Pengertian Amar Makruf Nahi Mungkar
A. Pengertian Amar Makruf Nahi Mungkar
Istilah amar makruf nahi mungkar merupakan sebuah istilah yang terdiri dari dua frase kata, dimana masing-masing frase mengandung
pengertian yang berbeda. Frase pertama adalah amar makruf, sedangkan frase kedua adalah nahi mungkar. Kata amar atau al-amr berasal dari kata kerja amara ya`muru yang berarti thalaba (meminta) 1 , sedangkan kata
makruf atau al-ma'rûf merupakan ism maf’ûl dari kata kerja ’arafa ya’rifu yang berarti mengetahui (to know), mengenal atau mengakui (to recognize),
dan melihat dengan tajam atau mengenali perbedaan (to discern). 2 Kata makruf ini kemudian diartikan sebagai sesuatu yang diketahui, yang dikenal
atau yang diakui. 3 Kata ini terkadang juga digunakan untuk menunjukkan arti “wajah”, karena setiap manusia dapat dikenali dengan wajahnya. 4
Secara terminologis, kata makruf adalah sebuah kata benda yang pengertiannya mencakup setiap hal yang diakui oleh masyarakat baik berupa ketaatan kepada Allah, upaya mendekatkan diri kepada-Nya, maupun
1 Ahmad ibn Muhammad al-Muqrî al-Fayyûmi, al-Mishbâh al-Munîr, (Kairo: al- Mathba’ah al-Misyriyyah, 1928), h. 29. 2 Majd al-Dîn al-Fairûzabâdi, al-Qamûs al-Muhîth, (Beirut: Dâr al-Jail, t.th.), juz 3, h. 178. 3 Lihat Ahmad ibn Muhammad al-Muqrî al-Fayyûmi, al-Mishbâh al-Munîr, h. 553. 4 Majd al-Dîn al-Fairûzabâdi, al-Qamûs al-Muhîth, h. 30.
berbuat baik kepada sesama manusia. 5 Al-Marâghi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan makruf adalah segala sesuatu yang tidak diingkari oleh syariat dan tidak diingkari oleh orang-orang yang mempunyai harga diri,
juga bukan termasuk pengkhianatan atau ketamakan. 6 Sementara menurut Mawlânâ Abul Kalâm Azad, makruf adalah sesuatu yang bisa diterima oleh
semua orang, sedangkan mungkar adalah sesuatu yang tidak bisa diterima oleh semua orang. 7
Senada dengan itu, Abuddin Nata menjelaskan bahwa yang termasuk
katagori makruf adalah segala sesuatu dalam bentuk ucapan, perbuatan, pemikiran dan sebagainya yang dipandang baik menurut syariat (agama) dan akal pikiran, atau yang dianggap baik menurut akal namun sejalan atau tidak bertentangan dengan syari'at. Dengan demikian, kebebasan akal dalam menentukan dan menilai suatu kebaikan dibatasi oleh ketentuan agama. Oleh karena boleh jadi ada sesuatu yang menurut akal baik tapi menurut syari'at buruk. Ketika terjadi keadaan yang menurut akal baik tapi menurut syari'at ini buruk, maka pendapat akal harus dicegah. Sebagai contoh, dapat dikemukakan misalnya hidup bareng sebelum menikah (samenleven) atau kumpul kebo yang didasarkan atas dasar suka sama suka menurut akal adalah baik, sedangkan menurut agama tidak baik. Orang-orang Barat yang hanya
berpatokan pada akal saja, misalnya, membolehkan adanya kumpul kebo tersebut. 8 Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan makruf adalah segala sesuatu yang diakui oleh suatu masyarakat tertentu tetapi tidak bertentangan dengan syariat atau al-Qur`an dan hadis.
5 Ibn Manzhûr, Lisân al-‘Arab, (Dâr al-Ma’ârif, t.th.), jilid 4, h. 2900. 6 ِ Ahmad Musthâfâ al-Marâghi, Tafsîr al-Marâghi, (Beirut: Dâr al-Fikr, t.th), jilid 2, h. 215. 7 Mawlânâ Abul Kalâm Azad, The Opening Chapter of The Qur`ân (Sûrah al-Fâtihah),
(Malaysia: Islamic Book Trust, 2004), cet. ke-2, h. 175. 8 Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),
cet. ke-1, h. 178-179.
