Upaya Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara Untuk Meningkatkan Pelayanan Transportasi Darat

(1)

TUGAS AKHIR

UPAYA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI SUMATERA UTARA UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN TRANSPORTASI DARAT

Oleh :

RISKA AULIA SIREGAR 122103045

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KESEKRETARIATAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan rahmatNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik serta tidak lupa sholawat dan salam kepada Rasulullah SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi kita semua.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak mungkin dapat penulis selesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik dukungan moril maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Subhilhar, M.A, Ph.D selaku Plt Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec. Ac, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Beby Karina Fawzeea Sembiring, SE, MM selaku Ketua Program Studi Diploma III Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Magdalena L.L. Sibarani, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Diploma DIII Kesekretariatan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Fadli, SE, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga serta memberikan saran-saran yang bermanfaat dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.


(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Jadwal Survei/Observasi ... 5

F. Sitematika Penulisan ... 6

BAB II : PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan ... 8

1. Visi Perusahaan ... 9

2. Misi Perusahaan... 9

3. Logo Dinas Perhubungan ... 10

B. Struktur Organisasi ... 11

C. Deskripsi Kerja ... 12

D. Jaringan Usaha/Kegiatan ... 24

E. Kinerja Terkini ... 24


(7)

BAB III : PEMBAHASAN ... 28

A. Pengertian Pelayanan ... 28

1. Pengertian Pelayanan Menurut Para Ahli... 28

2. Pelayanan Publik ... 32

3. Karakteristik Pelayanan Publik ... 33

4. Pengertian Kualitas Pelayanan ... 33

B. Sistem Pelayanan... 35

C. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana ... 36

D. Transportasi ... 37

1. Jenis Transportasi ... 39

2. Unsur-unsur Dasar Transportasi ... 40

3. Fasilitas Transportasi ... 40

E. Fungsi dan Manfaat Transportasi ... 42

D. Permasalahan Transportasi Perkotaan ... 45

E. Upaya Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan Transportasi ... 46

F. Paradigma dan Strategi Transportasi... 49

I. Sistem Transportasi ... 52

J. Arah Pengembangan Transportasi Darat... 54

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

A. Kesimpulan... 56

B. Saran ... 57


(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Gambar Logo Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara ... 10 2. Gambar Struktur Organisi Perusahaan Dinas Perhubungan Provinsi


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Jadwal Penulisan Tugas Akhir... 5 2. Alokasi san Realisasi Anggaran Dinas Perhubungan Provini

Sumatera Utara ... 25


(10)

A. Latar Belakang.

Dalam suatu wilayah atau area yang sedang berkembang terjadi peningkatan volume pegerakan atau perpindahan barang dan manusia yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan transportasi dalam masyarakat. Upaya yang dilakukan Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan pelayanan transportasi yang diselenggarakan baik secara kuantitatif diharapkan dapat mengimbangi permintaan akan kebutuhan transportasi dalam masyarakat yang semakin meningkat.

Transportasi merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pertumbuhan ekonomi. Salah satu jenis transportasi adalah transportasi darat, dimana transportasi darat yang paling berperan adalah jalan raya. Jalan raya sebagai sarana transportasi memegang peranan yang sangat penting bagi pengembangan suatu daerah. Pentingnya sarana transportasi dalam perkembangan dunia bersifat multidimensi. Sebagai contoh, salah satu fungsi dasar transportasi adalah menghubungkan tempat kediaman dengan tempat bekerja atau para pembuat barang dengan para pelanggannya. Dari sudut padang yang lebih luas, fasilitas transportasi memberikan aneka pilihan untuk menuju ke tempat kerja, pasar, sarana rekreasi dan menyediakan akses ke sarana-sarana kesehatan, pendidikan dan sarana lainnya. Kebutuhan akan pelayanan transportasi bersifat kualitatif dan mempunyai ciri yang berbeda-beda sebagai fungsi dari waktu, tujuan perjalanan, frekuensi jenis kargo yang diangkut dan lain-lain. Pelayanan transportasi yang


(11)

tidak sesuai dengan kebutuhan akan pergerakan menyebabkan sistem transportasi tersebut tidak berguna.

Sistem transportasi merupakan unsur penting dari sebuah ekonomi yang kuat tetapi juga dapat memberikan kontribusi langsung kepada masyarakat membangun dan meningkatkan kualitas hidup. Transportasi umum memiliki peranan penting dalam mendukung pembangunan nasional, yaitu sebagai penunjang, penggerak, pendorong dan berperan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan.

Perkotaan merupakan wilayah yang digunakan sebagai tolak ukur perkembangan suatu negara. Perkotaan timbul karena adanya faktor pendorong dan penarik. Semakin lama jumlah penduduk yang berada di perkotaan semakin bertambah. Dampak urbanisasi dan pertambahan jumlah penduduk yang demikian cepat serta diiringi dengan peningkatan pendapatan masyarakat memicu terjadinya motorisasi yang diperparah dengan tingkat pelayanan transportasi umum yang rendah sehingga penggunaan terhadap moda transportasi pribadi semakin meningkat. Beberapa aktifitas yang termasuk dalam sektor transportasi adalah transportasi darat antara lain angkutan kereta api dan bus. Transportasi darat adalah penyebab utama permasalahan pada transportasi perkotaan. Terbatasnya jumlah dan buruknya kondisi sarana dan prasarana transportasi mengakibatkan tingginya biaya transportasi barang dan penumpang serta menurunnya keselamatan transportasi. Kondisi tersebut diperparah dengan penyebaran pembangunan dan pengembangan transportasi yang masih terpusat dibeberapa wilayah dan perkotaan. Penyediaan sarana dan prasaran transportasi perkotaan belum memadai. Penyebaran pusat kota yang tidak merata dan hanya terpaku pada


(12)

satu titik akan memberikan beban bagi sarana dan prasarana transportasi sehingga akan mengakibatkan tingginya lalu lintas pada pusat kota. Pengembangan sarana dan prasarana di perkotaan memiliki dampak negatif yaitu memicu urbanisasi yang tidak terkendali. Berbagai masalah timbul dari masalah teknis kemacetan, tundaan pergerakan kendaraan, kapasitas jalan yang rendah, kesemerawutan dan ketidak tertiban berlalu lintas yang membuat tidak nyaman. Jika hal ini terus terjadi maka proses pembangunan tidak akan bisa berjalan dengan lancar dan dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat.

Pesatnya persaingan dalam dunia bisnis jasa transportasi akhir-akhir ini bukan hanya disebabkan oleh faktor globalisasi tetapi lebih disebabkan karena pelanggan yang semakin cerdas, sadar harga dan banyak menuntut. Kemajuan teknologi komunikasi juga ikut berperan meningkatkan intensitas persaingan, karena memberi pelanggan akses informasi yang lebih banyak tentang berbagai macam produk yang di tawarkan. Kondisi tersebut menyebabkan pelanggan memiliki pilihan yang lebih banyak dalam menggunakan uang yang dimilikinya. Perubahan teknologi komunikasi, berkembangnya pendidikan dan penghasilan masyarakat menambah kesadaran pelanggan untuk mendapatkan pelayanan yang baik menjadi semakin tinggi. Bagi pelanggan, biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan harus sesuai dengan yang diharapkan sehingga menimbulkan kepuasan. Kotler (2007: 25) mengartikan bahwa tingkat kepuasan sebagai fungsi dari perbedaan antara kinerja yang disampaikan dapat menyebabkan mengapa dua organisasi pada jenis bisnis yang sama dapat dinilai berbeda oleh pelanggannya. Kepuasan pelanggan pada umumnya harapan yang


(13)

merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya.

Pelayanan pelanggan juga merupakan unsur yang sangat penting untuk menumbuhkan kepuasan pelanggan yang mana pada akhirnya menumbuhkan loyalitas pada pelanggan. Pelayanan diberikan sebagai tindakan atau perbuatan seseorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Tindakan ini dilakukan guna memenuhi keinginan pelanggan dan memenuhi suatu produk atau jasa yang pelanggan butuhkan (Kasmir, 2004: 15). Pada dasarnya pelanggan selalu ingin mendapatkan pelayanan yang terbaik dan memuaskan yang sesuai dengan keinginan dan harapannya.

B. Rumusan Masalah.

Rumusan masalah yang dikemukakan dalam tugas akhir ini disusun secara sistematis dengan dasar penetapan rumusan masalah sebagai berikut;

a. Bagaimana pelayanan publik bidang transportasi darat ?

b. Upaya apa saja yang di lakukan Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan pelayanan transportasi darat ?

c. Apakah dengan peningkatan pelayanan transportasi darat tersebut dapat memuaskan pelanggan ?

C. Tujuan Penelitian.

Tujuan penulis dalam mengadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya yang dilakukan Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara dalam meningkatkan pelayanan transportasi darat.


(14)

D. Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah :

1. Bagi Instansi

Untuk mengetahui dan sebagai bahan masukan bagi Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara dalam upaya meningkatkan pelayanan transportasi darat menjadi lebih baik.

2. Bagi Penulis

Untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam upaya apa saja yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan untuk meningkatkan pelayanan transportasi darat.

3. Bagi Pihak Lain

Sebagai bahan untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi setiap pembacanya dan sebagai acuan bagi penulis lainnya yang akan melakukan penelitian sesuai dengan judul Tugas Akhir ini.

E. Jadwal Survei/Observasi.

Penelitian di lakukan pada Bagian Darat Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara Jalan Imam Bonjol No. 61 Kecamatan Medan Polonia Sumatera Utara. Untuk lebih jelasnya jadwal survei/observasi dapat dilihat pada Tabel 1.1


(15)

Tabel 1.1

Jadwal Survei/Observasi

No. Kegiatan

Februari Maret

I II III IV I II III IV

1. Persiapan

2. Pengumpulan Data 3. Penulisan Laporan Sumber: Penulis (2015) Keterangan:

Pada tahap penyusunan draf Tugas Akhir dimulai dari pencarian buku-buku referensi mengenai Tugas Akhir penulis. Kemudian pada tahap pengumpulan data penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan di Bidang Darat pada Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara. Setelah semua data-data dan informasi dapat dikumpulkan penulis kemudian melakukan penyusunan Tugas Akhir.

F. Sistematika Penulisan

Tugas akhir ini di bagi dalam 4 (empat) bab, yang setiap bab nya terdiri dari beberapa sub bagian diantaranya sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, manfaat dan tujuan, jadwal kegiatan yang terdiri dari jadwal survei/observasi dan sistematikan penulisan.


(16)

BAB II : PROFIL DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI SUMATERA UTARA

Membahas tentang sejarah ringkas instansi, struktur organisasi dan personalia, deskripsi kerja, jaringan usaha/kegiatan, kinerja usaha terkini dan rencana kegiatan.

