7 Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan komisaris
perusahaan Sembiring, 2005. Dewan komisaris bertanggung jawab mengawasi dan memberi nasihat kepada direksi. Semakin besar jumlah anggota dewan
komisaris, maka kinerja direksi semakin efektif sehingga pengungkapan yang dilakukan semakin luas.
Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena pengungkapan terhadap corporate governance dianggap penting sebagai wujud pertanggungjawaban
manajemen agen kepada pemilik prinsipal. Berdasarkan latar belakang
masalah tersebut, maka judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Corporate Governance dalam Laporan
Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia.”
1.2 Rumusan Masalah
Pada penelitian terdahulu, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi luas pengungkapan corporate goverance. Faktor-faktor tersebut
diantaranya adalah besaran perusahaan, umur listing perusahaan, kepemilikan dispersi, perusahaan multinasional, dan ukuran dewan komisaris. Berdasarkan
latar belakang tersebut, dalam skripsi ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah
besaran perusahaan berpengaruh
positif terhadap luas
pengungkapan corporate governance? 2.
Apakah umur listing perusahaan berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan corporate governance?
8 3.
Apakah kepemilikan dispersi berpengaruh positif
terhadap luas pengungkapan corporate governance?
4. Apakah perusahaan multinasional berpengaruh positif terhadap luas
pengungkapan corporate governance? 5.
Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan corporate governance?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menguji secara empiris: 1.
Pengaruh besaran perusahaan terhadap luas pengungkapan corporate governance.
2. Pengaruh umur listing perusahaan terhadap luas pengungkapan corporate
governance. 3.
Pengaruh kepemilikan dispersi terhadap luas pengungkapan corporate governance.
4. Pengaruh perusahaan multinasional terhadap luas pengungkapan corporate
governance. 5.
Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap luas pengungkapan corporate governance.
9
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu:
1. Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan dan informasi tambahan
mengenai pentingnya penerapan dan pengungkapan corporate governance. 2.
Bagi calon investor, sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan investasi.
3. Bagi calon kreditur, sebagai bahan pertimbangan dalam kaitannya dengan
pemberian kredit pada perusahaan. 4.
Bagi peneliti berikutnya, sebagai acuan untuk mengembangkan pengungkapan corporate governance secara lebih luas.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV, dan Bab V. Bab I adalah Pendahuluan. Pada bab I ini dijelaskan
tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II adalah Telaah Pustaka yang berisi tentang
teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini serta beberapa peneliti terdahulu. Pada bab ini juga dijelaskan mengenai kerangka pemikiran dan hipotesis
penelitian. Bab III menjelaskan Metode Penelitian yang memuat definisi operasional variabel penelitian, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data, serta metode analisis yang digunakan dalam penelitian. Bab IV adalah Hasil dan Analisis yang menguraikan tentang deskripisi objek
10 penelitian, analisis data, serta interpretasi data berdasarkan alat dan teknik analisis
yang digunakan dalam penelitian ini. Bab V adalah Penutup yang membahas tentang kesimpulan dari penelitian ini, keterbatasan, dan saran-saran untuk
penelitian berikutnya.
11
BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Agensi
Teori agensi agency theory merupakan dasar yang digunakan perusahaan untuk memahami corporate governance. Hal yang dibahas dalam teori ini adalah
hubungan antara prinsipal pemilik dan pemegang saham dan agen manajemen. Hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara prinsipal dan agen Jensen and
Meckling, 1976. Inti dari hubungan keagenan adalah terdapat pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Prinsipal akan menyediakan fasilitas
dan dana untuk menjalankan perusahaan serta mendelegasikan kebijakan pembuatan keputusan kepada agen. Prinsipal memiliki harapan bahwa agen akan
menghasilkan return dari uang yang mereka investasikan. Di lain pihak, agen memiliki kewajiban untuk mengelola perusahaan sesuai dengan keinginan
prinsipal. Sebagai wujud dari akuntabilitas manajemen kepada pemilik, setiap periode manajemen memberikan laporan mengenai informasi perusahaan kepada
pemiliknya. Dalam teori agensi, diasumsikan bahwa masing-masing individu
cenderung untuk mementingkan diri sendiri. Hal ini menimbulkan adanya konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Prinsipal memiliki kepentingan untuk
memaksimalkan keuntungan mereka sedangkan agen memiliki kepentingan untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya. Konflik akan