Pengaruh Audit Tenure, Opini Audit Tahun Sebelumnya dan Disclosure terhadap Opini Audit Going Concern Perusahaan Tambang dan Agriculture yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2014

(1)

PENGARUH AUDIT TENURE, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA, DAN DISCLOSURE TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN PERUSAHAAN TAMBANG DAN AGRICULTURE YANG TERDAFTAR

DI BEI TAHUN 2011-2014

Oleh:

MUHAMMAD NUR FAHMI NIM: 1111082000073

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Muhammad Nur Fahmi NIM : 1111082000073

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 1 September 2015


(6)

ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Muhammad Nur Fahmi

Tanggal Lahir : 7 Desember 1993

Jenis Kelamin : Pria

Agama : Islam

Status Pernikahan : Belum Menikah

Alamat : Jl. H. Zainudin, Radio Dalam, RT: 003 RW: 014 No. 36 Kebayoran Baru Jakarta Selatan

Kode Post : 14120

Nomor Telepon : 083899785320

E-mail : fahmialung@yahoo.co.id nurfahmi0712@gmail.com Kewarganegaraan : Indonesia

Riwayat Pendidikan Pendidikan Formal :

1999 – 2005 : SD Negeri 07 Gandaria Utara 2005 – 2008 : MTs Darul Ma’arif


(7)

iii

2011 – 2015 : Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pengalaman Berorganisasi

 OSIS MTs Darul Ma’arif

 Karang Taruna Bid.Olahraga

 Kordinator Biro Sarana dan Prasarana Rohis SMA 46  Bid. Syiar Forum Alumni Rohis 46

 Ketua Lembaga Dakwah Kampus Komisariat FEB UIN Jakarta Periode 2013 – 2014

 Sekretaris umum UKM Lembaga Dakwah Kampus Syahid UIN Jakarta 2014-2015

 Kordinator Departemen Agama BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta Periode 2014

 Komisi B Pusat Komunikasi Dakwah Banten 2015 Pengalaman Kerja

 Auditor di Kantor Akuntan Publik Rama Wendra  Akuntan di PT Permodalan BMT Ventura

Latar Belakang Keluarga

Ayah : Moh Iqbal Ibu : Laswiyah

Saudara : Muhammad Sattar Baihaqi Ahmad Alwi Kindi


(8)

iv

ABSTRACT

THE EFFECT OF AUDIT TENURE, PRIOR YEAR AUDIT OPINION, AND DISCLOSURE TO GOING CONCERN OPINION AUDIT OF MINING AND AGRICULTURE COMPANIES THAT LISTED AT INDONESIAN STOCK

EXCHANGE IN 2011-2014

By

Muhammad Nur Fahmi

The purpose of this research is proving the effect of audit tenure, prior year audit opinion, and disclosure to going concern audit opinion. This research uses samples of mining and agriculture companies that listed at Indonesian Stock Exchange in 2011-2014. Based on purposive sampling method, total of samples of this research are 56 companies. The hypothesis in this research uses logistic regression.

This research shows that prior year audit opinion has significant effect on the going concern audit opinion. Audit tenure and disclosure do not have significant effect on the going concern audit opinion.

Keywords: audit tenure, prior year audit opinion, disclosure, and going concern audit opinion.


(9)

v ABSTRAK

PENGARUH AUDIT TENURE, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA,

DAN DISCLOSURE TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN

PERUSAHAAN TAMBANG DAN AGRICULTURE YANG TERDAFTAR

DI BEI TAHUN 2011-2014 Oleh

Muhammad Nur Fahmi

Penelitian ini bertujuan membuktikan pengaruh audit tenure, opini audit tahun sebelumnya, dan disclosure terhadap opini audit going concern. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan tambang dan agriculture yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2011-2014. Berdasarkan metode purposive sampling, total sampel penelitian adalah sebanyak 56 perusahaan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi logistik.

Penelitian ini menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Audit tenure dan disclosure tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern. Kata kunci: audit tenure, opini audit tahun sebelumnya, disclosure, dan opini audit going concern.


(10)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua yang mana semua yang diberikan olehNya tidak bisa dihitung maupun dibalas, dan karena nikmat-Nya pula skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa selalu tertuju kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:

1. Abahku Moh Iqbal dan Ibunda Laswiyah tercinta, terima kasih atas segala dukungannya. Terima kasih atas pengorbanan kalian dalam membina anakmu ini dengan segala cinta dan tuntunan ilahi. Serta adikku Abi dan Alwi semoga menjadi anak yang berguna dan membanggakan.

2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis beserta jajaran dekanat. Juga kepada seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Bapak Hepi Prayudiawan, SE, Ak., MM selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah mengingatkan dan memberikan semangat dalam pembuatan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Rini, Ak., CA. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh perhatian dan dukungan. Terimakasih karena telah banyak meluangkan waktu dalam membimbing dan memberikan banyak solusi.


(11)

vii

5. Ibu Fitri Yani Jalil, SE., M.Sc. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan pengetahuan yang luas. Terimakasih karena telah memudahkan proses skripsi dan memberikan jalan terhadap banyak permasalahan dalam pembuatan skripsi ini.

6. Bapak Yusar Sagara, SE., M.Si., Ak., selaku dosen Pembimbing Akademik, telah membimbing selama masa perkuliahan.

7. Teman-teman Akuntansi 2011 khususnya AKUKECE, akuntansi kelas C yang telah membersamai dalam seluruh proses perkuliahan. Khususnya kepada teman-teman Core I 7, Rizki Fauzi, Irvan Sopian, Arif Setiawan, Wahyu Heldera, Septiandi Dwi Nugraha, dan Noviansyah Z. yang telah saling mendukung dalam seluruh kebersamaan.

8. Terima kasih yang tidak terhingga kepada seluruh pengurus Komda FEB 2013-2014, kalian merupakan saudara dakwah yang sangat baik.

9. Terima kasih kepada pengurus UKM LDK Syahid 18, 2014-2015 atas segala kebersamaan dalam perjuangan dakwah kampus.

10.Terima kasih pula yang tidak terlupakan kepada teman-teman KESTARI 18, Ali, Annisa, Ganis, Umi, yang tidak pernah lelah saling mengingatkan dan menebarkan semangat dalam proses pembuatan skripsi.

11.Terima kasih kepada Rohis 46 2011 yang telah mendukung dan memanasmanasi agar terselesaikannya skripsi ini.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan serta keterbatasan yang lainnya. Oleh sebab itu, saya mengharapkan masukan dan kritik konstruktif dari berbagai pihak. Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, September 2015


(12)

viii DAFTAR ISI

Hal COVER

COVER DALAM

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI……….. i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP………….………... ii

ABSTRACT……….. iv

ABSTRAK……… v

KATA PENGANTAR……….. vi

DAFTAR ISI………. viii

DAFTAR TABEL……… x

DAFTAR GAMBAR……… xi

BAB I Pendahuluan……… 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Perumusan Masalah………... 14

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………. 14

BAB II Tinjauan Pustaka………... 16

A. Tinjauan Literatur……….. 16

1. Teori Keagenan……… 16

2. Auditing……… 18

a. Pengertian Audit………... 18

b. Jenis-jenis Audit……… 18

1) Audit Operasional………. 18

2) Audit Kepatuhan……….. 19


(13)

ix

3. Opini Audit Going Concern………... 20

4. AuditTenure……… 26

5. Opini Audit Tahun Sebelumnya………... 27

6. Disclosure………... 28

B. Penelitian Sebelumnya……… 31

C. Kerangka Berpikir……… 45

D. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis……… 46

1. Pengaruh audit tenure terhadap opini audit going concern. 46 2. Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern………. 47

3. Pengaruh Disclosure Terhadap Opini Audit Going Concern………. 48

BAB III Metodologi Penelitian………. 50

A. Ruang Lingkup Penelitian……….. 50

B. Metode Penentuan Sampel………. 50

C. Metode Pengumpulan Data……… 51

D. Metode Analisis Data……….. 52

E. Operasional Variabel Penelitian……… 57

BAB IV Analisis dan Pembahasan………... 60

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian………. 60

B. Analisis dan Pembahasan………... 64

BAB V Kesimpulan dan Saran………... 79

A. Kesimpulan……….. 79

B. Saran……… 80

DAFTAR PUSTAKA………... 81


(14)

x Daftar Tabel

No Keterangan Hal

1.1 Skandal Akuntansi……… 4

1.2 Data Peringkat Tambang Indonesia……….. 8

2.1 Disclosure Item……… 30

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya……… 32

3.1 Variabel Pengukuran dan Operasional………. 59

4.1 Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria………. 61

4.2 Sampel Penelitian………. 62

4.3 Distribusi Perusahaan Berdasarkan Opini Audit………..………… 63

4.4 Descriptive Statistics……….. 65

4.5 Iteration History………... 68

4.6 Iteration History 1……… 69

4.7 Koefisien Determinasi……….. 70

4.8 Hosmer and Lemeshow Test……….. 70

4.9 Correlation Matrix……….. 71

4.10 Classification Table……… 72

4.11 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik……….... 73


(15)

xi

Daftar Gambar

No Keterangan Hal

1.1 Peta Lokasi penyebaran Sumber daya dan Cadangan Batubara………... 9 2.1 Panduan Auditor dalam Memberikan Opini Audit Going Concern…….. 26 2.2 Kerangka Berpikir……… 45


(16)

1 Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

Akuntan publik merupakan salah satu profesi yang memiliki lisensi yang diberikan oleh Departemen Keuangan setelah melalui ujian Certified Public Accountant (CPA). Salah satu jasa akuntan publik adalah assurance services yang mana bertujuan untuk meningkatkan mutu dari laporan keuangan. Dalam hal ini auditing merupakan salah satu daripada assurance services tersebut. Jasa auditing berusaha untuk memeriksa dan memberikan opini terhadap laporan keuangan suatu perusahaan, terkait dengan apakah laporan yang disajikan oleh manajemen sudah disajikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau tidak, serta apakah laporan disajikan dengan sewajar-wajarnya. Maka dari itu akuntan publik memiliki peran penting dalam hal pengeluaran hasil audit laporan keuangan. Akuntan publik memiliki tanggung jawab penuh atas seluruh hasil audit yang dikeluarkannya. Akuntan publik atau auditor independen bertugas memberikan jasanya terutama jasa audit laporan keuangan kepada para kliennya. Boynton dan Johnson (2006:10) menyatakan bahwa klien para auditor independen tersebut dapat berasal dari perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi nirlaba, dan kantor pemerintah.