BAB III : PEMBAHASAN

Membahas tentang permasalahan yang terdiri dari pengertian pelayanan, karakteristik pelayanan, pengertian transportasi, jenis-jenis transportasi, upaya meningkatan pelayanan transportasi khususnya bidang darat Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Membahas mengenai kesimpulan dan saran dari pembahasan yang berkaitan dengan Upaya Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara untuk meningkatan pelayanan transportasi darat


(17)

PROFIL DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI SUMATERA UTARA

A. Sejarah Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara

Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara berada di Jalan Imam Bonjol No. 61 Kecamatan Medan Polonia Sumatera Utara. Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara didirikan agar dapat mengetahui masalah perhubungan di Sumatera Utara, baik masalah fasilitas perhubungan maupun keamanan perhubungan di Sumatera Utara. Sumatera Utara merupakan provinsi yang cepat berkembang dalam perdagangan, maka arus perhubungan di Sumatera Utara tentu sangat padat. Mengenai hal tersebut, Pemerintah mendirikan Dinas Perhubungan di tiap Provinsi, termasuk Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara.

Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara mencakup pada perhubungan darat, laut, udara, dan sarana dan prasarana. Dinas perhubungan di Sumatera Utara memiliki informasi bersistem giografis atau peta di berbagai daerah di Sumatera Utara. Adapun daerah-daerah tersebut yaitu:

1. Tanjung Pura 2. Belawan 3. Medan 4. Lubuk Pakam 5. Tebing Tinggi 6. Sibolangit 7. Indrapura

8. Pematang Siantar

9. Tanjung Balai 10. Sidikalang 11. Parapat 12. Aek Kanopan 13. Balige

14. Rantau Prapat 15. Kota Pinang 16. Sibolga

17. Padang 18. Sidempuan


(18)

1. Visi Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara

Adapun Visi Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara yaitu Sistem transportasi yang terintegrasi, berkualitas, ramah lingkungan dan berkelanjutan serta mampu melayani kebutuhan masyarakat serta mampu berdaya asing dan memberikan nilai tambah dalam upaya menciptakan masyarakat Sumatera Utara yang beriman, maju, mandiri, mapan dan berkeadilan di dalam kebhinnekaan yang didukung tata pemerintahan yang baik.

2. Misi Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara

Adapun misi dari Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

a. Mewujudkan sistem transportasi yang handal guna mendukung pembangunan dan pengembangan wilayah dengan berwawasan nusantara.

b. Mengembangkan sistem jaringan transportasi yang representatif. c. Meningkatkan pelayanan jasa perhubungan.

d. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana perhubungan. e. Meningkatkan kualitas SDM insan perhubungan.

f. Mengintegrasikan dan memadukan sistem teknologi.

g. Manajemen dan operasi untuk menghasilkan efisiensi dan efektifitas transportasi.

h. Menigkatkan manajemen transportasi guna menigkatkan pelayanan kepada masyarakat.


(19)

3. Logo Dinas Perhubungan

Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara (2015) Gambar 2.1. Logo Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara

Logo Departemen Perhubungan adalah suatu bentuk simbolis yang menggambarkan keluarga besar Perhubungan. Logo terdiri dari bentuk lingkaran mempunyai unsur-unsur roda bergigi, jangkar, burung Garuda, dan bulatan bumi. Arti dari unsur Logo ialah :

a. Roda bergigi berarti matra Perhubungan Darat

b. Jangkar berarti matra Perhubungan Laut

c. Burung Garuda berarti matra Perhubungan Udara

d. Bulatan bumi berarti lingkup pelayanan jasa Perhubungan

e. Warna logo terdiri dari warna biru langit (cerulean blue) berarti kedamaian dan kuning berarti keagungan.


(20)

B. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara

Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara (2015)

Gambar 2.2. Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara KEPALA DINAS SEKRETARIS SUB BAGIAN KEUANGAN SUB BAGIAN UMUM KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKSI ANGKUTAN UDARA BIDANG UDARA SUB BAGIAN PROGRAM BIDANG SARANA DAN PRASARANA SEKSI KEBANDARU-DARAAN SEKSI KESELAMAT-AN PENERBANGAN SEKSI PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA SEKSI JARINGAN MULTI MODA SEKSI KEMITRAAN DAN PENYULUHAN BIDANG LAUT SEKSI PELABUHAN DAN PENGERUKAN SEKSI PERKAPALAN DAN KEPELAUTAN SEKSI KESELAMATAN DAN LALU LINTAS ANGKUTAN LAUT BIDANG DARAT SEKSI MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS SEKSI ANGKUTAN DARAT DAN PERKERETA APIAN SEKSI PENGAWASAN DAN PENGENDALIA N UPT


(21)

C. Deskripsi Kerja Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Peraturan Pemerintah N0. 38 Tahun 2007

1. Kepala Dinas Mempunyai Tugas :

a. Menyelenggarakan pembinaan pegawai dilingkungan dinas.

b. Menyelenggarakan arahan, bimbingan kepada pejabat struktural pada dinas.

c. Menyelenggarakan instruksi pelaksanaan tugas dinas.

d. Menyelenggarakan penetapan program kerja dan rencana kegiatan dinas, sesuai arahan dengan arahan pembangunan nasional dan pembangunan daerah.

e. Menyelengarakan pengkajian dan menetapkan pemberian dukungan dengan kebijakan umum dan kebijakan Pemerintah Daerah.

f. Menyelenggarakan pengkajian dan menetapkan pemberian dukungan tugas atas penyelenggarakan Pemerintah Daerah di bidang perhubungan.

g. Menyelenggarakan fasilitas yang berkaitan dengan penyelenggaraan program perhubungan darat, laut, udara dan sarana prasarana.

h. Menyelenggarakan pemberian saran pertimbangan dan rekomendasi mengenai perhubungan sebagai bahan penetapan kebijakan umum Pemerintah Daerah.

i. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan sebagai pengambilan kebijakan, dan menyelenggarakan penyusunan program dinas.

j. Menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama dengan instansi/lembaga terkait lainnya untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan dinas.


(22)

k. Menyelenggarakan koordinasi penyusunan tugas-tugas teknis serta evaluasi dan pelaporan yang meliputi kesekretariatan, perhubungan darat, luat, udara dan sarana prasarana.

l. Menyelenggarakan koordinasi kegiatan teknis dalam rangka penyelenggaraan dibidang perhubungan.

m. Menyelenggarakan dengan dinas/lembaga perhubungan lintas Kabupaten/Kota.

n. Menyelenggarakan koordinasi dan membina unit pelaksana teknis Dinas. o. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja lain.

p. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2. Sekretaris Dinas mempunyai tugas :

a. Penyelenggaraan pembiayaan pegawai pada lingkungan sekretariat.

b. Penyelenggaraan arahan, bimbingan kepada pejabat struktural pada lingkup sekretariat, keuangan, umum, kepegawaian dan Pelayanan Umum. c. Penyelenggaraan instruksi pelaksanaan tugas lingkup sekretariat.

d. Penyelenggaraan penyususnan program kegiatan lingkup secretariat. e. Penyelenggaraan standar pelaksanaan administrasi perancanaan, keuangan

umum, kepegawaian dan pelayanan umum.

f. Penyelenggaraan administrasi perencanaan, keuangan, umum, kepegawaian dan pelayanan umum sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

g. Penyelenggaraan penyusunan rencana pembangunan jangka menengah dan tahunan dinas sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.


(23)

h. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai bidang tugas dan fungsinya.

i. Menyelenggarakan penyusunan koordinasi rencana program kerja sekretariat, bidang-bidang dan unit pelaksanaan teknis dinas.

j. Menyelenggarakan pengkajian dan koordinasi perencanaan dan program Dinas dan menyelenggarakan pengkajian anggaran belanja.

k. Menyelenggarakan pengkajian perencanaan dan program kesekretariatan. l. Menyelenggarakan pengelolaan dan pembinaan administrasi keuangan. m. Menyelenggarakan pengendalian administrasi anggaran belanja.

n. Menyelenggarakan pengelolaan dan pembinaan administrasi keuangan. o. Menyelenggarakan penyusunan rencana strategi, laporan akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) LKPJ dan LPPD Dinas.

p. Menyelenggarakan penatausahaan, kelembagaan dan ketatalaksanaan. q. Menyelenggarakan pengelolaan dan pembinaan naskah dinas, kearsipan,

pertelekomunikasian dan persandian.

r. Menyelenggarakan fasilitas pelayanan umum dan pelayanan minimal. s. Menyelenggarakan pengadaan, pemeliharaan, penataan, pembinaan dan

pengelolaan urusan rumah tangga dan peralatan/perlengkapan kantor.

t. Menyelenggarakan penyusunan bahan rancangan pendokumentasian peraturan perundang-undangan, pengelolaan perpustakaan, keprotokolan dan hubungan masyarakat.

u. Menyelenggarakan fasilitas dan pengaturan keamanan kantor.


(24)

w. Menyelenggarakan pengkoordinasian pelaporan, evaluasi, monitoring atas kegiatan bidang-bidang lingkup dinas dan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas. x. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan

kebijakan.

y. Menyelenggarakan koordinasian dengan unit kerja terkait. z. Menyelenggarakan dan mengatur rapat-rapat Internal Dinas. 3. Sub Bagian Umum mempunyai tugas :

a. Melaksanakan pengumpulan data/bahan dan referensi untuk kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi sekretariat.

b. Melaksanakan penyususnan perencanaan/program Kerja Sekretariat dan Sub Bagian Umum.

c. Melaksanakan penyusunan dan pengelolaan data kepegawaian.

d. Melaksanakan penyiapan dan penyusulan kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala dan pensiun pegawai, peninjauan masa kerja dan pemberian penghargaan, tugas/ijin belajar, pendididikan, pelatihan kepemimpinan/structural, fungsional dan teknis.

e. Melaksanakan penyusunan bahan pembinaan disiplin pegawai.

f. Melaksanakan penyiapan bahan pengembangan karier dan mutasi serta pemberhentian pegawai.

g. Melaksanakan penyusulan gaji berkala dan peningkatan kesejahteraan pegawai dan jabatan dilingkungan dinas.

h. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan kelembagaan dan ketatalaksanaan kepada unit di lingkungan dinas.


