BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI DAN MASYARAKAT DESA PEGAJAHAN
2.1. Sejarah Singkat Kabupaten Serdang Bedagai dan Desa Pegajahan
Hari jadi kabupaten yang beribukota Sei Rampah ini adalah kabupaten yang dimekarkan dari Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan UU RI Nomor 36
Tahun 2003 pada tanggal 18 Desember 2003, semasa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri dan Bupatinya adalah Ir. HT Erry Nuradi MBA, Wakil
Bupati adalah Ir. Soekarmin serta sekretaris Kepala Daerah adalah Ir. H. Djalil Azwar,M.Si. Ketiga pimpinan ini dikenal sangat kompak, sehingga menjadikan
Serdang Bedagai menjadi Kabupaten Pemekaran Terbaik di Indonesia, dan Kabupaten terbaik di Sumatera Utara.
Proses lahirnya undang-undang tentang pembentukan Sergai sebagai kabupaten pemekaran merujuk pada usulan yang disampaikan melalui Keputusan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 18K2002 tanggal 21 Agustus 2002 tentang Persetujuan Pemekaran Kabupaten Deli
Serdang, kemudian Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 26KDPRD2003 tanggal 10 Maret 2003 tentang Persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Deli Serdang atas usul rencana pemekaran Kabupaten Deli Serdang menjadi 2 dua Kabupaten yaitu Kabupaten
Deli Serdang sebagai kabupaten induk, dan Kabupaten Serdang Bedagai. Potensi sumber daya alam yang paling menonjol di Kabupaten Serdang
Bedagai diantaranya sektor pertanian, perkebunan, perikanan, serta sektor pariwisata. Salah satu kecamatan Kabupaten Serdang Bedagai yaitu Kecamatan
Pegajahan juga telah menjadi sorotan masyarakat dan dianggap menjadi salah satu dari sektor pariwisata dikarenakan salah satu desanya ada sesuatu yang dianggap
menjadi keunikan bagi kecamatan tersebut. Keunikan tersebut dikarenakan adanya suatu pura yang dimiliki oleh umat Hindu Bali di Kecamatan tersebut,
lebih tepatnya terletak di Desa Pegajahan dusun Harapan II. Desa inilah yang menjadi lokasi dalam penelitian ini
Desa Pegajahan sebagai sentra kerajinan rumahan makanan atau lebih dikenal dengan home industry, tidak kalah pentingnya di sekitar beberapa daerah
di Kabupaten Sumatera Utara, khususnya bagi penduduk kota Medan. Desa Pegajahan yang terletak jauh dari pusat kota memiliki udara yang segar dan masih
banyak ditumbuhi oleh banyak pepohonan, kebun-kebun sawit dan coklat membuat suasana pagi terasa lebih nyaman, jauh dari kebisingan kota serta polusi
udara yang telah menjadi menu harian penduduk kota, kini selalu didatangi oleh kalangan masyarakat pedagang jajanan makanan ringan dari berbagai penjuru
yang ada di Sumatera Utara, karena selain ingin mengakses langsung berbagai jenis bahan makanan ringan setengah jadi dari ubi, belakangan sebahagian
masyarakat juga datang untuk melihat langsung proses dan aktivitas pembuatan makanan ringan dan sebahagian lagi masyarakat yang datang untuk berwisata.
Alam yang masih asri bukanlah salah satu penarik datangnya masyarakat luar ke Desa Pegajahan. Masyarakat pengunjung juga biasanya akan mendatangi
lingkungan Kampung Bali di Pegajahan. Kampung Bali merupakan kampung yang berpenghuni orang-orang yang berasal dari Bali, yang menurut ceritanya
warga Bali yang tinggal di Pegajahan bermula dari buruh kontrak yang didatangkan langsung dari Pulau Bali oleh perusahaan perkebunan PTPN IV
Adolina sekitar tahun 1963 dan mereka adalah korban peletusan Gunung Agung yang terjadi pada tahun 1962.