Auditor independen dalam melaksanakan tugasnya harus mengacu pada standar yang dibuat oleh masing-masing negara tempat auditor tersebut beroperasi. Di Indonesia standar yang digunakan untuk acuan para auditor adalah


(17)

2 Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Dengan adanya standar ini, maka seluruh kegiatan auditor telah terstandarisasi.

Auditor harus mengupayakan menciptakan kondisi audit yang paling efektif. Salah satu kondisi yang diperlukan untuk menciptakan kondisi audit yang efektif adalah independensi auditor (Foroghi, 2012). Auditor independen dalam melaksanakan tugasnya harus bersikap jujur dan objektif. Hal-hal tersebut harus ada pada diri seorang auditor, sehingga keputusan laporan audit tidak terpengaruh pihak manapun. Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit agar dapat memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan (Maulina et al. 2010).

Boynton dan Johnson (2006:5) menyatakan bahwa auditing memainkan peran penting dalam dunia bisnis, pemerintahan, dan ekonomi kita. Hal ini dikarenakan hasil audit atas laporan keuangan yang telah diaudit diibaratkan sebagai jembatan yang menghubungkan antara perusahaan dengan pemegang kepentingan. Laporan keuangan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari suatu perusahaan, karena laporan keuangan merupakan salah satu media utama yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan informasi keuangannya kepada pihak yang berkepentingan (Rossa dan Rahardjo, 2013). Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan (Singgih dan Bawono, 2010). Investor merupakan salah satu pihak pemegang kepentingan atas suatu perusahaan, karena salah satu sumber


(18)

3 modal adalah dana dari investor. Sumber modal inilah yang bisa menjadi salah satu faktor atas keberlangsungan hidup suatu perusahaan. Salah satu referensi yang digunakan investor untuk mengambil keputusan berkaitan dengan investasinya adalah opini audit atas laporan keuangan perusahaan yang diberikan oleh auditor independen (Rossa dan Rahardjo, 2013).

Opini audit sangat berperan dalam pengambilan keputusan pemegang kepentingan, oleh sebab itu opini audit harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari perusahaan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Syaifuddin dan Fitriyani (2014), opini yang dikeluarkan auditor atas laporan keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu komponen penting yang akan dipertimbangkan para investor dalam pengambilan keputusan bisnis mereka.

Namun, di balik itu semua ada beberapa kasus skandal audit yang mana hasil laporan audit tidak mencerminkan keadaan suatu perusahaan yang sebenarnya dan tentu saja melibatkan auditor di dalamnya, sehingga auditor menjadi pihak yang harus bertanggung jawab atas kasus tersebut, seperti kasus Enron, Worldcom, Xerox, dan lain-lain (Dewayanto, 2011). Tucker et al., (2003) dalam Ardiani et al. (2012) menemukan bahwa dari 228 perusahaan publik yang mengalami kebangkrutan, Enron dan 95 perusahaan lainnya menerima opini wajar tanpa pengecualian pada tahun sebelum terjadinya kebangkrutan. Alhasil kesalahan pemberian opini yang dikeluarkan auditor tersebut membuat salah satu Kantor Akuntan Publik (big-5) yaitu Arthur Andersen terlibat dan berhenti beroperasi. Selanjutnya akan disajikan beberapa kasus skandal akuntansi (Tuanakotta, 2011:166):


(19)

4 Tabel 1.1

Skandal Akuntansi

No Perusahaan Tahun Perusahaan yang

Mengaudit

Negara

1 Cendant 1998 Ernst & Young Amerika Serikat 2 MicroStrategy 2000 PricewaterhouseCoopers Amerika Serikat 3 Computer Associates 2000 KPMG Amerika Serikat

4 Xerox 2000 KPMG Amerika Serikat

5 One.Tel 2001 Ernst & Young Australia

6 Enron 2001 Arthur Andersen Amerika Serikat 7 Adelphia 2001 Deloitte & Touche Amerika Serikat 8 AOL 2001 Ernst & Young Amerika Serikat 9 Bristol-Myers Squibb 2001 PricewaterhouseCoopers Amerika Serikat 10 CMS Energy 2002 Arthur Andersen Amerika Serikat 11 Duke Energy 2002 Deloitte & Touche Amerika Serikat 12 Dynegy 2001 Arthur Andersen Amerika Serikat 13 El Paso Corporation 2002 Deloitte & Touche Amerika Serikat 14 Global Crossing 2001 Arthur Andersen Amerika Serikat 15 Halliburton 2001 Arthur Andersen Amerika Serikat 16 ImClone System 2002 KPMG Amerika Serikat 17 Kmart 2002 PricewaterhouseCoopers Amerika Serikat 18 Merrill Lynch 2002 Deloitte & Touche Amerika Serikat 19 Peregrine System 2002 KPMG Amerika Serikat 20 Reliant Energy 2002 Deloitte & Touche Amerika Serikat 21 Tyco International 2002 PricewaterhouseCoopers Bermuda

22 WorldCom 2002 Arthur Andersen Amerika Serikat 23 Royal Ahold 2003 Deloitte & Touche Belanda

24 Parmalat 2003 Grant Thornton SpA Italia

25 HealthSouth Corporation 2003 Ernst & Young Amerika Serikat 26 AIG 2004 PricewaterhouseCoopers Amerika Serikat 27 Bernard L. Madoff

Investment Securities LLC

2008 Friehling & Horowitz Amerika Serikat

28 Anglo Irish Bank 2008 Ernst & Young Irlandia 29 Satyam Computer

Services

2009 PricewaterhouseCoopers India

30 Lehman Brothers 2010 Ernst & Young Amerika Serikat Sumber: Tuanakotta (2011:166)


(20)

5 Kasus Enron ini menjadi salah satu kasus skandal terbesar yang dapat menjadi simbol kerusakan citra auditor. Dikutip dari Sagara dan Fitri (2013:119), Enron merupakan perusahaan energi di Houston, Texas, Amerika Serikat yang didirikan pada tahun 1930. Pada bulan September 2001, pemerintah Amerika Serikat mulai mencium adanya ketidakberesan dalam laporan pembukuan Enron. Satu bulan kemudian, Enron mengumumkan kerugian sebesar US$600 juta dan nilai aset Enron menyusut US$1,2 triliun. Pada laporan keuangan yang sama diakui bahwa selama tujuh tahun terakhir, Enron selalu melebih-lebihkan laba bersih mereka. Akibat laporan mengejutkan ini, nilai saham Enron mulai anjlok dan saat Enron mengumumkan bahwa perusahaannya harus gulung tikar, 2 Desember 2001, harga saham Enron hanya 26 sen. Yang lebih mengejutkan dunia akuntan adalah peristiwa penghancuran dokumen yang dilakukan oleh Duncan (Auditor Arthur Andersen). Panik karena diminta kesaksiannya di Dewan Perwakilan Rakyat Amerika (Congress), Duncan memerintahkan anak buahnya untuk menghancurkan ratusan kertas kerja dan e-mail yang berhubungan dengan Enron. Kertas kerja merupakan dokumen penting dalam dunia profesi akuntan yang berhubungan dengan laporan keuangan klien. Secara umum, setiap kertas kerja, komunikasi dan laporan keuangan harus didokumentasikan dengan baik selama 6 tahun. Peristiwa penghancuran dokumen ini memberi keyakinan pada publik dan Congress bahwa Andersen sebenarnya mengetahui bisnis buruk Enron, tetapi tidak mau mengungkapkannya dalam laporan audit mereka, karena mereka takut kehilangan Enron sebagai klien. Arthur Andersen adalah auditor Enron selama beberapa tahun. Enron merupakan salah satu klien terbesarnya Andersen.


