Sulitnya Akses Air Minum dan Sanitasi Idikator Kemiskinan

Sulitnya Akses Air Minum dan Sanitasi Idikator Kemiskinan

of Poverty). Kemiskinan bagi negara berkembang seperti T (International Day of Eradication for Poverty)- yang

anggal 17 Oktober setiap tahun masyarakat dunia berinisiatif untuk mengeluarkan resolusi Nomor 47/196 memperingati Hari Pemberantasan Kemiskinan

tertanggal 22 Desember 1992, yang menetapkan tanggal Sedunia (he International Day for the Eradication

17 Oktober sebagai Hari Anti Kemiskinan Sedunia

Indonesia misalnya menjadi catatan tersendiri. Sulitnya diperingati oleh warga dunia hingga saat ini. Pada tahun penduduk dunia memperoleh layanan dasar sanitasi dan

2010 ini kampanye global yang dimobilisasi aliansi dunia memperoleh air minum secara layak, jelas merupakan

bernama Global Call Against to Poverty (GCAP) terus indikator dari kemiskinan. Badan Kesehatan Dunia

dilakukan.

WHO menyebut terbatasnya 95 persen akses penduduk Pada September tahun 2000, perwakilan dari 189 miskin akan air bersih membuat belenggu kemiskinan

negara di dunia telah berkumpul di New York dalam menjerat 1,2 milliar penduduk dunia.

acara KTT Millenium yang digagas PBB. Hasilnya Seperti diketahui , pada tanggal 17 Oktober tahun

adalah ditandatanganinya sebuah deklarasi (Millenium 1987, lebih dari seratus ribu orang berdemonstrasi

Declaration) yang berisi 8 poin proyek bersama sasaran di Trocadéro di Kota Paris, Perancis, tepat di tempat

pembangunan yang harus dicapai negara-negara peserta penandatanganan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia sebelum tahun 2015. Ke delapan proyek itu meliputi tahun 1948, untuk mengajak seluruh warga dunia

penghapusan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim merenungkan kembali nasib para korban kemiskinan

(dengan standar penghasilan di bawah 1,25 USD/hari), ekstrim, kekerasan, kelaparan, sulitnya memperoleh air

pemerataan pendidikan dasar, persamaan gender dan minum dan buruknya sanitasi dihampir seluruh pelosok

pemberdayaan perempuan, perlawanan terhadap penyakit dunia.

khususnya HIV AIDS dan malaria, penurunan angka Kemudian, demi menghormati momen kematian anak, peningkatan kesehatan ibu, penjaminan

bersejarah tersebut, PBB

daya dukung lingkungan dan membangun kemitraan

Edisi III, 2010

global untuk pembangunan. Jika dicermati, semua proyek hak tersebut. Setelah itu, Majelis Umum PBB itu bermuara pada satu target, yakni eliminasi problem

mendeklarasikan 17 Oktober sebagai Hari Pemberantasan besar bernama “kemiskinan”.

Kemiskinan Sedunia, serta masyarakat dunia merayakan Berbicara tentang cara pemberantasan kemiskinan

‘Hari Pemberantasan Kemiskinan Sedunia’ dengan versi PBB, tentu tak bisa lepas juga dari pelaksanaan

berbagai acara.

Tujuan Pembangunan Millenium/Millenium Development Goal’s disingkat MDG’s – yang juga merupakan produk

Di Indonesia

PBB pada tahun 2000 demi menciptakan dunia tanpa Aksi memperingati Hari anti-pemiskinan juga kemiskinan pada tahun 2015. Sebagai bagian dari PBB,

terjadi di beberapa kota di Indonesia, seperti Lampung, Indonesia sendiri ikut menerapkan program MDG’s

Mataram, Garut, Cianjur, Tasikmalaya, dan Purwekerto. sejak tahun 2004. Di dalam MDG’s sendiri, kita tahu,

Di Bandar lampung, sekitar 50-an massa SRMI berjalan ada sekitar delapan program yang muluk-muluk di

dari tugu adipura menuju kantor Pemerintah Kota bidang kemiskinan, kesehatan, pendidikan, lingkungan,

setempat. Mereka mendesak agar walikota yang baru kesetaraan gender.

