Manfaat Penelitian . Model Gogin Model Meter Horn

1.4 Manfaat Penelitian .

Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian tersebut sebagai berikut : 1. Secara Praktis, hasil penelitian ini di harapkan menjadi masukan atau sumbangan pemikiran Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Kota Medan demi berkembangnya instansi tersebut. 2. Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan menuangkanya dalam bentuk tulisan ilmiah berdasar- kan kajian- kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administerasi Negara 3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi, baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administerasi Negara.

1.5 Kerangka Teori

Sebagai titik tolak atau landasan berpikir dalam menyoroti atau memecahkan masalah , perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu. Menurut Hoy dan Miskel Sugiyono. 2004 : 5 Teori adalah seperangkat konsep, asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi. Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilihnya. Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara sebagai instalasi Pembina perhurhubungan di Sumatra Utara dalam hal pengawasan teknis kelayakan jalan serta hasil uji berkala. Setelah berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemererintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah KabupatenKota, Universitas Sumatera Utara terkendala dalam pelaksanaan tugas tersebut disebabkan tidak adanya hubungan hirarki antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupatenkota. Pengawasan perizinan dan operasional AKP dan AKDP tidak maksimal dijalankan, salah satunya disebabkan penertiban angkutan orang dengan Pelat hitam. Sulitnya memperoleh data populasi kendaraan, sehingga penetapan kebijakan pengawasan sulit dilakukan, permasalahan pendaftan kendaraan baru angkutan umum. Ada beberapa pilihan cara yang lazim ditempuh, antara lain dengan memperbesar kapasitas pelayanan dengan menambah armada. Dapat pula dengan menawarkan pilihan moda, yang bisa berarti pilihan lintasan atau mengatur pembagian waktu perjalanan. Hal lain yang dapat dilakukan adalah mengurangi permintaan melalui kebijakan yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.

