem Implementasi Pelayanan Transportasi sesuai dengan peraturan yang berlaku, artinya sesuai dengan petunjuk teknis (Juknis ) dan petunjuk pelaksana (juklak )

3. Wewenang; Hak masing masing implementor dalam mengimplementasikan Sistem Implement asi Pelayanan Transportasi

4. Fasilitas; fasilitas yang dimiliki Dinas Perhubungan Sumatera Utara yang mendukung dalam pengimplementasian Program Sistem Implementasi Pelayanan Transportasi

c. Disposisi

1. Komitmen yang dimiliki aparatur Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara dalam pelaksanaan program Sistem Implementasi Pelayanan Transportasi

2. Kejujuran aparatur Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara terkait tugas dan fungsinya sebagai pelaksana Program Sistem Implementasi Pelayanan Transportasi

Struktur Birokrasi

A. Kejelasan Standar Operating Prosedur ( SOP )


(46)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1Bentuk Penelitian

Bentuk Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memusatkan perhatian terhadap masalah – masalah atau fenomena – fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang aktual, kemudian menggambarkan fakta yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan dengan alamat Jln. Imam bonjol no 61 Medan.

2.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisai dari hasil penelitian nya. Oleh karena itu, pada peneltian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel (Suyanto, 2005:171 ), informan penelitian ini meliputi dua macam yaitu ( 1 ) informan kunci (key informan ) yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian, ( 2 ) informan utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam unteraksi sosial yang diteliti.

Informan penelitian dipilih berdasarkan tehnik purposive sampling yaitu informan yang tidak didasarkan atas srata, kedudukan atau wilayah, tetapi berhubungan dengan masalah penelitian


(47)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan informan penelitian sebagai berikut :

1. informan kunci yaitu Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara

2. Informan Utama, kepala sub bagian ( Kasubag ) Penyususnan Program Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara

3. Informan Tambahan, yaitu mereka yang mengerti dan paham menegenai masalah yang diteliti, dalam penelitian ini yang menjadi informan tambahan adalah 1 ( satu ) orang operator Dishub Provsu

2.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dan informasi serta bahan – bahan lainya dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:1

1.Teknik Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data primer rersebut dilakukan dengan instrument atau dengan metode wawancara, yaitu tehnik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan langsung kepada pihak yang berhubungan dengan penelitian

2.Teknik Pengumpulan Data Sekunder

a. Studi kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi melalui literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku – buku , artikel dan makalah yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti serta analisis peranan perundang – undangan yang berlaku


(48)

b. Studi dokumentasi, yaitu dengan cara memperoleh data melalui pengkajian dan penelaahan terhadap catatan penulis maupun dokumen – dokumen dengan masalah yang diteliti.

2.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. yakni analisis terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar peneliti dalam menghubungkan fakta, informasi dan data.

Jadi dalam penelitian ini tehik analisis data dilakukan dengan menyajikan hasil wawancara dan melakukan analisa terhadap masalah yang ditemukan dilapangan. Sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang objek peneliti dan menarik kesimpulan


(49)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1Profil Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara

Secara geografis Provinsi Sumatera Utara terletak di bagian Utara Pulau Sumatera pada 10 - 40 Lintang Utara dan 980 - 1000 Bujur Timur yang merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di kawasan paling Barat Pasifik. Posisinya memanjang dari arah Barat Laut ke arah Tenggara. Luas daratan Sumatera adalah 71.680 km2 sebagian besar daratan ini berada di Pulau Sumatera, sebagian kecil berada di sekitar Pulau Nias. Sebagian lagi terdapat di beberapa pulau kecil, yaitu ada di sebelah barat Pulau Sumatera dan ada juga yang terletak disebelah timur Pulau Sumatera.Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi tiga kelompok wilayah yaitu pantai barat, dataran tinggi bukit barisan dan pantai timur. Sedangkan ketinggian daratan Sumatera Utara yaitu antara 0–1.915m dpl. Secara administrasi Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 19 (sembilan belas) Kabupaten dan 7 (tujuh) kota. Berdasarkan Data Sumatera Utara Dalam Angka 2008 penduduk Sumatera Utara tahun 2007 sejumlah 12.834.371 jiwa yang terdiri dari 49,72% pria dan 50,28% wanita (sex ratio = 98,91). Pertumbuhan penduduk tahun 2000 – 2007 adalah 1,56% per tahun dan kepadatan penduduknya saat ini adalah 179 jiwa/km2. Provinsi Sumatera Utara memiliki luas sekitar 71.680,84 km2 atau 3,73% dari luas Indonesia yang meliputi kawasan darat di Pantai Timur, dataran tinggi yang melintang di bagian tengah, dan kawasan Pantai Barat. Disamping kawasan darat, Provinsi Sumatera Utara juga mencakup kawasan perairan laut yang berbatasan sejauh 12 mil laut dari garis pantai. Provinsi Sumatera Utara berbatasan di :


