Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kontribusi Penelitian Kerangka Pemikiran

banyaknya tenaga kerja Indonesia TKI yang bekerja di Malaysia bagian timur. Nunukan merupakan pintu keluar – masuk satu – satunya bagi para TKI untuk bekerja di Malaysia bagian timur, Brunei Darussalam, dan lainnya. Para pencari kerja TKI menggunakan salah satu produk perbankan ini untuk melakukan transaksi atau pembayaran di tempat mereka bekerja tanpa harus pusing untuk membayar secara tunai. Sifatnya yang ringkas dan praktis inilah yang membuat kartu kredit menjadi produk andalan BNI cabang Nunukan. Berbeda fungsinya dengan BNI, BPD Cabang Nunukan hanya merupakan bank daerah saja dimana BPD hanya melayani dana penempatan untuk pembangunan daerah . Berdasarkan pada uraian tersebut diatas, maka penyusun tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan PERLINDUNGAN NASABAH KARTU KREDIT DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang penelitian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah perlindungan nasabah kartu kredit ditinjau dari Undang – Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ? 2. Bagaimanakah hubungan hukum antara bank sebagai pemberi jasa pelayanan EFT khususnya kartu kredit terhadap nasabahnya ? 3. Faktor – faktor apakah yang menjadi kendala dalam perlindungan nasabah kartu kredit ?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara analitis tentang perlindungan hukum terhadap nasabah transfer , sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memperoleh penjelasan mengenai perlindungan nasabah kartu kredit ditinjau dari Undang – Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen . 2. Untuk mengetahui dan mengkaji hubungan hukum antara bank sebagai pemberi jasa EFT khususnya kartu kredit kepada nasabah. 3. Untuk mengetahui faktor – faktor yang menjadi kendala dalam perlindungan nasabah kartu kredit.

D. Kontribusi Penelitian

Penelitian mengenai Perlindungan nasabah kartu kredit ditinjau dari Undang – Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi penelitian baik dalam segi praktis maupun segi teoritis, yaitu: 1. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu hukum yang berkaitan dengan perkembangan perbankan dengan memakai teknologi electronic funds transfer khususnya kartu kredit. 2. Dari segi praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai Perlindungan nasabah kartu kredit ditinjau dari Undang – Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