(21)

6 Enron membayar Andersen sebesar US$46,8 juta untuk audit, konsultasi bisnis, dan kerja pajak untuk tahun fiskal yang berakhir pada tanggal 31 Agustus 1999; US$58 juta pada tahun 2000; dan lebih dari US$50 juta pada tahun 2001. Lebih dari setengah jumlah itu adalah untuk biaya-biaya yang dibebankan untuk layanan-layanan non-audit. Pada tahun 2000, misalnya, Enron membayar Andersen sebesar US$25 juta untuk layanan audit dan US$27 juta untuk konsultasi dan layanan-layanan lainnya, seperti layanan audit internal. Andersen telah melaksanakan tugas audit internal Enron sejak tahun 1993. Selain kasus enron masih ada banyak lagi kasus kebangkrutan yang melibatkan auditor di dalamnya, seperti kasus runtuhnya Lehman Brothers di Amerika Serikat (AS) tanggal 15 September 2008.

Banyak hal yang melatarbelakangi atas bangkrutnya perusahaan-perusahaan besar tersebut. Faktor-faktor yang melatarbelakanginya dapat berasal dari faktor keuangan, faktor non keuangan, faktor pasar, bahkan dapat juga dari faktor pribadi dari orang-orang yang mengelola perusahaan itu sendiri. Maka dibutuhkannya suatu opini auditor atas keberlangsungan suatu perusahaan. Januarti (2009) dalam Dewayanto (2011) mengemukakan bahwa atas dasar banyaknya kasus tersebut, maka AICPA (1988) mensyaratkan bahwa auditor harus mengemukakan secara eksplisit apakah perusahaan klien akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) sampai setahun kemudian setelah pelaporan. Opini tersebut sangat dibutuhkan oleh para pemegang kepentingan terkait sikapnya terhadap suatu perusahaan. Opini audit going concern membantu investor untuk memutuskan akan berinvestasi atau tidak


(22)

7 ke dalam perusahaan auditee yang terkena opini audit going concern (Ulya, 2012). Zulfikar dan Syafruddin (2013) menyatakan bahwa going concern adalah suatu keadaan di mana perusahaan dapat tetap beroperasi dalam jangka waktu ke depan, dimana hal ini dipengaruhi oleh keadaan financial dan non financial.

Sebagai contoh, Hidayat (2012) menyatakan bahwa perusahaan tambang PT Bumi Resources diproyeksikan akan mengalami kebangkrutan finansial setelah mencatat kerugian dan kemampuan bayar utang rendah meski manajemen opitimis terhadap operasional. Riset yang dikeluarkan Panin Sekuritas Rabu (29/8) mengindikasikan perusahaan batu bara ini akan bangkrut karena performa keuangan yang buruk dan tidak mampu membayar utangnya. Selain faktor keuangan yang menjadi kendala, faktor non keuangan juga menjadi masalah di perusahaan ini. PT Bumi Resources memiliki masalah dalam hal perizinan. Dalam laporan auditor PT Bumi Resources tahun 2013, dinyatakan bahwa entitas anak dari PT Bumi Resources yaitu PT Dairi Prima Mineral (Dairi), PT Citra Palu Minerals (CPM) dan PT Gorontalo Minerals (GM), menandatangani Kontrak Karya (KK) dengan Pemerintah Republik Indonesia untuk mengeksplorasi emas dan mineral lainnya di seluruh wilayah konsensi yang berada dalam wilayah hutan lindung. Undang-undang kehutanan No. 41, yang mulai berlaku sejak tahun 1999, melarang eksploitasi sumber daya alam di wilayah hutan lindung, termasuk wilayah KK yang diberikan sebelum deklarasi. Pada tanggal 31 Desember 2013, Dairi, CPM, dan GM masing-masing telah memperoleh izin pinjam pakai kawasan hutan lindung untuk kegiatan penambangan dan eksplorasinya. Izin pinjam pakai kawasan hutan lindung memiliki batas waktu dan perlu


(23)

8 diperpanjang. Selain itu, CPM dan GM berada dalam tahap studi kelayakan. Pada tanggal 31 Desember 2013, CPM dalam proses untuk memperoleh perpanjangan tahap studi kelayakan dan izin pinjam pakai untuk jangka waktu berikutnya, sedangkan GM telah mengajukan surat permohonan memasuki tahap konstruksi.

Seperti halnya PT Bumi Resources yang masih terkendala perizinan dari pemerintah, banyak kasus perusahaan tambang yang tidak memiliki izin dari pemerintah seperti PT Vale Indonesia yang melakukan penambangan illegal di kawasan hutan lindung (HL) Zeba-zeba, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, dengan membuka jalan (main road) sepanjang 28 kilometer (IS, 2013).

Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah tropis dan dilewati garis katulistiwa mempunyai keuntungan tersendiri. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Sumber daya alam di Indonesia sangat melimpah seperti hasil pertanian, perikanan, perkebunan maupun pertambangan. Dalam hal cadangan barang tambang, Indonesia merupakan negara yang cukup disegani karenanya. Indonesia memiliki cadangan barang tambang seperti emas, perak, timah, tembaga, nikel, batubara, dan lain-lain. Selanjutnya akan disajikan peringkat tambang di Indonesia atas dunia dan berbagai jenis tambang dan juga jumlah produksi tambang Indonesia:

Tabel 1.2

Data Peringkat Tambang Indonesia

No Jenis Tambang Keterangan

1 Batu bara Peringkat ke-6 dunia dalam produksi Memiliki 0,5 dari cadangan dunia.

2 Minyak Peringkat ke-25 berpotensi. Sebesar 4,3 miliar barel yang terbukti dan 3,7 miliar barel potensial Bersambung pada halaman berikutnya


(24)

9 Tabel 1.2 (Lanjutan)

No Jenis Tambang Keterangan

3 Gas alam Peringkat ke-13 cadangan dunia. Produksinya peringkat ke-8 terbesar. Peringkat ke-2 pengekspor LNG

4 Emas Peringkat ke-7 potensi emas terbesar dunia. Peringkat ke-6 produksi sebesar 6,7% dan memiliki cadangan sebesar 2,3%.

5 Timah Peringkat ke-6 cadangan dunia sebesar 8,1%. Peringkat ke-2 produksi sebesar 26%.

6 Tembaga Peringkat ke-7 cadangan sekitar 4,1%. Peringkat ke-2 produksinya sebesar 10,4%.

7 Nikel Peringkat ke-8 cadangan dunia sekitar 2,9%. Peringkat ke-4 produksi dunia sebesar 8,6%. Sumber: http://www.hpli.org/tambang.php

Selanjutnya akan disajikan peta lokasi penyebaran salah satu barang tambang yaitu batubara di Indonesia beserta jumlah cadangannya per juta ton:

Gambar 1.1

Peta Lokasi Penyebaran Sumber Daya dan Cadangan Batubara


(25)

10 Dengan melimpahnya sumber daya alam Indonesia maka terbukalah kesempatan untuk mengelola sumber daya tersebut. Oleh sebab itu banyak perusahaan yang berkecimpung di bidang itu. Bukan hanya perusahaan dalam negeri, perusahaan luar negeri seperti Chevron, Freeport, Petro China, dan lain-lain turut ambil bagian dalam mengelola sumber daya Indonesia.

Seperti halnya dalam bidang pertambangan, investasi pada bidang pertanian pun mulai berdatangan dari berbagai sumber, seperti yang dicatat oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). BKPM mencatat minat investasi di sektor pertanian terus mengalami peningkatan. Kenaikannya sampai 134,8%, berdasarkan pengajuan izin prinsip yang diterima (Junida, 2015).

Dengan semakin besarnya kebutuhan terhadap hasil sumber daya alam, merupakan tantangan bagi semua perusahaan untuk tetap mempertahankan kondisinya. Hal ini juga merupakan tugas bagi para auditor independen untuk memberikan informasi bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Yang mana peran hasil audit keuangan adalah sebagai referensi bagi para pemegang kepentingan, maka auditor harus sangat teliti dalam menyatakan atau tidak menyatakan opini going concern kepada suatu perusahaan.

Auditor bukan hanya menilai dari faktor keuangannya saja, namun faktor lain juga harus diperhatikan. Faktor-faktor non keuangan juga berpengaruh terhadap opini audit going concern yang didapat oleh perusahaan seperti audit tenure, opini audit sebelumnya maupun tingkat disclosure.

Banyak penelitian yang meneliti terkait dengan hal-hal yang mempengaruhi opini audit going concern baik faktor keuangan maupun non


(26)

11 keuangan. Penelitian-penelitian tersebut diantaranya adalah Dewayanto (2011), Ardiani et al. (2012), Foroghi (2012), Zulfikar dan Syafruddin (2013), Rossa dan Rahradjo (2013), Verdiana dan Utama (2013), dan Bedard et al. (2015).

Ada perbedaan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya terkait faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit going concern. Oleh sebab itu penelitian ini bermaksud meneliti kembali terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit going concern. Alasan, proses, dan faktor bagaimana auditor menyatakan opini audit going concern masih menarik mengingat perusahaan yang akan diteliti adalah perusahaan tambang dan agriculture yang memiliki ciri khas tersendiri. Kenyataannya Indonesia dikenal oleh dunia salah satunya karena sumber daya alamnya. Oleh sebab itu opini audit going concern pada perusahaan yang ada harus diprediksi.