(50)

 Sebelah Utara, berbatasan dengan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam;  Sebelah Timur, berbatasan dengan Selat Malaka;

 Sebelah Selatan, berbatasan dengan Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Barat;  Sebelah Barat, berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Secara administrasi Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 25 (duapuluh lima) Kabupaten

1. Langkat 13. Tapanuli Selatan

2. Deli Serdang 14. Labuhan Batu

3. Serdang Bedagai 15. Dairi

4. Asahan 16. Pak Pak Bharat

5. Karo 17. Nias

6. Simalungun 18. Nias Selatan

7. Toba Samosir 19. Batubara (2007)

8. Samosir 20. Padang Lawas (2008)

9. Tapanuli Utara 21. Padang Lawas Utara (2008)

10. Humbang Hasundutan 22. Labuhan Batu Utara (2008)

11. Mandailing Natal 23. Labuhan Batu Selatan (2008)


(51)

25. Nias Utara (2009)

serta 8 (delapan) Kota, yaitu :

1. Medan 5. Tanjung Balai

2. Binjai 6. Sibolga

3. Tebing Tinggi 7. Padang Sidimpuan

4. Pematang Siantar 8. Gunung Sitoli (2009)

Lokasi Sumatera Utara sangat strategis dengan dukungan sarana transportasi yang relatif lancar. Keberadaan Selat Sunda yang merupakan jalur alternatif pelayaran internasional menambah nilai strategis Sumatera Utara terutama dibidang ekonomi. Sumatera Utara memiliki prasarana pendukung transportasi yang memadai. Untuk transportasi darat, jaringan jalan memungkinkan seluruh kota kecamatan sudah dapat dijangkau melalui jalan darat. Disamping itu terdapat pula jaringan kereta api yang menghubungkan Medan menuju Labuhan Batu, Tanjung Balai Asahan, Pematang Siantar dan Langkat yang berbatasan dengan Provinsi NAD. Prasarana perhubungan laut berupa pelabuhan laut (Belawan) sebagai pelabuhan Internasional melayani Pelayaran domestik maupun internasional dan kapal cepat (Expres) ke Pulau Pinang, Malaysia, disamping sejumlah pelabuhan regional dan lokasl serta pelabuhan khusus yang dikelola swasta sebagai pemiliknya. Untuk pelayanan perhubungan udara, Sumatera Utara memiliki beberapa bandar udara yang salah satunya adalah bandara internasional Polonia Medan, yang dalam waktu dekat direlokasi ke Kuala Namu, Deli Serdang. Dalam menyelenggarakan fungsi pemerintahan disektor perhubungan diperlukan suatu acuan/pedoman dasar sebagai panduan manajerial bagi


(52)

Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara. Untuk itulah dokumen rencana startegis ini disusun dengan berpedoman pada potensi yang dimiliki oleh Provinsi Sumatera Utara.