Konsep makruf ini mengindikasikan adanya kesepakatan umum (common sense ) yang berlaku dalam suatu masyarakat. Karena sifatnya yang lokalistik, praksis dan temporal, maka sangat mungkin terjadi perbedaan pemahaman antara satu masyarakat Muslim dengan masyarakat Muslim lainnya mengenai makna makruf, bahkan terkadang antara satu waktu dengan waktu lainnya dalam satu masyarakat. Dengan makna semacam ini, maka kata makruf berbeda dengan kata khair yang mengandung arti
kebaikan yang bersifat universal. 9 Pengertian ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Muhammad Syahrûr. Ia menjelaskan bahwa konsep
makruf dan mungkar merupakan sebuah konsep yang terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan perbedaan tempat. 10
Adapun frase kedua adalah nahi mungkar. Kata nahi atau al-nahy merupakan lawan dari kata al-amr yang berasal dari kata nahâ yanhâ yang berarti mencegah 11 ,
sedangkan kata mungkar atau al-munkar berasal dari akar kata nûn kâf râ yang
12 13 memiliki sejumlah arti diantaranya adalah aneh 14 , sulit , buruk , dan sesuatu yang diingkari oleh orang banyak. 15
Secara terminologis, kata mungkar ini sering difahami sebagai segala sesuatu yang dipandang buruk, baik oleh syariat maupun akal yang sehat. 16
9 M. Quraish Shihab, Tafsîr al-Mishbâh, (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2000), cet. ke-2, vol. II, h. 164. 10 Muhammad Syahrûr, al-Kitâb wa al-Qur`ân: Qirâ`ah Mu'âshirah, (Beirut: Syirkah al- Mathbû'ah li al-Tauzî' wa al-Nasyr, 2000), cet. ke-6, h. 528. 11 Ibn Manzhûr, Lisân al-‘Arab, jilid 6, h. 4564. 12 Makna ini dapat ditemukan dalam Q.S. Hûd (11): 70.
13 Makna ini dapat dijumpai pada Q.S. al-Kahf (18): 87. 14 Makna seperti ini dapat dijumpai pada Q.S. Luqmân (31): 19. 15 Majd al-Dîn al-Fairûzabâdi, al-Qamûs al-Muhîth, h. 153. 16 Al-Râghib al-Ashfahâni, Mufradât Alfâzh al-Qur`ân, (Damaskus: Dâr al-Qalam, 2002), h.
Ada pula yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan mungkar adalah setiap perkataan, perbuatan dan niat yang dianggap jelek serta dilarang oleh Syâri (Allah dan Rasul-Nya). Dari definisi-definisi tersebut, dapat diketahui bahwa ungkapan mungkar memiliki jangkauan pengertian yang lebih luas daripada ungkapan lain yang juga dipakai oleh al-Qur`an untuk menunjuk perbuatan yang buruk seperti ma’shiyah (perbuatan maksiat). Jadi, frase nahi mungkar dapat diartikan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya sesuatu yang dipandang buruk baik oleh syariat maupun oleh akal yang sehat.
Dari penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan amar makruf nahi mungkar adalah upaya untuk menyuruh orang lain mengerjakan sesuatu yang dipandang baik oleh akal yang sehat dan tidak bertentangan dengan syariat serta upaya untuk mencegah orang lain dari sesuatu yang dipandang buruk oleh keduanya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, amar makruf nahi mungkar diartikan sebagai perintah kepada orang lain untuk mengerjakan perbuatan yang baik dan larangan
mengerjakan yang keji. 17 Kedua frase ini, amar makruf dan nahi mungkar, telah menjadi satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Artinya, dalam perbuatan amar makruf terdapat pengertian mencegah yang mungkar. Sebab jika kebaikan ditegakkan, maka dengan sendirinya yang buruk pun dapat dicegah. Demikian pula sebaliknya, dalam pengertian nahi mungkar tercakup pengertian amar makruf, karena mencegah kejahatan adalah termasuk ke
17 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. ke-1, h. 26.