Penelitian ini meneliti terkait bagaimana pengaruh audit tenure akan mempengaruhi opini audit going concern. Audit tenure merupakan lama waktu hubungan antara auditor dengan auditee. Perikatan audit yang lama akan menjadikan auditor kehilangan independensinya, sehingga kemungkinan untuk memberikan opini audit going concern akan sulit (Ulya, 2012). Semakin lama hubungan auditor dengan klien, maka semakin kecil kemungkinan perusahaan untuk mendapatkan opini going concern (Junaidi dan Hartono, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Rossa dan Rahardjo (2013) menyatakan bahwa audit tenure memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Junaidi dan Hartono (2010), yang nenyatakan bahwa tenure berpengaruh pada opini going


(27)

12 concern didukung. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulya (2012) yang menyatakan bahwa variabel audit tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Selanjutnya penelitian ini juga meneliti pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern. Opini audit tahun sebelumnya merupakan opini audit yang diterima perusahaan pada satu tahun sebelumnya. Menurut Zulfikar dan Syafruddin (2013), opini audit going concern yang telah diterima auditee pada tahun sebelumnya akan menjadi faktor pertimbangan yang penting bagi auditor dalam mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berjalan jika kondisi keuangan auditee tidak menunjukan tanda – tanda perbaikan atau tidak adanya rencana manajemen yang dapat direalisasikan untuk memperbaiki kondisi perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Zulfikar dan Syafruddin (2013) menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulya (2012) yang menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya akan berpengaruh positif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern.

Penelitian ini meneliti terkait pengaruh disclosure suatu laporan perusahaan akan mempengaruhi opini audit going concern. Disclosure dapat didefinisikan sebagai pemberian informasi oleh perusahaan yang mungkin mempengaruhi keputusan investasi. Disclosure merupakan suatu hal yang cukup menarik untuk diteliti sebagai faktor yang mempengaruhi opini audit going concern, sebab dengan ketika auditor memberikan opini wajar tanpa


(28)

13 pengecualian, informasi buruk mengenai perusahaan seringkali tidak diungkapkan oleh pemimpin perusahaan (Lennox, 2000 dalam Verdiana dan Utama (2013). Semakin tinggi disclosure level yang dilakukan perusahaan, maka semakin banyak pula informasi yang ada (Zulfikar dan Syafruddin, 2013). Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Junaidi dan Hartono (2010), disclosure laporan keuangan merupakan informasi yang sangat penting bagi auditor, misalnya, pengungkapan informasi keuangan mengenai konsistensi penggunaan metode akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan, kebijakan-kebijakan perusahaan, kerajasama perusahaan dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa perusahaan, serta kejadian setelah tanggal neraca dalam hal pemberian opini going concern. Penelitian yang dilakukan oleh Junaidi dan Hartono (2010) menyatakan bahwa disclosure berpengaruh secara signifikan terhadap dikeluarkannya opini going concern oleh auditor. Namun berbeda dengan hasil penelitian Astuti dan Darsono (2012) yang menyatakan bahwa disclosure tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah, penelitian ini mengambil data terbaru yaitu data perusahaan dari tahun 2011 sampai 2014. Sektor perusahaan yang diambilpun berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu hanya pada sektor tambang dan agriculture.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dimotivasi untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi opini audit going concern. Selain itu, penelitian ini juga ingin mengetahui seberapa besar variabel independen yang disajikan mempengaruhi variabel dependen. Berdasarkan hal-hal


(29)

14 tersebut, maka penelitian ini berjudul “Pengaruh audit tenure, opini audit tahun sebelumnya, dan disclosure terhadap opini audit going concern perusahaan tambang dan agriculture yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014”.

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah yang hendak diteliti dapat dirumuskan dan dipaparkan dalam beberapa pertanyaan di bawah ini sebagai berikut:

1. Apakah audit tenure perusahaan mempengaruhi opini audit going concern?

2. Apakah opini audit tahun sebelumnya mempengaruhi opini audit going concern?

3. Apakah disclosure mempengaruhi opini audit going concern? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empirisi mengenai:

a) Pengaruh audit tenure terhadap opini audit going concern

b) Pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going concern


(30)

15 2. Manfaat Penelitian

a) Kontribusi Teoritis

1) Mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini berguna sebagai referensi dan rujukan bagi penelitian selanjutnya. Penelitian ini juga berguna sebagai pembanding bagi penelitian-penelitian lainnya.

2) Masyarakat, penelitian ini bisa menjadi informasi yang berguna bagi masyarakat agar lebih mengetahui terkait dengan opini audit going concern dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

3) Peneliti selanjutnya, sebagai rujukan dalam membuat penelitian dengan topik opini audit going concern.

4) Penulis, sebagai sarana untuk menambah ilmu dan menambah rujukan terkait dengan opini audit going concern dan perusahaan tambang. b) Kontribusi Praktis

1) Auditor dan KAP, sebagai rujukan informasi mengenai langkah-langkah dan hal-hal yang perlu diperhatikan ketika memberikan opini audit going concern.

2) Pemegang kepentingan, sebagai rujukan dalam mengambil setiap keputusan. Agar dapat mengantisipasi keadaan-keadaan yang tidak diinginkan.

3) Pemerintah, mengantisipasi keadaan perusahaan-perusahaan yang dapat membuat perekonomian tidak stabil jika bermasalah.


(31)

16 Bab II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Literatur

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan merupakan teori yang mengungkapkan adanya dua kepentingan berbeda yang berasal dari dua pihak. Dua pihak yang memiliki kepentingan berbeda tersebut adalah prinsipal dan agen. Di dalam teori ini prinsipal adalah para pemegang saham atau orang-orang yang menjadi pemilik suatu perusahaan dan agen adalah orang-orang yang menjalankan pengelolaan perusahaan tersebut. Jensen dan Meckling (1976) dalam Zulfikar dan Syafruddin (2013) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak yang mana satu atau lebih prinsipal (pemilik) menggunakan orang lain atau agen (manajer) untuk menjalankan aktivitas perusahaan. Dalam hal ini, merupakan suatu keharusan dimana agen harus bekerja sesuai dengan wewenang prinsipal. Pada dasarnya para prinsipal sebagai pemilik perusahaan ingin agar perusahaan yang mereka miliki menguntungkan bagi mereka dan bertambah nilainya. Oleh sebab itu mereka mempekerjakan agen sebagai orang-orang yang mengelola perusahaan agar tercapainya tujuan mereka. Agar terdapat timbal balik antara prinsipal dan agen, maka agen mendapatkan imbalan dari prinsipal berupa gaji, upah, bonus, dan lain-lain. Agen sebagai orang-orang yang mengelola perusahaan memiliki kepentingan tersendiri yaitu memaksimalkan imbalan dari prinsipal baik berupa gaji, bonus, insentif, dan lain-lain.


(32)

17 Adanya dua kepentingan antara prinsipal dan agen inilah yang kadang menyebabkan masalah bagi perusahaan, masalah ini biasa disebut dengan masalah keagenan. Masalah keagenan timbul karena adanya konflik kepentingan antara prinsipal dan agen (Zulfikar dan Syafruddin, 2013).

Dalam kaitannya dengan penerimaan opini audit going concern, agen (manajemen) bertanggung jawab secara moral terhadap kelangsungan perusahaan yang dipimpinnya. Pemilik memberi wewenang kepada agen untuk melakukan operasional perusahaan, sehingga informasi lebih banyak diketahui oleh agen dibandingkan pemilik. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi. Hal ini dapat memicu terjadinya konflik keagenan (Zulfikar dan Syafruddin, 2013).

Untuk mengetahui keadaan perusahaan yang dimiliki oleh prinsipal, maka agen diwajibkan untuk memberikan laporan kepada prinsipal. Salah satu laporan yang agen berikan kepada prinsipal adalah laporan keuangan. Laporan yang diterima oleh prinsipal digunakan untuk mengambil keputusan dan menentukan sikap bagi perusahaan di masa mendatang. Oleh sebab itu laporan keuangan harus menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari kondisi perusahaan. Jika laporan tidak menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya dalam artian agen memanipulasi atau salah dalam memberikan laporan, maka hal ini akan mempengaruhi prinsipal dalam mengambil keputusan. Jika laporannya salah kemungkinan besar keputusan yang diambil kurang tepat. Oleh sebab itu diperlukannya pihak ketiga yang independen atau terbebas dari pengaruh pihak manapun sebagai jembatan antara prinsipal dan agen.


(33)

18 Pihak ketiga tersebut ialah auditor independen. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku manajer (agen) apakah bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal (Dewayanto, 2011). Tugas dari auditor adalah memberikan jasa untuk menilai laporan keuangan yang dibuat oleh agen, mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut (Zulfikar dan Syafruddin, 2013). Selain itu, auditor juga harus mempertimbangkan akan kelangsungan hidup perusahaan (Praptitorini dan Januarti, 2007) dalam Zulfikar dan Syafruddin (2013)).

2. Auditing

a. Pengertian Audit

Auditing menurut Arens (2014:24) adalah:

“ Auditing is the accumulation and evaluating of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and estabilished criteria.”

