Pengawasan dan Pengawalan Kebijakan: Sebuah Kewajiban
G. Pengawasan dan Pengawalan Kebijakan: Sebuah Kewajiban
Pada bagian sebelumnya telah dipaparkan mengenai implementasi pembatasan kadar tar dan nikotin. Harus menjadi perhatian bahwa implementasi tidaklah cukup, karena diperlukan adanya monitoring agar penerapan kebijakan sesuai dengan harapan. Namun perlu dicatat pula bahwa monitoring pembatasan kadar tar dan nikotin bukanlah hal yang terpisah dari evaluasinya. Informasi yang didapatkan melalui proses monitoring dapat menjadi data tambahan dalam melihat kinerja dan output kebijakan penerapan tar dan nikotin secara umum.
Dalam rangka melakukan monitoring, hal yang harus dilakukan adalah menyoroti hal detail atas pelaksanaan kebijakan. Untuk itu, diperlukan adanya desain monitoring yang jelas pula dengan memperhatikan instrumen monitoring, pelaksanaan monitoring, dan temuan monitoring (Santoso 2010, h. 146). Kesemua itu harus mampu menjawab mengenai monitoring implementasi dan juga monitoring atas dampaknya.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa pembatasan kadar tar dan nikotin secara nyata dilakukan dengan membuat tim yang terdiri dari berbagai pihak. Tim ini bertugas untuk melakukan pengukuran kadar, dan pemberian ijin terhadap produk tembakau. Kesemua itu dilakukan secara top down. Untuk itu dalam monitoring harus dilakukan adalah mmemastikan bahwa formula kebijakan dan desain implementasi diwujudkan secara konkret.
Untuk itu dalam rangka proses monitoring, terdapat poin verivikasi yang perlu diperhatikan. Point verivikasi terdiri dari :
1. Kesesuaian dengan prosedur dengan kinerja tim Poin ini perlu dilakukan pengawasan karena hal prosedural seringkali
dilewatkan. Bisa saja untuk produk tertentu diuji secara berulang kali untuk mencapai data yang valid. Tapi bisa pula produk tidak dilakukan uji atas adanya pesanan dari pihak yang berkepentingan. Untuk itu, diperlukan monitoring untuk menjamin adanya perlakuan sama sesuai dengan prosedur yang tertuang dalam juklak juknis. Secara nyata, pengawasan ini dilakukan oleh berbagai pihak, yaitu kementrian kesehatan selaku instansi yang menaungi, LSM/NGO, serta tim khusus yang bertugas melakukan pengawasan.
2. Inspeksi Lapangan dalam Rangka Pengecekan Diperlukan upaya untuk mengecek rokok yang beredar apakah sudah sesuai
dengan takaran yang dimaksud. Hal ini dikarenakan bisa dimungkinkan bahwa tim melakukan pengukuran pada awal produksi. Namun pada akhir produksi perusahaan melakukan penyelewengan. Untuk itu harus ada sidak di lapangan untuk menilai apakah sudah terlaksana ataukah belum. Pada poin ini peran serta masyarakat juga penting, karena masyarakatlah yang akan bersentuhan langsung dengan produk. Ketika terdapat kejanggalan pada produk, maka masyarakat juga dapat melakukan pelaporan untuk ditindaklanjuti lebih jauh.
3. Pengamatan Terhadap Target Proses ini melihat apakah penerapan pembatasan tar dan nikotin sudah sampai
pada target yaitu perusahaan lokal dan luar negeri baik yang skalanya masih kecil maupun yang sudah besar. Hal ini dilakukan dengan melakukan antara data target pada target yaitu perusahaan lokal dan luar negeri baik yang skalanya masih kecil maupun yang sudah besar. Hal ini dilakukan dengan melakukan antara data target
4. Mengamati Respon Publik Proses ini dilakukan dengan melihat apakah terdapat protes yang dilakukan
masyarakat. Sebagaimana kita tahu bahwa pembatasan tar dan nikotin berdampak yang signifikan pada kehidupan sosial. Hal yang bisa diamati adalah apakah ada protes yang signifikan dari direksi perusahaan, gerakan buruh dan petani tembakau. Pada kondisi ini, aspirasi mereka harus diakomodir. Aspirasi mereka terkadang menunjukkan keluputan dari kebijakan yang telah ditetapkan.
Dengan adanya beberapa poin yang dilihat dalam monitoring, dapat diambil beberapa pelajaran menarik sehingga kelak akan alternatif untuk mengubah atau menambahkan aturan mengenai tembakau jika memang aturan yang ada belum mampu mencapai harapan. Data statistik dan aspirasi yang diutarakan oleh para pemilik perusahaan, para buruh, dan petani tembakau dapat menjadi feedback bagi kebijakan selanjutnya untuk mengurangi tingkat kecanduan akibat rokok.
Jika beberapa point di atas sudah dilakukan, perlu bagi kita untuk melihat apakah output yang dilakukan pemerintah sudah memberikan outcome yang sesuai dengan harapan. Hal yang harus dilakukan pula adalah melakukan langkah yang lebih strategis dengan melihat dampak kebijakan kepada publik. Pada titik ini, akan mengelaborasi secara mendalam mengenai pembatasan kadar tar dan nikotin dalam upayanya untuk menyehatkan bangsa. Hal ini memang tidak dapat dilihat secara instan, akan tetapi pemerintah seharusnya bekerjasama dengan BPS atau lembaga survey untuk melihat apakah tingkat kecanduan sudah menurun. Aspek- aspek yang bisa diamati seperti jumlah konsumsi rokok apakah sudah menurun atauakah belum, penggunaan dana jamkesmas karena penyakit akibat rokok. Hal-hal tersebut rupanya bisa menunjukkan secara umum mengenai tingkat kecanduan rokok. Namun pemerintah juga harus jeli dalam melihat kondisi masyarakat dengan melakukan survey mengapa mereka berhenti merokok, apakah karena tar dan nikotin yang terbatas ataukah hal lain. Dengan adanya pandangan lain dari masyarakat, pemerintah bisa mengembangkan hal tersebut untuk lebih menyempurnakan kebijakan selanjutnya.