(25)

i. Melaksanakan penyusunan bahan rancangan dan pendokumentasian peraturan perundang-undangan.

j. Melaksanakan administrasi/penatausahaan, penerimaan, pendistribusian, surat-surat, naskah dinas dan arsip.

k. Melaksanakan urusan-urusan keprotokolan dan penyiapan rapat.

l. Melaksanakan pengelolaan hubungan masyarakat, pelayanan umum, pelayanan minimal, pendokumentasian surat-surat, barang bergerak dan barang tidak bergerak dan melaksanakan pengandalan naskah dinas.

m. Melaksanakan penyusunan rencana kebutuhan sarana dan prasarana pengurusan rumah tangga, pemeliharaan/perawatan lingkungan kantor, kendaraan dan asset lainnya serta ketertiban, keindahan keamanan dan layanan kantor.

n. Melaksanakan penyusunan laporan, evaluasi dan monitoring kegiatan Sub Bagian Umum.

o. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan dan melaksanakan penyerasian ketikan naskah dinas.

p. Melaksanakan pengelolaan dan pembinaan perpustakaan dinas.

q. Melaksanakan pengelolaan kepegawaian pada unit Pelaksana teknis dinas r. Melaksanakan pembinaan kearsipan dinas dan Unit Pelaksana Teknis

Dinas.

s. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait t. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugasnya.


(26)

4. Kepala Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas :

a. Melaksanakan pengumpulan data/bahan dan referensi untuk kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi sekretariat.

b. Melaksanakan penyusunan perencanaan/program kerja sekretariat dan Sub Bagian Keuangan.

c. Melaksanakan penyusunan bahan dan penyiapan anggaran dinas, d. Melaksanakan pengadministrasian dan pembukuan keuangan dinas. e. Melaksanakan penyusunan daftar gaji dan tunjangan daerah.

f. Melaksanakan pembinaan perbendaharaan keuangan.

g. Melaksanakan penyiapan bahan dan pembinaan pengelolaan teknis administrasi keuangan.

h. Melaksanakan pembayaran gaji pegawai dan penghasilan tambahan lainnya.

i. Melaksanakan verifiasi keuangan.

j. Melaksanakan penatausahaan belanja langsung dan belanja tidak langsung pada dinas dan unit pelaksanaan teknis.

k. Melaksanakan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dan penyiapan bahan pertanggungjawaban keuangan.

l. Melaksanakan koordinasi penyusunan bahan evaluasi dan pelaporan administrasi keuangan.

m. Melaksanakan pengendalian administrasi perjalanan dinas pegawai. n. Melaksanakan pelayanan dan penyiapan bahan atas pengawasan.


(27)

o. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai sebagai bahan pertibmbangan pengambilan kebijakan, dan melaksanakan tugas lain, sesuai dengan tugasnya.

p. Melaksanakan koordinasi dengan Unit Kerja terkait. 5. Kepala Sub Bagian Program mempunyai tugas :

a. Melaksanakan pengumpulan data/bahan dan referensi untuk kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi secretariat.

b. Melaksanakan penyusunan perencanaan program kerja sekretariat dan Sub Bagian Program.

c. Melaksanakan koordinasi penyusunan perencanaan/program kerja sekretariat dan Sub Bagian Program yang meliputi pengembangan perhubungan.

d. Melaksanakan penyusunan bahan rencana strategis, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), LKPJ dan LPPD Dinas.

e. Melaksanakan penyusunan pengkoordinasian evaluasi dan monitoring. f. Melaksanakan pengelolaan dan pembinaan sistem informasi perhubungan. g. Melaksanakan penyusunan pengelolaan data base perhubungan darat, laut

maupun udara.

h. Melaksanakan penyusunan dokumen Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil) Sumatera Utara dan evaluasi terhadap pelaksanaannya.

i. Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi terhadap penyusunan Dokumen Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) yang disusun oleh kabupaten/kota. j. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan


(28)

k. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait. l. Melaksanakan tugas lain, sesuai dengan tugasnya. 6. Bidang Darat

a. Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (LLAJ)

1) Penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan provinsi.

2) Pengawasan dan pengendalian operasional terhadap penggunaan jalan selain untuk kepentingan lalu lintas di jalan nasional dan jalan provinsi.

3) Penetapan lokasi terminal penumpang tipe B.

4) Pengesahan rancang bangun terminal penumpang tipe B. 5) Persetujuan pengoperasian terminal B.

6) Penyusunan jaringan trayek dan penetapan kebutuhan kendaraan untuk angkutan wilayah pelayanannya melebihi wilayah kabupaten/kota dalam satu provinsi.

7) Penyusunan dan penetapan kelas jalan pada jaringan jalan provinsi. 8) Pemberian izin trayek angkutan antar kota dan provinsi.

9) Penyusunan dan menetapan jaringan lintas angkutan barang pada jaringan jalan provinsi.

10) Pemberian izin trayek angkutan perkotaan yang wilayah pelayanannya melebihi wilayah kabupaten/kota dalam satu provinsi.

11) Penetapan wilayah operasi dan kebutuhan kendaraan untuk angkutan taksi yang wilayah pelayanannya melebihi kebutuhan kabupaten/kota dalam satu provinsi.


(29)

12) Pemberian izin operasi angkutan taksi yang melayani khusus untuk pelayanan keadaan dari tempat tertentu yang memerlukan tingkat pelayanan tinggi/wilayah operasinya melebihi wilayah kabupaten/kota dalam satu provinsi.

13) Pemberian izin operasi angkutan sewa.

14) Pemberian rekomendasi izin operasi angkutan pariwisata.

15) Penetapan tariff penumpang kelas ekonomi antar kota dan provinsi. 16) Penentuan lokasi, pengadaan, pemasangan, pemeliharaan dan

penghapusan rambu lalu lintas, maka jalan dan alat pemberi isyarat lalu lintas, alat pengendali dan pengamanan pemakai jalan serta fasilitas pendukung di jalan provinsi.

17) Pengoperasian dan pemeliharaan unit penimbangan kendaraan bermotor.

18) Penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu lintas di jalan provinsi. 19) Penyelenggaraan andalalin di jalan provinsi.

20) Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan kecelakaan lalu lintas di jalan provinsi.

21) Penelitian dan pelaporan kecelakaan lalu lintas di jalan provinsi. 22) Pemeriksaan kendaraan di jalan sesuai kewenangannya.

23) Pemberian izin operasi angkutan sewa berdasarkan kuota yang di teteapkan pemerintah.

24) Pengoperasian alat penimbang kendaraan bermotor di jalan.

25) Perizinan penggunaan jalan selain untuk kepentingan lalu lintas di jalan provinsi.


(30)

26) Pelaksaan penyidikan pelanggaran : a. Perda provinsi Bidang LLAJ.

b. Pemunahan persyaratan teknis dan laik jalan. c. Pelanggaran ketentuan pengujian berkala. d. Perizinan angkutan umum.

27) Pengumpulan, pengolahan data dan analisis kecelakaan lalu lintas di wilayah provinsi.

b. Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau Dan Penyeberangan (LLASDP) 1) Penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan sungai dan danau

antarkabupaten/kota dalam provinsi.

2) Penyusunan dan penetapan rencana umum lintas penyeberangan antarkabupaten/kota dalam provinsi yang terletak pada jaringan jalan provinsi.

3) Penetapan lintas penyeberangan antarkabupaten/kota dalam provinsi yang terletak pada jaringan jalan provinsi.

4) Pengawasan terhadap pemberian surat ukur, surat tanda pendaftaran dan tanda pendaftaran, sertifikat kenaikan kapal, sertifikat pengawakan kapal dan surat tanda kebangsaan kapal sungai dan danau < 7 GT.

5) Rekomendasi lokasi pelabuhan penyeberangan.

6) Pembangunan pelabuhan SDP, dan Pengadaan kapal SDP.

7) Pemberian rekomendasi rencana induk pelabuhan penyeberangan, DL.Kr/DLKp yang terletak pada jaringan jalan nasional dan antarNegara serta jaringan jalur Kereta Api.


(31)

8) Penetapan rencana induk, DLKr/DLKp pelabuhan penyeberangan yang terletak pada jaringan jalan provinsi.

9) Pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan rambu penyeberangan. 10) Pemeliharaan alur sungai lintas kabupaten/kota dalam provinsi untuk

kebutuhan transportasi, dan penetapan kelas alur jalan sungai.

11) Pembangunan, pemeliharaan, pengerukan alur pelayaran sungai dan danau.

12) Izin pembangunan prasarana yang melintas alur sungai dan danau. 13) Penetapan tarif angkutan penyeberangan kelas ekonomi pada lintas

penyeberangan yang terletak pada jaringan jalan provinsi.

14) Penetapan tarif angkutan sungai dan danau kelas ekonomi antarkabupaten/kota dalam provinsi.

15) Pengawasan pelaksanaan tarif angkutan SDP antarkabupaten/kota dalam provinsi yang terletak pada jaringan jalan provinsi.

16) Pemberian persetujuan pengoperasian kapal untuk lintas penyeberangan antarkabupaten/kota dalam provinsi pada jaringan jalan provinsi.

17) Pengawasan pengoperasian penyelenggaraan angkutan sungai dan danau.

18) Pengawasan pengoperasian penyelenggaraan angkutan penyeberangan antarkabupaten/kota dalam provinsi pada jaringan jalan provinsi. 19) Pengawasan angkuta barang berbahaya dan khusus melalui angkutan


(32)

c. Perkeretaapian

1) Penetapan rencana induk perkeretaapian provinsi.

2) Pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah provinsi meliputi :

a. Penetapan sasaran dan arah kebijakan pengembangan sistem perkretaapian provinsi dan perkretaapian kabupaten/kota yang jaringannya melebihi wilayah kabupaten/kota.

b. Pemberian arahan, bimbingan, pelatihan dan bantuan teknis kepada kabupaten/kota, penggunaan dan penyedia jasa.

c. Pengawasan terhadap pelaksanaan perkeretaapian provinsi.

3) Pengusahaan prasarana kereta api umum yang tidak dilaksanakan oleh badan usaha prasarana kereta api.

4) Penetapan izin penyelenggaraan perkeretaapian khusus yang jaringan jalurnya melebihi wilayah satu kabupaten/kota dalam satu provinsi. 5) Penetapan jalur kereta api khusus yang jaringan melebihi satu wilayah

kabupaten/kota dalam provinsi.

6) Penutupan perlintasan untuk keselamatan perjalanan kereta api dan pemakaian jalan perlintasan sebidang yang tidak mempunyai izin dan tidak ada penanggungjawaban, dilakukan oleh pemilik dan pemerintah daerah.

7) Penetapan jaringan pelayanan kereta api antarkota melebihi dan melampaui satu kabupaten/kota dalam satu provinsi.

8) Penetapan persetujuan angkutan orang dengan menggunakan gerbong kereta api dalam kondisi tertentu yang pengoperasiannya di dalam wilayah kabupaten/kota dalam satu provinsi.


(33)

9) Izin operasi kegiatan angkutan orang dan barang dengan kereta api umum untuk pelayanan angkutan antarkota dan perkotaan yang melintas pelayanannya melebihi satu kabupaten/kota dalam satu provinsi.