terpilih untuk merealisasikan janji-janji politiknya semasa “Namun,terus terang, kami sangat meragukan

kampanye, terutama dalam pemberantasan kemiskinan. keberhasilan program MDG’s di Indonesia. Karena

Atas desakan tersebut, walikota Bandar Lampung praktis, kemiskinan -dan proses pemiskinan- tidak

Herman HN bersedia menerima dan berdialog dengan berkurang sama sekali.

perwakilan aktivis SRMI. Kita masih mendengar

Pihak Walikota menjanjikan terjadinya wabah kelaparan

akan menuntaskan sejumlah di berbagai tempat di

persoalan yang dituntut tanah air, yang artinya

SRMI, diantaranya, masih terdapat kemiskinan

persoalan pendidikan, ekstrim. Kesehatan rakyat

kesehatan, dan dokumen juga semakin buruk saja.

warga (KTP/KK/akta Angka kematian ibu dan

kelahiran), akan diwujudkan bayi di Indonesia masih

pada tahun 2011. cukup tinggi, sejumlah

Di Tasikmalaya, Jawa besar masyarakat masih sulit

Barat, puluhan aktivis SRMI memperoleh layanan air

menggelar aksinya di kantor minum dan sanitasi mereka

ISTIMEWA

pemerintah kabupaten, dan masih sangat buruk,” ujar Ketua Yayasan Perlundungan

menuntut pengesahan Ranperda mengenai perlindungan Konsumen Kesehatan, dr Marius Wijayarta kepada

Pedagang Kaki Lima (PKL). Massa juga mempersoalkan Percik.

minimnya anggaran kesehatan, yang sebagian besarnya Pendidikan, kesehatan, sulitnya memperoleh air

merupakan bantuan Pemprov Jabar. minum dan rendahnya sanitasi dasar jelas bagian dari

Aksi juga dilakukan di kabupaten Garut, Jawa Barat, kemiskinan. Belum lagi masalah kesetaraan gender pun

dimana puluhan demonstran menolak pembangunan seperti masih mimpi, karena praktik penjualan anak dan

Alfamart yang dianggap akan menyingkirkan ekonomi perempuan masih marak di mana-mana. Target di bidang rakyat, khususnya pedagang kecil. Di Cianjur, Jawa lingkungan hidup pun tidak terlihat karena setiap harinya Barat, massa yang berjumlah 300 orang anggota kita terus disuguhkan fakta tentang dampak kerusakan

SRMI mendatangi kantor DPRD setempat. Massa lingkungan di sekitar kita, seperti banjir dan tanah

mempersoalkan minimnya anggaran untuk pendidikan longsor. Dan masih banyak lagi fakta yang membuat kita

dan kesehatan, sementara biaya untuk kendaraan dinas ragu akan bukti keberhasilan MDG’s.

Pemda terus membengkak.

Para aktivis kemanusian, pegiat lembaga swadaya Disamping itu, ratusan massa itu juga mendesak agar masyarakat bidang lingkungan dan kesehatan masyarakat

Pemkab Cianjur segera menaikkan jumlah anggaran menyatakan bahwa kemiskinan merupakan kekerasan

untuk pendidikan dan kesehatan serta perlindungan terhadap hak asasi manusia, sehingga mereka menuntut

terhadap Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar agar masyarakat di seluruh dunia menghormati

negeri. (Eko/Infid.org)

W

ISTIMEWA

(Tulisan Pertama)

Dr Cekli Setya Pratiwi, SH.,LL.M.

dan tersedia (available) bagi setiap orang. Selaras dengan tujuan fundamental inilah, maka dibentuklah instrumen

T melindungi hak-hak asasi manusia sehingga manusia lingkungan yang sehat, hak atas pengembangan budaya,

he International Covenant on Economical HAM Internasional untuk memberikan perlindungan and Social Rights (untuk selanjutnya

baik kepada individu atau kelompok tentang hak disingkat CESCR) telah disusun dan

ekonomi, sosial, dan budaya yang tertuang dalam CESCR disepakati sebagai bagian dari Hukum