Artinya auditing ialah pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti terkait dengan informasi-informasi untuk menjelaskan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan.

b. Jenis-jenis Audit

Arens (2014:33) menjelaskan tiga jenis audit sebagai berikut: 1) Audit Operasional (Operational Audit)

Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas berbagai bagian dari prosedur operasi perusahaan dan metodenya. Pada


(34)

19 tahap penyelesaian audit operasional, biasanya manajemen mengaharapkan rekomendasi untuk perbaikan operasi.

2) Audit Kepatuhan (Compliance Audit)

Audit kepatuhan dilaksanakan untuk menjelaskan apakah auditee telah mengikuti prosedur, aturan, atau regulasi yang diatur oleh pembuat kebijakan di atasnya.

3) Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)

Audit laporan keuangan dilaksanakan untuk menjelaskan apakah laporan keuangan telah di laporkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku umum.

c. Opini Audit

SA seksi 508 paragraf 10 (SPAP, 2011:508.6) menjelaskan berbagai tipe pendapat auditor yaitu:

1) Pendapat wajar tanpa pengecualian. Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Ini adalah pendapat yang dinyatakan dalam laporan auditor bentuk baku seperti yang diuraikan dalam paragraf 08.

2) Bahasa penjelasan ditambahkan dalam laporan auditor bentuk baku. Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor


(35)

20 menambahkan suatu paragraf penejelasan (atau bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan auditnya.

3) Pendapat wajar dengan pengecualian. Pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.

4) Pendapat tidak wajar. Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.

5) Pernyataan tidak memberikan pendapat. Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan.

3. Opini Audit Going Concern

Opini audit going concern merupakan opini audit yang dikeluarkan oleh auditor untuk mengevaluasi apakah terdapat keraguan besar tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk jangka waktu yang layak dan, jika berlaku, untuk mempertimbangkan kecukupan pengungkapan dalam laporan keuangan serta untuk mencantumkan paragraf penjelasan dalam laporannya yang mencerminkan kesimpulannya (SPAP, 2011). Laporan ini


(36)

21 digunakan guna mengetahui keadaan-keadaan yang akan terjadi pada perusahaan agar dapat segera diantisipasi.

Riahi dan Belkoui (2006:271) menyatakan going concern adalah:

“Dalil kelangsungan usaha (going-concern postulate), atau dalil kontinuitas, menganggap bahwa entitas bisnis akan melanjutkan operasinya cukup lama untuk merealisasikan proyek, komitmen, dan aktivitasnya yang berkelanjutan”

Opini going concern menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek (Syaifuddin dan Fitrianasari, 2014). Praptitorini dan Januarti (2007) dalam Zulfikar dan Syafruddin (2013) menyatakan bahwa tanggung jawab utama manajemen untuk menentukan kelayakan dari persiapan laporan keuangan menggunakan dasar going concern dan tanggung jawab auditor untuk meyakinkan dirinya bahwa penggunaan dasar going concern oleh perusahaan adalah layak dan diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan.

Zulfikar dan Syafruddin (2013) menyatakan bahwa laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak dapat bertahan dalam bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis. Menurut Arens (2014:76) hal-hal yang dapat menyebabkan ketidakmampuan suatu perusahaan dalam melanjutkan usahanya terdiri dari empat faktor yaitu:


(37)

22 a. Kerugian operasi yang berulang-ulang dan signifikan atau kekurangan

modal kerja.

b. Ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo.

c. Kehilangan pelanggan utama, bencana alam yang tidak diasuransikan seperti gempa bumi atau banjir, atau kekurangan karyawan yang luar biasa.

d. Permasalahan kelegalan, perundang-undangan, atau mengenai hal-hal yang telah terjadi yang mungkin membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi.

Hampir tidak ada panduan yang jelas atau hasil penelitian yang dapat dijadikan pemilihan tipe Going Concern Report yang harus dipilih (Dewayanto, 2011). Menurut SA seksi 341, evaluasi terhadap kelangsungan usaha perusahaan ini meliputi (SPAP, 2011:341.2):

a. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit, dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang, secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Mungkin diperlukan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor.


(38)

23 b. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus:

1) Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut, dan

2) Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara efektif dilaksanakan.

c. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas.

Selanjutnya adalah keadaan yang mengarah pada kesangsian atas kelangsungan hidup perusahaan (SPAP, 2011:341.3) :

a. Tren negatif-sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang jelek.

b. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan-sebagai contoh, kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aset.


(39)

24 c. Masalah intern-sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses proyek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi. d. Masalah luar yang telah terjadi-sebagai contoh: pengaduan gugatan

pengadilan, keluarnya undang-undang, atau masalah-masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi; kehilangan franchise, lisensi atau paten penting; kehilangan pelanggan atau pemasok utama; kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang tidak memadai.

Boynton dan Johnson, (2006:64) menyatakan bahwa laporan standar memuat pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) yang menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan wajar tanpa pengecualian ini diterbitkan pula apabila tidak ada kesangsian atas keberlangsungan hidup suatu perusahaan. Louwers, (2005:416) menyatakan pula bahwa salah satu daftar situasi yang mengakibatkan penerbitan laporan penjelas adalah adanya “going concern“ yaitu paragraf yang menggambarkan peringatan terkait dengan permasalahan atas kemampuan entitas melanjutkan usahanya.


(40)

25 Berikut adalah contoh laporan auditor yang memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan (SPAP, 2011:341.15):

Laporan Auditor Independen [Pihak yang dituju oleh auditor]

[Paragraf pengantar: Sama seperti laporan auditor bentuk baku] [Paragraf ligkup: Sama seperti laporan auditor bentuk baku] [Paragraf pendapat: Sama seperti laporan auditor bentuk baku]

Laporan keuangan terlampir telah disusun dengan asumsi bahwa Perusahaan akan melanjutkan usahanya secara berkesinambungan. Seperti yang diuraikan dalam Catatan X atas laporan keuangan, perusahaan telah mengalami kerugian yang berulangkali dari kegiatan usahanya, sehingga pada tanggal 31 Desember 20X8 telah mengakibatkan saldo ekuitas negatif dan jumlah liabilitas lancar Perusahaan telah melebihi jumlah asetnya sebesar RpXX. Kondisi ini menimbulkan keraguan substansial atas kemampuan Perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Rencana manajemen untuk mengatasi kondisi tersebut juga telah diungkapkan dalam Catatan X atas laporan keuangan. Laporan keuangan terlampir tidak mencakup penyesuaian yang berasal dari kondisi tersebut.

[Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, dan nomor izin kantor akuntan publik]

[Tanggal]

Berikutnya akan digambarkan langkah-langkah pertimbangan auditor dalam memberikan opini audit going concern:


(41)

26 Gambar 2.1

Panduan Auditor dalam Memberikan Opini Audit Going Concern

Sumber: Seksi 341 Paragraf 19 (SPAP, 2011:341.10) 4. Audit Tenure

Audit tenure merupakan lama waktu hubungan antara auditor dengan auditee. Lama waktu ini dihitung dengan bilangan tahun. Zulfikar dan Syafruddin

SA Seksi 508 (PSA No. 29)


(42)

27 (2013) mengatakan Auditor Client Tenure merupakan jumlah tahun dimana KAP melakukan perikatan audit pada perusahaan yang sama. Semakin lama auditor mengaudit perusahaan yang sama, maka pemahaman auditor akan perusahaan tersebut akan terus bertambah menjadi lebih baik. Sehingga bila terdapat masalah keberlangsungan usaha pada perusahaan auditee dan auditor dapat tetap menjaga independensinya, maka auditor akan cepat mendeteksi masalah keberlangsungan usaha tersebut (Ulya, 2012). Namun dilain hal, hubungan yang lama antara auditor dengan auditee dikhawatirkan dapat mempengaruhi indepedensi auditor. Menurut Januarti (2009) dalam Rossa dan Rahardjo (2013) semakin lama hubungan klien dengan auditor dikhawatirkan akan mempengaruhi tingkat indepedensi auditor dalam memberikan pendapatnya, sehingga kemungkinan untuk memberikan opini audit going concern juga semakin kecil. Pada peraturan menteri keuangan nomor 17/PMK.01/2008 menyebutkan “Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut”.

5. Opini Audit Tahun Sebelumnya

Opini audit tahun sebelumnya merupakan opini audit yang diterima perusahaan pada satu tahun sebelumnya. Opini audit tahun sebelumnya dapat mempengaruhi pemberian opini going concern oleh auditor (Rossa dan Rahardjo, 2013). Menurut Zulfikar dan Syafruddin (2013), opini audit going concern yang telah diterima auditee pada tahun sebelumnya akan menjadi faktor pertimbangan


(43)

28 yang penting bagi auditor dalam mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berjalan jika kondisi keuangan auditee tidak menunjukan tanda – tanda perbaikan atau tidak adanya rencana manajemen yang dapat direalisasikan untuk memperbaiki kondisi perusahaan.

Mutchler (1984) dalam Zulfikar dan Syafruddin (2013), melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Mutchler (1985) dalam Zulfikar dan Syafruddin (2013), menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant analysis yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibanding model yang lain.

