ditangung oleh agen untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agen akan bertindak untuk kepentingan prinsipal. Residual loss merupakan
pengorbanan yang disebabkan karena berkurangnya kemakmuran prinsipal sebagai akibat dari perbedaan keputusan agen dan keputusan prinsipal.
Hendriksen 2002 maupun Jensen dan Meckling 1976 setuju bahwa untuk mengatasi masalah-masalah antara prinsipal dan agen dibutuhkan pihak ketiga
yang independen. Pihak ketiga yang dimaksud adalah auditor independen. Tugas auditor adalah memberikan opini atas laporan keuangan mengenai kewajarannya.
Selain itu, auditor juga harus mempertimbangkan kelangsungan hidup perusahaan. Dengan adanya auditor yang independen, agent dapat membuktikan kepada
principal bahwa kepercayaan yang diberikan oleh principal kepada agent tidak disalahgunakan demi kepentingan pribadi agent, sehingga principal memiliki
keyakinan yang lebih besar kepada agent untuk mengetahui sebaik apa kondisi perusahaan di bawah pengambilan keputusan agent. Selain itu, auditor
independen diharapkan dapat meminimalisir kecurangan terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen sekaligus dapat mengevaluasi kinerja
agent sehingga dapat menghasilkan sistem informasi yang relevan yang berguna bagi investor, kreditur dalam mengambil keputusan yang rasional untuk investasi.
2.1.2 Teori Sinyal Signalling Theory
Teori sinyal menjelaskan mengenai cara sebuah perusahaan dalam memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan, yaitu berupa informasi
yang diungkapkan manajemen Butarbutar, 2011. Menurut Jogiyanto 2010,
informasi yang dipublikasikan oleh manajemen akan memberikan sinyal bagi investor dan kreditur dalam mengambil keputusan. Pada saat informasi telah
diungkapkan kepada publik, pelaku pasar akan menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sebuah sinyal baik atau sinyal buruk.
Pengungkapan informasi-informasi tersebut merupakan salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi yang terjadi antara principal dan agent.
Asimetri informasi tersebut dapat disebabkan karena informasi yang disampaikan agent kepada principal terkadang tidak sesuai dengan informasi dengan kondisi
dan ukuran keberhasilan perusahaan yang sebenarnya. Menurut Butarbutar 2011, informasi yang diungkapkan oleh perusahaan
terdapat pada laporan keuangan keuangan perusahaan yang dipublikasikan. Laporan keuangan tersebut menyajikan informasi-informasi akuntansi yang
berupa informasi data keuangan penting serta informasi non keuangan yang berupa profil perusahaan, tata kelola perusahaan, dan informasi non keuangan
lainnya yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Perusahaan yang mengungkapkan banyak informasi dianggap memberikan berita baik good news,
sedangkan perusahaan yang sedikit mengungkapkan informasi dianggap sebagai berita buruk bad news.
2.1.3 Teori Atribusi Attribution Theory
Konsep yang mendasari tentang ketepatan dalam pemberian opini audit merujuk kepada teori akuntansi keperilakuan, yaitu teori atribusi. Teori atribusi
merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang. Teori ini
dikembangkan oleh Fritz Heider pada tahun 1958. Teori atribusi ini mengacu pada bagaimana seseorang menjelaskan penyebab perilaku pada orang lain atau diri
sendiri. Fritz Heider mengatakan bahwa perilaku seseorang dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu kekuatan internal dan kekuatan eksternal. Perilaku yang
disebabkan oleh kekuatan yang bersifat internal tersebut diyakini berasal dari dalam pribadi individu itu sendiri. Contoh dari kekuatan internal tersebut adalah
kemampuan, pengetahuan, dan usaha. Sedangkan perilaku yang berasal dari kekuatan eksternal tersebut merupakan hasil dari tekanan pada situasi atau
keadaan tertentu yang memaksa seseorang melakukan perbuatan tertentu. Contoh dari kekuatan eksternal ini dapat berupa kesempatan dan lingkungan Lubis,
2010. Dalam menentukan apakah penyebab perilaku secara internal atau
eksternal pada teori atribusi, Lubis 2010 dalam buku akuntansi keperilakuan menjelaskan terdapat tiga peran perilaku:
a. Perbedaan Distinctiveness
Perbedaan distinctiveness mengacu pada apakah seseorang individu akan bertindak sama dalam berbagai keadaan.
b. Konsensus Consensus
Konsensus consensus mempertimbangkan bagaimana perilaku seorang individu dibandingkan dengan individu lain pada situasi yang sama. Apabila
setiap orang dihadapkan pada situasi yang sama dan menanggapi situasi tersebut dengan cara yang sama, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku
tersebut menunjukkan konsensus.
c. Konsistensi Consistency
Konsistensi consistency merupakan suatu tindakan yang diulangi sepanjang waktu
Sesuai dengan penjelasan teori atribusi diatas, pengaruh mengenai perilaku seseorang inilah yang diyakini dapat membuat seorang auditor dapat berlaku
secara independen atau tidak dalam memberikan opini audit pada suatu perusahaan. Kecenderungan pemberian opini audit pada perusahaan dapat
dipengaruhi oleh kekuatan internal dari auditor itu sendiri, misalnya pengetahuan akan situasi dan kondisi yang terjadi pada suatu perusahaan yang dapat
menyebabkan auditor memberikan opini tertentu mengenai kewajaran pada laporan keuangan perusahaan. Selain itu, pengalaman yang telah dimiliki oleh
auditor dalam pemberian opini perusahaan apakah cenderung akan sama atau berbeda akibat adanya pengaruh dari kekuatan eksternal yang berupa tekanan atau
desakan dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan tersebut.
2.1.4 Opini Audit