AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR DALAM AL-QUR`AN

AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR DALAM AL-QUR`AN TESIS

Oleh: Fatkhurozi 03.2.00.1.05.01.0032

Pembimbing:

Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, MA Dr. Abdul Wahib Mu'thi, MA

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1429 H/2008 M

AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR DALAM AL-QUR`AN TESIS

Diajukan Kepada Sekolah Pascasarjana Konsentrasi Tafsir-Hadis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar

Magister Agama

Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, MA

Dr. Abdul Wahib Mu'thi, MA SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1429 H/2008 M

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama

Program Studi : Pengkajian Islam Konsentrasi : Tafsir-Hadis

Alamat : Jl. H. Zaenuddin No. 82 A Gandaria Utara Rt. 02 Rw. 14 Kebayoran Baru Jakarta Selatan

menyatakan bahwa karya tesis yang berjudul ”Amar Makruf Nahi Mungkar dalam Al-Qur`an” adalah benar hasil karya asli tulisan saya dan bukan merupakan jiplakan. Apabila ternyata di kemudian hari tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan gelar dari Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat, semoga tesis ini dapat berguna dan bermanfaat.

Jakarta, 10 Februari 2008 Yang menyatakan,

Fatkhurozi

ABSTRAK

Kesimpulan besar yang dihasilkan dari tesis ini adalah bahwa amar makruf nahi mungkar menurut al-Qur`an adalah menyuruh orang lain melakukan sesuatu yang dipandang baik oleh akal dan syariat serta mencegahnya dari sesuatu yang dipandang buruk oleh keduanya. Amar makruf nahi mungkar sangat penting dan menduduki posisi sebagai control system dalam Islam, seperti yang dikatakan oleh Muhammad Rasyîd Ridhâ. Hal ini sangat terkait dengan perannya dalam mencegah terjadinya pelanggaran terhadap ajaran-ajaran Islam yang dilakukan oleh umat Islam itu sendiri, baik dengan meninggalkan perintah-perintah Allah Swt. maupun dengan melakukan larangan-larangan-Nya.

Melalui tesis ini, penulis juga menemukan bahwa harus ada kelompok yang memfokuskan perhatiannya pada tugas amar makruf nahi mungkar. Mereka disebut dengan istilah pengemban amar makruf nahi mungkar. Penulis juga menemukan bahwa ada karakteristik-karakteristik tertentu yang perlu dimiliki oleh pengemban amar makruf nahi mungkar, yaitu: Karakteristik umum yang terdiri dari: beriman kepada Allah dan hal- hal lain yang wajib diimani serta taat kepada Allah dan Rasul-Nya; Kemudian karakteristik khusus yang meliputi: menjaga nilai-nilai akhlak, bertaubat, selalu memuji Allah, memiliki semangat jihad atau semangat juang dan bersegera melakukan kebajikan. Karakteristik-karakteristik ini perlu diketahui sehingga dapat menjadi pedoman bagi orang-orang yang ingin berkecimpung secara khusus dalam bidang amar makruf nahi mungkar. Bila para pengemban amar makruf nahi mungkar benar-benar memiliki karakteristik-karakteristik seperti itu, maka amar makruf nahi mungkar yang merupakan control system dalam masyarakat dapat berjalan secara optimal dan sesuai harapan. Di sisi lain, para pengemban amar makruf nahi mungkar tersebut benar-benar akan menjadi unsur utama pembentuk khair ummah seperti yang disebutkan dalam Q.S. Âli ‘Imrân (3): 110.

dengan tulisan-tulisan sebelumnya yang berkaitan dengan tema amar makruf nahi mungkar, seperti buku berjudul al-Amr bi al-Ma'rûf wa al-Nahy 'An al-Munkar karya Ibn Taimiyyah, al-Amr bi al-Ma'rûf wa al-Nahyu ‘An al-Munkar wa Wâqi’ al- Muslimîn al-Yaum karya Shâlih ibn 'Abdullâh Darwis, al-Amr bi al-Ma'rûf wa al-Nahy ‘An al-Munkar: al-Hatstsu ‘Alâ Fi’lihi wa al-Tahdzîr min Tarkihi karya Sulaimân ibn Qâsim al-‘Îd, disertasi berjudul Perspektif al- Qur`an Tentang Masyarakat Ideal yang ditulis oleh Ali Nurdin dan disertasi

Ada titik persamaan

antara

tesis

ini ini

Surah al-Nahl: 125 ) yang ditulis oleh Salmadanis. Titik persamaannya terletak pada pembahasan tentang wawasan amar makruf nahi mungkar. Hanya saja, ada dua hal yang membedakan antara tesis ini dengan karya-karya ilmiah tersebut, yaitu adanya pembahasan tentang beberapa hal yang dapat menjadi fokus utama gerakan amar makruf nahi mungkar pada masa sekarang ini, tentunya disebabkan karena hal-hal tersebut dipandang sebagai hal-hal makruf yang untuk saat ini cukup penting bagi umat Islam. Selain itu, pembahasan mengenai masalah kedua merupakan hal utama yang membedakan tesis ini dengan karya-karya ilmiah sebelumnya.