Sebelum datangnya etnik Bali ke Desa Pegajahan, desa ini adalah desa yang pertama kalinya dibuka oleh masyarakat Simalungun yang ber-marga
kelompok kekerabatan yang eksogami dan unilier baik secara matrilineal maupun patrilineal Saragih, Purba dan Sinaga
14
Berdasarkan administrasi pemerintahan, Desa Pegajahan merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai
Provinsi Sumatera Utara, terbagi atas 6 enam dusun yaitu : Dusun Perjuangan, Dusun Harapan I, Dusun Harapan II, Dusun Sari Asih, Dusun Karang Asih dan
. Nama Pegajahan merupakan penamaan konstektual yang berasal dari
bahasa Simalungun yaitu Pargajahan, yang artinya tempat gajah. Dimana mereka pertama kali menemukan beberapa ekor gajah liar di
desa ini , itulah yang
melatarbelakangi mereka etnik Simalungun menamakan desa tersebut sebagai Desa Pargajahan. Seiring waktu berjalan nama Pargajahan mengalami perubahan
penyebutan menjadi Pergajahan hingga tahun 1974. Nama desa ini berubah kembali penyebutannya menjadi Pegajahan dikarenakan semakin banyaknya etnik
pendatang di luar etnik Simalungun yang menyebutkan Desa Pergajahan dengan berbagai macam bahasa dan penyebutannya yang akhirnya nama desa tersebut
dikenal dengan Desa Pegajahan.
2.2. Batas Wilayah dan Aksebilitas Desa
14
Proses perpindahan ini berlatarbelakang dari konflik sesama etnik Simalungun di Raya salah satu desa di Simalungun pada tahun 1700-an. Konflik tersebut adalah konflik antar desa
yang menyebabkan sebagian penduduk Desa Raya lari dan mencari tempat yang aman dari serangan desa lawannya yang akhirnya mereka sampai di Desa Pegajahan dan menetap di desa
tersebut.
Dusun Pelita. Adapun batas wilayah Desa Pegajahan yang dijabarkan di bawah ini : Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lestari Dadi
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukasari
- Sebelah Timur berbatasan dengan Perkebnan PTPN II
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bingkai
Gambar 2.1 : Peta geografi desa Pegajahan
Adapun orbitasi waktu dan jarak tempuh desa ini yang dapat dilihat dari penjelasan di bawah ini :
Jarak dari desa ke kecamatan dapat menempuh jarak sekitar 2 dua kilometer dan menghabiskan waktu hanya 5 lima menit saja
- Jarak dari desa ke kabupaten menempuh jarak sekitar 30 tiga puluh
kilometer dan menghabiskan waktu 1,5 satu setengah jam
- Jarak dari desa ke provinsi menempuh jarak 60 enam puluh kilometer dan
menghabiskan waktu selama 2-3 jam Untuk mencapai Desa Pegajahan hanya dapat menggunakan satu jalur
perhubungan yaitu perhubungan darat. Namun, tidak ada angkutan umum yang trayeknya melewati Desa pegajahan. Penduduk Desa Pegajahan hanya menggunakan kendaraan
pribadi atau memakai jasa angkutan lain seperti ojek dan becak motor bettor untuk berpergian dari luar dan keluar desa. Kondisi jalan yang sangat rusak dan berlobang-
lobang sangat mengganggu perjalanan, sehingga menyulitkan kendaraan melewatinya. Jika ingin lebih sedikit nyaman, maka dapat menyewa bettor dengan ongkos Rp.20.000,-
dari pertigaan jalan lintas Sumatera Utara menuju Desa Pegajahan ataupun Taxi dengan tarif sesuai agrometer taxi tersebut.