dalam perbuatan yang baik. 18 Oleh karena itu, jika hanya disebut kata amar makruf saja, maka pengertian nahi mungkar juga tercakup di dalamnya,
demikian pula sebaliknya. 19
B. Ruang Lingkup Amar Makruf Nahi Mungkar Amar makruf nahi mungkar sudah ada sejak dulu, bahkan sejak
zaman nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad Saw.. Ketika sekelompok orang dari Bani Isra`il meninggalkan perintah Allah Swt. untuk tidak bekerja pada
hari Sabtu, ada sekelompok orang lainnya yang melarang kelompok pertama untuk melakukan perbuatan tersebut. Pada saat itulah Allah menyelamatkan orang-orang yang mencegah kemungkaran dan menimpakan adzab yang
pedih kepada orang-orang yang melanggar perintah-Nya. 20 Pada masa Nabi Muhammad Saw. dan Khulafâ` al-Râsyidîn, amar
makruf nahi mungkar benar-benar ditegakkan. Tidaklah Rasulullah Saw. melihat seorang sahabat meninggalkan perbuatan makruf kecuali beliau akan menegurnya, dan tidaklah beliau melihat seorang sahabat melakukan suatu kemungkaran kecuali beliau akan mencegahnya dari kemungkaran tersebut. Bahkan, menegakkan amar makruf nahi mungkar telah menjadi
satu sifat yang melekat pada diri Rasulullah Saw.. 21 Demikian pula yang dilakukan oleh empat khalifah sepeninggal beliau, atau yang biasa disebut Khulafâ` al-Râsyidîn. Sebagai contoh, ketika terjadi peperangan Yamamah
18 Sa’id Agil Husin al-Munawwar, al-Qur`an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet. ke-1, h. 217.
19 'Abdurrahmân ibn Nâshir al-Sa’di, Taisîr al-Karîm al-Rahmân fî Tafsîr Kalâm al-Manân, (Beirut: Mu`assasah al-Risâlah: 2002), cet. ke-1, h. 202.
20 Lihat Q.S. al-A'râf (7): 165. 21 Lihat Q.S. al-A'râf (7): 157.
antara kaum Muslimin dengan orang-orang murtad, banyak penghafal al- Qur`an yang meninggal dunia, karena itu Umar pun menyuruh Abu Bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat al-Qur`an dalam satu mushaf karena dirinya
khawatir al-Qur`an akan hilang. 22 Apa yang dilakukan oleh Umar ini termasuk salah satu perbuatan amar makruf.
Pada masa-masa berikutnya, amar makruf nahi mungkar tetap dikenal dan ditegakkan di kalangan kaum Muslimin, bahkan ia telah menjadi salah satu perhatian utama kelompok-kelompok tertentu. Sebagai
contoh, kelompok Muktazilah sangat keras dalam memegang doktrin ini, yaitu bahwa amar makruf nahi mungkar harus ditegakkan, bahkan kalau perlu dengan menggunakan kekerasan. 23 Di lain pihak, kelompok Syiah
memasukkan jihad sebagai rukun Islam keenam. Sebagaimana diketahui, jihad dan amar makruf nahi mungkar mengandung nada maknawi yang
sama. 24 Pada masa sekarang ini, amar makruf nahi mungkar juga menjadi
fokus perhatian sebagian kelompok atau organisasi massa di seluruh penjuru dunia. Di kalangan masyarakat Indonesia, Muhammadiyah terkenal sebagai organisasi massa yang menempatkan doktrin amar makruf nahi mungkar sebagai doktrin aksi. Dalam konsep Muhammadiyah, amar makruf nahi mungkar ditafsirkan sebagai konsep dakwah, yaitu menyeru kepada kebaikan dan mencegah keburukan. Jika kaum Syiah lebih memperhatikan konsep jihad, yang kerap kali diwujudkannya dalam bentuk perjuangan bersenjata itu, Muhammadiyah lebih suka mengambil amar makruf nahi