1.5.1 Kebijakan Publik

Menurut Chandler dan Plana Tangkilisan, 20003 : 1 Berpendapat bahwa kebijakan Publik adalah pemanfaatan yang srategis terhadap sumber daya – Sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah – masalah publik atau pemerintahan. Kebijakan tersebut telah banyak membantu para pelaksana pada tingkat birokrasi pemerintah maupun para politisi untuk memcahkan masalah – masalah publik. Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan publik merupakan suatu intervensi yang dilakukan terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup dan ikut ber-partisispasi dalam pembangunanecara luas. untuk Studi Implementasi secara sungguh-sungguh dianggap muncul pertamakali pada tahun 1970-an saat Jeffrey Pressman Aaron Wildavsky 1973 menerbitkan bukunya yang sangat berpengaruh : Implementation, dan Erwin Hargrove 1975 dengan bukunya The Misssing link : The Study of Implementation of Social Policy yang Universitas Sumatera Utara mempertanyakan “missing link” antara formulasi kebijakan dan evaluasi dampak kebijakan dalam studi Kebijakan publik. Sejak saat itu studi tentang Implementasi mulai marak, terutama karena fakta menunjukkan berbagai intervensi pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah sosial terbukti tidak efektif. Hargrove menyatakan menyatakan selama ini studi tentang Pelayanan Publik hanya menitik beratkan pada studi tentang proses pembua- tan kebijakan dan studi tentang evaluasi, tapi mengabaikan permasalahan permasalahan pengimplementasian. Proses administrasi antara formulasi kebijakan dan hasil kebijakan dianggap sebagai kotak hitam black box yang tidak berhubungan dengan kebijakan terutama karena budaya administrasi di negara Inggris yang bersifat relatif tertutup Sampai akhir tahun 1960-an anggapan umum adalah bahwa mandat politik dalam policy sudah sangat jelas dan orang-orang administrasi akan melaksanakannya sesuai dengan yang diinginkan oleh “bos” mereka. Dua perspektif awal dalam studi implementasi didasarkan pada pertanyaan sejauhmana implementasi terpisah dari formulasi kebijakan, Yakni apakah suatu kebijakan dibuat oleh Pusat dan diimplementasikan oleh Daerah bersifat Top-Down atau kebijakan tersebut dibuat dengan melibatkan aspirasi dari bawah termasuk yang akan menjadi para pelaksananya Bottom-Up. Padahal persoalan ini hanya merupakan bagian dari permasalahan yang lebih luas, yakni bagaimana mengidentifikasikan gambaran-gambaran dari suatu proses yang sangat kompleks, dari berbagai ruang dan waktu, serta beragam aktor yang terlibat di dalamnya. Para penulis studi implementasipun memiliki keragaman tanggapan atas kekompleksan variabel yang terlibat di dalamnya. Ada penulis yang cukup berani menyederhanakannya dengan mengurangi variabel variabel tersebut, namun ada pula yang mencoba mengembangkan model studi implementasi dengan memperhitungkan seluruh variabel yang teridentifikasi dalam studi Universitas Sumatera Utara mereka. Oleh karenanya dalam Studi Implementasi pretensi untuk mengembangkan suatu teori implementasi yang bersifat umum Grand Theory yang dapat berlaku untuk semua kasus, di semua tempat dan waktu, hampir mustahil dicapai, karena yang dikembangkan tak lebih hanya akan menjadi teori “tindakan” atau teori “melaksanakan” bukan teori Implementasi Kebijakan. Secara umum yang membuat perbedaan pendekatan dalam teori Implementasi ini berkaitan dengan : 1. Keragaman issu-issu kebijakan, atau jenis kebijakan. Isu atau jenis kebijakan yang berbeda menghendaki perbedaan pendekatan pula, karena ada jenis kebijakan yang sejak awal diformulasikan sudah rumit karena melibatkan banyak faktor dan banyak aktor, dan ada pula yang relatif mudah. Kebijakan yang cakupannya luas dan menghendaki perubahan yang relatif besar tentu cara implementasi dan tingkat kesulitannya akan berbeda dengan kebijakan yang lebih sederhana. 2. Keragaman konteks kelembagaan, yang bisa meluas menyangkut pertanyaan sejauhmana generalisasi dapat diterapkan pada sistem politik dan konteks negara yang berbeda. Kebijakan yang sama dapat diimplementasikan dengan cara yang berbeda bergantung pada sistem politik serta kemampuan sistem administrasi negara yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara 1.5.2 Implementasi Kebijakan 1.5.2.1 Pengertian Implementasi kebijakan Implementasi kebijakan adalah bagian dari rangkaian proses kebujakan publik. Prose Kebijakan adalah Suatu rangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu : Peenyususnan agenda,formulsi kebijakan, adopsi , dan penilaian kebujakan Winarno, 2002 : 2009 Implementasi kebijakan juga merupakan rangkaian setelah suatu kebijakan dirumuskan. Tanpa Suatu kebijakan yang telah dirumuskan aka sia- sia belaka. Oleh karena itulah Implementasi kebijakan mempunyai kedudukan yang penting didalam kebiajakn publik. Tamgkilisan, 2003;17 . Meskipun demikian ,harus diakui kurang mendapat perhatian harusdikalangan ilmuwan kebijakan demikian, harus diakui bahwa diakui bahwa studi tentsng implementasi kebijakan mempunyao kedudukan yang penting didalam kebiajakan public kurang mendapatkan perhatian karena rumitnya interelasi yang teradapat didalamnya tentang hal ini tidak berarti bahhwa proses Implementasi diabaikan oleh para pembuat kebijakan dan analis – analisis kebijakanm dan juga tidak berarti bahwa hambatan – hambatan tersebut tidak dapat diatasi. Beberapa Ilmuwan maupun Kebijakan telah mulai menegembangkan studi Implementai kebijakan, Salah satu faktor yang menjandi pendorong adalah akibat dari hasil – hasil yang mengecewakan dari program – program sossial yang bertujuan mengindentifikasikan faktor – faktor yang membantu pemahaman proses Implementasi kebijakan .“ Winarno, 2002: 106 Menurut Robet Nakamura dan Frank Smallwood Tangkilisan, 2003 : 17 , Hal – hal yang berhubungan dengan Implementasi kebijakan adalah keberhasilan dalam mengevaliaso masalah dan kemudaon menerjemah kedalam keputusan – keputusan yang bersifat khusus. Universitas Sumatera Utara Webster Solichin, 2001: 64 merumuskan Implementasi secara pendek bahwa to implerment Mengimplementasikan berarti to provide the means for craying out menyediakan sarana untuk melakasanakan sesuatu ; t give prsticsl effect menimbulkan dampak aakibat terhadap sesuatu. Implikasi dari pandangan ini maka Implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai suatu pross melaksanakan keputusan kebijakan biasanya dalam bentuk undang – undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah eksekutif, dsn dekrit presiden . Jones Tangkilisan, 2003 : 17 menganalisis masalah pelaksanaan kebijakan dengan mendasar pada konsepsi kegiatan – kegiatan fungsional, Jones mengemukakan beberapa dimendi dari implementasi pemerintah mengenai program – program yang sudah disahkan, kemudian menentukan implementasi, juga ,membahas aktor – aktor yang terlibat dengan memfokuskan pada birokrasi yang merupakanlembaga eksekutor. Jadi Implementsi merupakan suatu proses yang dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha untuk mencari apa yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demukian implementasi mengatur kegiatan – kegiatan yang megarah pada penempatan program kedalam suatu kebijakan yang diinginkan Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implmentsi keputusan adalah : 1. Penafsiran yaitu merupakan kegiatan yang menterjemehakan makna program kedalam pengauturan yang dapat diterima dapat dijalankan 2. Organisasi yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program kedalam tujuan kebijakan 3. Penerapan yang berhubingan dengan perlengkapan ritin bagi pelayan, upah, dam lain – lain Universitas Sumatera Utara Setidaknya ada dua hal mengapa impelemntasi kebijakan pemerintah memiliki re;evasni : Pertama, secara praktis akan memberikan masukan bagi pelaksana operasional program sehingga dapat diseleksi apakah program telah bejalan sesuai dengan yang telah dirancang serta mendetekso kemungkinan tujuan kebijakan negative yang ditimbilkan. Kedua, memberikan alternative model pelaksanan program yang efektif. Berdasarkan pandangan yang diutarakan dapat disimpulkan, bahwa proses Implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan Administratif yang bertanggyng jawab untuk melaksanakan program yang menimbulkan ketaatan pada siri kelompok sasaran,melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan – kekuatan politik, ekonomi dan social yang langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat dan pada akhirnya berpengaruh terhadap tujuan kebijakan, baik yang negative maupun yang positif Tangkilisan. 2003:19