Dilihat dari peta Kecamatan Pegajahan, Desa Pegajahan termasuk salah satu daerah yang strategis yang merupakan daerah perkembangan kecamatan. Hal
tersebut dikarenakan besarnya semangat kerjasama masyarakat Desa Pegajahan untuk mengembangkan desanya, keperdulian masyarakat untuk membangun
desanya dengan ikut bergotong-royong membangun fasilitas-fasilitas yang diperlukan seperti sekolah, rumah ibadah, jembatan, jalan, dan sebagainya.
Pembangunan jembatan antar dusun di Desa Pegajahan juga dilakukan karena kekompakan mereka, sehingga ketika mereka ingin berkunjung ke dusun-
dusun yang lainnya mereka tidak perlu lagi jauh-jauh keliling dusun yang lain, dan mereka juga tidak perlu membayar jasa angkutan karena jarak yang ditempuh
antar dusun sudah tidak terlalu jauh lagi bahkan bisa ditempuh dengan berjalan kaki saja.
Gambar 2.2 : Pembuatan Titi Jembatan Dsn. Perjuangan menuju Dsn. Karangsari Desa
Gambar 2.3 : Perbaikan Titi Jembatan
Masyarakat memanfaatkan dengan baik lahan-lahan kosong yang mereka gunakan untuk membangun sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh semua
masyarakat Desa Pegajahan, dari dusun yang pertama sampai dusun yang terakhir. Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan berikut ini sumber profil desa buku I :
pemanfaatan lahan kosong sebanyak 2 dua hektar untuk pembangunan sekolah yang berjumlah 2 unit untuk sekolah SD Sekolah Dasar dan SLTP Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama, 5 lima hektar untuk jalan, 15 lima belas hektar untuk ladang atau tegalan, 2 dua hektar untuk padang ilalang, untuk mesjid yang
berjumlah 1 satu unit, pura yang berjumlah 1 satu unit, gereja yang berjumlah 1 satu unit, kantor kepala desa berjumlah 1 satu unit dan puskesmas berjumlah
1 satu unit.
2.3. Pola Pemukiman
Desa Pegajahan merupakan desa yang paling akhir di jumpai dari Kecamatan Pegajahan apabila jalan masuknya melalui jalan lintas Sumatera dan
pusat kota Perbaungan, desa pertama yang di lewati adalah Desa Melati dan berakhir di Desa Pegajahan, dimana awal masuk dari arah Utara yang berbatasan
dengan Desa Lestari Dadi ke desa pegajahan tersebut, disepanjang jalan akan dijumpai pohon-pohon kelapa sawit serta lahan-lahan kosong yang masih banyak
yang tidak dipergunakan masyarakat setempat. Perjalanan selanjutnya yang pertama dijumpai adalah Dusun Karang Asih, jika belok kanan memasuki Dusun
Harapan I, jika belok kiri akan memasuki Dusun Sri Asih, dan jika mengikuti jalan lurus akan memasuki Dusun Pelita dan seterusnya sampai di ujung jalan
desa dijumpai Dusun Harapan II dimana pertama kalinya akan terlihat sebuah pura Bali.
Rumah-rumah yang dijumpai di desa tersebut banyak terbuat dari batu bata dan semen serta beratapkan seng, namun ada juga rumah dengan lantai
semen, dinding setengah batu dan setengah papan serta beratapkan daun rumbia. Pada umumnya dan kebanyakan rumah penduduk di Dusun Harapan II ini dicat
berwarna putih sehingga terlihat lebih bersih dan terang serta beratap seng yang sudah terlihat berwarna kecoklatan. Hampir semua rumah penduduk memiliki
pekarangan halaman yang luas dan biasanya dijadikan sebagai tempat menjemur hasil tani seperti padi dan lainnya. Selain itu, sebahagian rumah penduduk
memiliki kandang sapi, ayam dan bebek. Pemilik kandang sapi di Pegajahan adalah etnik Bali, dikarenakan hewan sapi merupakan hewan yang penting atau
berharga dalam kepercayaan mereka
15
Secara umum penduduk Desa Pegajahan adalah mayoritas etnik Simalungun dikarenakan suku ini adalah suku asli yang pertama-tama mendiami
Desa Pegajahan. Saat ini, selain etnik Simalungun sudah ada etnik lain yang menetap seperti etnik Jawa, Bali, Toba dan beberapa etnik lainnya. Untuk
, namun etnik Bali juga memelihara ayam atau bebek seperti masyarakat Desa Pegajahan kebanyakan, kedua hewan ini
dipelihara selain untuk dikonsumsi sendiri juga memiliki fungsi lain dalam setiap sesajen dalam upacara-uapacara adat Bali.