3.2 Visi dan Misi

1.Visi dan Misi Dinas Perhubungan

Visi adalah cara pandang jauh kedepan, kemana instansi pemerintah harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Secara umum visi adalah pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan dan secara potensial untuk terwujud. Visi ditetapkan sebagai gambaran bersama mengenai masa depan dan menjadi komitmen murni dari seluruh masyarakat dan Dinas Perhubungan Sumatera Utara. Tujuan Penetapan Visi adalah untuk mencerminkan apa yang ingin dicapai, memberikan arah dan fokus startegis yang menjadi perekat dan mampu menumbuhkan komitmen seluruh jajaran dalam lingkungan organisasi dan mampu menjamin keseimbangan. Dinas Perhubungan memandang perlu untuk menyempurnakan Visi dan Misinya agar sesuai, selaras dan sejalan dengan Visi Provinsi Sumatera Utara 2009-2013 yaitu: “SUMATERA UTARA MAJU DAN SEJAHTERA DALAM HARMONI DAN KEBERAGAMAN

Dengan mengacu pada Visi dan Misi Provinsi Sumatera Utara, Dinas Perhubungan mempunyai Visi sebagai berikut :

“Sistim Transportasi yang terintegrasi, berkualitas, ramah lingkungan dan berkelanjutan serta mampu melayani kebutuhan masyarakat”


(53)

Misi adalah suatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi pemerintah sesuai visi yang ditetapkan agar terlaksana dan berhasil dengan baik.Sejalan dengan visi, maka misi Dinas Perhubungan Provinsi Sunatera Utara adalah :

1. Mewujudkan sistem transportasi yang handal guna mendukung pembangunan dan pengembangan wilayah dengan berwawasan nusantara.

2. Mengembangkan sistem jaringan transportasi yang representatif. 3. Meningkatkan pelayanan jasa perhubungan.

4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana perhubungan. 5. Meningkatkan kualitas SDM Insan Perhubungan

6. Mengintergrasikan dan memadukan sistem teknologi, manajemen dan operasi untuk menghasilkan efisiensi dan efektifitas transportasi.

7. Meningkatkan manajemen transportasi guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

3.3 Struktur dan Susunan Organisasi Dinas Kependudukan Kota Medan

Setiap Organisasi, baik organisasi publik maupun Swasta ,mempunyai Struktur Organisasi, dengan adanya Struktur Organisasi,maka organisasi akan mempunyai kesatuan tindakan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi tersebut. Tugas dan wewenang dari setiap karyawan akan jelas dan dapat mengerjakan langsung tanggung jawab masing – masing semi mencapai tujuan perusahaan. Sebagaiman diatur dalam peraturan Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor : 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah merupakan Unsur pelaksana otonomi daerah Pemerintah Provinsi, yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas, berkedudukan dibawah dan bertanggung


(54)

jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Dinas Perhubungan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah/kewenangan Provinsi dibidang perhubungan darat, laut, udara dan sarana prasarana perhubungan serta tuagas pembantuan.

3.4 Tugas dan Fungsi

Dinas Perhubungan Sumatera Utara mempunyai tugas dan fungsi untuk melaksanakan urusan pemerintah daerah dibidang transportasi berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Adapun fungsi Dinas Perhubungan Provinsi Sumtera Utara sebagai berikut :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang perhubungan darat, laut, udara dan sarana prasarana perhubungan;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang perhubungan laut, darat, udara dan sarana prasarana perhubungan;

c. Pelaksanan pemberian perizinan di bidang perhubungan; d. Pembinaan dan pelaksanan tugas di bidang perhubungan ; e. Pelaksanaan tugas pembantuan dibidang perhubungan ; f. Pelaksanaan pelayanan administrasi internal dan eksternal ;

g. Pelaksaanaan tugas lain yang di berikan oleh gubernur, sesuai dengan tugas dan fungsinya ;

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana tersebut diatas, Kepala Dinas Perhubungan dibantu oleh :

a. Sekretaris, terdiri dari :

1. Kepala Sub Bagian Umum 2. Kepala Sub Bagian Keuangan 3. Kepala Sub Bagian Program


(55)

b. Kepala Bidang Darat, terdiri dari :

1. Kepala Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas 2. Kepala Seksi Angkutan Darat dan Perkeretaapian 3. Kepala Seksi Pengawasan dan Penegendalian c. Kepala Bidang Laut, terdiri dari :