22 Hâmid Ahmad Thâhir, Hayât al-Shahâbah, (Kairo: Dâr al-Fajr li al-Turâts, 2004), cet. ke- 1, h. 44.
23 M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Paramadina, 2002), cet. ke-2, h. 620.
24 M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Islam, h. 622.
mungkar sebagai dasar perjuangan dengan cara damai, yang disebutnya dengan "dakwah". 25
Terhadap masyarakat, dakwah diwujudkan ke dalam usaha-usaha perbaikan dan bimbingan guna menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Konkretnya, Muhammadiyah melakukan berbagai amal usaha, khususnya di bidang pendidikan, sosial (mendirikan panti asuhan, poliklinik, rumah sakit atau memobilisasi dan distribusi zakat), tabligh dan berbagai bentuk penyiaran
agama Islam. 26
Kegiatan dakwah dalam konteks amar makruf nahi mungkar ini mencakup segenap aspek kehidupan masyarakat, baik bidang sosial, politik, ekonomi,
bidang-bidang lainnya. Hampir dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pelaksanaan amar makruf nahi mungkar pada masa-masa lalu dengan masa sekarang bila dilihat dari ruang lingkupnya, maksudnya bahwa amar makruf nahi mungkar dilakukan dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat, hanya saja pada masing-masing masa ada hal-hal tertentu yang menjadi fokus utama dari gerakan amar makruf nahi mungkar, sesuai dengan kondisi yang ada pada masing-masing masa.
pendidikan
maupun
Di sini, penulis ingin menyebutkan beberapa hal yang dapat menjadi fokus utama gerakan amar makruf nahi mungkar pada masa sekarang ini, tentunya disebabkan karena hal-hal tersebut dipandang sebagai hal-hal makruf yang untuk saat ini cukup penting bagi umat Islam:
25 M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Islam, h. 623. 26 M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Islam, h. 624.
1. Hal-hal yang tergolong amar makruf:
a- Peningkatan kesejahteraan sosial
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial ini dapat dimulai dari pendidikan kejiwaan bagi setiap individu. Bila pendidikan kejiwaan bagi setiap individu ini dapat terwujud dengan baik, maka hampir dapat dipastikan akan tercipta hubungan yang serasi antar sesama anggota masyarakat, hingga akhirnya masing-masing orang di antara mereka pun akan mengulurkan bantuannya kepada yang lain, sebagaimana firman
Allah Swt.:
’Îû tβρ߉Ågs† Ÿωuρ öΝÍκös9Î) ty_$yδ ôtΒ tβθ™7Ïtä† ö/ʼnÏ=ö7s% ÏΒ z≈yϑƒM}$#uρ u‘#¤$!$# ρâ§θt7s? tÏ%©!$#uρ tΒuρ 4 ×π|¹$|Áyz öΝÍκÍ5 tβ%x. öθs9uρ öΝÍκŦà Ρr& #’n?tã šχρãÏO÷σãƒuρ (#θè?ρé& !$£ϑÏiΒ Zπy_%tn öΝÏδÍ‘ρ߉߹ ∩∪ šχθßsÎ=ø ßϑø9$# ãΝèδ šÍ×‾≈s9'ρé'sù Ï Å¡ø tΡ £xä© s−θãƒ
Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan
Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Mujahirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-
orang yang beruntung 27 . (Q.S. al-Hasyr [59]: 9) Dalam hal ini, setiap individu harus diberikan pemahaman bahwa
pada hakekatnya seluruh umat Islam adalah bersaudara, sesuai dengan firman Allah Swt. dalam Q.S. al-Hujurât (49): 10. Bahkan, mereka itu seperti satu tubuh, dimana ketika salah seorang anggotanya sakit, yang lain
27 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur`an, (Bandung: Penerbit Mizan, 1998), cet. ke-8, h. 130.
pun ikut merasa sakit; Ketika salah seorang di antara mereka menderita, yang lain pun ikut merasakan penderitaan tersebut. 28
Bila setiap Muslim menyadari hal ini, maka tidak akan ada lagi Muslim yang menderita di saat orang-orang yang ada di sekitarnya dapat hidup bahagia dan bersenang-senang. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial seperti ini harus terus digalakkan dan disosialisasikan ke seluruh lapisan masyarakat, kemudian mereka semua harus saling mengingatkan akan pentingnya upaya tersebut. Bahkan bila perlu, upaya ini hendaknya menjadi salah satu program prioritas utama pemerintah,
apalagi di masa yang serba sulit seperti sekarang.
b- Peningkatan pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan suatu umat, karena dengan pendidikan-lah umat akan menjadi cerdas serta mampu menggunakan kecerdasannya itu untuk menghadapi berbagai tantangan dalam hidup ini. Melalui pendidikan diharapkan lahir manusia yang kreatif, sanggup berfikir sendiri walaupun kesimpulannya lain dari yang lain, sanggup mengadakan penelitian, penemuan dan seterusnya.
