Penyelenggaraan Pengungsian

2.8.5. Pelayanan pendidikan

Pelayanan pendidikan di pengungsian dilakukan berdasarkan dua tahapan, yaitu periode sebelum tanggal 5 November 2010 dan setelah tanggal

5 November 2010. Pelayanan pendidikan sebelum tanggal 5 November 2010, dilakukan di Kecamatan Turi, Pakem, Cangkringan seperti tabel di bawah ini:

Kec.

Jumlah Tempat Pengungsian Jenjang Nama Sekolah

Sekolah Asal

Siswa

No

1 Turi TK

TK ABA Kemiri

30 Rumah Dukuh Kemirikebo

kebo TK Nganggring

42 Rumah Bu Gunardiah Sorowangsan Girikerto

SD

SD Muh Girikerto

SD Soprayan

SD Muh.

SD Soprayan

Balerante SD Sukorejo

Tetap

SD Kloposawit

Tetap

SD Tarakanita

85 SD Soprayan dan

Ngembesan

Tawangharjo

SD Soprayan

Tetap

SD Nganggring

Tetap

SDN Banyu Urip

SMPN 3 Turi

Tetap SMP Negeri 2 Turi 30 Tetap

SMP Santo

25 Tetap

Aloysius Turi SMPN 1 Turi

33 Tetap

SMA

SMAN 1 Turi

2 Cangkringan TK

29 SMK Cangkringan SD

TK Kepuharjo

SD Petung

94 Barak (tenda)

SD Pangukrejo

Belum sekolah

SD Umbulharjo

Belum sekolah

SD Srunen

SD Glagaharjo

SD Batur

SD Glagaharjo dan barak \Kepuharjo

SD Glagaharjo

Tetap

Belum sekolah SMP

SD Gondang

Cangkringan SMP TD

Cangkringan SMK 1

3 Pakem TK

TK Negeri 3

91 TK Darmasiwi Pakem

Sleman

SD

SD Kaliurang 2

Ponggol dan SD Pandanpuro 2

SD Kaliurang

SD Pakem 1

SD Tarakanita

93 Relokasi Sudimoro

SD Purworejo

SD Pakem 4

SD Tawangharjo

Rumah penduduk

SD Paraksari SMP

SD Banteng

SMP 2 Pakem

SMA N 1 Pakem

34 Tetap

SMA Islam 3

Pelayanan pendidikan di pengungsian setelah tanggal 5 November 2010, dimana terjadi perkembangan titik lokasi secara pesat, dilakukan dengan cara titipan di berbagai sekolah yang berada di sekitar sentral evakuasi pengungsi yaitu Stadion Maguwoharjo. Pelayanan pendidikan juga dilakukan dengan cara pembentukan kelompok per barak pengungsian, yang didatangi guru kelasnya secara regular. Data berikut menunjukkan pelayanan pengungsian setelah tanggal 5 November 2010:

Jumlah siswa

No Sekolah Titipan Asal Sekolah

titipan

1 SMP N 3 Sleman

24 siswa

SMPN 1 Turi SMPN 3 Turi

MTs N Pakem SMP Aloysius Turi

2 SMP Aloysius

3 siswa

SMPN 3 Turi Sleman

3 SMPN 2 Berbah

1 siswa

SMPN 1 Turi

SMPN 4 Pakem SMPN 2 Pakem SMPN 1 Ngemplak

4 SMPN 1 Berbah

13 siswa

SMPN 1 Cangkringan

2.8.6. Pelayanan Sektor Pertanian saat tanggap darurat

Sektor pertanian saat tanggap darurat mengalami banyak kerugian sehingga penanganannya dilakukan secara terpadu, sehingga dapat segera melakukan penanganan terhadap korban. Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan membagi tugas pada bidang peternakan, tanaman pangan hortikultura, perkebunan, dan perikanan.

2.8.6.1. Bidang Peternakan

Sejak status Merapi dinyatakan awas pada tanggal 25 Oktober 2010, pada internal Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan telah dilakukan Sejak status Merapi dinyatakan awas pada tanggal 25 Oktober 2010, pada internal Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan telah dilakukan

Tanggal 27 Oktober 2010 pasca letusan sehari sebelumnya, disadari telah terjadi dampak letusan yang luar biasa. Pada hari itu teridentifikasi dan terdokumentasi oleh petugas, yaitu sebanyak 296 ekor sapi yang berada di dusun Ngrangkah, Pangukrejo, Pelemsari, Kinahrejo desa Umbulharjo dan dusun Kaliadem, Jambu, Petung, desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan mati terkena awan panas. Jumlah korban ternak mati yang belum pernah terjadi pada beberapa peristiwa erupsi Merapi sejak tahun 1994. Tanggal 28 Oktober 2010 bersama dengan komponen TNI, LSM, SAR, Persatuan Dokter Hewan Indonesia Jogyakarta, dilakukan upaya penguburan bangkai ternak yang berada di dusun Kaliadem dengan menggunakan peralatan manual (cangkul, skop) serta alat berat dozer (whell loader). Namun, kegiatan penguburan bangkai ternak terpaksa dihentikan karena aktifitas merapi yang mengharuskan rombongan meninggalkan lokasi.

Mengantisipasi perkembangan dampak erupsi Gunung Api Merapi, pada tanggal 27 Oktober 2010 dibentuk Tim Penanganan Ternak Korban Erupsi Gunung Api Merapi yang kemudian diperbaiki dengan Keputusan Kepala Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Sleman Nomor : 188.4/ 947 /Kep. Ka.Din/2010 tanggal 10 Nopember 2010 yang mengatur pembidangan tugas sebagai berikut :

1. Bidang Identifikasi, melakukan pendataan dan mencatat informasi tentang ternak yang mati serta ternak yang dievakuasi, yang meliputi jumlah, jenis 1. Bidang Identifikasi, melakukan pendataan dan mencatat informasi tentang ternak yang mati serta ternak yang dievakuasi, yang meliputi jumlah, jenis

2. Bidang Evakuasi, membantu masyarakat untuk melakukan penyelematan ternak dari lokasi terancam ke lokasi yang relatif lebih aman, membantu fasilitasi transportasinya, pembuatan kandang sementara, serta mengkomunikasikan dengan bidang yang melayani bantuan pakan dan pelayanan kesehatan hewan. Perkembangan ternak yang dievakuasi dilaporkan ke Posko.