1. Kepala Seksi Kepelabuhanan dan Pengerukan 2. Kepala Seksi Perkapalan dan Kepelautan

3. Kepala Seksi Keselamatan dan Lalu Lintas Angkutan Laut d. Kepala Bidang Udara, terdiri dari :

1. Kepala Seksi Kebandarudaraan 2. Kepala Seksi Angkutan Udara

3. Kepala Seksi Keselamatan Penerbangan e. Kepala Bidang Sarana dan Prasarana, terdiri dari :

1. Kepala Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana 2. Kepala Seksi Jaringan Multimoda

3. Kepala Seksi Kemitraan dan Penyuluhan f. Kepala Unit Pelaksana Teknis

g. Kelompok Jabatan Fungsional

Uraian tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan surat keputusan Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor : 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah merupakan Unsur pelaksana otonomi daerah Pemerintah Provinsi, yang terdiri atas :


(56)

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tanggung Jawab melaksanakan urusan pemerintahan daerah/kewenangan Provinsi dibidang perhubungan darat, laut, udara dan sarana prasarana perhubungan serta tugas pembantuan.

Untuk melaksanakan tugasnya, Kepala Dinas menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang perhubungan darat, laut, udara dan sarana prasarana perhubungan;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang perhubungan laut, darat, udara dan sarana prasarana perhubungan;

c. Pelaksanan pemberian perizinan di bidang perhubungan; d. Pembinaan dan pelaksanan tugas di bidang perhubungan ; e. Pelaksanaan tugas pembantuan dibidang perhubungan ; f. Pelaksanaan pelayanan administrasi internal dan eksternal ;

g. Pelaksaanaan tugas lain yang di berikan oleh gubernur, sesuai dengan tugas dan fungsinya ;

2. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang dalam melakasanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggungjwab kepada Kepala Dinas.Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan sebagiab tugas pokok Dinas dibidang ketatausahaan yang meliputi pengolahan administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kerumahtanggan dan urusan lainya.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas, Sekretariat mempunyai fungsi : a. Menyusun rencana kerja


(57)

b. Mengelola urusan perlengkapan, kerumahtanggaan dan pengadaan barang dinas c. Melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat dan urusan umumlainya; d. Mengelola uruan Administrasi kepegawaian

e. Mengelola urusan administrasi keuangan serta rencana penyusunan laporan keuangan Dinas

f. Mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan rencana program kerja dinas;

g. Melaksanakan tugas – tugas lainya yang diberikan kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya

3. Kepala Bidang Darat

Untuk Transportasi Darat kepala bidang melaksanakan tugasnya sebagai dinas dibidang pelayanan seperti :

1. Pelebaran jalan dengan peningkatan konstruksi jalan2

2. Perbaikan dan peningkatan lapisan aus untuk memperbaiki kekuatan jalan3 3. Pembuatan bahu jalan disertai dengan pengaman konstruksi seperti sistem

drainasea.

4. Meningkatkan perlengkapan jalan berupa rambu-rambu, pagar pengaman dan marka jalan

5. Peningkatan dan pelebaran jembatan yang ada.


(58)

Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi dan Pengendalian system Transportasi dipimpin oleh seorang kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas

Bidang pengelolaan Informasi Administrasi dan Pengendalian system Transportasi mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas dibidang pengendalian dan pengawasan.

Untuk melaksanakan tugas Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi dan Pengendalian system Transportasi mempunyai fungsi :

a. Menyusun rencana kerja

b. Pengelolaan data dan menyusun grafik dan statistic

c. Memeberikan layanan informasi Bidang trasnportasi melalui lisan ataupun tulisan d. Pemeriksaan data dan dokumen yang telah dikeluarkan sebelu diarasipkan

e. Pengendalian, pemantauan, pengawasan serta penyelidikan terhadap

Pengendalian, pemantauan dan pengawasan mobilitas penduduk dan trasnportasi penduduk

f. Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya

5. KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Kelompok Jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Perhubungan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

Kelompok jabatan fungsional dimaksud pada pasal tersebut terdiri dari sejumlah tenaga, dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok dan keahlianya.