1966. CESCR secara garis besar memberikan pengakuan HAM Internasional (he International

terhadap hak untuk bekerja, hak untuk mendapat Bill of Rights) dengan maksud tidak lain adalah untuk

pendidikan, hak untuk kehidupan yang layak, hak atas

dapat hidup sebagai manusia seutuhnya, bebas, aman, dan seterusnya. Hak atas penghidupan yang layak yang terlindungi dan hidup sehat. Hak untuk hidup sebagai

akan ditelaah dalam tulisan ini akan difokuskan pada hak hak yang paling kodrati tidak akan dapat pernah tercapai

atas rumah dan air minum.

kecuali semua hak-hak dasar yang dibutuhkan ketika Dibandingkan dengan hak sipil dan politik termuat manusia hidup seperti “hak untuk bekerja, makan,

dalam CCPR, seringkali hak ekonomi, sosial dan rumah, kesehatan, pendidikan, dan budaya” budaya dipandang sebagai hak generasi kedua dimana

dapat tercukupi (adequately)

pemenuhannya tidak dapat dipaksakan (unforceable),

Edisi III, 2010 Edisi II, 2010

tidak dapat dituntut di muka pengadilan (non-justiciable), akan kehidupan. Lebih jauh bahkan ditegaskan bahwa dan hanya dapat dipenuhi oleh negara secara bertahap

komite tersebut memberikan kewajiban bagi negara (to be fulilled progresively). Namun demikian, seiring

untuk menjamin adanya hak atas air bagi setiap warga dengan diakuinya sistem Hukum HAM secara global

negaranya.

yang ditandai dengan penerimaan DUHAM 1948, maka Dengan demikian, jelas bahwa baik hak sipil-politik negara-negara di dunia secara berulang-ulang menegaskan maupun hak ekonomi, sosial, budaya tidak dapat melalui Konferensi Dunia tentang HAM Tahun 1993

dipisahkan satu sama lain karena memiliki sifat saling dengan menyatakan bahwa kedua bidang HAM yaitu

ketergantungan dan keduanya memerlukan perhatian CCPR dan CESCR tersebut memiliki kedudukan yang

yang sama dari negara baik dalam hal penerapannya, sama penting. Resolusi Majelis Umum PBB Nomor

sosialisasinya maupun perlindungannya. Hal ini 32/130 pada Desember 1977 menyatakan bahwa:

mengingat bahwa pemenuhan hak sipil dan politik “(a) All human rights and fundamental freedoms are

saja tanpa pemenuhan hak ekonomi, sosial dan budaya invisilbe and interdependent; equal attention and urgent

seseorang sangatlah tidak mungkin. Oleh karena itu, consideration should be given to the implementation,

untuk mewujudkan terpenuhinya hak ekonomi, sosial promotion, and protection of both civil

dan budaya dibutuhkan dukungan baik dari kebijakan and political, and economical, social and

nasional atau internasional.

cultural rights; (b) he full realization Dengan demikian, segala bentuk penyangkalan of civil and political rights without the

terhadap hak ekonomi, sosial dan budaya enjoyment of economic, social and cultural

yang didukung oleh pendapat yang masih rights is impossible; the achievement of

menempatkan hak ekonomi, sosial dan lasting progress in the implementation of

......bahwa

hak atas air budaya sebagai hak yang tidak nyata, hak

human rights is dependent upon sound and yang tidak membutuhkan keterlibatan efective national and international policies

adalah sesuatu negara, atau hak yang dapat dipenuhi secara

of economic and social development, as

yang tidak dapat bertahap, hanyalah sebagai pandangan

recognized by the Proclamation of Teheran yang tidak relevan lagi. Terlebih ketika of 1968”.

dipisahkan dari CESCR telah diadopsi oleh Majelis Umum

Pada Tahun 2002 Komite Hak-

hak-hak asasi PBB melalui Resolusi 20 A (XXI) pada

hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (the

manusia lainnya. Desember 1966 dan telah dilaksanakan

Committee on Economic, Social and sejak 3 Januari 1976. Bahkan saat ini karena Cultural Rights) dalam Pandangan Umum

jumlah penerimaan CESCR oleh negara- (General Comment) Nomor 15, secara

negara sudah sangat besar yaitu 143 negara tegas memberikan penafsiran tentang pasal 11 dan

meratifikasi, maka CESCR sudah mengalami pasal 12 dari Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi,

perubahan karakter yang semula hanya Sosial dan Budaya (International Covenant on Economic,

merupakan perjanjian multirateral berubah menjadi Social and Cultural Rights), bahwa hak atas air adalah

hukum kebiasaan internasional (international customary sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari hak-hak asasi

law), artinya ia mengikat setiap negara dengan atau tanpa manusia lainnya. Dalam argumentasinya, Komite ini

ratifikasi.