3. Bidang Pelayanan Kesehatan Hewan, memberikan pelayanan kesehatan hewan berupa pemberian pengobatan ternak yang terluka, mengatasi gangguan kesehatan ternak, maupun pemberian vitamin terhadap ternak yang berada pada lokasi penampungan sementara, serta melakukan pencatatan terhadap ternak yang telah dilakukan tindakan.

4. Bidang Pelayanan Pakan, memberikan pelayanan pakan bagi ternak ternak yang dievakuasi pada kandang penampungan sementara, mengajukan kebutuhan pakan ke Sekretariat Posko, melakukan pencatatan keluar masuk pakan, baik yang berasal dari pembelian maupun bantuan.

5. Bidang Pengurusan Bangkai Ternak, melakukan eliminasi dampak negatif bagi kesehatan manusia yang berasal dari bangkai ternak korban erupsi dengan melakukan penguburan, pembakaran serta pengasapan bangkai. Bidang ini mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan bersama institusi dan lembaga lain yang melakukan kegiatan sama serta melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan ke Sekretariat Posko.

6. Bidang Verifikasi dan Validasi, melakukan finalisasi data hasil identifikasi maupun masukan data tambahan ternak mati dari para pamong desa, pengurus koperasi, dengan pengisian formulir pernyataan oleh para peternak yang diketahui oleh para saksi serta kepala desa dan camat setempat. Hasil verifikasi kemudian ditetapkan dalam Keputusan Bupati Sleman yang memuat tentang nama dan alamat peternak serta jumlah dan kategori ternak yang mati.

Penetapan Bupati selanjutnya menjadi dasar bagi Bank Pembangunan Daerah untuk menerbitkan rekening bagi setiap peternak dengan jumlah nominal uang pengantiannya.

7. Bidang Pendampingan Pengadaan dan Pemeriksaan Kesehatan Ternak Pengganti, bertugas untuk melakukan pendampingan kepada peternak yang akan melakukan pembelian ternak pengganti, dengan tujuan melakukan verifikasi bahwa pemanfaatan dana memang benar untuk pembelian ternak disamping melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap ternak ternak yang dibeli. Bidang ini juga mengampu tugas sosialisasi bersama BPD tentang mekanisme pencairan dana penggantian ternak.

8. Bidang Pelaporan, melakukan penyusunan laporan atas pelaksanaan tugas Tim Pelaksana Penanganan Ternak Korban Erupsi Gunung Api Merapi.

Penangangan ternak pasca erupsi yang telah dilakukan oleh Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman dapat dilaporkan sebagai berikut:

1. Bidang Identifikasi Identifikasi jumlah ternak mati dan jumlah ternak dievakuasi beserta lokasinya telah dilakukan sejak tanggal 27 Oktober 2010 dan dilakukan pembaruan data setiap hari di posko Pagerjurang, Kepuharjo. Namun merespon perkembangan bahwa penanganan ternak korban erupsi Gunung Api Merapi merupakan salah satu ketugasan yang dikoordinasikan BNPB dan juga merupakan kompetensi Kementerian Pertanian, rekapitulasi hasil identifikasi baru mulai diterbitkan tanggal 13 November 2010 dan dilaporkan harian serta dibuat sampai dengan tanggal 23 Desember 2010, dengan penjelasan bahwa sejak tanggal 3 Desember 2010 status Merapi telah diturunkan menjadi siaga dan banyak ternak di penampungan sementara yang telah dibawa kembali oleh pemiliknya serta hasil verifikasi data ternak mati telah sampai tahap finalisasi.

Beberapa keterangan yang dicantumkan dalam laporan hasil identifikasi antara lain populasi total ternak pada wilayah kecamatan yang potensial terkena dampak erupsi Merapi, jumlah ternak mati, Beberapa keterangan yang dicantumkan dalam laporan hasil identifikasi antara lain populasi total ternak pada wilayah kecamatan yang potensial terkena dampak erupsi Merapi, jumlah ternak mati,

2. Bidang Evakuasi Bidang ini memberi fasilitasi kepada para peternak dan kelompok yang melakukan evakuasi ternaknya ke lokasi yang dinilai aman dari dampak erupsi merapi. Fasilitasi yang dilakukan antara lain berupa mengusahakan bantuan transportasi, penyediaan kandang sementara dengan mendistribusikan terpal plastik yang terdapat di posko atau mengkomunikasikan dengan para donatur/relawan yang potensial dapat memberikan bantuan, serta memfasilitasi penyediaan hidran umum/ tanki air. Bidang ini menyampaikan data ternak yang dievakuasi serta lokasi penampungan sementara kepada bidang pelayanan pakan dan bidang pelayanan kesehatan hewan untuk memperoleh penanganan lebih lanjut.

Penetapan kawasan rawan bencana pada radius 20 km pada tanggal 5 November 2010 berdampak pada keterbatasan para peternak untuk mengurus ternaknya yang masih berada didaerah asal, mengakibatkan arus evakuasi ternak ke lokasi lokasi penampungan sementara terus meningkat dalam jumlah yang cukup besar hingga pernah mencapai 84 titik dengan jumlah ternak yang dievakuasi mencapai 4.376 ekor.

3. Bidang Pelayanan Pakan Bidang ini memberikan fasilitasi bantuan pakan yang berupa hijauan, konsentrat, polard, katul ataupun pakan ramuan siap saji kepada ternak ternak yang berada dilokasi penampungan sementara, lokasi terdampak erupsi sebelum erupsi tanggal 5 November 2010, dilokasi penampungan ternak yang dibeli pemerintah, serta ternak yang telah dikembalikan dari lokasi penampungan sementara dengan asumsi masih tersedia konsentrat yang berasal dari bantuan. Selama masa penanganan ternak korban erupsi Gunung Api Merapi telah diadakan, 3. Bidang Pelayanan Pakan Bidang ini memberikan fasilitasi bantuan pakan yang berupa hijauan, konsentrat, polard, katul ataupun pakan ramuan siap saji kepada ternak ternak yang berada dilokasi penampungan sementara, lokasi terdampak erupsi sebelum erupsi tanggal 5 November 2010, dilokasi penampungan ternak yang dibeli pemerintah, serta ternak yang telah dikembalikan dari lokasi penampungan sementara dengan asumsi masih tersedia konsentrat yang berasal dari bantuan. Selama masa penanganan ternak korban erupsi Gunung Api Merapi telah diadakan,

4. Bidang Pelayanan Kesehatan Hewan Bidang ini memberikan pelayanan pengobatan dilokasi penampungan ternak sementara kepada ternak - ternak yang terluka akibat awan panas, memberikan vitamin serta pelayanan kesehatan ternak lainnya sesuai keperluan dan memberikan pendampingan kepada peternak pada waktu akan melakukan pembelian ternak pengganti. Selama masa penanganan ternak korban erupsi Merapi telah diadakan, diterima dan dipergunakan obat - obatan dengan berbagai jenis.