2.4. Kependudukan
15
Menurut kepercayaan orang Hindu sapi merupakan hewan yang dianggap suci, karena dari susu sapi mereka diberikan kehidupan, sapi juga hewan yang dapat membantu pekerjaan
manusia dalam bertani dan berladang, maka dari itu sapi bagi masyarakat Hindu sudah dianggap sebgai Dewa.
masyarakat yang beretnik Bali, masuk ke Desa Pegajahan karena pada awalnya mereka adalah buruh tani yang bekerja di PTPN II, jadi setelah pensiun mereka
keluar dari mess PTPN dan pindah ke Pegajahan dimana penduduk Desa Pegajahan juga adalah para petani yang mengerjakan lahan kosong milik
perusahaan yang terdapat di desa tersebut. Dengan demikian, di desa tersebut etnik Bali kembali bekerja menjadi buruh tani.
Mengenai jumlah penduduk Desa Pegajahan yang mempunyai luas sekitar 10.19 Km
2
yang didapat dari data desa pada bulan April 2006 dengan keseluruhan penduduk 3.361 jiwa dan terdiri dari 780 kepala keluarga KK. Dari jumlah
tersebut dapat dirincikan lagi yaitu, Etnik Simalungun mayoritas terdiri dari 46.85, Etnik Jawa 41.1, Etnik Karo 2.3, Etnik Toba 7.09 dan etnik lainnya
sekitar 2.66. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel jumlah penduduk Desa
Pegajahan yang diuraikan berdasarkan umur dan jenis kelamin, serta dapat disimpulkan bahwa rata-rata penduduk Desa Pegajahan ini berada pada usia
sekolah, baik tingkat Sekolah Dasar SD, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA, maupun tingkat Akademi atau
Perguruan Tinggi.
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Desa Pegajahan Berdasarkan Golongan Usia dan
Jenis Kelamin
No Golongan Umur
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1
0 - 12 Bulan 39
39 78
2
13 Bulan - 4 Tahun 50
52 102
3
5 – 6 Tahun 126
127 253
4
7 - 12 Tahun 314
315 629
5
13 - 15 Tahun 215
217 432
6
16 - 18 Tahun 187
132 375
7
19 - 25 Tahun 212
212 424
8
26 - 35 Tahun 164
164 328
9
36 - 45 Tahun 164
166 327
10
46 - 50 Tahun 134
134 268
11
51 - 60 Tahun 124
120 242
12
61 - 75 Tahun 51
52 103
13
Lebih dari 76 Tahun 47
53 100
JUMLAH 1821
1840 3661
Sumber : Profil Desa Pegajahan Buku I Tahun 2009
Pada umumnya mata pencaharian pada penduduk Desa Pegajahan ini adalah bertani, namun banyak juga pekerjaan sampingan yang mereka lakukan
untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka. Untuk anak-anak remaja yang tidak melanjutkan sekolahnya, mereka lebih memilih mencari pekerjaan di kota-
kota besar seperti Medan, Tebing Tinggi dan Pematang Siantar, hal dikarenakan mereka tidak berminat bekerja di sektor pertanian, dan juga dikarenakan
minimnya lowongan pekerjaan di Desa Pegajahan. Untuk lebih jelasnya keterangan mengenai jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian, akan
dijelaskan pada tabel di bawah :
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Desa Pegajahan Berdasarkan Mata Pencaharian
No Status
Jumlah Orang 1
2 3
1 Pemilik Tanah Sawah atau Tegalan
10 2
Buruh Tani 20
3 Pegawai kelurahan
4 4
Guru 50
5 PNS ABRI
40 6
Bidan 4
7 Mantri Kesehatan Perawat
1 8
Dokter 2
9 PNS lainnya
12 10 Pensiunan ABRI SIPIL
13 11 Pegawai Swasta
16 12 Pegawai BUMN
5 13 Pensiunan Swasta