10) Penetapan tarif penumpang kereta api dalam hal pelayanan angkutan yang merupakan kebutuhan pokok masyarakat dan pelayanan angkutan antarkota dan perkotaan yang lintas pelayanannya melebihi satu kabupaten/kota dalam satu provinsi.

D. Jaringan Kegiatan Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara. Dinas Perhubungan adalah instansi pemerintah yang bergerak di pelayanan transportasi darat, laut dan udara. Instansi ini juga menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung transportasi. Dinas Perhubungan juga mengadakan kegiatan pembangunan di bidang perhubungan pos dan telekomunikasi.

E. Kinerja Usaha Terkini Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara. Secara umum hasil pembangunan perhubungan tahun 2014 telah mengalami beberapa kemajuan, sedangkan target utama dari Rencana Kerja Dinas Perhubungan Propinsi Sumatera Utara adalah pengembangan fasilitas keselamatan lalu lintas jalan dengan pengadaan dan pemasangan rambu lalu lintas jalan, guard rail, marka jalan, delineator dan RPPJ, Pembangunan dermaga laut dan dermaga sungai serta Peningkatan dan pembangunan bandara – bandara. Alokasi dan realisasi anggaran tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut :


(34)

Tabel 2.1

Alokasi dan Realisasi Anggaran 2014

No. Program/kegiatan Tingkat Pencapaian SPM

Anggaran

Alokasi (Rp) Realisasi (Rp)

1. Pelayanan

Administrasi Perkantoran Terlaksananya sistem administrasi dan meningkatnya pelayanan

3.441.242.220 3.053.910.622

2. Peningkatan Sarana

dan Prasarana Aparatur

Peningkatan operasional

sarana dan prasarana aparatur pemerintahan

3.264.300.000 1.800.726.650

3. Peningkatan Disiplin

Aparatur

Meningkatnya kinerja dan disiplin aparatur

993.423.400 709.957.100

4. Peningkatan Sumber

Daya Aparatur

Meningkatnya kinerja aparatur

457.599.000 382.613.800

5. Program Rehabilitasi

Dan Pemeliharaan

Prasarana Dan Fasilitas LLAJ

Terpeliharanya fasilitas keselamatan LLAJ

600.000.000 547.185.500

6. Program Peningkatan

Pengembangan Sistem Pelaporan Pencapaian Kinerja

Peningkatan sistem pelaporan kinerja

250.000.000 112.605.750

7. Program Peningkatan

Kapasitas Prasarana Dan Fasilitas LLAJ

Meningkatnya data dan laporan angkutan Meningkatnya

prasarana dan fasilitas keselamatan LLAJ

12.497.835.676 5.566.310.900

8. Program Peningkatan

Dan Pembangunan Prasarana Dan Sarana ASDP

Meningkatnya Pelayanan

Operasional ASDP

1.182.000.000 315.716.000

9. Program Peningkatan

Dan Pembangunan Prasarana Dan Sarana Kereta Api

Mendukung Pembangunan Jalan KA Bandara

3.350.000.000 -

10. Program Peningkatan Dan Pembangunan Prasarana Dan Sarana Transportasi Udara

Meningkatnya

Pelayanan Operasional pada Bandar Udara

120.000.000 116.650.000

Total 28.100.400.296 14.638.405.822


(35)

Alokasi anggaran tahun 2014 mencapai Rp. 28.100.400.296, sedangkan realisasi anggaran hanya menggunakan Rp. 14.638.405.822 dari dana yang dianggarkan. Dari data alokasi dan dibandingkan dengan realisasi pelaksanaan kegiatan, ternyata realisasi anggaran tahun 2014 pada Dinas Perhubungan secara keseluruhan adalah ±52%.

F. Rencana Kerja.

Rencana Kerja Dinas Perhubungan Tahun 2015 merupakan rencana tahun kedua pelaksana pembangunan Rencana Strategis Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara Thaun 2014–2018. Rencana Kerja Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015 disusun berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Provinsi Sumatera Utara tahun 2014-2018, dimaksudkan untuk menjadi acuan dalam pelaksaanaan tugas Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015. Rencana Kerja Dinas Perhubungan Tahun 2015 berisi kebijakan pembangunan perhubungan, yaitu transportasi dan kegiatan pendukungnya, yang akan dibiayai baik melalui APBD dan APBN. Uraian ini akan diawali dengan kondisi umum yang secara singkat menguraikan pencapaian kinerja sampai dengan tahun 2013 dan perkiraan tahun 2015, masalah dan tantangan yang harus dihadapi pada tahun 2015. Dari perkembangan keadaan tersebut kemudian dirumuskan prioritas-prioritas pembangunan tahun 2015 dan sasaran pembangunan yang hendak dicapai pada masing-masing prioritas dengan mengacu kepada agenda pembangunan Dinas Perhubungan Propinsi Sumatera Utara yang perlu diselesaikan pada tahun 2015. Dengan arah kebijakan pada masing-masing bidang pembangunan perhubungan, yang meliputi transportasi


(36)

darat, transportasi laut, transportasi udara, dan kegiatan penunjang transportasi, selanjutnya disusun program-program pembangunan dikaitkan dengan kebutuhan pendanaan.

Tujuan disusunnya Rencana kerja Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai dokumen perencanaan pembangunan dalam rangka penyusunan APBD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015 yang merupakan pegangan umum perencanaan bidang Perhubungan di Provinsi Sumatera Utara, yang merupakan penjabaran Renstra Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara dalam bentuk program aksi atau kegiatan yang lebih spesifik, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara, terkoordinir dengan baik dan merupakan bagian integral dari RPJMD Provinsi Sumatera Utara, dan dapat dilaksanakan dengan kemampuan dana yang teredia serta sesuai dengan kondisi dan situasi lapangan.


(37)

BAB III PEMBAHASAN

A. Pengertian Pelayanan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:646), pengertian pelayanan adalah :

1. Perihal atau cara melayani,

2. Usaha melayani kebutuhan orang laen memperoleh imbalan (uang) dan jasa 3. Kemudian yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang dan jasa.

Dari pengertian pelayanan yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut, kita dapat menarik kesimpulan bahwa pelayanan merupakan suatu kegiatan yang diberikan seseorang atau badan untuk melayani kebutuhan orang lain.

1. Pengertian Pelayanan menurut para ahli.

Agar dapat lebih memahami tentang pengertian pelayanan, berikut ini adalah berbagai pendapat para ahli mengenai pengertian pelayanan.

1) Lovelock, Petterson dan Walker

Lovelock, Petterson dan Walker (2005) dalam Tjiptono menjelaskan bahwa persepektif pelayanan sebagai sebuah sistem, dimana setiap bisnis jasa dipandang sebagai sebuah sistem yang terdiri atas dua komponen utama yaitu:

1. Operasi jasa. 2. penyampaian jasa.


(38)

2) Fitzsimmons

Fitzsimmons dalam Sedarmayanti (2004) mengemukakan Kualitas pelayanan merupakan suatu yang kompleks, sehingga untuk menentukan sejauhmana kualitas dari pelayanan tersebut dapat dilihat dari lima dimensi yaitu :

a. Tangible, yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan pegawai, dan sasaran

komunikasi.

b. Empaty, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,

komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para pelanggan.

c. Responsiveness, yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan

dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

d. Reliability, yaitu kemampuan memberi pelayanan yang di janjikan dengan

segera, kehandalan, akurat, dan memuaskan.

e. Assurance, yang artinya mencakup kemampuan, pengetahuan, kesopanan,

juga sifat yang dapat dipercaya yang dimiliki oleh para staf seperti bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan.

3) Kotler

Pengertian pelayanan menurut Kotler (2002:83) menyebutkan bahwa setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik sehingga pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasaan pada konsumen sendiri. Kotler pun mengatakan bahwa perilaku


(39)

konsumen tersebut dapat terjadi pada saat, sebelum dan sesusah terjadinya transaksi. Kotler menyebutkan sejumlah karakteristik pelayanan yang terdiri dari:

a. Intangibility (tidak berwujud), yaitu tidak dapat dilihat, diraba dirasa,

didengar, dan dicium sebelum ada transaksi. Artinya, pembeli tidak dapat mengetahui secara pasti hasil sebuah pelayanan sebelum pelayanan tersebut di konsumsi.

b. Inseparability (tidak dapat dipisahan), maksudnya dijual lalu diproduksi

dan dikonsumsi secara bersamaan karena tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, konsumen turut serta berpartisipasi menghasilkan jasa layanan dengan adanya kehadiran konsumen, maka pemberi pelayanan akan lebih berhati-hati terhadap interaksi yang terjadi antara penyedia dan pembeli.

c. Variability (berubah-ubah dan bervariasi). Jasa beragam selalu mengalami

perubahan sehingga tidak selalu sama kualitasnya, tetapi tergantung kepada siapa yang menyediakannya dan kapan serta dimana disediakan.

d. Perishability (dapat hilang, tidak tahan lama). Jasa tidak dapat disimpan

dan permintaannya berfluktuasi. Daya tahan suatu layanan begantung kepada situasi yang diciptakan oleh berbagai faktor.

4) Warella

Menurut Warella dalam Widjai (2007:11) menyebutkan bahwa pelayanan adalah suatu kinerja (performance) atau suatu usaha (effort), jadi menunjukkan pentingnya penerima jasa pelayanan terlibat secara aktif di dalam produksi atau penyampaian proses pelayanan itu sendiri.


(40)

5) Ivancevich, Lorenzi, Skinner, dan Crosby

Ivancevich, Lorenzi, Skinner, dan Crosby (2000:448) mengatakan bahwa pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat mata dalam artian tidak dapat diraba yang melibatkan usaha-usaha manusia dan menggunakan peralatan.

6) Gronroos

Gronross (2001:27) mendefinisikan pelayanan sebagai suatu aktivitas yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dan karyawan atau hal-hal yang disediakan organisasi pemberi pelayanan yang dimaksud untuk memecahkan permasalahan masyarakat yang dilayani.

7) Payne

Menurut Payne (2000) mengatakan layanan pelanggan terdapat pengertian : 1. Segala kegiatan yang dibutuhkan untuk menerima, memproses,

menyampaikan dan memenuhi pesanan pelanggan dan untuk menindak lanjuti setiap kegiatan yang mengandung kekeliruan.

2. Ketepatan waktu dan reabilitas penyampaian produk dan jasa kepada pelanggan sesuai dengan harapan mereka.

3. Serangkaian kegiatan yang meliputi semua bidang bisnis yang terpadu untuk menyampaikan produk dan jasa tersebut sedemikian rupa sehingga dipersepsikan memuaskan oleh pelanggan dan yang merealisasikan pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.