5. Bidang Pengurusan Bangkai Ternak Kegiatan pengurusan bangkai ternak yang berupa penguburan, pembakaran dan pengasapan bangkai bertujuan untuk memperkecil dampak negatif bagi kesehatan manusia yang dapat ditimbulkan dari bangkai ternak. Kegiatan yang dilaksanakan dengan bantuan tenaga relawan, pasukan TNI, SAR, serta petugas Dinas Pertanian Provinsi DI Yogyakarta. Pada tanggal 28 Oktober 2010 hanya mampu menguburkan

17 ekor bangkai di dusun Kaliadem, Kepuhharjo, Cangkringan. Kemudian sejak tanggal 23 November hingga tanggal 2 Desember 2010 telah dibakar 1167 ekor bangkai ternak dengan sebaran lokasi dusun Pangukrejo, Umbulharjo, dusun Petung, dusun Kopeng, dusun Pagerjurang, desa Kepuhharjo, dusun Ngepringan, dusun Gungan, desa Wukirsari, dusun Singlar, dusun Srunen, dusun Glagahmalang, dusun Kalitengah Kidul, dusun Kalitengah Lor, desa Glagahharjo, Kecamatan Cangkringan.

6. Bidang Verifikasi dan Validasi Data Bidang ini melakukan verifikasi khususnya terhadap data ternak yang mati yang diperoleh dari hasil identifikasi maupun data ternak mati yang diajukan kemudian oleh para pamong desa dan koperasi pada pertemuan tanggal 7 Desember 2010 di Aula Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Sleman paska penurunan status Merapi dari 6. Bidang Verifikasi dan Validasi Data Bidang ini melakukan verifikasi khususnya terhadap data ternak yang mati yang diperoleh dari hasil identifikasi maupun data ternak mati yang diajukan kemudian oleh para pamong desa dan koperasi pada pertemuan tanggal 7 Desember 2010 di Aula Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Sleman paska penurunan status Merapi dari

Rekapitulasi hasil verifikasi kemudian ditetapkan melalui keputusan Bupati Sleman yang menjadi dasar pembuatan rekening tabungan oleh Bank BPD DIY Cabang Sleman, serta pembuatan tanda terima uang dan berita acara pembayaran kepada peternak. Hasil verifikasi dalam rangka validasi data kepemilikan ternak mati diperoleh jumlah ternak mati sebanyak 3.413 ekor, yang terdiri dari sapi dewasa 2.133 ekor, kategori dara/ remaja 626 ekor, dan katagori pedet 654 ekor yang dimiliki oleh 1.352 orang. Sebaran ternak mati menurut wilayah kecamatan dan desa adalah sebagai berikut :

Tabel VI

Rekapitulasi Ternak Mati Korban Erupsi Merapi

SAPI

NO KECAMATAN/DESA JUMLAH A CANGKRINGAN B NGEMPLAK

1 Sindumartani

2 Umbulmartani

C NGAGLIK D TURI

1 Donokerto

2 Girikerto

3 Wonokerto

E PAKEM

7. Bidang Pendampingan dan Pemeriksaan Kesehatan Ternak Pengganti, pada tahap awal bersama dengan petugas BPD melakukan sosialisasi mekanisme pencairan dana pembelian ternak pengganti. Pendampingan akan disesuaikan dengan perkembangan kesiapan peternak didalam pengadaan ternak pengganti.

Untuk penyelenggaraan penanganan ternak korban Erupsi Gunung Api Merapi diperoleh dana siap pakai (on call) dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Dana Tanggap Darurat Merapi Pemerintah Kabupaten Sleman.

Penerimaan dana dari BNPB untuk penanganan ternak korban Erupsi Gunung Api Merapi berlangsung 2 kali, yaitu :

1. Tanggal 2 Desember 2010, sebesar Rp 3.981.930.000,00 dengan penggunaan untuk pembelian ternak sapi hidup korban Erupsi Gunung Api Merapi, beserta biaya transportasi, upah tenaga kerja, obat - obatan ternak, kandang penampungan sementara, dan pemebelian pakan. Penggunaan dana tersebut, antara lain untuk :

a. Pembelian ternak hidup sebanyak 44 ekor terdiri dari 31 ekor dewasa laktasi, 3 ekor dewasa, 2 ekor katagori remaja/dara, dan 8 ekor katagori pedet yang dilaksanakan oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan pada tanggal 18 Nopember 2010 di lapangan penampungan ternak sementara Desa Tlogoadi, Kecamatan Mlati, Sleman. Pembayaran melalui BPD Sleman telah dilakukan pada a. Pembelian ternak hidup sebanyak 44 ekor terdiri dari 31 ekor dewasa laktasi, 3 ekor dewasa, 2 ekor katagori remaja/dara, dan 8 ekor katagori pedet yang dilaksanakan oleh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan pada tanggal 18 Nopember 2010 di lapangan penampungan ternak sementara Desa Tlogoadi, Kecamatan Mlati, Sleman. Pembayaran melalui BPD Sleman telah dilakukan pada

31 ekor kategori dewasa laktasi

Rp. 310.000.000,-

3 ekor katagori dewasa Rp. 27.000.000,-

2 ekor katagori dara/ remaja Rp. 14.000.000,-

2 ekor pedet sd 3 bulan Rp. 5.000.000,-

6 ekor pedet 3sd 6 bulan Rp. 30.000.000,-

Penyerahan tabungan hasil penjualan ternak masyarakat kepada pemerintah tersebut secara simbolis telah dilakukan oleh Menteri Pertanian pada saat acara penanaman pisang di Dusun Batur, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman pada tanggal 21 Desember 2010.