12 14 Usaha lainnya
170
JUMLAH 359
Sumber : Profil Desa Pegajahan Buku I Tahun 2009
Dari semua pekerjaan yang telah dijabarkan di atas, usaha home industry tidak dimasukkan karena usaha itu tidak setiap harinya mereka lakukan, hanya
pada saat-saat tertentu saja. Misalnya pada hari-hari besar seperti lebaran, tahun baru dan sebagainya, dimana mereka akan menyetor hasil usahanya ke daerah-
daerah yang bisa menjual dan salah satunya adalah Pasar Bengkel. Sementara itu, jumlah penduduk berdasarkan kepala keluarga dapat dilihat
pada tabel di bawah ini yang menjelaskan bahwa di Dusun Perjuangan terdapat 194 Kepala Keluarga KK, di Dusun Harapan I sebanyak 92 KK, di Dusun
Harapan II sebanyak 108 KK, di Dusun Sri Asih sebanyak 61 KK, di Dusun Karang Asih sebanyak 287 KK, dan yang terakhir di Dusun Pelita sebanyak 205
KK.
Tabel 2.3 Berdasarkan Kepala Keluarga No
Dusun KK
L P
Anggota Keluarga
1 2
3 4
5 6
1 Perjuangan I
194 377 375
752 2
Haapan I 92
216 219 435
3 Harapan II
108 192 194
386 4
Sri Asih 61
125 129 254
5 Karang Asih
287 587 591
1178 6
Pelita 205
373 379 752
Sumber : Profil Desa Pegajahan Buku I Tahun 2009
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting bagi manusia. Sehingga setiap orang atau keluarga selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan
pendidikannya. Di Desa Pegajahan sudah terdapat 3 tiga unit sekolah yang terdiri dari 2 dua unit bangunan Sekolah Dasar SD, 1 satu unit bangunan
untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP dan untuk Sekolah Menengah Atas masih sedang dalam perencanaan, jadi jika ingin melanjutkan ke SMA
mereka harus pergi ke luar daerahnya untuk bersekolah. Untuk Taman Kanak- kanak TK memang sudah berjalan, namun prosesnya dilakukan di Kantor
Kepala Desa Pegajahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 2.4 Prasarana Pendidikan Formal No
Prasarana Keterangan Jumlah
Kondisi AdaTidak
Unit BaikRusak
1 TK
Tidak -
- 2
SD Ada
2 Baik
3 SLTP Mts
Ada 1
Baik 4
SLTA Tidak
- -
5 UniversitasAkademi
Tidak -
-
Sumber : Profil Desa Pegajahan Buku I Tahun 2009
Adanya prasarana yang lumayan memadai, maka diharapkan dapat menghasilkan bibit masa depan yang baik dalam pembangunan Desa Pegajahan
ini. Di Desa Pegajahan ini, perempuan yang lebih tinggi kemauannya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 2.5 Tingkat Pendidikan Penduduk No
Uraian Laki-laki
Perempuan Jumlah Tamat Pendidikan Umum
1 SDSederajat
255 320
575 2
SLTPSederajat 443
410 553
3 SLTASederajat
679 430
1109 4
Akademi 20
10 30
5 Universitas
9 15
54
Jumlah seluruhnya 1236
1185 2431
Sumber : Profil Desa Pegajahan Buku I Tahun 2009
Dari tabel-tabel pendidikan di atas, dapat digambarkan bahwa penduduk desa ini sangat memperhatikan sektor pendidikan dengan adanya bangunan-
bangunan sekolah baik SDsederajat maupun SLTAsederajat dapat menjadi cerminan bagi penduduk Desa Pegajahan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
di Indonesia. Untuk universitas atau akademi mereka dapat melanjutkannya di luar Desa Pegajahan menuju kota Medan atau kota-kota lain di Sumatera Utara
atau di luar Sumatera.