menunjukkan bahwa banyak hak asasi manusia lainnya tidak dapat didapatkan oleh manusia jika sebelumnya

II. Menilai Jaminan Hak Atas Rumah dan Air

tidak dikenal adanya hak atas air. Hak Hidup (the right

Dalam Hukum Positif

to life), hak untuk mendapatkan makanan (the right to Dalam membahas persoalan tentang jaminan hukum food), hak untuk mempertahankan kesehatan (the right to

hak rakyat atas rumah dan air perlu kiranya melihat maintain health level) adalah hak-hak yang dalam upaya

sejauh mana hukum di Indonesia memberikan jaminan untuk memenuhinya membutuhkan hak atas air (the right yang cukup atas hak tersebut. Dalam melihat aspek to water) – sebagai prasyaratnya.

jaminan hukum, tentunya tidak sebatas pada bagaimana Disebutkan bahwa air tidak saja dibutuhkan untuk

kualitas substansi hukum yang mengatur persoalan minum tetapi juga bagian yang tak terpisahkan dari

ini dalam setiap Hukum Nasional, namun juga proses pengolahan makanan, atau penciptaan kondisi

harus memperhatikan sejuah mana ketaatan perumahan yang sehat dan kebutuhan manusia lainnya

Indonesia sebagai bagian dari

Wacana

masyarakat Internasional yang secara sadar menerima dan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. mengakui ketentuan-ketentuan Hukum Internasional

Dengan demikian, sejak tahun 2005 ada kewajiban khususnya yang sudah menjadi bagian dari hukum positif hukum yang diemban oleh negara Indonesia untuk segera negara kita. Hal ini perlu ditegaskan mengingat masih

menyesuaikan diri terhadap setiap produk perUUan yang banyak pandangan dan praktek yang mengatakan bahwa

terkait dengan isi kovenan tersebut. Hal ini tentunya Hukum Nasional dan Hukum Internasional terpisah satu dengan maksud dan tujuan agar jaminan pemenuhan hak sama lainnya. Sehingga pembuat UU, penegak hukum

rakyat atas hak ekonomi, sosial dan budaya semakin kuat. atau bahkan pembuat kebijakan sering kali menanggalkan

Lalu dalam konteks jaminan hak rakyat atas sifat mengikat dari Hukum Internasional yang dimaksud

penghidupan yang layak khususnya rumah dan air, dan tindakan ini sering berimplikasi pada terampasnya

bagaimana CESCR membebani negara peserta untuk hak-hak rakyat yang telah diakui oleh masyarakat

segera mengambil langkah-langkah tindakan penting internasional sebagai hak asasi manusia yang tidak dapat

guna mengakui hak tersebut? Dalam hal ini Pasal 11 Ayat dikurang-kurangi oleh siapapun tak terkecuali oleh

(1) CESCR menyatakan bahwa:

negara kecuali dalam hal-hal tertentu yang itupun harus

he States Parties of the present Covenant recognize diatur secara jelas dan tegas melalui UU.

the right of everyone to an adaquate standard of living for himlself and his family, including adequate food, clothing and housing, and to the continous improvement of living conditions. he State Parties will take appropiate steps to ensure the realization of this right, recognizing to this efect essential importannce of international co-operation based on free consent.