b. pembelian pakan ternak untuk ternak yang dibeli pemerintah pasca pembayaran sebesar Rp. 16.653.120,00

Dengan demikian jumlah penggunaan dana sebesar Rp. 402.653.120,00 sehingga masih terdapat sisa dana tersedia sebesar Rp. 3.579.276.880,00

2. Tanggal 4 Desember 2010, sebesar Rp. 21.360.500.000,00 dengan penggunaan untuk pembelian sapi oleh peternak sebagai pengganti sapi yang mati akibat erupsi Merapi. Penggunaan dana ini untuk penggantian ternak sejumlah 3.057 ekor, yang terdiri dari katagori dewasa 1.911 ekor, katagori dara/ remaja 553 ekor, dan kategori pedet 593 ekor, milik 1.213 orang. Jumlah ternak mati tersebut diperoleh dari hasil verifikasi final yang kemudian ditetapkan melalui Keputusan Bupati Sleman nomor : 375/Kep.KDH/A/2010 tanggal 20 Desember 2010 tentang Penerima Bantuan Dana Untuk Penanganan Ternak Korban Bencana Erupsi Merapi Tahun 2010 Per Tanggal 20 Desember 2010. Posting dana dari BPD Sleman ke 1.213 peternak telah dilakukan pada tanggal 23 dan 27 Desember 2010.

Hasil verifikasi sementara pada tanggal 14 Desember 2010 diperoleh angka ternak sapi mati sebesar 3. 432 ekor, dengan rincian Hasil verifikasi sementara pada tanggal 14 Desember 2010 diperoleh angka ternak sapi mati sebesar 3. 432 ekor, dengan rincian

2010 nomor 27004/KU.340/F/12/2010 menyetujui dipergunakannya sisa dana tersedia dari pembelian ternak hidup untuk mencukupi kekurangan kebutuhan dana penggantian ternak mati .

Mempertimbangkan bahwa hasil verifikasi final diperoleh angka jumlah ternak mati seluruhnya sebesar 3.413 ekor yang terdiri dari katagori dewasa 2.133 ekor, katagori ternak dara/ remaja 626 ekor, dan katagori ternak pedet 654 ekor yang dimiliki oleh 1.352 orang, dan dengan kebutuhan dana penggantian sebesar Rp. 23.862.500.000,- maka dari yang telah teralokasikan pendanaannya sebesar Rp. 21.360.500.000,- masih terdapat kekurangan sejumlah 356 ekor yang terdiri dari katagori dewasa 222 ekor, katagori dara/ remaja 73 ekor, dan katagori pedet 61 ekor, yang dimiliki oleh 139 peternak dan dengan kebutuhan dana penggantian sebesar Rp.2.502.000.000,-. Kekurangan dana tersebut kemudian dipenuhi dari sisa dana tersedia dari dana pembelian ternak hidup sebesar Rp. 3.579.276.880,- sehingga secara keseluruhan dana yang diterima untuk penanganan ternak korban erupsi merapi masih tersisa sebesar Rp. 1. 077.276. 880,-

Penetapan nama sebanyak 139 orang peternak dan dengan jumlah ternak sebesar 356 ekor tersebut ditetapkan melalui Keputusan Bupati Sleman nomor 381/ Kep. KDH/A/2010 tanggal 27 Desember 2010 tentang Penerima Bantuan Dana Untuk Penanganan Ternak Korban Bencana Erupsi Merapi Tahun 2010 Per Tanggal 27 Desember 2010, dan telah dilakukan pembayaran dengan pemindah bukuan dana Penetapan nama sebanyak 139 orang peternak dan dengan jumlah ternak sebesar 356 ekor tersebut ditetapkan melalui Keputusan Bupati Sleman nomor 381/ Kep. KDH/A/2010 tanggal 27 Desember 2010 tentang Penerima Bantuan Dana Untuk Penanganan Ternak Korban Bencana Erupsi Merapi Tahun 2010 Per Tanggal 27 Desember 2010, dan telah dilakukan pembayaran dengan pemindah bukuan dana

28 Desember 2010. Sampai dengan 26 Mei 2011 jumlah dana yang telah dicairkan oleh peternak sejumlah Rp. 21.324.400,- dengan rincian ternak sejumlah 2.956 ekor.

3. Pembiayaan Keperluan Operasional Penanganan Ternak Untuk mendukung pelaksanaan penanganan ternak korban erupsi diperlukan berbagai kegiatan yang antara lain berupa rapat - rapat koordinasi, pengadaan bahan dan peralatan, konsumsi petugas lapangan, bahan bakar kendaraan maupun untuk pembakaran bangkai ternak, sewa kendaran untuk keperluan evakuasi, pengadaan pakan dan obat obatan, pengadaan ID ternak yang dievakuasi, honorarium relawan, bantuan upah tenaga kerja dan untuk keperluan administrasi ( ATK, computer suplies, foto copy, dokumentasi ).

Pendanaan untuk mendukung keperluan penanganan ternak korban Erupsi Merapi dibiayai dari sumberdana Komando Tanggap Darurat Bencana Gunungapi Merapi Kabupaten Sleman, yang diantaranya terdapat Bidang Penanganan Khusus yang salah satu tugasnya menangani hewan ternak. Untuk keperluan ini, pada Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan ditunjuk Pemegang Uang Muka Kegiatan (PUMK), dan selama pelaksanaan kegiatan sampai dengan