(41)

5. Penyampaian produk kepada pelanggan tepat waktu dan akurat dengan tidak lanjut tanggapan keterangan yang akurat.

2. Pelayanan Publik.

Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik ma pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan ole masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelayanan publik dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh organisasi privat adalah semua penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan ol

2. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi publik. Yang dapat dibedakan lagi menjadi:

a. Bersifat primer adalah semua penyediaan barang/jasa publik yang di selenggarakan oleh pemerintah yang di dalamnya pemerintah merupakan satu-satunya penyelenggara dan pengguna/klien mau tidak mau harus memanfaatkannya. Misalnya adalah pelayanan di kantor pelayana

b. Bersifat sekunder adalah segala bentuk penyediaan barang/jasa publik yang diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi yang di dalamnya pengguna/klien tidak harus mempergunakannya karena adanya beberapa penyelenggara pelayanan.


(42)

3. Karakteristik Pelayanan Publik.

Ada lima penyelenggaraan pelayanan publik tersebut, yaitu:

1.

tuntutan perubahan yang diminta oleh pengguna.

2. Posisi tawar pengguna/klien. Semakin tinggi posisi tawar pengguna/klien, maka akan semakin tinggi pula peluang pengguna untuk meminta pelayanan yang lebih baik.

3. Tipe pasar. Karakteristik ini menggambarkan jumlah penyelenggara pelayanan yang ada dan hubungannya dengan pengguna/klien.

4.

atas transaksi, apakah pengguna ataukah penyelenggara pelayanan.

5. Sifat pelayanan. Hal ini menunjukkan kepentingan pengguna atau penyelenggara pelayanan yang lebih dominan.

4. Pengertian/Definisi Kualitas Pelayanan.

Berikut beberapa pengertian dan definisi tentang Kualitas Pelayanan. Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Tjiptono,2001). Sehingga definisi kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen (Tjiptono, 2007). Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka terima / peroleh


(43)

dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan / inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu perusahaan. Jika jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka dipersepsikan baik dan memuaskan, jika jasa yang diterima melampaui harapan konsumen, maka kualitas pelayanan dipersepsikan sangat baik dan berkualitas.Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk.

Menurut Kotler (2002:83) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri. Kotler juga mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat, sebelum dan sesudah terjadinya transaksi. Pada umumnya pelayanan yang bertaraf tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih sering. Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna, orang yang berbeda akan mengartikannya secara berlainan tetapi dari beberapa definisi yang dapat kita jumpai memiliki beberapa kesamaan walaupun hanya cara penyampaiannya saja biasanya terdapat pada elemen sebagai berikut:

1. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihkan harapan pelanggan. 2. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan, 3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah.


(44)

Dari definisi-definisi tentang kualitas pelayanan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kualitas pelayanan adalah segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan guna memenuhi harapan konsumen. Pelayanan dalam hal ini diartikan sebagai jasa atau service yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan, hubungan, kemampuan dan keramahtamahan yang ditujukan melalui sikap dan sifat dalam memberikan pelayanan untuk kepuasan konsumen. Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata-nyata mereka terima atau peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya mereka harapkan/inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu perusahaan. Hubungan antara produsen dan konsumen menjangkau jauh melebihi dari waktu pembelian ke pelayanan purna jual, kekal abadi melampaui masa kepemilikan produk. Perusahaan menganggap konsumen sebagai raja yang harus dilayani dengan baik, mengingat dari konsumen tersebut akan memberikan keuntungan kepada perusahaan agar dapat terus hidup.

B. Sistem Pelayanan.

Sistem pelayanan umum sebenarnya merupakan satu kesatuan faktor yang dibutuuhkan dalam terselenggaranya suatu pelayanan umum. Sistem pelayanan umum ini terdiri dari empat faktor diantaranya sebagai berikut:

1. Sistem, Prosedur dan Metode, yaitu dalam pelayanan umum perlu adanya sistem informasi, prosedur dan metode yang mendukung kelancaran dalam memberikan pelayanan.


(45)

2. Personil, terutama ditekankan pada perilaku aparatur. Dalam pelayanan umum aparatur pemerintah selaku personil pelayanan harus profesional, disiplin dan terbuka terhadap kritik dari pelanggan atau masyarakat.

3. Sarana dan Prasarana, dalam pelayanan umum diperlukan peralatan dan ruang kerja serta fasilitas pelayanan umum misalnya ruang tunggu dan tempat parkir yang memadai.

4. Masyarakat sebagai pelanggan, dalam pelayanan umum masyarakat sebagai pelanggan sangatlah heterogen baik tingkat pendidikan maupun perilakunya. Moenir (2010:47).

C. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana.

Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan didalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana. Sarana dan Prasarana tentu perlu diperhatikan lebih guna menunjang transportasi. Bentuk pemeliharaan sarana dan prasarana yang dilakukan Dinas Perhubungan adalah sebagai berikut:

1) Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data pengukuran kemajuan atas objek program atau memantau perubahan yang fokus pada proses dan keluaran. Monitoring menyediakan data dasar untuk menjawab permasalahan, sedangkan evaluasi adalah memposisikan data-data tersebut agar dapat digunakan dan diharapkan memberikan nilai tambah.

2) Evaluasi adalah mempelajari kejadian, memberikan solusi untuk suatu masalah, rekomendasi yang harus dibuat menyarankan perbaikan. Namun


(46)

tanpa monitoring, evaluasi tidak dapat dilakukan karena tidak memiliki data dasar untuk dilakukan analisis dan dikhawatirkan akan mengakibatkan spekulasi, oleh karena itu Monitoring dan Evaluasi harus berjalan seiring. 3) Rehabilitasi merupakan tindak lanjut dari proses monitoring dan evaluasi

sebagai bentuk tindakan nyata dari berjalannya suatu proses pemeliharaan sarana dan prasarana.

Dinas Perhubungan banyak memiliki program di dalam membangun sarana dan prasarana sehingga banyak fasilitas yang sudah dibangun tidak terawat dengan baik. Dinas Perhubungan terkesan hanya membangun fasililas yang ada tetapi tidak memelihara fasilitas tersebut untuk kemudahan jaringan transportasi darat di Kota Medan.

D. Transportasi.

Secara generik transportasi berarti pergerakan atau perpindahan orang atau barang dari suatu tempat ketempat lain. Menurut Nasution (2004:13) transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ketempat tujuan. Proses transportasi merupakan gerakan dari tempat asal, dari mana kegiatan transportasi diakhiri. Dalam hubungan ini terlihat bahwa unsur-unsur transportasi meliputi: (a) ada muatan yang diangkut, (b) tersedia kendaraan sebagai alat angkutnya, (c) ada jalanan yang dapat dilalui, (d) ada terminal asal dan terminal tujuan dan (e) sumber daya manusia dan organisai atau manajemen yang menggerakkan kegiatan transportasi tersebut. Moda transportasi darat akan lebih mendalam dibahas dalam karya tulis ini, kemudian lebih dikenal dengan istilah Lalu Lintas Angkutan Jalan, menurut Undang-Undang nomor 22 Tahun


(47)

2009 tentang LLAJ, menjelaskan bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Kendaraan pengemudi, Pengguna jalan, serta pengelolaanya.

Dalam fungsinya sebagai regulator di bidang transportasi, pemerintah telah menetapkan beberapa aturan dan dasar hukum yang secara desintetif berkaitan dengan prosedur-prosedur yang diizinkan dan yang tidak boleg dilanggar. Maka dalam kebijakaan transportasi terdapat beberapa aturan perundangan yang secara langsung maupun tidak langsung berfungsi sebagai dasar hukum dalam setiap pengambilan kebijakan transportasi. Peraturan perundangan dalam sektor transportasi telah mengalami dinamika terkait dengan berkembangnya kebutuhan dan persoalan transportasi itu sendiri. Undang-Undang transportasi tahun 1992 pada perkembangannya dirasakan tidak mampu memeberikan pondasi yang kuat sebagai dasar dalam pengambilan kebujakan transportasi, sehingga perlu adanya aturan baru yang lebih dapat menjawab persoalan transportasi di waktu-waktu ini.

Selain pengaturan mengenai pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah, dalam UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan juga menetapkan sasaran pembangunan sub sektor transportasi darat, khususnya pada bidang transportasi jalan, yaitu:

a. Meningkatkan sarana dan prasarana kondisi LLAJ. b. Meningkatkan kelayakan dan jumlah sarana LLAJ.

c. Menurunya tingkat kecelakaan lalu lintas di jalan raya serta meningkatnya kualitas pelayanan angkutan dalam hal ketertiban, keamanan dan kenyamanan transportasi jalan, terutama angkutan umum diperkotaan, pedesaan, dan antarkota.


(48)

d. Meningkatnya keterpaduan antarmoda dan efesiensi dalam mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa, mendukung perwujudan sistem transportasi nasional dan wilayah (lokal), serta terciptanya pola distribusi nasional.

e. Meningkatnya keterjangkauan pelayanan angkutan perkotaan yang efesien dengan berbasis masyarakat luas di perkotaan dan di pedesaan serta dukungan pelayanan transportasi jalan perintis di wilayah terpencil untuk mendukung pengembangan wilayah.

f. Terwujudnya penyenggaraan angkutan perkotaan yang efesien dengan berbasis masyarakat dan wilayah, andal dan ramah lingkungan serta terjangkau bagi masyarakat.

1. Jenis Transportasi.

Jenis transportasi terbagi atas tiga jenis yaitu:

a. Transportasi darat : kendaraan bermotor, kereta api, gerobak yang ditarik oleh hewan. Moda transportasi darat dipilih berdasarkan faktor-faktor: 1. Jenis dan spesifikasi kendaraan.

2. Jarak perjalanan. 3. Tujuan perjalanan. 4. Ketersediaan moda.

5. Ukuran kota dan kerapatan pemukiman. 6. Faktor sosial-ekonomi.

b. Transportasi air (sungai, danau, laut): kapal, tongkang, perahu dan rakit. c. Transportasi udara: pesawat terbang.


(49)

2. Unsur –Unsur dasar Transportasi.

Adapun Transportasi memilik lima unsur pokok dasar yaitu : 1. Manusia, yang membutuhkan transportasi.

2. Barang, yang di perlukan manusia. 3. Kendaraan, sebagai sarana transportasi. 4. Jalan, sebagai prasarana transportasi. 5. Organisasi, sebagai pengelola transportasi.

Pada dasarnya, ke lima unsur di atas saling terkait untuk terlaksananya transportasi, yaitu terjaminnya penumpang atau barang yang diangkut. Dalam hal ini perlu diketahui terlebih dahulu ciri penumpang dan barang, kondisi sarana dan konstruksi prasarana serta pelaksanaan transportasi.