Artinya: negara-negara Pihak pada Kovenan ini mengakui hak setiap orang atas standar kehidupan yang layak untuk dirinya sendiri dan keluarganya, termasuk kecukupan pangan, pakaian, perumahan yang layak dan atas perbaikan kondisi penghidupan yang bersifat terus menerus. Negara-negara Pihak akan mengambil langkah-langkah yang layak untuk memastikan perwjuduan hak ini, dengan

mengakui, untuk maksud ini, sangat pentingnya Terkait dengan obyek pembahasan dalam tulisan

ISTIMEWA

arti kerjasama internasional yang didasarkan pada ini yaitu tentang jaminan hak rakyat atas kehidupan

perbaikan yang sukarela.

yang layak khususnya rumah dan air minum, maka Implikasi dari ketentuan Pasal 11 Ayat (1) CESCR implikasi yuridis dari penerimaan Indonesia terhadap

di atas adalah bahwa bagi setiap negara yang menjadi suatu Perjanjian Internasional adalah sesegera mungkin

peserta atau meratifikasi kovenant ini (termasuk melakukan pembentukan UU baru jika belum punya,

Indonesia), memiliki kewajiban untuk mengakui hak singkronisasi/perubahan jika terjadi pertentangan

setiap warga negara atas standar hidup yang layak atau bahkan pencabutan apabila memang peraturan

yaitu meliputi kecukupan atas makanan, pakaian dan tersebut dinilai tidak sesuai atau bertentangan dengan

perumahan serta senantiasa meningkatkan perbaikan hak-hak rakyat. Dalam kaitannya dengan hak rakyat

kondisi penghidupan secara terus-menerus. Bahwa kata atas penghidupan yang layak, dimana hal ini masuk

“recognize” atau mengakui atas hak setiap warga negara dalam ruang lingkup hak ekonomi, sosial dan budaya,

untuk mendapatkan standar hidup yang layak baik maka Indonesia secara resmi menjadi peserta dari he

kecukupan makanan, pakaian, dan perumahan tersebut Internasional International Convenant on Economical,

memiliki makna membebani kewajiban kepada negara Social and Cultural Rights (CESCR) 1966 melalui sebuah

yaitu “the obligation to respect” (kewajiban negara untuk ratifikasi yaitu UU Nomor 12 Tahun 2005

menghormati), “the obligation to protect” (kewajiban

tentang Pengesahan Kovenan

untuk melindungi), “the obligation to promote (kewajiban

Edisi III, 2010

untuk mensosialisasikan), “the obligation to fullill” (kewajiban untuk memenuhi) hak-hak yang terkandung dalam kovenant CESCR melalui langkah-langkah yang nyata sesuai dengan prinsip-prinsip Limburg 1986 dan Prinsip-prinsip Maastricht 1997, termasuk tindakan- tindakan legislatif untuk menyesuaikan atau merubah segala peraturan PerUUan di Indonesia baik di tingkat pusat sampai daerah yang dinilai bertentangan dengan isi kovenan.

1. Peluang Regulasi Pelaksana Yang Mengabaikan Rakyat Atas Rumah

Pertama, tidak dapat dipungkiri bahwa keberanian

ISTIMEWA

Indonesia meratifikasi CESCR adalah salah satu bentuk Indonesia memberikan pengakuan hak atas ekonomi,

Terkiat dengan hak atas rumah, UUD 1945 sosial dan budaya warga negaranya yang di dalamnya

khususnya Pasal 28H Ayat (1) dikatakan bahwa :”Setiap terdapat hak atas rumah dan air minum. Namun

orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat demikian, dengan ratifikasi saja tidaklah cukup. Untuk

tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik melihat sejuah mana Indonesia sebagai negara peserta

dan sehat, berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. CESCR telah memenuhi kewajibannya untuk menjamin

Bahwa penggunaan istilah “pengakuan hak atas pemenuhan hak ekonomi, sosial dan

penghidupan yang layak” pada Pasal 11 Ayat (1) CESCR budaya khususnya yang menyangkut

mengandung makna kehidupan yang layak meliputi hak atas rumah dan air minum setiap

kecukupan makanan, pakaian dan rumah, sedangkan warga negaranya adalah dengan melihat

dalam Pasal 28H Ayat (1) sedikit berbeda dengan yang segala bentuk PerUUan baik dalam

dipakai dalam Pasal 28H yang memilih hirarki tertinggi (UUD 1945) sampai

menggunakan istilah lain yaitu ”hak herarki terendah atau PerUUan di

Tidak dapat dipungkuri

hidup sejahtera lahir dan batin”. tingkat pusat dan daerahsubstansinya

bahwa keberanian

Indonesia meratiikasi

Dalam kalimat berikutnya yang