31 Desember 2010 telah dikeluarkan dana sebesar Rp 143.650.625,- untuk keperluan sebagai berikut :

a. Belanja Bahan ( peralatan kandang penampungan ternak, peralatan penguburan

Rp. 16.633.700,- ternak, peralatan pembakaran bangkai

ternak, peralatan pelindung badan, peralatan kebersihan kandang)

b. Belanja Makan dan Minum, Rp. 14.864.600,-

c. Belanja Bahan Bakar Rp. 1.701.000,-

d. Bantuan Sewa Kendaraan/ Transportasi Rp. 4.600.000,-

e. Pengadaan Pakan Ternak Rp. 58.063.625,-

f. Pengadaan ID Ternak Rp. 9.798.000,-

g. Pengadaan Obat Obatan Ternak Rp. 22.792.700, g. Pengadaan Obat Obatan Ternak Rp. 22.792.700,

i. Honorarium Relawan, Rp. 9.600.000,- j. Upah Tenaga Bongkar/ Penurunan Pakan,

Rp. 550.000,- k. Belanja ATK dan Computer Suplies

Rp. 2.834.250,- l. Belanja Cetak dan Penggandaan/copy dan Rp. 1.398.250,-

Jilid m. Dokumentasi,

Rp. 464.500,-

2.8.6.2. Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura

Erupsi Gunung Api Merapi pada tahun 2010 telah menyebabkan kerugian pada sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura sebesar Rp. 238.296.553. 840,- dengan rincian nilai kerugian sebagi berikut : padi sawah sebesar Rp. 2.795.131.440,- palawija sebesar Rp. 75.800.000,- sayuran sebesar Rp. 32.927.925.000,-, salak pondoh sebesar Rp. 201.486.497.400,-; dan nilai kerugian komoditas tanaman hias mencapai Rp. 1.011.200.000,-. Kerugian dan kerusakan tersebut terutama terjadi pada 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Turi, Kecamatan Pakem, Kecamatan Cangkringan, dan Kecamatan Tempel. Daerah ini merupakan kawasan pertanian hortikultura dan sentra produksi Agribisnis Kabupaten Sleman yang menghasilkan Salak berkualitas tinggi, Jamur Edibel , Bunga Krisan, Beragam tanaman sayuran dan buah – buahan, Biofarmaka serta tanaman produktif lainnya.

Dalam upaya penanganan bencana Erupsi Gunung Api Merapi tersebut pada Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura telah dikeluarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Nomor : 188.4/974/Kep.Ka.Din/2010 Tanggal 27 Oktober tentang Pelaksanaan Kegiatan Tanggap Bencana Gunung Api Merapi Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura. Penanganan bencana Erupsi Gunung Api Merapi tersebut secara umum dapat di kelompokan dalam beberapa masa penanganan yaitu masa tanggap darurat, masa pemulihan awal serta masa rehabilitasi dan rekonstruksi. Semua kegiatan tersebut adalah dalam upaya melakukan identifikasi, verifikasi dan validasi kerusakan yang dialami masyarat Lereng Merapi sehingga dapat segera dilakukan upaya merehabilitasi kerusakan lahan Dalam upaya penanganan bencana Erupsi Gunung Api Merapi tersebut pada Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura telah dikeluarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Nomor : 188.4/974/Kep.Ka.Din/2010 Tanggal 27 Oktober tentang Pelaksanaan Kegiatan Tanggap Bencana Gunung Api Merapi Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura. Penanganan bencana Erupsi Gunung Api Merapi tersebut secara umum dapat di kelompokan dalam beberapa masa penanganan yaitu masa tanggap darurat, masa pemulihan awal serta masa rehabilitasi dan rekonstruksi. Semua kegiatan tersebut adalah dalam upaya melakukan identifikasi, verifikasi dan validasi kerusakan yang dialami masyarat Lereng Merapi sehingga dapat segera dilakukan upaya merehabilitasi kerusakan lahan

Kegiatan pada masa tanggap darurat dan pemulihan awal diantaranya adalah berupa kegiatan padat karya dan bantuan sosial. Kegiatan ini dilaksanakan pada lahan pertanian milik masyarakat juga di lakukan pada tempat hunian sementara (shelter) yang telah dibangun oleh Pemerintah guna menampung keluarga korban erupsi Gunung Api Merapi. Selanjutnya akan dilakukan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi guna mengembalikan kegiatan ekonomi masyarakat sekitar lereng merapi dengan melakukan pendampingan masyarakat. Penanganan bencana Erupsi Gunung Api Merapi pada sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura tersebut di atas dapat kami laporkan sebagai berikut :

1. Tanggap Darurat Dalam masa tanggap darurat kegiatan pada sektor tanaman pangan dan hortikultura belum sepenuhnya dapat dilaksanakan. Kegiatan teknis lapangan yang dilakukan masih sangat terbatas pada zona aman yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat melalui BNPB sedangkan untuk zona rawan kegiatan dilakukan berupa pengamatan secara berkala pada hamparan lahan yang terdampak langsung Erupsi Gunung Api Merapi. Dalam kegiatan lapangan terbatas zona rawan bencana telah dilakukan verifikasi, validasi data kerusakan dan kerugian sarana prasarana serta tanaman dengan hasil kerugian pada komoditas padi sawah 238 Ha, sayuran 765 Ha, Salak pondoh 4.392.919 rumpun, tanaman hias 209.365 batang dan palawija 35 Ha sedangkan salah satu hasil pengamatan berkala di lahan terdampak langsung Erupsi Gunung Api Merapi adalah diketahui bahwa tanaman yang masih tersisa dan tumbuh pada lahan ini adalah tanaman umbi umbian seperti pisang.

Dalam masa ini telah dilakukan koordinasi baik di tingkat Kabupaten, Propinsi dan Pusat secara rutin dan terus menerus. Koordinasi ini melibatkan unsur Perencanaan Pusat dari Kementrian dan Perencanaan di Daerah, Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, Lembaga Donor dan Lembaga lain yang terkait. Rescheduling anggaran juga dilakukan pada masa ini guna antisipasi darurat bencana Erupsi Gunung Api Merapi dengan menjadwalkan ulang dan merubah alokasi anggaran sehingga anggaran dapat sepenuhnya Dalam masa ini telah dilakukan koordinasi baik di tingkat Kabupaten, Propinsi dan Pusat secara rutin dan terus menerus. Koordinasi ini melibatkan unsur Perencanaan Pusat dari Kementrian dan Perencanaan di Daerah, Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, Lembaga Donor dan Lembaga lain yang terkait. Rescheduling anggaran juga dilakukan pada masa ini guna antisipasi darurat bencana Erupsi Gunung Api Merapi dengan menjadwalkan ulang dan merubah alokasi anggaran sehingga anggaran dapat sepenuhnya

2. Pemulihan Dini Setelah erupsi Gunung Api Merapi berhenti, kegiatan pada zona larangan pada masa erupsi telah dapat dilaksanakan. Kegiatan tersebut pada awalnya adalah berupa pembersihan sisa material vulkanik Gunung Api Merapi yang cukup banyak dan telah merusak tanaman di sekitar lereng Gunung Api merapi. Beberapa kegiatan tersebut diantaranya adalah Padat Karya Pemangkasan Salak dan Padat Karya Pembersihan Lahan Krisan. Kegiatan Padat Karya Pemangkasan Salak dilakukan dengan dana sebesar Rp. 1.637.683.000,- yang bersumber dari APBN melalui BPNB untuk sejumlah 103.941 HOK. Kegiatan Padat Karya Pembersihan Lahan Krisan, Jamur, pisang dan aneka tanaman hias dilakukan dengan dana sebesar Rp. 39.570.000,- yang bersumber dari APBN melalui BNPB untuk sejumlah 1.123 HOK.