3. Fasilitas Transportasi.

Menurut Khisty dan Lall (2006) terdapat beberapa fasilitas penunjang transportasi antara lain fasilitas pedestrian dan sepeda.

a. Fasilitas Pedestrian

Pedestrian ini umumnya digunakan oleh pejalan kaki. Pejalan kaki adalah istilah dalam transportasi yang digunakan untuk menjelaskan orang yang berjalan di lintasan pejalan kaki ataupun menyeberang jalan. Untuk melindungi pejalan kaki wajib berjalan pada bagian jalan dan menyeberang pada tempat penyeberangan yang telah disediakan bagi pejalan kaki. Permasalahan utama ialah karena adanya konflik antara pejalan kaki dan kendaraan, sehubungan permasalahan tersebut perlu kiranya jangan beranggapan, bahwa pejalan kaki itu diperlakukan sebagai penduduk kelas dua, dibandingkan dengan para pemilik kendaraan. Oleh sebab itu perioritas utama adalah, melihat apakah tersedia


(50)

fasilitas untuk para pejalan kaki yang mencukupi, kedua bahwa fasilitas-fasilitas tersebut mendapat perawatan sewajarnya. Sebagian dari jalan-jalan di daerah perkotaan mempunyai volume pejalan kaki yang besar dan harus mempunyai trotoar, kecuali apabila alternatif sistem pengaturan yang lain telah dilakukan untuk mengalihkan pejalan kaki agar jauh dari sisi jalan, seperti pada jalan-jalan tol. Hal yang perlu direncanakan dengan baik adalah fasilitas untuk menyeberangi jalan, karena terjadi konflik dengan lalu lintas kendaraan, sehingga bila diperlukan dipisahkan dari arus lalu lintas kendaraan baik dipisahkan waktu penggunaan ataupun dipisahkan bidang perpotongan tersebut. Pejalan kaki yang merupakan penyandang cacat tuna netra wajib mempergunakan tanda-tanda khusus yang mudah dikenali oleh pemakai jalan lain. Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam pedestrian yaitu:

1. Kenyamanan berupa perlindungan terhadap cuaca, pengaturan ruangan, halte transit, jembatan penyeberangan.

2. Kemudahan, jarak jalan, rambu petunjuk, kemiringan pada rampa, tangga yang sesuai untuk lanjut usia, peta petunjuk, dan faktor-faktor lain yang menyumbang atas kemudahan gerak pedestrian.

3. Keselamatan, pemisahan lalu lintas pejalan kaki dari lalu lintas kendaraan, mal yang hanya diperuntukan bagi pejalan kaki, rambu-rambu lalu lintas yang melindungi nyawa pejalan kaki.

4. Keamanan, penerangan, garis pandang, lingkungan bebas kriminal. 5. Ekonomi, minimalisasi keterlambatan perjalanan.


(51)

Pejalan kaki juga mempunyai kewajiban yang harus di taati. Kewajiban pejalan kaki adalah sebagai berikut:

1) Bejalan pada bagian jalan yang yang diperuntukan bagi pejalan kaki, atau pada bagian jalan yang paling kiri apabila tidak terdapat bagian jalan yang diperuntukan bagi pejalan kaki.

2) Menggunakan bagian jalan paling kiri apabila membawa kereta dorong. 3) Menyeberang di tempat yang telah ditentukan.

b. Fasilitas Sepeda

Lalu lintas sepeda ini cukup untuk memberikan pengaruh pada perencanaan dan pendesainan jalan. Bersepeda bukan lagi pengisi waktu sambil berekreasi, tetapi dianggap sebagai alternatif yang layak untuk berkendaraan terlebih-lebih di negara yang beriklim sejuk. Ada beberapa pendekatan desain jalur sepeda:

1. Jalur khusus sepeda adalah jalur dimana lintas untuk sepeda dipisah secara fisik dari jalur lintas kendaraan bermotor dengan pagar pengamanan ataupun ditempatkan secara terpisah dari jalan raya.

2. Jalur sepeda sebagai bagian jalur lalu lintas yang hanya dipisah dengan marka jalan atau warna jalan yang berbeda.

E. Fungsi dan Manfaat Transportasi. 1) Fungsi Transportasi.

Fungsi transportasi (pengangkutan) memegang peranan penting dalam usaha mencapai tujuan pengembangan ekonomi dalam suatu bangsa. Adapun tujuan pengembangan ekonomi yang bisa diperkenankan oleh jasa transportasi adalah:


(52)

a. Meningkatkan pendapatan nasional, disertai dengan distribusi yang merata antara penduduk, bidang usaha dan daerah.

b. Meningkatkan jenis dan jumlah barang dan jasa yang dapat dihasilkan para konsumen, industri dan pemerintah.

c. Mengembangkan industrial nasional yang dapat menghasilkan devisa serta mensupply pasaran dalam negeri.

d. Menciptakan dan memelihara tingkatan kesempatan kerja bagi masyarakat. Fungsi lain dari transportasi adalah untuk mengangkut penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain. Kebutuhan akan angkutan penumpang tergantung fungsi bagi kegunaan seseorang (personal place utility). Perannan transportasi tidak hanya untuk melancarakan barang atau mobilitas manusia. Transportasi juga membantu tercapainya pengalokasian sumber-sumber ekonomi secara optimal. Transfortasi berfungsi sebagai sektor penunjang pembangunan (the promotion sector) dan pemberi jasa (the servicing sector) bagi perkembangan ekonomi.

2) Manfaat Transportasi.

Adapun manfaat dari transportasi terdiri dari beberapa bagian penting diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Sosial.

Dalam kehidupan sosial atau bermasyarakat ada bentuk hubungan yang bersifat resmi, seperti hubungan antara lembaga pemerintah dengan swasta, maupun hubungan yang bersifat tidak resmi, seperti hubungan keluarga, teman sahabat dan sebagainya.


(53)

b. Manfaat Ekonomi.

Manusia memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan. Sumber daya ini perlu diolah melalui proses produksi untuk menjadi bahan siap pakai untuk dipasarkan, sehingga selanjutnya terjadi proses tukar menukar antara penjual dan pembeli. Tujuan dari kegiatan ekonomi adalah memenuhi kebutuhan manusia dengan menciptakan manfaat.

c. Manfaat Politik.

Bagi negara kepulauan seperti Indonesia, transportasi memegang peranan penting. Beberapa manfaat politik transportasi adalah:

a) Transportasi menciptakan persatuan nasional yang semakin kuat dengan meniadakan isolasi

b) Transportasi mengakibatkan pelayanan kepada masyarakat dapat dikembangkan atau diperluas secara merata.

c) Keamanan negara sangat tergantung pada transportasi yang efisien untuk memudahkan mobilisasi kemampuan dan ketahanan nasional. d) Sistem transportasi yang efisien memungkinkan perpindahan penduduk

dari daerah bencana. d. Manfaat Fisik.

Transportasi mendukung perkembangan kota dan wilayah sebagai sarana penghubung. Rencana tata guna lahan kota harus didukung secara langsung oleh rencana pola jaringan jalan yang merupakan rincian tata guna lahan yang direncanakan. Pola jaringan jalan yang baik akan mempengaruhi perkembangan kota sesuai dengan rencana tata guna lahan.


(54)

F. Permasalahan Transportasi Perkotaan.

Secara umum permasalahan transportasi di perkotaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Saran dan prasarana lalu lintas masih terbatas.

2. Manajemen lalu lintas belum berfungsi secara optimal. 3. Pelayanan angkutan umum penumpang belum memadai. 4. Disiplim pemakai masih rendah.

Meningkatnya penggunaan kendaraan pribadi di perkotaan dikarenakan:

1. Meningkatnya aktivitas ekonomi kurang terlayani oleh angkutan umum yang memadai.

2. Semakin meningkatnya daya beli dan tingkat privacy yang tidak bisa dilayani oleh angkutan umum.

3. Meningkatnya harga tanah di pusat kota mengakibatkan tersebarnya lokasi pemukiman jauh dari pusat kota atau bahkan sampai keluar kota yang tidak tercakup oleh jaringan layanan angkutan umum.

4. Dibukanya jalan baru semakin merangsang penggunaan angkutan pribadi karena biasanya jalan baru tersebut belum terdapat jaringan layanan angkutan umum pada saat itu.

5. Tidak tersediannya angkutan lingkungan atau angkutan pengumpan yang menjembatani perjalanan sampai ke jalur utama layanan angkutan umum. 6. Kurang terjaminnya kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan tepat

waktu, kebutuhan akan lama perjalanan yang diderita dalam pelayanan angkutan umum.


(55)

Upaya mengatasi permasalahan transportasi sebagai berikut:

1. Meredam atau memperkecil tingkat pertumbuhan kebutuhan akan transportasi.

2. Meningkatkan pertumbuhan prasarana transportasi itu sendiri, terutama penanganan masalah fasilitas prasarana yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

3. Memperlancar sistem pergerakan melalui kebijakan rekayasa manajemen lalu lintas yang baik.

G. Upaya Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara untuk Meningkatkan Pelayanan Transportasi.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan transportasi dikembangkan kebijakan yaitu :

A. Kebijakan Prioritas Pembangunan Perhubungan Darat

1. Manajemen dan peningkatan keselamatan Transportasi Darat.

2. Pemulihan kondisi jasa pelayanan angkutan jalan dan SDP sesuai dengan standar pelayanan minimal.

3. Pembinaan dan pengembangan angkutan perkotaan terutama dikota-kota besar diperioritaskan pada pengembangan angkutan massal berbasis jalan raya, menurunkan penggunaan kendaraan pribadi dan meningkatkan keandalan angkutan umum.

4. Pelayanan keperintisan Angkutan Jalan dan Angkutan SDP.

5. Prasarana transportasi ASDP diprioritaskan pada pengembangan armada angkutan SDP, Rehabilitasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana


(56)

transportasi SDP, pengembangan sarana SDP, serta penyediaan sarana bantu navigasi beserta fasilitas penyeberangan di pulau-pulau kecil dan di kawasan perbatasan.

B. Kebijakan Infrasturtur Transportasi Darat

1. Mempertahankan tingkat pelayanan transportasi darat.

2. Melaksanakan konsolidasi melalui restrukturasi dan reformasi di bidang peraturan perundang-undangan, kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM).

3. Meningkatkan aksebilitasi masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi darat.

4. Meningkatkan kapasitas dan mendorong pengembangan teknologi transportasi dalam rangka menjamin tersedianya pelayanan transportasi darat yang berkelanjutan dengan kuantitas dan kualitas yang memadai. C. Kebijakan Pengembangan Angkutan Umum

1. Mendorong pengembangan angkutan umum massal berbasil bus (BRT). 2. Mendorong penerapan pola subsidi/ insentif (pembebasan bea masuk) bagi

angkutan umum sebagai tanggung jawab pemerintah.