6. Disclosure

Disclosure dapat didefinisikan sebagai pemberian informasi oleh perusahaan yang mungkin mempengaruhi keputusan investasi (Verdiana dan Utama, 2013). Pengungkapan informasi oleh perusahaan diperlukan oleh investor dalam mengambil keputusan. Untuk meyakinkan bahwa investor memperoleh kembalian yang dikehendaki dengan risiko tertentu, investor memerlukan informasi sebagai landasan keputusannya (Nuswandari, 2009). Dalam memutuskan informasi apa yang akan dilaporkan, praktek yang umum adalah


(44)

29 menyediakan informasi yang mencukupi untuk mempengaruhi penilaian dan keputusan pemakai (Nuswandari, 2009).

Pengungkapan yang ditunjukkan oleh laporan tahunan harus mencerminkan elemen-elemen informasi yang luas dan dapat digunakan oleh pengguna dalam membuat proyeksi, memberikan pinjaman, maupun menilai perusahaan. Elemen-elemen tersebut adalah (model pelaporan oleh komite Jenkins dalam Nuswandari (2009)):

a. Data keuangan dan non keuangan:

1) Laporan keuangan dan ungkapan-ungkapan yang terkait

2) Data operasi tingkat tinggi dan pengukuran kinerja yang digunakan oleh manajemen untuk mengelola bisnis.

b. Analisis manajemen mengenai data keuangan dan non keuangan 1) Alasan terjadinya pengubahan dalam data yang terkait dengan

keuangan, operasi, dan kinerja, serta identifikasi dan dampak tren yang penting pada masa lalu.

c. Informasi mengenai keadaan masa mendatang

1) Kesempatan dan risiko, termasuk hasilnya dari tren yang penting. 2) Rencana manjemen, termasuk faktor-faktor kesuksesan yang

penting.

3) Perbandingan antara kinerja bisnis sesungguhnya dan kesempatan, risiko, dan rencana manajemen yang diungkapkan sebelumnya.


(45)

30 d. Informasi mengenai manajemen dan pemegang saham

1) Direktur, manajemen, kompensasi, pihak-pihak penting yang terkait dengan perusahaan, transaksi dan hubungan dengan pihak-pihak terkait.

e. Latar belakang perusahaan

1) Tujuan dan strategi secara luas

2) Cakupan dan gambaran bisnis dan kepemilikan 3) Dampak struktur industry pada perusahaan.

Item-item yang digunakan untuk menghitung skor disclosure dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Fitriani dan Sudarsono (2007) yang menyebutkan bahwa terdapat 33 item disclosure (Verdiana dan Utama, 2013):

Tabel 2.1

Disclosure Item

No Keterangan

1 Ikhtisar data keuangan penting

2 Informasi harga saham tertinggi, terendah, dan penutupan

3 Laporan dewan komisaris mengenai penilaian terhadap kinerja direksi mengenai pengelolaan perusahaan.

4 Laporan dewan komisaris mengenai pandangan atas prospek usaha perusahaan yang disusun oleh direksi

5 Laporan direksi mengenai kinerja perusahaan.

6 Laporan direksi mengenai penerapan tata kelola perusahaan yang telah dilaksanakan perusahaan

7 Nama & alamat perusahaan 8 Riwayat Singkat Perusahaan

9 Bidang dan kegiatan usaha perusahaan meliputi jenis produk dan atau jasa yang dihasilkan

10 Bidang dan kegiatan usaha perusahaan meliputi jenis produk dan atau jasa yang dihasilkan

11 Struktur organisasi dalam bentuk bagan 12 Visi & misi perusahaan

13 Nama, jabatan, dan riwayat hidup singkat anggota dewan komisaris 14 Nama, jabatan, dan riwayat hidup singkat anggota direksi


(46)

31 Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Keterangan

15 Jumlah karyawan, dan deskripsi pengembangan kompetensinya (misal: aspek pendidikan dan pelatihan karyawan yang telah dan akan dilakukan. 16 Uraian tentang pemegang saham dan presentase kepemilikannya

17 Nama anak perusahaan dan perusahaan asosiasi, presentase kepemilikan saham, bidang usaha, dan status operasi perusahaan tersebut

18 Kronologis pencatatan saham dan perubahan jumlah saham dari awal pencatatan hingga akhir tahun buku serta nama bursa efek dimana saham perusahaan tersebut dicatatkan

19 Nama & alamat lembaga dan atau profesi penunjang pasar modal. 20 Penghargaan & sertifikasi yang diterima perusahaan baik yang berskala

nasional maupun internasional

21 Nama & alamat anak perusahaan dan atau kantor cabang/ kantor perwakilan

22 Tinjauan operasi per segmen usaha

23 Analisis kinerja keuagan yang mencakup perbandingan antara kinerja keuangan tahun yang bersangkutan dengan yang sebelumnya.

24 Prospek usaha dari perusahaan

25 Aspek pemasaran atas produk dan jasa perusahaan antara lain strategi pemasaran dan pangsa pasar

26 Kebijakan dividen dan tanggal serta jumlah dividen 27 Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) 28 Tanggung jawab direksi atas laporan keuangan

29 Laporan keuangan tahunan yang telah diaudit 30 Tandatangan anggota direksi dan dewan komisaris 31 Informasi tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan 32 Ringkasan statistik keuangan untuk 3 sampai 5 tahun 33 Informasi tentang penelitian dan pengembangan Fitriani dan Sudarsono (2007)

B. Penelitian Sebelumnya

Adapun hasil-hasil penelitian terdahulu terkait dengan topik opini audit going concern akan disajikan dalam tabel 2.1


(47)

32 Tabel 2.2

Hasil-hasil Penelitian Sebelumnya Mengenai

AuditTenure (X1); Opini Audit Tahun Sebelumnya (X2); Disclosure (X3); Opini Audit Going Concern (Y)

No Judul dan Peneliti

(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian

1

The Relationship between Auditor Tenure and Audit Quality Implied by Going Concern Opininions (W. Robert Knechel and Ann Vanstraelen, 2007)

- Jenis Penelitian: Kuantitatif - Sumber Data:

Data Sekunder - Sampel:

Perusahaan swasta di Belgia 1992-1996 yang bekerjasama dengan Belgian National Bank

- Analisis: Regresi logistik - Variabel lainnya:

Audit Quality

Audit Tenure berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern pada perusahaan yang tidak bangkrut (nonbankrupt).


(48)

33 Tabel 2.2 (Lanjutan)

No Judul dan Peneliti

(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian

2

Analisis Rasio Keuangan dan Rasio non Keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam

Memberikan Opini Audit Going Concern pada Auditee (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ 2000-2005)

(Indira Januarti dan Ella Fitrianasari, 2008)

- Jenis Penelitian: Kuantitatif - Sumber Data:

Data Sekunder - Sampel:

Perusahaan Manufaktur terdaftar BEJ 2000-2005 - Analisis:

Regresi logistik - Variabel lainnya:

Rasio Likuiditas Rasio Profitabilitas Rasio Aktivitas Rasio Leverage Rasio Pertumbuhan Penjualan

Rasio Nilai Pasar Ukuran Perusahaan Reputasi KAP Audit Lag

Penerimaan opini audit going concern terjadi paling banyak tahun 2000 dan 2001 karena masih terpengaruh krisis ekonomi tahun 1997. Rasio likuiditas, opini audit sebelumnya, dan audit lag yang berpengarh signifikan terhadap pemeberian opini audit going

concern.


(49)

34 Tabel 2.2 (Lanjutan)

No Judul dan Peneliti

(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian

3

Analisis Respon Auditor terhadap Asumsi Going

Concern Akibat Krisis

Moneter dan Financial

Distres Model (Study

Kasus pada Perusahaan di BEI yang Mengalami Kerugian)

(Abby Seno Higar dan Achmad Djazuli, 2010)

- Jenis Penelitian: Kuantitatif - Sumber Data:

Data Sekunder - Sampel:

Perusahaan terdaftar BEJ 2008-2009

- Analisis:

Analisis Statistik Deskriptif Analisis Z-Score

Uji Kruskal Wallis - Variabel lainnya: Kondisi Keuangan Krisis Moneter

Pada tahun 2008 dengan

menggunakan uji Kruskal Wallis respon yang diberikan auditor kepada semua kelompok itu berbeda

Significant. Adapun pada tahun 2009 dengan menggunakan uji Kruskal Wallis maka disimpulkan bahwa respon yang diberikan auditor kepada semua kelompok itu berbeda

Significant. Pada tahun 2008 dan 2009 menunjukan bahwa respon yang diberikan auditor kepada semua kelompok itu berbeda Significant Bersambung pada halaman berikutnya


(50)

35 Tabel 2.2 (Lanjutan)

No Judul dan Peneliti

(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian

4 Faktor non Keuangan pada

Opini Going Concern

(Junaidi dan Jogiyanto Hartono, 2010)

- Jenis Penelitian: Kuantitatif - Sumber Data:

Data Sekunder - Sampel:

89 Perusahaan listing BEI 2003-2008

- Analisis:

Regresi Logistik - Variabel lainnya:

Ukuran Peruahaan Reputation

Ada 3 variabel non keuangan yang diuji adalah signifikan (tenure, reputation, dan disclosure) dan1 variabel non keuangan tidak signifikan (size).