2.5. Sistem Sosial Masyarakat Desa Pegajahan
Secara umum, penduduk dapat dikatakan sebagai kelompok orang yang menempati areal tertentu yang sifatnya menetap ataupun hanya bersifat sementara.
Mengetahui keadaan penduduk suatu wilayah memberikan keterangan yang lebih luas lagi tentang keadaan di sekitarnya. Tabel di bawah ini akan memberikan
penjelasan keadaan penduduk yang menempati Desa Pegajahan.
Penduduk Desa Pegajahan ini hampir setengahnya beragama Kristen Protestan, Islam menduduki tempat kedua dan aliran kepercayaan lain menduduki
tempat ketiga dan sisanya agama Budha dan Hindu. Di sini dapat dilihat bahwasannya pemeluk agama yang mayoritas dapat bertoleransi dengan pemeluk
agama yang minoritas sehingga tidak terjadi konflik antar agama di desa ini.
Tabel 2.6 Aliran AgamaKepercayaan No
Agama Jumlah
1 Islam
1626 2
Kristen Protestan 1845
3 Kristen Katolik
171 4
Hindu 19
5 Budha
- 6
Aliran Kepercayaan -
Jumlah 3661
Sumber : Profil Desa Buku I
Penduduk Desa Pegajahan umumnya dikategorikan etnik Batak dengan sub-etnik yang beragam, antara lain: Toba, Simalungun, Jawa, dan Bali. Sistem
kekerabatan penduduk Desa Pegajahan mengikuti garis keturunan laki-laki atau patrilineal. Dalam berkomunikasi, biasanya mayarakat Desa Pegajahan umumnya
memakai bahasa Indonesia, namun banyak juga yang memakai bahasa Batak untuk berkomunikasi dengan orang lain. Misalnya, etnik Bali di Pegajahan yang
menggunakan bahasa batak jika berbicara dengan etnik batak di Pegajahan meskipun bahasa batak yang mereka ucapkan tidak sefasih aslinya.
Untuk meningkatkan komunikasi atau silahturahmi, masyarakat Pegajahan membentuk atau mengikuti beberapa organisasi. Organisasi pertama adalah
Himpunan Masyarakat Adat HIMASDAT, dimana seluruh masyarakat Desa
Pegajahan pergi ke luar desa menuju Kabupaten Serdang Bedagai dan ikut berkumpul dengan semua masyarakat di Kabupaten Serdang Bedagai. Dalam
acara ini, semua masyarakat diwajibkan memakai pakaian sesuai dengan adatnya masing-masing, agar masyarakat yang satu dengan yang lainnya dapat mengetahui
adat-istiadat yang lainnya. Organisasi sosial yang lainnya yang diikuti oleh masyarakat Desa
Pegajahan adalah organisasi umum. Organisasi yang dimaksud adalah sebuah wadah atau perkumpulan yang mengurusi kepentingan umum, seperti STM
Serikat Tolong Menolong, Kelompok Tani, Karang Taruna, LKMD Lembaga Kerjasama Masyarakat Desa. Misalnya, STM yang beragama Islam berbeda
dengan STM yang beragama Kristen Protestan dan Katholik, semuanya
memiliki struktur dan kelembagaan yang diakui oleh masyarakat Desa Pegajahan. 2.6 Aktivitas Sosial Budaya Masyarakat Bali
Norma dan aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat Bali di Desa Pegajahan bermacam bentuknya. Nilai menurut C. Kluckhohn adalah kumpulan
sikap perasaan terhadap suatu hal mengenai baik, buruk, benar, salah, patut tidak patut, mulia tidak mulia dan penting tidak penting. Nilai yang masih terwujud di