1.5.2.2 Model – Model Implementasi Kebijakan

Dalam rangka mengimplementasikan kebijakan publik ini dikenal beberapa model antara lain:

a.Model Gogin

Untuk mengimplementasikan kebijakan dengan Model Gogin, peru diidentifikasikan variabel – variabel yang mempengaruhi tujuan – tujuan formal padakeselurihan proses Implementsi, yakni: 1. Bentuk isi kebijakan, termasuk didalamnya kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi. Universitas Sumatera Utara 2. Kemampuan organisasi dengan segala sumber daya berupadana maupun insentif lainya yang akan mendukung implementasi secara efektif dan 3. Pengaruh lingkungan , kecenderungan dari masyarakat dapat berupa karateristik, motivasi. Kecenderungan hubungan antara warga masyarakat, termasuk pola komunikasinya b.Model Grindle Grindle menciptakan model implementasi sebagai kaitan antara tujuan kebijakan dan hasil – hasilnya, selanjutnya pada model ini hasil kebijakan yang dicapai akan mempengaruhi oleh kebijaksn ysng terdiri dari : 1.Kepentingan – kepentingan yang dipengaruhi. 2.Jenis atau tipe – tipe manfaat yang dihasilan 3.Derajat Perubahan yang diharapkan 4.Letak pengambilan keputusan 5.Pelaksanaan program, dan 6.Sumber daya yang dilakukan

c. Model Meter Horn

Dalam model Meter dan Horn, Impelemenyasi kebijakan yang dipengaruhi oleh enam faktor, yaitu : 1. Standat kebijakan dan sasaran yang akan menjelaskan rician tujuan yang akan menjelaskan rincian tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh Universitas Sumatera Utara 2. Sumber daya kebijakan berupa pendukung impelmentasi 3. Komunikasi Inter organisasi dan akyivitas pengukuran digunakan oleh pelaksana uyuk memakai tujuan yang hendak dicapai 4. Karateristik pelaksana, artinya karateristik organisasi merupakan faktor krusial yang akan menemhtukan berhsil tidaknya suatu program 5. Kondisi sosdial ekonomi dan poliik yang dapat emmepengaruhi hasil kebjakan 6. Sikap pelaksana dalam memahami kebijakan yang akan ditetapkan

d. Model Deskriptif