1. Setiap kelompok tersebut padat ayat 1 pasal ini di pimpin oleh tenaga fungsioanal senior


(59)

2. Jumlah jabatan fungsioanl tersebut pada ayat 1 pasal ini. Ditentukan berdasarkan kebutuhan daerah

3. Jenis dan jabatan fungsioanl tersebut padat ayat 1 psal ini diatur sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

5.1 Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian Tugas melaskanakan sebagian tugas Dinas Perhubungan Sumatera Utara sesuai dengan keahlian dan kebutuhan

1.Kelompok jabatan fungsional dimaksud dalam pasal tersebut terdiri dari sejumlah tenaga, dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan keahlianya

1. Setiap kelompok tersebut padat ayat 1 pasal ini di pimpin oleh seorang tenaga fungsional senior

2. Jumlah jabatan fungsional tersebut padat ayat 1 pasal ini ditentukan berdasarkan kebutuhan daerah

3. Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut pada ayat 1 pasal ini ditentukan sesuai dengan perundang – undangan yang berlaku

3.5Bagan Organisasi


(60)

SUB DINAS UDARA SUB DINAS WASDAL SUB DINAS POSTEL SUB DINAS BINPROG SUB DINAS DARAT SUB DINAS LAUT Seksi Data dan Informasi Seksi Evaluasi dan Lapangan Seksi Rencana dan Program Seksi Angkutan Seksi Lalulintas Seksi Prasana Seksi Keselamatan & Tek. Sarana

Seksi Angkutan Laut Seksi Kepelabuhan Seksi Perkapalan & Pelayaran Seksi Navigasi & Camat Seksi Angkutan Udara Seksi Keselamatan Pemerintahan Seksi Kebandaruda raan Seksi Jembatan Seksi PKB di

Jalan

Seksi SAR Seksi Teknik & Informatika Seksi Telekomunikas Seksi POB KEPALA DINAS WAKIL KEPALA KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

BAGIAN TATA USAHA

SUBBAG SUBBAG SUBBAG SUBBAG

UPT – UPPKB UPT –UPKKB WILAYAH UPT – UPPKB WILYAH UPT – UPPKB

Seksi Bagian Tata Usaha Seksi KESWAS Medan Seksi KESWAS Langkat Seksi KESWAS Deli Serdang Seksi Bagian Tata Usaha Seksi KESWAS P. Sintar Seksi KESWAS Karo Seksi KESWAS Dairi Seksi Bagian Tata Usaha Seksi KESWAS Medan Seksi KESWAS Langkat Seksi KESWAS Deli Serdang Seksi Bagian Tata Usaha Seksi KESWAS P. Sintar Seksi KESWAS Karo Seksi KESWAS Dairi


(1)

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implemenyasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting adalah dari setiap organisasi adalah adanya prosedur organisasi yang standar ( Standard Operating Procedurs atau SOP ). Dan SOP ini menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak

Standar operasional dan prosedur dalam implementasi kebijakan pelayanan transportasi di Provinsi Sumatera Utara adalah kejelasan pedoman yang terkait dengan bagaimana mengimplementasikan kebijakan tersebut. Dari hasil wawancara dengan informan, untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut. Dari hasil wawancara dengan informan, untuk mengimplementasikan program kebijakan pelayanan transportasi di Provinsi Sumatera Utara

1. Mereka diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

2.Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

3. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggung jawaban Kepala Daerah;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kota;

5. Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 49 Tahun 2008 tentang rencana pembangunan jangka panjang Dephub Tahun 2005 – 2025.