28 Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah Saw. dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Muhammad ibn 'Abdullâh ibn Numair dengan lafazh: "Ayahku
menceritakan kepada kami, Zakariyâ menceritakan kepada kami, dari al-Sya'bi dari al- Nu'mân ibn Basyîr, dia berkata: 'Rasulullah Saw. bersabda: 'Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal cinta dan kasih sayang di antara mereka adalah seperti satu tubuh; Apabila salah anggota mengeluhkan rasa sakit, maka seluruh anggota tubuh pun akan ikut merasakannya, yaitu dengan cara tidak bisa tidur dan cara demam. '" Hadit ini diriwayatkan oleh al-Bukhâri pada kitab al-Adab, hadis no. 5552; Muslim pada kitab al- Birr wa al-Shilah wa al-Âdâb, hadis no. 4685; dan Ahmad pada kitab Awwal Musnad al- Kûfiyyîn , hadis no. 17632.
Sikap yang demikian itu amat dianjurkan dalam al-Qur`an. 29
Oleh karena itulah, maka al-Qur`an memberikan perhatian lebih terhadap masalah pendidikan ini. Allah Swt. berfirman:
ª!$# Ëx|¡ø tƒ (#θßs|¡øù$$sù ħÎ=≈yfyϑø9$# † Îû (#θßs¡¡x s? öΝä3s9 Ÿ≅ŠÏ% #sŒÎ) (#þθãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ zΟù=Ïèø9$# (#θè?ρé& tÏ%©!$#uρ öΝä3ΖÏΒ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# ª!$# Æìsùötƒ (#ρâ“à±Σ$$sù (#ρâ“à±Σ$# Ÿ≅ŠÏ% #sŒÎ)uρ ( öΝä3s9
4 ;M≈y_u‘yŠ
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ." ilmu pengetahuan beberapa derajat 30
Perhatian al-Qur`an terhadap pendidikan ini juga terlihat pada penyebutan kata al-'ilm dan turunannya sebanyak 778 kali (tidak termasuk al-'âlam,
al-'âlamin 31 , dan 'alâmat yang disebut 76 kali). Sungguhpun tujuan akhir dari pendidikan adalah mengubah sikap
mental dan perilaku tertentu yang dalam konteks Islam adalah agar menjadi seorang Muslim yang terbina seluruh potensi dirinya sehingga dapat melaksanakan fungsinya sebagai khalifah dalam rangka beribadah kepada Allah, namun dalam proses ke arah tersebut diperlukan adanya upaya pengajaran. Dengan kata lain, pengajaran adalah salah satu sarana
30 Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, h. 170. Q.S. al-Mujâdalah (58): 11.
31 M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Islam, h. 622.
untuk mencapai tujuan pendidikan. 32 Berdasarkan penjelasan di atas, maka seluruh komponen masyarakat dituntut untuk saling bahu-membahu, bekerja sama dan saling mengingatkan dalam masalah pendidikan ini, baik guna
memujudkan pemerataan pendidikan ke seluruh lapisan masyarakat.