(51)

36 Tabel 2.2 (Lanjutan)

No Judul dan Peneliti

(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian

5

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit

Going Concern

pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(Totok Dewayanto, 2011)

- Jenis Penelitian: Kuantitatif - Sumber Data:

Data Sekunder - Sampel:

Perusahaan manufaktur di BEI 2006-2009

- Analisis:

Analisis Deskriptif Regresi Logistik - Variabel lainnya:

Kondisi Keuangan Ukuran Peruahaan Reputasi Auditor Opinion Shopping

Kondisi keuangan, opini audit, berpengaruh signifikan dengan penerimaan opini audit going concern. sedangkan ukuran, auditor client tenure, . opinion shopping, reputasi auditor perusahaan tidak berpengarug terhadap penerimaan opini audit going concern.


(52)

37 Tabel 2.2 (Lanjutan)

No Judul dan Peneliti

(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian

6

Pengaruh Kondisi Keuangan, Pertumbuhan Perusahaan dan Kualitas Audit terhadap Pemberian Opini Audit Going

Concern pada

Perusahaan Wholesale and Retail Trade di BEI (Hans Juniarto Kuswardi, 2012)

- Jenis Penelitian: Kuantitatif - Sumber Data:

Data Sekunder - Sampel:

Perusahaan wholesale dan retail trade di BEI 2007-2010

- Analisis:

Analisis Statistik Inferensial Regresi Logistik

- Variabel lainnya: Kondisi Keuangan Pertumbuhan Perusahaan Kualitas Audit

1. Kondisi keuangan perusahaan berupa rasio solvabilitas perusahaan memiliki arah positif dan berpengaruh signifikan

terhadap pemberian opini audit going concern, sedangkan kondisi keuangan perusahaan berupa rasio profitabilitas dan rasio likuiditas tidak berpengaruh. 2. Pertumbuhan perusahaan memiliki arah negatif namun tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit

going concern.

3. Kualitas audit memiliki arah positif namun tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going concern karena semua Kantor

Akuntan Publik baik yang berskala besar ataupun kecil akan selalu bersikap obyektif dalam memberikan pendapat.


(53)

38 Tabel 2.2 (Lanjutan)

No Judul dan Peneliti

(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian

7

Pengaruh Faktor Keuangan dan Non Keuangan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

(Irtani Retno Astuti dan Darsono, 2012)

- Jenis Penelitian: Kuantitatif - Sumber Data:

Data Sekunder - Sampel:

Perusahaan publik terdaftar di BEI 2006-2010

- Analisis:

Analisis Statistik Inferensial Regresi Logistik

- Variabel lainnya: Financial Distress Debt Default Reputasi Auditor Audit Lag

Opinion Shopping

Financial distress, opinion shopping, dan disclosure tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going. Sedangkan debt default, reputasi auditor, dan audit lag berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.


(54)

39 Tabel 2.2 (Lanjutan)

No Judul dan Peneliti

(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian

8

Pengaruh Audit Tenure, Disclosure, Ukuran Kap, Debt Default, Opinion Shopping, dan Kondisi Keuangan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

pada Perusahaan Real Estate dan Property Di Bursa Efek Indonesia (Nurul Ardiani, Emrinaldi Nur DP dan Nur Azlina, 2012)

- Jenis Penelitian: Kuantitatif - Sumber Data:

Data Sekunder - Sampel:

Perusahaan Real Estate dan Property listing di BEI 2009-2011

- Analisis:

Analisis Statistik Inferensial Regresi Logistik

- Variabel lainnya: Ukuran KAP Debt Default Kondisi Keuangan Opinion Shopping

Disclosure, ukuran KAP dan debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan audit tenure, opinion shopping dan kondisi

keuangan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going

concern.


(55)

40 Tabel 2.2 (Lanjutan)

No Judul dan Peneliti

(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian

9

Pengaruh Faktor Non Keuangan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

(Muslim Zulfikar dan Muchamad Syafruddin, 2013)

- Jenis Penelitian: Kuantitatif - Sumber Data:

Data Sekunder - Sampel:

Perusahaan manufaktur di BEI 2008-2011

- Analisis:

Regresi Logistik - Variabel lainnya:

Reputasi Auditor Ukuran Perusahaan

Variabel reputasi auditor, auditor tenur, mandatory disclosure , dan opini audit tahun sebelumnya

berpengaru secara signifikan terhadap opini audit going concern. Variabel ukuran perusahaan yang dilihat dari total aset terbukti tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.


(56)

41 Tabel 2.2 (Lanjutan)

No Judul dan Peneliti

(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian

10

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan

(Maydica Rossa Arsianto dan Shiddiq Nur Rahardjo, 2013)

- Jenis Penelitian: Kuantitatif - Sumber Data:

Data Sekunder - Sampel:

Perusahaan manufaktur di BEI 2008-2011

- Analisis:

Regresi Logistik - Variabel lainnya:

Reputasi Auditor Ukuran Perusahaan

Audit tenure, ukuran perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.


(57)

42 Tabel 2.2 (Lanjutan)

No Judul dan Peneliti

(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian

11

Pengaruh Reputasi

Auditor, Disclosure, Audit Client Tenure pada

Kemungkinan Pengungkapan Opini Audit Going Concern (Verdiana dan Utama, 2013)

- Jenis Penelitian: Kuantitatif - Sumber Data:

Data Sekunder - Sampel:

Perusahaan real estate dan property di BEI 2009-2012 - Analisis:

Regresi Logistik - Variabel lainnya:

Reputasi Auditor

Reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan pada pengungkapan opini audit going concern. Disclosure berpengaruh signifikan pada pengungkapan opini audit going concern. Audit client tenure tidak mampu memoderasi hubungan antara reputasi auditor dengan kemungkinan pengungkapan opini audit going concern. Audit client tenure mampu memoderasi hubungan antara disclosure dengan kemungkinan pengungkapan opini audit going concern namun memiliki hubungan memperlemah.


(58)

43 Tabel 2.2 (Lanjutan)

No Judul dan Peneliti

(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian

12

Pendapat Going Concern: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada Perusahaan yang

Mengalami Financial Distress

(Raisa Nanda Barlian, Yona Perwitasari, Agung Nur Probohudono, 2014)

- Jenis Penelitian: Kuantitatif - Sumber Data:

Data Sekunder - Sampel:

Perusahaan manufaktur di BEI 2010-2013

- Analisis:

Regresi Logistik - Variabel lainnya:

Kualitas Audit Ukuran Perusahaan Pertumbuhan Perusahaan Debt to equity ratio Penundaan RUPS

Kualitas audit, pertumbuhan

perusahaan, ukuran perusahaan, debt to equity ratio, dan penundaan rapat umum pemegang saham berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan pendapat audit


(59)

44 Tabel 2.2 (Lanjutan)

No Judul dan Peneliti

(tahun) Metlit X1 X2 X3 Y Hasil Penelitian

13

Opini Going Concern, Tingkat Ketergantungan Auditor pada Klien dan Pergantian Auditor (Ahmad Syaifuddin dan Fitriyani, 2014)

- Jenis Penelitian: Kuantitatif - Sumber Data:

Data Sekunder - Sampel:

Perusahaan kesulitan

keuangan di BEI 2007-2012 - Analisis:

Regresi Probit - Variabel lainnya:

Ukuran KAP Return Saham Ukuran Perusahaan Audit Lag Fee Audit Prediksi Kebangkrutan (Kondisi Keuangan) Opinion Shopping

-Tingkat ketergantungan auditor pada klien klien tidak berpengaruh

terhadap opini audit going concern. -Opinion Shopping tidak

berpengaruh terhadap pergantian auditor

-Kondisi keuangan, return saham, audit lag, dan opini going concern tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini going concern


(60)

45 C. Kerangka Berpikir

Selanjutnya akan ditampilkan kerangka pemikiran penelitian ini akan ditunjukkan pada gambar 2.2:

2.2 Pengaruh Audit Tenure, Opini Audit Tahun Sebelumnya, dan

Disclosure terhadap Opini Audit Going Concern

Standar Profesional Akuntan Publik 2011

Perushaan Tambang dan Agriculture yang listing di BEI Tahun 2011- 2014

Audit Tenure (X1)

Knechel and Vanstraelen (2007) Rossa dan Rahardjo (2013) Opini Audit Sebelumnya (X2)

Kartika (2012)

Zulfikar dan Syafruddin (2013)

Disclosure (X3)

Ardiani et al. (2012) Verdiana dan Utama (2013)

Opini Audit Going Concern

Metode Analisis: Regresi Logistik

Hasil Pengujian dan Pembahasan


(61)

46 D. Keterkaitan Antara Variabel dan Perumusan Hipotesis

1. Pengaruh audit tenure terhadap opini audit going concern

Menurut Carey dan Simnett (2006) dalam Zulfikar dan Syafruddin (2013) dalam penelitiannya mengenai auditor tenure dan kualitas audit terhadap perusahaan-perusahaan di Australia, menemukan bukti bahwa lama hubungan auditor dengan klien dapat mempengaruhi kualitas audit. Pesan pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) ini berawal dari kegagalan KAP Arthur Anderson di Amerika Serikat tahun 2001, yang gagal mempertahankan independensinya terhadap kliennya Enron, skandal ini melahirkan The Sarbanes-Oxley Act (SOX) tahun 2002 (Suparlan dan Andayani, 2010). Perikatan audit yang lama akan menjadikan auditor kehilangan independensinya, sehingga kemungkinan untuk memberikan opini audit going concern akan sulit (Ulya, 2012).