3. Memacu peran serta Pemerintah Daerah dalam pengembangan angkutan massal.

4. Penerapan sistem Quality Licencing.

5. Mendorong penggunaan bahan bakar alternatif pada angkutan umum. 6. Meningkatkan kualitas pelayanan keperintisan.


(57)

D. Kebijakan Angkutan barang

1. Penanganan muatan lebih melalui penerapan jembatan timbang metode baru, konsolidasi dan pengawasan dimensi kendaraan.

2. Pemanfaatan intermoda freight transport (angkutan barang antarmoda). 3. Perubahan angkutan barang dalam negeri menuju penggunaan alat angkut

kontainer.

4. Mendorong pengembangan jalan tol. E. Kebijakan Peningkatan Peran Swasta

1. Di masa depan pembangunan infrastuktur yang memberikan manfaat eknomi yang menguntungkan dimungkinkan untuk diatur atau dilaksanakan oleh swasta.

2. Kebijakan tarif komersil untuk kelas non ekonomi diserahkan pada mekanisme pasar.

3. Memberikan batasan investasi asing maksimum 49% pada bidang usaha terbuka.

4. Rute angkutan perintis yang sudah menguntungkan diserahkan dan diatur oleh swasta.

5. Merevisi peraturan perundang-undangan dalam memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada sektor swasta untuk berinvestasi di sektor Perhubungan Darat (Pengujian Kendaraan Bermotor Pribadi dan Pengelolaan Terminal).


(58)

Kebijakan lainnya dalam upaya Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan pelayanan transportasi darat adalah :

1. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan transportasi melalui peningkatan profesionalisme manajemen, operasi dan efisiensi.

2. Meningkatkan kelancaran, ketepatan jadwal perjalanan, kecepatan, frekuensi, serta penyediaan fasilitas alih moda yang memadai.

3. Meremajakan armada nasional baik armada laut maupun udara. 4. Meningkatkan manajemen pengurusan perjalanan.

5. Mengembangkan dan memanfaatkan teknologi dalam pelayanan transportasi. 6. Meningkatkan mutu keselamatan pelayaran melalui pembangunan fasilitas

navigasi, kesyahbandaran, penjagaan laut dan pantai serta pemeliharaan alur pelayanan.

Khusus untuk angkutan kereta api dikembangkan kebijakan yaitu: 1. Membangun jalur ganda kereta api khususnya pada lintas padat.

2. Menambah kapasitas kereta penumpang kelas ekonomi untuk melayani masyarakat berpenghasilan rendah.

3. Meningkatkan pelayanan angkutan peti kemas dengan kereta api.

H. Paradigma dan Karakteristik Transportasi.

Paradigma dan strategi (Kebijakan) penanganan persoalan transportasi, baik pergerakan barang maupun orang banyak berubah, diantaranya adalah sebagai berikut (Khisty dan Lall: 2006):

1) Paradigma lama Predict and Provide, yaitu melayani perkembangan kebutuhan perjalanan akan berubah menjadi Travel Demand Managent, yaitu


(59)

menjaga keseimbangan sediaan dan permintaan perjalanan. Perubahan paradigma ini wajar terjadi ketika pada suatu saat nanti, kondisi atau realitas ruang untuk melayani kebutuhan perjalanan semakin tidak untuk dikembangkan. Fasilitas ruang sudah tidak memungkinkan kembali untuk ditingkatkan mengingat segala keterbatasan ruang yang ada, khususnya dalam pengembangan ruang untuk lalu lintas sebidang. Maka, paradigama barunya adalah bagaimana mengendalikan atau menyeimbangkan antara sediaan sarana dan prasarana dengan permintaan akan perjalanan tanpa harus mengembangkan ruang yang sudah jenuh. Kata kuncinya adalah “pengelolaan” yang cerdas sehiingga mampu menyeimbangkan antara “Demand dan Supply” dengan melakukan efisiensi dan efektifitas manajemen lalu lintas,

2) Paradigma lama Vehilce Movement, yaitu kebijakan yang bertumpu pada pengembangan jaringan jalan bagi kelancaran arus kendaraan pribadi, akan berubah menjadi paradigma baru: People And Goods Movement, yaitu kebijakan yang bertumpu kepada sistem angkutan umum bagi pergerakan orang atau barang. Sistem Angkutan Umum Masal (SAUM) menjadi pertimbangan penting yang harus dikembangkan. Sebab hakikat dari kepemilikan jalan itu sendiri. Menurut penulis, semestinya merupakan milik publik yang seharusnya secara merata dapat dinikmati oleh rakyat secara adil. Rakyat dapat menikmati hasil pembangunan, berupa sarana dan prasarana jalan, sehingga tidak hanya yang mempunyai kendaraan pribadi saja yang dapat memanfaatkan fasilitas tersebut. Rakyat kecilpun yang tidak memiliki kendaraan pribadi, ia dapat menikmati fasilitas kendaraan umum dengan


(60)

nyaman serta ia juga dapat bejalan kaki di pinggiran trotoar jalan dengan rasa nyaman.

3) Paradigma lama Case By Case Problem Solving, yaitu menangani masalah serta persial sesuai urgensinya menjadi paradigma barunya: Objective Led Strategy, yaitu penyeleaian masalah secara integrative menuju visi kota. Penyelesaian berbagai masalah kota tidak dapt ditangani dan didekati atas salah satu bidang saja. Perlu ada koordinasi dan komunikasi yang intens, diantaranya instansi pemerintah daerah manakala terkait didalam penyelesaian berbagai masalah. Sehingga didalam menata atau membenahi kota yang solusinya bukan aspek “permukaan” yang bersifat persial. Tetapi justru aspek yang bersifat holistik yang kerap menjadi akar masalah yang kemudian mengharuskan dilakukan penyelesaian secara terpadu dan komprehensif.

4) Paradigma lama kebijakan pemerintah, yaitu pendekatan kebijakan yang berorientasi pada persepsi pemerintah, menjadi paradigma barunya: Public Commitment Policy, yaitu pelibatan masyarakat dalam proses kebijakan (komitmen publik). Keterlibatan publik di dalam suatu perencanaan pembangunan merupakan suatu keharusan. Publik bukan lagi objek pembangunan yang harus menerima begitu saja terhadap master plan suatu pembangunan kota. Publik pun kini bukan lagi sebuah patung yang pasif diam seribu bahasa tanpa mengerti akan kemana arah pembangunan kota, yang direncanakan oleh pemerintah bersama team ahli-nya.


(61)

I. Sistem Transportasi.

Sistem transportasi dapat diartikan sebagai bentuk keterkaitan dan keterikatan yang integral antara berbagai variabel dalam suatu kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain (Munawir:2005). Maksud adanya sistem transportasi adalah untuk mengatur dan mengkoordinasikan pergerakan penumpang dan barang. Untuk mendapatkan pengertian yang lebih mendalam serta guna mendapatkan alternatif pemecahan masalah transportasi perkotaan yang baik., maka sistem transportasi makro perlu dipecahakan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil (mikro), dimana masing-masing sistem mikro tersebut akan saling terkait dan saling mempengaruhi.

Sistem transportasi mikro menurut Direktorat Jendral Perhubungan Darat adalah sebagai berikut:

a) Sistem Kegiatan (Transport Demand).

b) Sistem Jaringan (Prasarana Transportasi/Transport Supply). c) Sistem Pergerakan (Lalu Lintas/Traffic).

d) Sistem Kelembagaan.

Adapun karakteristik-karakteristik dari sistem transportasi adalah sebagai berikut:

a. Sarana perhubungan (link), jalan raya atau jalur yang menghubungkan dua titik atau lebih. Pipa, jalur ban berjalan, jalur laut dan jalur penerbangan juga dapat dikategorikan sebagai sarana perhubungan.


(62)

b. Terminal, titik-titik dimana perjalanan orang dan barang dimulai atau berakhir. Contoh garasi mobil, lapangan parkir, gudang bongkar muat, terminal bis dan bandar udara.

c. Manajemen dan tenaga kerja, orang–orang yang membuat, mengoperasikan, mengatur dan memelihara sarana perhubungan kendaraan dan terminal.

Sistem transportasi dapat dievaluasi berdasarkan tiga atribut dasar yaitu sebagai berikut:

a. Penyebaran (uqibuity), jumlah aksesibilitas untuk dapat menjangkau sistem, arah jalur antara titik-titik akses sistem untuk dapat mengatasi beraneka ragam kondisi lalu lintas. Jalan raya relatif lebih tersebar di mana-mana dewasa ini menjadi berkurang pertumbuhan penyebarannya akibat investasi yang mahal dan ketidakfleksibelannya. Meskipun demikian, didalam moda jalan raya (highway), jalan tol lebih kecil penyebarannya dibandingkan dengan jalan raya dan jalan.

b. Mobilitas, kuantitas perjalanan yang dapat ditangani. Kapasitas suatu sistem dalam menangani lalu lintas dan kecepatan adalah dua variabel yang berhubungan dengan mobilitas. Di sini sekali lagi, jalan tol memiliki mobilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jalan raya. Transportasi air mungkin saja memiliki kecepatan yang relatif rendah, tetapi kapasitas perkendaraannya yang cukup tinggi. Di piihak lain, sistem perkeretaapian mungkin saja memiliki kecepatan yang tinggi serta kapasitas yang besar. c. Efisiensi, hubungan antara biaya transportasi dan produktivitas dari suatu

sistem. Biaya langsung suatu sistem dari modal dan biaya operasional, sedangkan biaya tak langsung terdiri dari biaya yang muncul akibat dari


(63)

dampak yang merugikan dan biaya tak terduga. Seperti biaya keselamatan. Setiap moda transportasi mungkin saja efesiensi dalam beberapa aspek namun tidak efisien dalam aspek lainnya.

J. Arah Kebijakan Pengembangan Transportasi Darat.

Arah kebijakan pengembangan transportasi darat terbagi atas beberapa bidang yaitu sebagai berikut:

1) Bidang Angkutan Jalan.

Pengembangan jaringan jalan transportasi jalan primer diarahkan untuk diitingkatkan kemampuan dan daya dukungan sesuai dengan beban lalu lintas terutama yang melayani dan menghubungkat pusat kegiatan nasional, kegiatan wilayah serta kawasan-kawasan adalan yang cepat berkembang dan untuk mengantisipasi pengembangan jalan tol bebas hambatan guna mendukung sistem transportasi cepat yang pembangunnanya dilakukan antara pemerintah dan swasta. Sedangkan pengembangan jaringan transportasi jalan sekunder dikembangkan secara terpadu dengan moda transportasi darat lainnya.

2) Bidang Penyeberangan.

Untuk daerah yang sudah berkembang diarahkan sebagai jembatan penghubung maupun sebagai alternatif untuk mengurangi beban lalu lintas di ruas jalan, disamping untuk penghubung pulau-pulau terpencil yang mempunyai nilai strategis baik dari segi pertahanan dan keamanan.