Untuk dapat memahami ayat-ayat amar makruf nahi mungkar, penulis menggunakan beberapa kitab tafsir yang bernuansa adabi ijtimâ'i

(sosiologi) seperti Tafsîr fî Zhilâl al-Qur`ân karya Sayyid Quthb, Tafsîr al- Qur`âni li al-Qur`ân karya 'Abd al-Karîm al-Khathîb dan Tafsîr al-Manâr karya Muhammad Rasyîd Ridhâ; tentunya didukung oleh kitab-kitab tafsir lain seperti Tafsîr al-Qur`ân al-‘Azhîm karya Ibn Katsîr, Jâmi’ al-Bayân fî Ta`wîl al-Qur`ân karya Ibn Jarîr al-Thabari, Tafsîr al-Kasysyâf karya al- Zamakhsyari, Rûh al-Ma’ânî fî Tafsîr al-Qur`ân wa al-Sab’i al-Matsânî karya al-Alûsi, Tafsîr al-Munîr karya Wahbah al-Zuhaili, serta kitab-kitab tafsir lainnya.

ABSTRACT

The issue that the writer discusses in this thesis is within the concept of amar makruf nahi mungkar (enjoining good and forbidding evil) and the guardian’s/caretaker’s characteristic according to the Holy Koran. The first issue has been discussed in previous articles or books, such as al-Amr bi al-Ma’rûf wa al-Nahy ‘An al-Munkar by Ibn Taimiyyah, al-Amr bi al-Ma’rûf wa al-Nahyu ‘An al-Munkar wa Wâqi’ al-Muslimîn al-Yaum by Shâlih ibn ‘Abdullâh Darwis, al-Amr bi al-Ma’ruf wa al-Nahy ‘An al-Munkar : al-Hatstsu ‘Alâ Fi’lihi wa al-Tahdzîr min Tarkihi by Sulaimân ibn Qâsim al-‘Îd, a dissertation titled Perspektif al-Qur’an Tentang Masyarakat Ideal written by Ali Nurdin and a dissertation called Metode Dakwah Dalam Perspektif al-Qur’an (Suatu Tinjauan Dalam Surah al-Nahl: 125) written by Salmadanis. Even though, there are two things that differentiate this thesis with those scientific works, which are: there’s a discussion about a few things that can be the main focus of amar makruf nahi mungkar (enjoining good and forbidding evil) movement on present period of time, it surely is because those issues are being projected as known/makruf issues which is quite important for Moslems at the moment. Beside that, the discussion about the second issues is the main thing that differentiates this thesis with previous scientific works.

The conclusion as a result from this thesis is that amar makruf nahi mungkar (enjoining good and forbidding evil) according to the Holy Koran is telling other person to do something which is good according to the mind and the syariat/Islam Law and keeping the person away from bad things according to them. From the understanding towards the verses that contains amar makruf nahi mungkar’s (enjoining good and forbidding evil) lafazh/wording we can concludes that amar makruf nahi mungkar (enjoining good and forbidding evil) is a unity that can not be break/divided, because in amar makruf/the enjoining good there’s and understanding of nahi mungkar/forbidding evil, and it goes the other way around/vice versa.

Then, the writer found out that there has to be a group that focusing their attention on amar makruf nahi mungkar’s (enjoining good and forbidding evil) duty. We call them as amar makruf nahi mungkar’s (enjoining good and forbidding evil) guardian/caretaker. Writer also found that there are certain characteristics that amar makruf nahi mungkar’s (enjoining good and forbidding evil) guardian/caretaker need to have, which are: Common/General characteristic such as: Faithful to Allah and other obligated things and also obedient to Allah and The Prophets; And then the special characteristic that includes: maintaining the value of moral, penitent, praise Allah at all time, having jihad or fighting spirits and never delay any good deeds. These characteristics need to be known so that it can be guidance for others who wants to be involved especially in amar makruf nahi mungkar’s/ (enjoining good and forbidding evil) field. If the amar makruf nahi mungkar’s (enjoining good and Then, the writer found out that there has to be a group that focusing their attention on amar makruf nahi mungkar’s (enjoining good and forbidding evil) duty. We call them as amar makruf nahi mungkar’s (enjoining good and forbidding evil) guardian/caretaker. Writer also found that there are certain characteristics that amar makruf nahi mungkar’s (enjoining good and forbidding evil) guardian/caretaker need to have, which are: Common/General characteristic such as: Faithful to Allah and other obligated things and also obedient to Allah and The Prophets; And then the special characteristic that includes: maintaining the value of moral, penitent, praise Allah at all time, having jihad or fighting spirits and never delay any good deeds. These characteristics need to be known so that it can be guidance for others who wants to be involved especially in amar makruf nahi mungkar’s/ (enjoining good and forbidding evil) field. If the amar makruf nahi mungkar’s (enjoining good and