Menurut Januarti (2009) dalam Rossa dan Rahardjo (2013) semakin lama hubungan klien dengan auditor dikhawatirkan akan mempengaruhi tingkat indepedensi auditor dalam memberikan pendapatnya, sehingga kemungkinan untuk memberikan opini audit going concern juga semakin kecil. Knechel dan Vanstraelen (2007) menyatakan bahwa audit tenure memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan yang tidak bangkrut.

Penelitian Junaidi dan Hartono (2010) menyatakan bahwa audit tenure memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap pemberian opini audit going concern. Begitupun dengan penelitian yang dilakukan oleh Rossa dan


(62)

47 Rahardjo (2013) yang juga menyatakan bahwa audit tenure berpengaruh negatif signifikan terhadap pemeberian opini audit going concern.

H1: Audit tenure berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini

audit going concern.

2. Pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going concern

Perusahaan yang mendapatkan opini audit going concern akan berdampak pada kemunduran harga saham, kesulitan dalam meningkatkan modal pinjaman, ketidak percayaan investor, kreditor, pelanggan dan karyawan. oleh karena itu perusahaan yang pada tahun sebelumnya telah menerima opini audit going concern, berpotensi secara signifikan menerima kembali opini going concern pada tahun sekarang (Zulfikar dan Syafruddin, 2013). Menurut Rossa dan Rahardjo (2013), opini tahun sebelumnya dapat menjadi pertimbangan yang penting bagi auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun beriktnya. Auditee yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya akan dianggap memiliki masalah kelangsungan hidupnya, sehingga semakin besar kemungkinan bagi auditor untuk mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berjalan (Dewayanto, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Dewayanto (2010) menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh postif terhadap pemberian opini audit tahun sebelumya. Dewayanto (2010) juga menyatakan bahwa Auditor dalam memberikan opini audit going concern akan mempertimbangkan opini


(63)

48 audit going concern yang diterima perusahaan sebelumnya, mengingat untuk memperbaiki kinerja perusahaan dibutuhkan waktu yang relatif lama. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulfikar dan Syafruddin (2013) yang menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap opini audit going concern.

H2: Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap

penerimaan opini audit going concern.

3. Pengaruh disclosure terhadap opini audit going concern

Zulfikar dan Syafruddin (2013) menyatakan bahwa semakin luasnya informasi yang diungkapkan oleh perusahaan yang mengalami kondisi keuangan yang buruk, maka auditor akan lebih mudah dalam menemukan bukti dalam menilai kelangsungan usaha perusahaan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ardiani et al. (2012) yang menyatakan bahwa adanya disclosure dari perusahaan tentang keraguan atas going concern terlebih bila disertai adanya rencana manajemen perusahaan untuk mengatasinya menunjukkan adanya ketidakmampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini mengindikasikan adanya korelasi antara disclosure dengan opini audit going concern.

Hal ini diperkuat dengan berbagai penelitian yang meneliti terkait dengan disclosure. Penelitian yang telah dilakukan oleh Verdiana dan Utama (2013), Zulfikar dan Syafruddin (2013), dan Junaidi dan Hartono (2010)


(64)

49 menyimpulkan bahwa disclosure berpengaruh postif signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.

H3: disclosure berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit


(65)

50 BAB III

Metodologi Penelitian A. Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kausalitas yaitu penelitian yang hendak meneliti pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. variabel independen yang hendak diteliti adalah audit tenure, opini audit tahun sebelumnya dan disclosure dengan variabel dependennya yaitu opini audit going concern. Populasi penelitian ini adalah perusahaan tambang dan agriculture yang terdaftar di BEI antara tahun 2011 hingga 2014 dan tidak mengalami delisting selama periode penelitian.

B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah perusahaan tambang dan agriculture yang terdaftar di BEI antara tahun 2011 hingga 2014. Pengambilan data dari tahun 2011 sampai 2014 dikarenakan agar data yang dilihat lebih segar dan dapat menjadi perwajahan dari hasil penelitian. Populasi perusahaan tambang dan agriculture yang dipilih sebab Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah dan juga Indonesia dilihat dunia karena sumber daya alam tambangnya. Perusahaan tambang dan agriculture juga sangat dipengaruhi oleh keadaan harga tambang internasional dan kebijakan pemerintah sehingga mempengaruhi kelangsungan hidup suatu perusahaan.

Sampel penelitian ini diambil dengan metode purposive sampling dan dikhususkan menggunakan dengan metode judgement sampling karena sampel


(1)

89

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Non Going Concern 0

Going Concern 1

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients Constant

Step 0 1 75.042 -.429

2 75.041 -.435

3 75.041 -.435

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 75.041

c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea,b

Observed

Predicted Opini Audit

Percentage Correct Non Going

Concern Going Concern

Step 0 Opini Audit Non Going Concern 34 0 100.0

Going Concern 22 0 .0

Overall Percentage 60.7

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500


(2)

90

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -.435 .274 2.531 1 .112 .647

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Tenure 1.208 1 .272

OTS 33.547 1 .000

Disc 4.797 1 .029

Overall Statistics 34.886 3 .000

Block 1: Method = Enter

Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant Tenure OTS Disc

Step 1 1 38.136 -3.384 -.026 3.027 2.405

2 34.636 -6.278 -.078 3.965 5.526

3 33.922 -8.772 -.153 4.405 8.479

4 33.849 -9.890 -.193 4.601 9.818

5 33.847 -10.049 -.198 4.631 10.008

6 33.847 -10.052 -.198 4.631 10.011

7 33.847 -10.052 -.198 4.631 10.011

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 75.041

d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.


(3)

91

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 41.194 3 .000

Block 41.194 3 .000

Model 41.194 3 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 33.847a .521 .706

a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 7.210 7 .407

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Opini Audit = Non Going Concern Opini Audit = Going Concern

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 6 5.950 0 .050 6

2 6 5.850 0 .150 6

3 7 6.358 0 .642 7

4 6 5.122 0 .878 6

5 4 5.666 3 1.334 7

6 3 3.829 4 3.171 7

7 1 .897 6 6.103 7

8 1 .259 5 5.741 6


(4)

92

Classification Tablea

Observed

Predicted Opini Audit

Percentage Correct Non Going

Concern Going Concern

Step 1 Opini Audit Non Going Concern 32 2 94.1

Going Concern 4 18 81.8

Overall Percentage 89.3

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a Tenure -.198 .550 .130 1 .718 .820

OTS 4.631 1.162 15.877 1 .000 102.622

Disc 10.011 6.185 2.620 1 .106 22265.618

Constant -10.052 5.126 3.846 1 .050 .000

a. Variable(s) entered on step 1: Tenure, OTS, Disc.

Correlation Matrix

Constant Tenure OTS Disc Step 1 Constant 1.000 .165 -.604 -.976

Tenure .165 1.000 .053 -.352

OTS -.604 .053 1.000 .518


(5)

93

Step number: 1

Observed Groups and Predicted Probabilities

8 + + I I I I

F I I

R 6 + +

E I I

Q I N I

U I N I

E 4 +NN N +

N INN N I

C INN N G G G I

Y INN N G G G I

2 +NN N N N N NNG G N G G GGGG +

INN N N N N NNG G N G G GGGG I

INNN NNN NNNN NNNGN N N G G GG G NG N GGGG I

INNN NNN NNNN NNNGN N N G G GG G NG N GGGG I

Predicted

---+---+---+---+---+---+---+---+---+---

Prob: 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1

Group:

NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNGGGGGGGGGGGGGGGGGG GGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG

Predicted Probability is of Membership for Going Concern The Cut Value is .50

Symbols: N - Non Going Concern G - Going Concern


(6)

94

Lampiran 3 Contoh Opini Audit

Going Concern

PT Central Proteina Prima Tbk Laporan Audit Tahun Buku 2014


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pergantian Manajemen, Biaya Audit, Reputasi Audit, Opini Audit dan Kesulitan Keuangan terhadap Pergantian Auditor secara sukarela (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2012-2013)

5 93 109

Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Dan Rasio Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 86 82

Pengaruh Profitabilitas, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Leverage Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

4 72 106

Pengrauh Likuiditas, Leverage, Kualitas Audit, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 119 108

Pengaruh Likuiditas, Leverage¸Profitabilitas, Kualitas Audit, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 61 99

Analisis Pengaruh Opini Audit, Audit Report Lag dan Kantor Akuntan Publik Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI

18 117 88

Pengaruh Kualitas Audit, Profitabilitas, Leverage dan Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini Audit Going Conern Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 34 96

Pengaruh audit lag, opini audit tahun sebelumnya, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern oleh auditor

1 12 117

Pengaruh Audit Tenure, Reputasi KAP, Disclosure Klien, dan Opini Audit Sebelumnya terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI Tahun 2007-2011)

1 17 150

OPINI AUDIT GOING CONCERN PENGARUH KONDISI KEUANGAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN.

0 2 14