(64)

3) Bidang Trasportasi Perkotaan.

Arah pengembangan transportasi perkotaan ditunjukan untuk menciptakan keseimbangan antara sistem angkutan umum dan pergerakan kendaraan pribadi. Pengembangan sistem angkutan umum dan pergerakan angkutan pribadi dikembangkan secara terencana, terpadu antara berbagai jenis moda transportasi sesuai dengan besaran kota, fungsi kota.


(65)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN.

Adapun kesimpulan dari upaya Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan pelayanan transportasi darat adalah:

1. Mengembangkan sistem transportasi yang lebih efektif dan efisien bagi pelayanan masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan dalam bentuk peningkatan moda transportasi massal seperti adanya angkutan kota.

2. Pengembangan sirkulasi transportasi dilakukan melalui penetapan lokasi-lokasi terjadinya bangkitan lalu lintas pada masing-masing pusat kegiatan yang ada.

3. Pengembangan sirkulasi transportasi dilakukan melalui penetapan lokasi-lokasi terjadinya bangkitan lalu lintas pada masing-masing pusat kegiatan yang ada.

4. Pengembangan sistem sirkulasi regional yang dilakukan dengan koordinasi lintas kabupaten untuk merealisasikan jalan lingkar luar (Outer Ring Road) dan jalan lingkar dalam (Inner Ring Road).

5. Pengembangan fasilitas penunjang sistem transportasi, dilakukan melalui pengembangan sub terminal dan fasilitas penunjang lainnya.

6. Pengembangan jaringan jalan dan fungsi jaringan jalan dilakukan melaui peningkatan konstruksi jaringan jalan yang ada.


(66)

B. SARAN

Adapun saran dari upaya Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan pelayanan transportasi darat adalah:

1. Meningkatkan kapasitas jalan dan prasaranan transportasi. Misalnya, mengubah sirkulasi lalu lintas jalan satu arah, mengurangi konflik dipersimpangan melalui pembatasan arus tertentu dan memberikan sanksi jika ada yang melanggar.

2. Meningkatkan kondisi pelayanan prasarana jalan sesuai dengan standar pelayanan minimal. Misalnya, menyediakan tempat untuk para pejalan kaki dan penertiban terhadap parkir liar dipinggir jalan.

3. Meningkatkan profesionalisme SDM transportasi (petugas, disiplin operator dan pengguna di jalan), melalui pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, serta pembinaan teknis tentang pelayanan operasional transportasi. Contohnya, mengurangi kerusakan jalan dan pemasangan fasilitas keselamatan transportasi jalan yang meliputi pemasangan rambu-rambu jalan.

4. Mendukung pengembangan transportasi yang berkelanjutan yang dapat digunakan di masa yang akan datang dan lebih baik dari transportasi yang ada saat ini. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan untuk kepentingan umum, terutama saat lahan di perkotaan semakin sempit sehingga pemanfaatannya harus benar-benar diperhatikan dan menghentikan subsidi untuk kendaraan pribadi karena seharusnya subsidi tersebut digunakan untung angkutan umum dan mendukung biaya operasional angkutan umum yang lebih efisien dalam penggunaan ruang.


(67)

5. Pembenahan manajemen transportasi umum perkotaan. Misalnya, setiap perusahaan angkutan umum wajib memenuhi standar pelayanan minimal untuk memenuhi bagi penggunanya berupa: keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan, keteraturan dan mengakomodir kebutuhan penyandang cacat.

6. Pembatasan lalu lintas kendaraan pada koridor atau kawasan tertentu pada waktu dan jalan tertentu. Seperti yang diterapkan di Jakarta yang dikenal dengan “kawasan 3 in 1” dalam berkendara.


(68)

DAFTAR PUSTAKA

C. Jotin Khisty & B. Kent Lall. 2003. Dasar-dasar Rekayasa Transportasi jilid 1 edisi ketiga. Erlangga. Jakarta.

C. Jotin Khisty & B. Kent Lall. 2006. Dasar-dasar Rekayasa Transportasi jilid 2 edisi ketiga. Erlangga. Jakarta.

Ilyas, M. 2004. mengatasi Emisi Melalui Perencanaan Sistem Transportasi Perkotaan dan kebijakan Pengendalianny

Kamaluddi, Rustian. 2003. Ekonomi Transportasi. Jakarta: Ghalia Indonesia Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisis, Perencanaan,

Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta.

Moenir. 2001. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara Munawar, Ahmad. 2005. Dasar-Dasar Tekhnik Transportasi. Yogyakarta: Beta

Offset.

Nasution. M.N. 2003. Manajemen Transportasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rahma, A & Salim, N. 2002. Menuju transportasi Berkelanjutan.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Tamin, O.Z. 2000. Perencanaan dan Permodelan Transportasi. Bandung: Tarsito Tjiptono, Fandy. 2001. Strategi Pemasaran. Edisi Pertama. Andi


(1)

dampak yang merugikan dan biaya tak terduga. Seperti biaya keselamatan. Setiap moda transportasi mungkin saja efesiensi dalam beberapa aspek namun tidak efisien dalam aspek lainnya.

J. Arah Kebijakan Pengembangan Transportasi Darat.

Arah kebijakan pengembangan transportasi darat terbagi atas beberapa bidang yaitu sebagai berikut:

1) Bidang Angkutan Jalan.

Pengembangan jaringan jalan transportasi jalan primer diarahkan untuk diitingkatkan kemampuan dan daya dukungan sesuai dengan beban lalu lintas terutama yang melayani dan menghubungkat pusat kegiatan nasional, kegiatan wilayah serta kawasan-kawasan adalan yang cepat berkembang dan untuk mengantisipasi pengembangan jalan tol bebas hambatan guna mendukung sistem transportasi cepat yang pembangunnanya dilakukan antara pemerintah dan swasta. Sedangkan pengembangan jaringan transportasi jalan sekunder dikembangkan secara terpadu dengan moda transportasi darat lainnya.

2) Bidang Penyeberangan.

Untuk daerah yang sudah berkembang diarahkan sebagai jembatan penghubung maupun sebagai alternatif untuk mengurangi beban lalu lintas di ruas jalan, disamping untuk penghubung pulau-pulau terpencil yang mempunyai nilai strategis baik dari segi pertahanan dan keamanan.


(2)

55

3) Bidang Trasportasi Perkotaan.

Arah pengembangan transportasi perkotaan ditunjukan untuk menciptakan keseimbangan antara sistem angkutan umum dan pergerakan kendaraan pribadi. Pengembangan sistem angkutan umum dan pergerakan angkutan pribadi dikembangkan secara terencana, terpadu antara berbagai jenis moda transportasi sesuai dengan besaran kota, fungsi kota.


(3)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN.

Adapun kesimpulan dari upaya Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan pelayanan transportasi darat adalah:

1. Mengembangkan sistem transportasi yang lebih efektif dan efisien bagi pelayanan masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan dalam bentuk peningkatan moda transportasi massal seperti adanya angkutan kota.

2. Pengembangan sirkulasi transportasi dilakukan melalui penetapan lokasi-lokasi terjadinya bangkitan lalu lintas pada masing-masing pusat kegiatan yang ada.

3. Pengembangan sirkulasi transportasi dilakukan melalui penetapan lokasi-lokasi terjadinya bangkitan lalu lintas pada masing-masing pusat kegiatan yang ada.

4. Pengembangan sistem sirkulasi regional yang dilakukan dengan koordinasi lintas kabupaten untuk merealisasikan jalan lingkar luar (Outer Ring Road) dan jalan lingkar dalam (Inner Ring Road).

5. Pengembangan fasilitas penunjang sistem transportasi, dilakukan melalui pengembangan sub terminal dan fasilitas penunjang lainnya.

6. Pengembangan jaringan jalan dan fungsi jaringan jalan dilakukan melaui peningkatan konstruksi jaringan jalan yang ada.


(4)

57

B. SARAN

Adapun saran dari upaya Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan pelayanan transportasi darat adalah:

1. Meningkatkan kapasitas jalan dan prasaranan transportasi. Misalnya, mengubah sirkulasi lalu lintas jalan satu arah, mengurangi konflik dipersimpangan melalui pembatasan arus tertentu dan memberikan sanksi jika ada yang melanggar.

2. Meningkatkan kondisi pelayanan prasarana jalan sesuai dengan standar pelayanan minimal. Misalnya, menyediakan tempat untuk para pejalan kaki dan penertiban terhadap parkir liar dipinggir jalan.

3. Meningkatkan profesionalisme SDM transportasi (petugas, disiplin operator dan pengguna di jalan), melalui pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, serta pembinaan teknis tentang pelayanan operasional transportasi. Contohnya, mengurangi kerusakan jalan dan pemasangan fasilitas keselamatan transportasi jalan yang meliputi pemasangan rambu-rambu jalan.

4. Mendukung pengembangan transportasi yang berkelanjutan yang dapat digunakan di masa yang akan datang dan lebih baik dari transportasi yang ada saat ini. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan untuk kepentingan umum, terutama saat lahan di perkotaan semakin sempit sehingga pemanfaatannya harus benar-benar diperhatikan dan menghentikan subsidi untuk kendaraan pribadi karena seharusnya subsidi tersebut


(5)

5. Pembenahan manajemen transportasi umum perkotaan. Misalnya, setiap perusahaan angkutan umum wajib memenuhi standar pelayanan minimal untuk memenuhi bagi penggunanya berupa: keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan, keteraturan dan mengakomodir kebutuhan penyandang cacat.

6. Pembatasan lalu lintas kendaraan pada koridor atau kawasan tertentu pada waktu dan jalan tertentu. Seperti yang diterapkan di Jakarta yang dikenal dengan “kawasan 3 in 1” dalam berkendara.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

C. Jotin Khisty & B. Kent Lall. 2003. Dasar-dasar Rekayasa Transportasi jilid 1 edisi ketiga. Erlangga. Jakarta.

C. Jotin Khisty & B. Kent Lall. 2006. Dasar-dasar Rekayasa Transportasi jilid 2 edisi ketiga. Erlangga. Jakarta.

Ilyas, M. 2004. mengatasi Emisi Melalui Perencanaan Sistem Transportasi Perkotaan dan kebijakan Pengendalianny

Kamaluddi, Rustian. 2003. Ekonomi Transportasi. Jakarta: Ghalia Indonesia Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisis, Perencanaan,

Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta.

Moenir. 2001. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara Munawar, Ahmad. 2005. Dasar-Dasar Tekhnik Transportasi. Yogyakarta: Beta

Offset.

Nasution. M.N. 2003. Manajemen Transportasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rahma, A & Salim, N. 2002. Menuju transportasi Berkelanjutan.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.