Desa Pegajahan adalah nilai kebersamaan yang ditunjukkan dengan gotong- royong. Norma adalah ukuran yang digunakan oleh masyarakat untuk mengukur
apakah tindakan yang dilakukan merupakan tindakan yang wajar dan dapat diterima atau tindakan yang menyimpang. Norma yang masih diwujudkan etnik
Bali di Pegajahan adalah dengan menhormati orang lain, misalnya etnik Bali yang sangat menghormati keluarga pendeta yang memiliki kasta yang lebih tinggi dari
masyarakat biasa, juga anak yang harus menghormati orangtuanya. Demikian juga
dengan aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh etnik Bali di Pegajahan, dengan menjalankan upacara religius yang dilakukan di pura ataupun di sanggah juga
dengan membuat sesajen-sesajen setiap harinya yang dipersembahkan untuk dewanya.
Setiap harinya etnik Bali di Pegajahan melakukan sembahyang, seperti yang mereka lakukan biasanya di daerah asalnya. Oleh sebab itu dibangunlah
sebuah pura untuk tempat mereka beribadah, sehingga mereka tidak lagi harus pergi jauh-jauh ke kota Medan untuk menumpang di kuil tempat ibadahnya umat
Hindu Tamil. Selain kegiatan keagamaan, kondisi rumah mereka juga terlihat begitu
kentalnya budaya Bali yang mereka bawa. Mulai dari halaman rumah sampai ke dalam rumah terlihat benda-benda yang berornamen Bali. Meskipun tidak
sepenuhnya kegiatan-kegiatan yang biasa mereka lakukan di daerah asalnya tidak bisa terwujud di Desa Pegajahan, tidak membuat mereka kecewa dikarenakan hal
tersebut tidak bisa dilaksanakan karena masalah situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan.
Adaptasi yang dilakukan etnik Bali di Desa Pegajahan bermacam-macam bentuknya, bisa melalui bahasa yang mereka gunakan untuk berinteraksi dengan
masyarakat setempat atau juga dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan oleh masyarakat setempat. Etnik Bali biasanya menggunakan bahasa
Indonesia untuk berinteraksi dengan etnik yang lainnya di desa tersebut, bahkan mereka mau belajar bahasa-bahasa dari etnik lain, sehingga terkadang mereka
menggunakan bahasa Batak untuk berbicara dengan etnik batak meskipun dengan pengucapan yang tidak sefasih aslinya.
Selain bahasa, etnik Bali di Pegajahan juga melakukan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Pegajahan lainnya,
misalnya dengan mengikuti kegiatan gotong-royong, LKMD Lembaga Kerjasama Masyarakat Desa, mereka juga mau membantu dengan memberikan
sumbangan-sumbangan untuk kegiatan-kegiatan di Desa pegajahan, misalnya untuk pelaksanaan acara 17 agustusan dan acara-acara yang lainnya.
Dengan demikian, berdasarkan uraian jawaban pertanyaan penelitian maka dapat dikatakan bahwa etnik Bali di desa tersebut mampu beradaptasi di luar
daerah asalnya bahkan mereka berhasil mereproduksi kebudayaannya di Desa Pegajahan dan mewujudkan Desa Pegajahan sebagai ‘Kampung Bali’. Dari hal
tersebut, dapat dikaetahui bahwa etnik Bali tidak hanya bisa berkembang di
daerahnya sendiri, namun di luar daerahnya pun mereka bisa tetap eksis.
BAB III PENGENALAN WUKU