Kegiatan selanjutnya pada masa pemulihan awal adalah kegiatan berupa bantuan sosial (bansos) yang anggarannya berasal baik dari Instansi Pusat melalui BNPB juga dari Propinsi melalui APBD Propinsi DIY yang kegiatannya adalah sebagai berikut : Bansos melalui APBD Propinsi DIY berupa :

- Bantuan sosial pembersihan lahan sayuran dengan dana sebesar Rp. 800.000.000,- dari APBD Propinsi untuk sejumlah 55 ha, - Bantuan sosial pembangunan kubung krisan dan sarana produksi dari APBD Propinsi sejumlah 1 paket, - Bantuan sosial PMD Jamur (Penggerak Membangun Desa) dengan dana sebesar Rp. 235.000.000,- dari APBD Propinsi untuk sejumlah 5 kelompok tani,

- Bantuan sosial PMD Krisan Rp. 235.000.000 dari APBD Propinsi untuk sejumlah 5 kelompok tani, dan - Bantuan sosial PMD Perbenihan Salah Rp. 188.000.000,- dari APBD Propinsi untuk sejumlah 4 kelompok tani. Bantuan sosial dari BNPB berupa : - Fasilitasi saprodi salak Rp. 636.183.450,- untuk sejumlah 72,000 batang bibit salak dan 350.000 kg pupuk, - Fasilitasi bibit tanaman buah di KRB III Rp. 907.533.450,- untuk sejumlah 850 paket durian dan saprodi, 2.750 paket manggis dan saprodi, 5.250 paket alpokat dan saprodi serta 2.500 nangka dan saprodi.

2.8.6.3. Bidang Perikanan

Kegiatan pada sektor perikanan baik pada masa tanggap darurat mupun pemulihan dini diharapkan dapat mengembalikan usaha budidaya perikanan pada jenis usaha pembenihan rakyat, pembudidayaan ikan konsumsi dan pembudidayaan ikan hias. Usaha budidaya perikanan pada tiga jenis usaha tersebut selama Erupsi Gunung Api Merapi telah mengalami kerusakan dan kerugian sebesar Rp. 11.317 milyar dengan perincian kerugian pada usaha pembenihan rakyat sejumlah Rp. 6.384 milyar, pada pembudidaya ikan konsumsi sejumlah Rp. 4.698 milyar dan Rp. 206 juta, usaha pembenihan ikan rakyat di luar radius 20 km sebesar 20 juta dan pembudidaya ikan hias sejumlah Rp. 11.317 milyar.

Pada masa tanggap darurat secara umum telah dilakukan identifikasi dan validasi kerusakan dan kerugian pada sektor perikanan. Pada masa ini juga dilakukan koordinasi secara intensif dengan instansi pusat dan propinsi guna dalam rangka validasi data dan perencanaan kegiatan pasca Erupsi Gunung Api Merapi.

Bantuan yang diterima dari Pemerintah Propinsi pada masa tanggap darurat adalah berupa Bantuan Sosial Sarana Produksi Budidaya Ikan dengan berdasarkan pada Surat Keputusan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 188.4/9343.2 Tanggal 2 Desember 2010. Surat Keputusan ini menetapkan Kelompok Pembudi daya Ikan penerima bantuan modal sarana budidaya ikan dengan dana sejumlah Rp.

1.094.000.000,- dari APBD Propinsi DIY Bantuan tersebut berjumlah 547 paket untuk 30 kelompok pembudidaya ikan yang terkena dampak erupsi Gunung Api Merapi.

Pada tahap pemulihan dini juga telah diberikan bantuan yang bersumber dari Pemerintah Pusat melalui BNPB yang digunakan untuk pemulihan pembibitan ikan sejumlah Rp. 1.056.000.000,- untuk 6 kelompok di Kecamatan Ngemplak. Kecamatan ini merupakan penghasil 70 % kebutuhan benih di Sleman. Dampak bencana pada kecamatan ini selain material vulkanik pada saat Erupsi Gunung Api Merapi terjadi juga adanya potensi bencana lahar dingin yang terbawa oleh hujan disepanjang sungai yang berhulu pada puncak Merapi yang melalui kecamatan ini. Diharapkan dengan diberikannya bantuan pada 6 kelompok tersebut dapat merangsang kembali kegiatan budidaya perikanan di Kabupaten Sleman.

2.8.6.4. Bidang kehutanan dan perkebunan

Sektor Kehutanan dan Perkebunan di sekitar lereng Gunung Api Merapi mengalami kerusakan dan kerugian yang sangat besar. Luas hutan rakyat di wilayah ini telah mengalami kerusakan sekitar seluas 840 Ha dengan nilai kerugian sekitar Rp. 103.740 milyar. Kerusakan ini tersebar di wilayah :

1. Kecamatan Turi : Desa Girikerto 50 Ha dan Desa Wonokerto 30 Ha.

2. Kecamatan Pakem : Desa Purwobinangun 15 Ha dan Desa Hargobinangun

15 Ha.

3. Kecamatan Cangkringan : Desa Umbulharjo 100 Ha, Desa Kepuharjo 245 Ha, Desa Glagaharjo 240 Ha, Desa Wukirsari 120 Ha, dan Desa Argomulyo

25 Ha. Kegiatan pada sektor ini baru dapat dilaksanakan sepenuhnya setelah Erupsi Gunung Api Merapi berhenti karena wilayah kehutanan dan perkebunan secara umum berada pada daerah bahaya Merapi. Pada masa tanggap darurat secara umum inventarisasi, identifikasi telah dilakukan secara berkala juga telah dilakukan koordinasi baik ditingkat pusat baik BNPB maupun kementrian juga pada tingkat Propinsi dan kabupaten.

