STRATEGI DAN LANGKAH OPERASIONAL

Gambar 9. Tanaman Azolla pinnata pada Areal Persawahan

Tanaman Azolla Sp. memang sudah tidak diragukan lagi konstribusinya dalam mempengaruhi peningkatan tanaman padi. Azolla bisa mampu menambatkan N2-udara karena berasosiasi dengan sianobakteri (Anabaena azollae) yang hidup di dalam rongga daunnya. Asosiasi Azolla-Anabaena memanfaatkan energi yang berasal dari fotosintesis untuk mengikat N2-udara. Dimana kemampuan mengikat N berkisar antara 400 – 500 kg N/ha/th. Azolla relatif tahan pada kondisi asam, sehingga untuk mengembangkannya tidak memerlukan perlakuan tertentu (Sutanto dalam Anonim 2010).

Pemanfaatan azolla sebagai pupuk pengganti urea memang memungkinkan. Pasalnya, bila dihitung dari berat keringnya dalam bentuk

kompos (azolla kering) mengandung unsur Nitrogen (N) 3 – 5 persen, Phosphor (P) 0.5 – 0.9 persen dan Kalium (K) 2 – 4.5 persen. Sedangkan hara mikronya berupa Calsium (Ca) 0.4 – 1 persen, Magnesium (Mg) 0.5 – 0.6 persen, Ferum (Fe) 0.06 – 0.26 persen dan Mangan (Mn) 0.11 – 0.16 persen. Berdasarkan komposisi kimia tersebut, bila digunakan untuk pupuk mempertahankan kesuburan tanah, setiap hektar areal memerlukan azolla sejumlah 20 ton dalam bentuk segar, atau 6-7 ton berupa kompos (kadar air 15 persen) atau sekitar 1 ton dalam keadaan kering. Bila azolla diberikan secara rutin setiap musim tanam, maka suatu saat tanah itu tidak memerlukan pupuk buatan lagi. Hal itu dimungkinkan, karena pada penebaran pertama 1/4 bagian unsur yang dikandung azolla langsung dimanfaatkan oleh tanah. Seperempat bagian ini, setara dengan 65 Kg pupuk Urea. Pada musim tanam ke-2 dan ke-3, azolla mensubstitusikan 1/4 – 1/3 dosis pemupukan. Dibanding pupuk buatan, azolla memang lebih ramah lingkungan. Cara kerjanya juga istimewa, karena azolla mampu mengikat Nitrogen langsung dari udara (Anonim, 2010).

Keunggulan lain dari tanaman azolla ialah mampu menekan gulma air yang lain, sehingga dapat menghemat biaya penyiangan dan penggunaan herbisida. Azolla yang ditanam bersama-sama padi merupaka salah satu kelebihan, karena tidak diperlukan tambahan waktu untuk memproduksi biomassa. Selain sebagai pupuk hayati dan pengendali gulma air penggunaan azolla ini kini lebih banyak dimanfaatkan untuk budidaya perikanan. Dengan adanya pengintegrasian padi, ikan, itik, azolla dan sapi selain menjadikannya sebagai pakan perikanan juga konstribusi dapat digunakan untuk peningkatan produksi padi.

Terlibatnya itik dalam integrasi ini selain memberikan tambahan keuntungan juga memberi keuntungan lain berupa adanya tambahan pupuk dari kotoran itik, meningkatkan kadar oksigen dalam tanah, dan meminimalkan gangguan gulma dan hama (serangga, siput, keong mas) karena dimakan oleh itik. Pakan untuk itik juga dapat dikurangi karena mendapat pakan tambahan dari organisme pengganggu tumbuhan seperti gulma, serangga, siput, dan keong mas dari sawah. Kehadiran ternak sapi dalam sistem usahatani padi merupakan komponen usaha yang bersifat saling melengkapi dan memberikan manfaat yang Terlibatnya itik dalam integrasi ini selain memberikan tambahan keuntungan juga memberi keuntungan lain berupa adanya tambahan pupuk dari kotoran itik, meningkatkan kadar oksigen dalam tanah, dan meminimalkan gangguan gulma dan hama (serangga, siput, keong mas) karena dimakan oleh itik. Pakan untuk itik juga dapat dikurangi karena mendapat pakan tambahan dari organisme pengganggu tumbuhan seperti gulma, serangga, siput, dan keong mas dari sawah. Kehadiran ternak sapi dalam sistem usahatani padi merupakan komponen usaha yang bersifat saling melengkapi dan memberikan manfaat yang

Kotoran ternak sapi merupakan pupuk organik yang baik bagi tanah, jika kualitas pakan baik maka kualitas kotoran pun akan baik. Selain untuk pupuk organik kotoran ternak sapi juga dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas. Feses yang dihasilkan oleh ternak sapi dapat memberikan manfaat positif pada ekosistem sawah. Kadar unsur hara yang terdapat dalam kotoran ternak berbeda- beda tergantung jenis makanannya. Komposisi unsur hara dari kotoran sapi yang berupa kotoran padat mengandung : 0.4 % Nitrogen, 0.2 % Fosfor, 0.10% Kalium dan 85% air. Untuk kotoran cair (urine) mengandung : 1% Nitrogen, 0.5% Fosfor, 1.5% Kalium dan 92% Air (Lingga et al ., dalam Anonim 2010).

Limbah yang dihasilkan dari kegiatan budidaya tanaman padi sawah berupa jerami selain dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik tanah juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi. Walaupun karakteristik jerami ditandai dengan rendahnya kandungan nitrogen, kalsium, dan fosfor, sedangkan kandungan serat kasarnya termasuk tinggi sehingga dapat mengakibatkan daya cerna rendah dan konsumsinya menjadi terbatas tetapi hal ini dapat dipecahkan jika jerami ingin dijadikan pakan bagi ternak sapi yang bermutu maka terlebih dahulu perlu ditambahkan urea dan tetes (molasses) dimana proses ini biasa disebut amoniasi jerami. Urea dapat digunakan untuk memperbaiki kandungan nitrogen jerami padi yang sekaligus pula mampu meningkatkan konsumsi dan daya cernanya.

Pengaturan air pengairan pada budidaya tanaman padi sawah merupakan faktor penting sehingga perlu mendapat perhatian yang serius. Teknik pengaturan air sebagai berikut : • Pengaturan air macak-macak dilakukan pada saat tanam sampai 3-4 HST.

Genangan air yang berlebihan pada awal pertumbuhan akan menghambat pertubuhan tunas padi. Tinggi air cukup 3-5 cm dari permukaan tanah.

• Pengaturan air macak-macak juga dilakukan pada saat aplikasi pupuk susulan pertama dan kedua, agar penyerapan pupuk oleh tanaman lebih efektif.

• Setelah 10-15 HST (sesudah penyiangan dan pemupukan susulan pertama) air dimasukkan mengikuti pertumbuhan tanaman.

• Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang saringan untuk mencegah keluar ikan.