2. Hal-hal yang tergolong nahi mungkar:
a- Pengentasan kemiskinan
Pada masa sekarang ini, kemiskinan telah menjadi masalah utama bagi umat Islam di dunia. Hampir 85% dari 1,5 Milyard kaum beriman berada dalam kemiskinan dan 60% diantaranya buta huruf. Keadaan kurang terdidik dan kurang gizi adalah nasib umat Islam sekarang. Kalaupun ada yang hidup kaya dan berkecukupan itu bukan karena prestasi, tapi karena kebetulan dikaruniai negeri yang kaya, tapi dikelola
oleh pihak asing. 33 Di Indonesia, kemiskinan yang dialami oleh kaum Muslimin telah
mencapai angka yang tinggi. Syafi'i Ma'arif, mantan Ketua Umum Muhammadiyah, menilai bahwa sejak merdeka hingga saat ini tidak satupun pemerintahan Indonesia yang benar-benar menegakkan strategi pembangunan yang prorakyat kecil. Sikap prorakyat kecil masih sebatas retorika politik. Sudah 62 tahun Indonesia merdeka tapi angka kemiskinan
32 Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, h. 169. 33 Nasarudin Umar, al-Qur`an dan Problem Pembangunan Karakter Bangsa, Swara Dipertais, Jum'at, 20 April 2007.
masih tinggi. 34 Pada kesempatan lain, Syafi'i menegaskan bahwa kekerasan dalam rumah tangga, pelacuran, kriminal yang semakin marak dan 1001 kasus lain, penyebab utamanya adalah kemiskinan. Tentu pasti
ada sebab-sebab lain, tetapi tidak signifikan. 35 Mengingat dampak negatifnya yang sangat besar, maka penulis pun
mengatagorikan kemiskinan sebagai satu hal yang mungkar. Hal ini, di samping didasarkan pada fakta-fakta yang ada, juga didasarkan pada sejumlah
bahkan menganjurkan
memperoleh kebaikan seperti Q.S. al-Jumu'ah (62): 10, Q.S. al-Dhuhâ (93): 8 dan Q.S. al-Baqarah (2): 198. Di sisi lain, al-Qur`an mengecam mereka yang mengharamkan hiasan duniawi seperti pada Q.S. al-A'râf (7):
32. 36 Dari sini, maka upaya pengentasan kemiskinan pun dapat dianggap sebagai salah satu upaya untuk mencegah kemungkaran.
b- Penanggulangan AIDS dengan memberantas budaya seks bebas Korban AIDS (Acquired Immue Deficieny Sindrome) semakin
banyak. Pada tahun 1995, di Indonesia, khususnya daerah Jabotabek saja ditemukan 142 penderita AIDS. 92 di antaranya berumur antara 20 hingga
39 tahun. Lebih ironisnya lagi, mereka yang mengidap HIV/AIDS di Jabotabek itu setengahnya berpendidikan tinggi. 37 Telah diakui oleh para
pakar dan ilmuwan di seluruh dunia bahwa media yang paling efektif dan
34 Harian Umum Republika, 17-02-07. 35 Harian Umum Republika, 18-02-07. 36 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur`an, h. 451. 37 Nashruddin Baidan, Tafsîr Maudhû'i: Solusi Qur`ani Untuk Masalah Sosial Kontemporer,
(Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2001), cet. ke-1, h. 157.
mempunyai peranan teramat besar dalam penularan AIDS ialah hubungan badan secara tidak sah (berzina) dengan pasangan yang sering berganti- ganti (promiskuitas), baik heteroseksual maupun homoseksual.
tepat dalam rangka penanggulangan AIDS adalah dengan kembali kepada ajaran-ajaran Islam, yaitu dengan memberantas budaya seks bebas atau meninggalkan hubungan seksual di luar nikah (zina). Inilah hikmah yang tersimpan di balik larangan Allah Swt. untuk mendekati zina, seperti disebutkan pada
firman-Nya dalam Q.S. al-Isrâ` (17): 32:
∩⊂⊄∪ Wξ‹Î6y™ u!$y™uρ Zπt±Ås≈sù tβ%x. …ç ‾ΡÎ) ( #’oΤÌh“9$# (#θç/tø)s? Ÿωuρ
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk 38 .
Upaya pemberantasan budaya seks bebas atau hubungan seksual di luar nikah ini dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu: Pertama, pembinaan internal (individu) yakni dengan memberikan pemahaman kepada setiap individu bahwa hubungan seksual di luar nikah merupakan hal yang sangat buruk, berbahaya dan bertentangan dengan ajaran-ajaran agama sehingga harus dihindari dan dijauhkan; Kedua, adalah pembinaan eksternal, yakni dengan menciptakan lingkungan atau masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai agama serta bersih dari hal-hal yang mungkar.