Kegiatan Pemulihan Awal Perkebunan telah dilakukan sampai dengan akhir bulan April 2011 di daerah yang rusak akibat erupsi Gunung Api Merapi Kegiatan Pemulihan Awal Perkebunan telah dilakukan sampai dengan akhir bulan April 2011 di daerah yang rusak akibat erupsi Gunung Api Merapi

Kegiatan Pengolahan Lahan dengan Terasering dilakukan dengan anggaran Rp. 176.698.000,- dengan dana dari pusat melalui BNPB pada wilayah Kecamatan Turi sejumlah 1 kelompok dengan lahan seluas 10 Ha dan wilayah Kecamatan Cangkringan sejumlah 4 kelompok dengan lahan seluas 40

Ha.

2.8.7. Dana Tanggap Darurat

Pembiayaan masa tanggap darurat dilakukan oleh beberapa unsur, yaitu unsur pusat, propinsi, pemkab, swasta dan masyarakat. Pemasukan dana tanggap darurat yang tercatat di bendahara penerima dana bencana adalah sebagai berikut:

5 DANA Tak Terduga 4,404,158,474

JUMLAH

Pengeluaran dana tanggap darurat yang diimplementasikan oleh masing-masing SKPD untuk penanganan kedaruratan, tersebut dalam tabel di bawah ini:

REKAPITULASI UANG MUKA KERJA TANGGAP DARURAT BENCANA SD 17 JANUARI 2010

NO INSTANSI/POSKO Uang Muka Kerja

1 Dinas Nakersos 8.237.000.000

2 Dinas Perhubungan 1.391.800.000

3 Dinas Kesehatan 610.500.000

4 Dinas PU P 1.224.000.000

5 Dinas Pertanian 26.079.126.750

6 Dinas DIKPORA 300.000.000

7 Dinas SDAEM 1.323.730.000

8 Badan Kesbanglinmas dan PB 1.281.000.000

9 DPKKD 125.000.000

10 Sekretariat 748.633.530

11 Posko GOR Pangukan 50.000.000

12 Kantor Satpol PP 329.200.000

13 Kecamatan Ngaglik 103.960.000

14 Kecamatan Ngemplak 40.000.000

15 Kecamatan Cangkringan 85.109.300

16 Kecamatan Pakem 84.351.500

17 Kecamatan Mlati 34.340.000

18 Kecamatan Gamping 34.925.000

19 Kecamatan Berbah 47.545.500

20 Kecamatan Seyegan 40.345.000

21 Kecamatan Godean 15.300.000

22 Kecamatan Sleman 64.285.000

23 Kecamatan Minggir 36.179.500 24 Kecamatan Moyudan

25 Kecamatan Kalasan 55.537.500

26 Kecamatan Prambanan 123.485.000

27 Kecamatan Turi 43.613.750

28 Kecamatan Tempel 53.829.000

29 Kecamatan Depok 42.405.500

30 Posko Youth center 60.835.000

31 Bappeda 51.200.000

32 Dinas Budpar 48.031.000

2.8.8. Bantuan

Bencana Merapi mengundang partisipasi banyak pihak. Partisipasi tersebut berupa relawan, sumbangan barang, maupun sumbangan uang. Relawan yang berpartisipasi dalam penanggulangan bencana terdiri atas:

a. SAR Sleman’, SAR Linmas Prop DIY, SARDA

b. PMI Unit Pakem, PMI Sleman

c. Pramuka

d. SKSB

e. KLM

f. Pasag Merapi

g. Foreka

h. Turgo Asri

i. Tagana j. Orari/Rapi k. Senkom l. Banser m. FKPPI n. FPI o. Forkom

Jumlah relawan dari masyarakat yang terdaftar di Komando tanggap darurat 26 kelompok, kelompok relawan langsung ke barak penngungsian jumlahnya cukup banyak, jenis kompetensi juga sangat variatif. Sedangkan relawan kesehatan yang telah membantu 29 relawan yaitu dengan tambahan relawan dari :

IBI Provinsi. DIY RS Hermina Tim Medis Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Ikatan Dokter Indonesia Ikatan Apoteker Psikolog dan manahiswa fakultas dan prodi psikologi dari

perguruan tinggi se-DIY Generasi Nusantara Bantul Forum Anak Sleman Ikatan Psikologi Klinis Himpuanan Psikologi Indonesia

2.8.9. Tahapan Pemulihan Awal

A. Hunian Sementara

Berdasarkan hasil survey Dinas PUP rumah yang rusak akibat erupsi merapi adalah 2.613 buah, namun dalam perkembangan selanjutnya mencapai 2.682, dikarenakan tambahan beberapa kepala keluarga yang diusulkan berasal dari Glagaharjo, Kinahrejo, Argomulyo, dan Sindumartani.

Proses perpindahan dari pengungsian ke shelter pada awal pembangunan digambarkan seperti berikut.

Gambar 16. Hunian sementara (shelter) di Dusun Kuwang

Pada tanggal 28 Desember 2010 shelter Kuwang yang berjumlah 50 unit, telah dihuni 87 KK dari Dusun Bakalan (Desa Argumolyo, Cangkringan). Pada tahap pertama, setiap rumah dibagikan kompor gas, tabung gas, dan sembako. Shelter Kuwang dilengkapi dengan pos kesehatan (belum beroperasi), masjid, kolam ikan, dan kandang kelompok. Fasilitas air bersih di shelter kuwang berasal dari sumur bor.

Shelter plosokerep juga telah dihuni sejak akhir Desember 2010 oleh masyarakat dari Dusun Kinahrejo (4 RT) dan sebagian masyarakat dusun Pangukrejo (1 RT), total yang sudah menempati shelter 101 KK. Pada tahap awal setiap rumah mendapat perlengkapan rumah (kompor gas, tabung, perlengkapan cuci, perlengkapan mandi, karpet plastik). Di shelter Plosokerep terdapat perpustakaan, kandang kelompok yang berisi 15 sapi perah. Pendidikan anak-anak di shelter rata-rata masih di lokasi lama, sehingga agak jauh dari lokasi shelter. Shelter Banjarsari sudah masuk tahap pembangunan kerangka bangunan. Shelter Gondang, dalam tahap pematangan lahan.