6. Perda Provinsi Sumatera Utara Nomor : 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Provinsi Sumatera Utara


(2)

b. Fragmentasi

1. Fragmentasi merupakan sifat kedua dari struktur birokrasi organisasi yang mengakibatkan pandangan – pandangan sempit dari lembaga birokrasi. Dalam implementasi program kebijakan pelayanan transportasi di Provinsi Sumatera Utara ini peneliti tidak menemukan pandangan sempit dari aparat Dinas baik pegawai ataupun pelaksana. Masing – masing aparat baik dari Dinas perhubungan maupun pelaksana transportasi sudah mengerti tugas masing – amsing dan mampu untuk bekerjasama demi mewujudkan tertib administrasi dalam pelayanan masyarakat.


(3)

BAB VI PENUTUP

Bab ini memberikan kesimpulan dan saran atas Implementasi kebijakan pelayanan transportasi di Provinsi Sumatera Utara yang dimiliki oleh Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera

VI.1 Kesimpulan

a. Pelaksanaan program kebijakan pelayanan transportasi di Provinsi Sumatera Utara sudah terlaksana cukup baik dan mampu meningkatkan mutu pelayanan masyarakat walaupun masih terdapat hambatan – hambatan dibeberapa hal.

b. Kehadiran program kebijakan pelayanan transportasi di Provinsi Sumatera Utara memberikan dampak yang dapat dirasakan aparat sebagai pemberi layanan dan masyarakat sebagai penerima layanan adalah unsur kecepatan dan kesederhanaaan pelayanannya.

c. Fasilitas program kebijakan pelayanan transportasi di Provinsi Sumatera Utara yang dimiliki oleh Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara sudah culup memadai.

d. Dilihat dari diposisinya, permasalahan yang dalam program kebijakan pelayanan transportasi di Provinsi Sumatera Utara adalah masih minimnya profesionalisme aparat dalam pelayanan serta masih kurangnya kesadaran masyarakata akan tertib transportasi.


(4)

VI. 2 Saran

1. Upaya – upaya yang berupa sosialissai untuk meningkatkan kinerja pelayanan aparatur pemerintah di instansi penyelenggaraan administrasi kependudukan dalam hal ini Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara dan kepada masyarakat hendaknya dilakukan terus menerus dan berkesinambungan dan bertahap sehingga mencapai hasil yamg optimal dan terwujudnya pelayanan prima.

2. Dengan melakukan peningkatan kualitas dan pemeliharaan sarana dan prasarana serta jaringan yang ada di Dinas Perhubungan Sumatera Utara tidak hanya di kantor tetapi juga ada dalam Fasilitas Umum.

3. Harus terus dilakukan bimbingan teknis fungsional tentang pelayan prima dibidang pengelolaan Adminitrasi program kebijakan pelayanan transportasi di Provinsi Sumatera Utara kepada aparatur pemerintah yang langsung menangani masalah pelayanan tersebut.

4. Harus terus dilakukan pendekatan pelayanan kepada masyarakat dalam hal ini pelayanan tentang tertib transportasi dan penggunaan sarana dan prasarana trasnportasi.


(5)

Daftar Pustaka

Sugiono, 2005, Metode Penelitian Administrasi, Alpabeta, Bandung

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainya,

Jakarta : Kencana

Suyanto, Bagong.2005. Metode Penelitian Sosial Berbagi Alternatif Pendekatan

Jakarta : Prenada Media

Siagian, Sondang P, 2002, Kiat meningkatkan Produktivitas Kerja, Rineka Cipta, Jakarta.

Singarimbun, Masri, 1989, Metode penelitian Survey, LP3ES

Pamudji, S, 1993, Pembinaan Perkotaan di Indonesia, Ichtia, Jakarta

Moekijat, Drs. 1998, Dasar- dasar Administrasi dan Manajemen, Maju, Bandung

Labolo, Muhamad, 2006, Memahami Ilmu Pemerintahan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Moenir A.S, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta

Amirin, Tatang , M, 2009, Sistem Sosial di Indonesia

Agus, Erwan, 2012, Implementasi Kebijakan Publik

Undang- Undang Republik Indonesia Nomer 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang- undang


(6)

Undang- undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Pertimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah

Undang- undang Republik Indonesia Nomer 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

www.pemkomedan.co.id Sumber lain

www. Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Provinsi Sumatera Utara