E. Kerangka Pemikiran

1 Undang – Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Instrumen hukum yang mengatur dan melindungi hal – hal yang berhubungan dengan konsumen adalah Undang – Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dalam Pasal 1 poin 2 disebutkan bahwa konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Berdasarkan pada uraian pada pasal tersebut maka pengertian tentang konsumen dapat diberikan batasan sebagai berikut : 1. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa yang digunakan untuk tujuan tertentu. 2. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan atau jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang jasa lain atau untuk diperdagangkan tujuan komersial . 3. Konsumen akhir adalah setiap orang yang mendapatkan dan menggunakan barang dan atau jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan atau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan. 5 Selanjutnya yang dimaksud dengan perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Tujuan dikeluarkannya Undang – undang tentang perlindungan konsumen adalah untuk memberikan perlindungan hukum yang lebih baik kepada konsumen sehingga kedudukan konsumen dapat disejajarkan dengan produsen secara umum. Pasal 2 UUPK menyebutkan “ Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan, dan keselamatan konsumen serta kepastian hukum “. Didalam penjelasan Pasal 2 UUPK menyebutkan perlindungan konsumen 5 Az Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Diadit Media, Jakarta, 2002, Hal. 13 diselenggarakan sebagai usaha berdasarkan 5 lima asas yang relevan dalam pembangunan nasional, yaitu : a. Asas manfaat dimaksudkan utnuk menagamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberi manfaat sebesar – besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. b. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil. c. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antar kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materiil maupun spiritual. d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan. e. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum. Menurut Pasal 3 UUPK perlindungan konsumen bertujuan : a Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri. b Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari akses negative pemakaian barang dan atau jasa. c Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak – haknya sebagai konsumen. d Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi. e Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggungjawab dalam berusaha. f Meningkatkan kualitas barang dan atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan atau jasa, kesehatan, kenyamanan. keamanan, dan keselamatan konsumen. Perlindungan konsumen memiliki peran yang sangat penting, mengingat pembangunan perekonomian nasional pada era globalisasi saat ini semakin mendukung tumbuhnya dunia usaha yang menghasilkan beraneka ragam produk barang dan jasa yang memiliki kandungan teknologi, misalnya kemajuan teknologi perbankan di Indonesia yang telah membawa konsekuensi masalah yang dialami oleh konsumen perbankan dan biasanya berkisar pada penerapan teknologi tersebut. Oleh karena itu jangan sampai perkembangan teknologi perbankan hanya memberikan keamanan atau perlindungan kepada pihak bank saja namun juga ditujukan kepada pihak nasabah selaku konsumen., sehingga ide peningkatan pelayanan terhadap konsumen melalui teknologi perbankan tidak hanya menjadi lip service saja. Disinilah perlindungan konsumen memiliki arti yang sangat penting karena memilki peran untuk melindungi konsumen terhadap resiko kemungkinan kerugian akibat penggunaan produk – produk tersebut. 6 2 Kartu Kredit Uang memegang peranan penting dalam kehidupan kita sehari – hari. Kebutuhan dana atau uang bagi manusia memang merupakan sesuatu yang mutlak dibutuhkan, baik dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumsi sehari – hari ataupun dalam kegiatan di bidang bisnis. Dengan adanya uang maka kita dapat melakukan berbagai macam transaksi, Transaksi pertama kali yang digunakan adalah transaksi dengan menggunakan sistem barter. Transaksi dengan sistem barter sudah ada sejak zaman dahulu, karena model transaksi dalam bentuk inilah yang paling sederhana untuk dilakukan. Seiring dengan perkembangan zaman, kemudian manusia mengenal alat pembayaran dalam bentuk uang baik itu uang giral maupun uang kartal sehingga mulailah berkembangnya 6 Dahlan, Bintang Sanusi, Pokok – Pokok Hukum Ekonomi dan Binsnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, Hal. 107- 108 transaksi jual beli. Namun uang sebagai alat bayarpun ternyata tidak cukup memberikan rasa aman bagi pemegangnya. Hal ini dikarenakan selain tidak praktis juga tidak memberikan rasa kenyamanan karena resiko cukup tinggi. Kemudian seiring dengan peerkembangan zaman dan teknologi maka berkembanglah bentuk – bentuk alat bayar lain, salah satunya yaitu kartu kredit. . Penggunaan teknologi dalam kehidupan masyarakat semakin meningkat, dimana masyarakat adalah konsumen yang diuntungkan dengan adanya kecanggihan teknologi ini. Hal ini terlihat pada peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dihampir semua bidang dan salah satunya adalah perbankan. Kecanggihan teknologi dalam dunia perbankan telah menimbulkan apa yang disebut dengan perbankan elektonik atau electronic banking. Perbankan elektronik disebut juga dengan sistem pemindahan uang atau dana secara elektonik yang umumnya disebut dengan electronic funds transfer EFT . EFT merupakan penerapan teknologi computer pada perbankan terutama pada aspek pembayarannya dalam sistem perbankan. Menurut Sasrandjaja EFT adalah pengiriman uang yang dilakukan dengan mempergunakan teknologi komputer dan komunikasi. 7 Munir Fuady berpendapat bahwa electronic funds transfer merupakan transfer dana dimana satu atau lebih bagian dalam transfer dana yang dahulu digunakan dengan warkat transfer secara fisik kemudian diganti dengan menggunakan media elektronik. 8 Dapat disimpulkan bahwa EFT adalah suatu fasilitas pelayanan yang ada didalam bank yang dipergunakan untuk kepuasan nasabah dengan menggunakan 7 J. Sudama Sasraandjaja, 1990, Makalah “ Masalah Penerpan Hukum Dalam Penerapan Kasus – Kasus Kejahatan Komputer di Indonesia, Jakarta : BPHN, Hal. 2 8 Munir Fuady, Op. cit, Hal. 118 media elektronik yang didukung oleh sistem pembayaran yang menggunakan sarana kartu plastic credit card, debit card maupun kartu ATM . Dengan adanya kemudahan dan kenyaman yang ditawarkan oleh pihak perbankan khususnya pada produk kartu kredit membuat nasabah merasa aman dalam melakukan transaksi. Kartu kredit adalah kartu yang dikeluarkan oleh bank yang meminjami nasabah sejumlah dana tanpa harus memilki dana atau tabungan di bank tersebut. 9 dalam transaksi penggunaan kartu kredit terlihat adanya hubungan hukum antara nasabah dengan pelaku usaha , baik pihak perbankan maupun pihak merchant. Hubungan hukum ini terlihat dalam aplikasi perjanjian yang ditanda tangani pihak nasabah. Nasabah hanya akan dikenai iuran tahunan yang besarnya ditetapkan oleh pihak bank. Berbeda dengan charge card, dana yang bisa nasabah pergunakan baik untuk menarik uang tunai maupun berbelanja terbatas pada plafon pagu kredit yang disetujui. Kelebihan dari kartu kredit ini, nasabah tidak harus membayar penuh jumlah tagihan yang jatuh tempo. Nasabah boleh mengangsur atau menyicil dengan jumlah minimal tertentu, sisanya termasuk bunga akan ditagihkan kepada nasabah pada bulan berikutnya. Bentuk kemudahan seperti inilah yang membuat kartu kredit sangat digemari oleh masyarakat. Untuk memilih dan mendapatkan kartu kredit sebenarnya bukan hal yang sulit. Akan tetapi, tidak berarti semua kartu kredit yang ditawarkan kepada nasabah tidak harus dipelajari terlebih dahulu,bisa – bisa nasabah terjerat pada persoalan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.

F. Metode Penelitian