Pembangunan huntara/hunian sementara bagi masyarakat Kabupaten Sleman yang rumahnya hancur/rusak berat ditargetkan sejumlah 2.682 unit, tersebar di 2 Kecamatan, yaitu Kecamatan Cangkringan 2.656 unit dan kecamatan Ngemplak (26 unit).

Hunian sementara yang masih dalam proses pembangunan, yaitu Plosokerep, Gondang (4 titik), Dongkelsari, Banjarsari, Jetis sumur, dan Kuwang. Lokasi menggunakan tanah kas desa, dengan umur konstruksi direncanakan mampu ditinggali 1-2 tahun.

Spesifikasi huntara dibuat dari bahan bambu dengan ukuran 6 x 6 m2 terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu/keluarga, 1 MCK, dan 1 dapur terbuka, 3 titik lampu, dan 1 stop kontak. Kawasan huntara direncanakan dilengkapi dengan fasum dan fasos seperti: mushola, kandang ternak, kolam ikan, dan balai pertemuan.

Perpindahan pengungsi dari barak ke shelter terjadi pada beberapa gelombang, yaitu:

28 Desember 2010, Pengungsi dari argomulyo masuk shelter kuwang, dang pengungsi dari Umbulharjo, masuk Shelter Plosokerep.

2 Februari 2011 perpindahan pengungsi desa Glagaharjo ke Shelter Banjarsari 149 kk dan Ketingan 26 KK.

15 Februari 2011 perpindahan pengungsi desa Kepuharjo ke Shelter Gondang 1 sejumlah 141 KK

26 februari 2011 perpindahan pengungsi desa Umbulharjo ke Shelter Plosokerep sejumlah 74 KK

28 februari 2011 perpindahan pengungsi desa Glagaharjo ke Shelter Banjarsari. Sejumlah 107 KK Sampai dengan akhir masa tanggap darurat, shelter yang telah

dibangun, hunian, fasum dan fasos dijelaskan dalam table di bawah ini:

N LOKASI RENCANA

Terba

O HUNTARA PERUNTUKKAN

Fasum/fasos

1 Plosokerep Desa Umbulharjo

sumur bor dan Pompa

(Pelemsari 85, Panguk

BNPB 5

4, Balai 1, TK 1,

218, Karangkendal 10)

Musholla 1, kandang 19, kolam 31

2 Gondang 1 Desa Kepuharjo

sumur bor dan Pompa

(Kaliadem 146, Jambu

3, Balai 1, TK 0,

113, Petung 105,

Musholla 1, kandang

Pager Jurang 14)

30, kolam 48

3 Gondang 2 Desa Kepuharjo

sumur bor dan Pompa

(Kopeng 145, Batur 27,

2, Balai 1, TK 1,

Kepuh 33, Ngepringan

Musholla 1, kandang

114, Gdg Pusung 39) =

0, kolam 0

sisa 15 4 Gondang 3

Desa Kepuharjo

94 94 0 TV One

sumur bor dan Pompa

(Manggong 37, Kepuh

1, Balai 0, TK 0,

2, Cakran 39, Salam 3,

Musholla 1, kandang

Gungan 6)

0, kolam 0

5 Gondang luar Desa Kepuharjo (Pgjrg

(Kepuharjo) Manggong 56) 6 Banjarsari

Desa Glagaharjo (Kltgh

0 Media Group

sumur bor dan Pompa

Lor 159, Kl tgh Kidul

550, BNPB 17

109, Srunen 135, Ngancar 157, Banjarsarib 6)

7 Jetis Sumur Desa Glagaharjo

50 Media Group

sumur bor dan Pompa

(Singlar 118, G Malang

85, Besalen 49)

8 Dongkelsari Desa Wukirsari

sumur bor dan Pompa

(Gungan Srodokan

Zakat Umat 30,

2, Balai 1, TK 1,

Pemkot Salatiga

Musholla 1, kandang

7, Pagy Saras

0, kolam 20

30, Jasa Raharja 20, LSM Peduli Bangsa 11, BNPB 66

9 Kuwang Desa Argomulyo

36 TNI 50, Baznas

sumur bor dan Pompa

(Bakalan 89, Suruh 30,

50, BNPB 197

4, Balai 2 TK 1,

Gadingan 67, Karang

Musholla 1, kandang

lo 2, Jaranan 1, Jetis 9,

26, kolam 26

Banaran 63) 1 Kenthingan

Desa Sindumartani

36 26 10 Jenggala 26,

sumur bor dan Pompa

0 (Plumbon 36)

BNPB 10

1, Balai 1, TK 0, Musholla 1, kandang 0, kolam 3

B. Paket Bantuan Penghuni Huntara dari Kemensos RI

Barang Bantuan

HUNTARA

Kementrian Sosial RI

Sisa Jenis

No.

Barang Barang

dikurangi Ket

untuk Huntara

PANGAN

1 Gula Pasir

60,000 kg

2 Teh

100,000 sachet

Susu Kental 4 Manis

Kaos dan 1 celana anak

2 Kaos kerah 40,000

Kain Batik 3 Panjang

4 Daster Ibu 40,000

Ember 9 plastik

11 Tikar Plastik 20,000

lembar

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

ANALISIS PROSES PENYUSUNAN PLAN OF ACTION (POA) PADA TINGKAT PUSKESMAS DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2007

6 120 23

A DISCOURSE ANALYSIS ON “SPA: REGAIN BALANCE OF YOUR INNER AND OUTER BEAUTY” IN THE JAKARTA POST ON 4 MARCH 2011

9 161 13

ERBANDINGAN PREDIKSI LEEWAY SPACE DENGAN MENGGUNAKAN TABEL MOYERS DAN TABEL SITEPU PADA PASIEN USIA 8-10 TAHUN YANG DIRAWAT DI KLINIK ORTODONSIA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS JEMBER

2 124 18

HUBUNGAN ANTARA KONDISI EKONOMI WARGA BELAJAR KEJAR PAKET C DENGAN AKTIVITAS BELAJAR DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 100 15

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18

INTENSI ORANG TUA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENIKAHKAN ANAK PEREMPUAN DI BAWAH USIA 20 TAHUN DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN BONDOWOSO

10 104 107