To understand amar makruf nahi mungkar’s (enjoining good and forbidding evil’s) verses which become the main source of this research, writer used some interpret books that has adabi ijtimâ’i (sociology) nuance, like Tafsîr fî Zhilâl al- Qur’ân by Sayyid Quthb, Tafsîr al-Qur’âni li al-Qur’ân by ‘Abd al-Karîm al-Khatîb and Tafsîr al-Manâr by Muhammad Rasyîd Ridhâ; and certainly supported by other interpret books such as Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm by Ibn Katsîr, Jâmi’ al-Bayân fî Ta’wîl al-Qur’ân by Ibn Jarîr al-Thabari, Tafsîr al-Kasysyâf by al-Zamakhsyari, Rûh al-Ma’ânî fî Tafsîr al-Qur’ân wa al-Sab’i al-Matsânî by al-Alûsi, Tafsîr al-Munîr by Wahbah al-Zuhaili, and also others interpret books.

ﻢـﺳﺎﻗ ﻦـﺑ ﻥﺎﻤﻴﻠﺴﻟ ﻪ ﻛﺮﺗ ﻦﻣ ﺮﻳﺬﺤﺘﻟﺍﻭ ﻪﻠﻌﻓ ﻰﻠﻋ ﺚﳊﺍ : ﺮﻜﻨﳌﺍ ﻦﻋ ﻲﻬﻨﻟﺍﻭ ﻑﻭﺮﻌﳌﺎﺑ ﺮﻣﻷﺍ ﺏﺎﺘﻛ ﻱﺃﺭ ) Perspektif al-Qur`an Tentang Masyarakat Ideal : ﻥﺍﻮﻨﻌﻟﺍ ﺖﲢ ﺓﺭﻮﺘﻛﺪﻟﺍ ﺔﻟﺎﺳﺭ ،ﺪﻴﻌﻟﺍ

Metode Dakwah Dalam Perspektif al-Qur`an (Suatu Tinjauan Dalam Surah al-Nahl:

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah adalah kalimat yang paling tepat untuk penulis ucapkan sebagai wujud syukur kepada Allah Swt., karena berkat taufik-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini di tengah kesibukan kerja dan aktifitas sehari-hari. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah Saw., para sahabat dan kerabat, serta orang-orang yang menjadi pengikut beliau hingga datangnya hari Kiamat.

Pada kata pengantar ini, penulis ingin berterima kasih kepada orang- orang yang telah berjasa dan telah membantu penulis dalam menempuh studi di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta dalam menyelesaikan penulisan tesis ini, antara lain:

1. Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di sekolah tersebut.

2. Ustadzah Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, MA, selaku pembimbing I tesis ini dan Ustadz Dr. Abdul Wahib Mu'thi, MA, selaku pembimbing II, atas masukan-masukan

diberikan demi penyempurnaan tesis ini.

3. Ayahanda dan ibunda tercinta, Bapak Khafas dan Ibu Tursinah; isteri penulis, Nofita Satriani; serta kakak-kakak dan adik penulis.

4. Bapak Ir. Herman Zaini Latief, mantan ketua GAIKINDO, dan Mr. Mubarak al-Muwaina', Kolonel pada Dinas Intelejen Kepolisian Kerajaan Arab Saudi, atas bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis baik dukungan moril ataupun materil hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

5. Teman-teman kelas Tafsir-Hadis Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah

Husna, Badruttaman, Hafizurrahman, Irwansyah, Mujahid, Faisal Asdar Bakri, Masna, A. Fawaid dan lain-lain.

6. Rekan-rekan di Najma Center: Nashirul Haq, Fathurrahman, Ahmad Hotib, Dudi Rosyadi dan lain-lain.

7. Seluruh pihak yang pernah memberikan dukungan, saran dan bantuan kepada penulis, yang tak mungkin penulis sebutkan namanya satu persatu.

Kepada mereka semua, kupersembahkan tesis ini. Juga kepada orang- orang yang sedang mencari kebenaran dalam rangka mendekatkan diri kepada Sang Pencipta alam, Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berbagai kritik, saran dan masukan, sangat penulis harapkan demi perbaikan tesis ini dan pengembangannya di masa mendatang.

Jakarta, 15 Agustus 2007

Fatkhurozi

PERSETUJUAN

Tesis dengan judul “Amar Makruf Nahi Mungkar dalam Al-Qur`an , yang ditulis oleh Fatkhurozi, NIM 03.2.00.1.05.01.0032, telah lulus Ujian Tesis pada 24 Oktober 2007 dan sudah diperbaiki sesuai saran-saran Tim Penguji.

Pembimbing I / Penguji,

Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, MA

Tanggal:

PERSETUJUAN

Tesis dengan judul “Amar Makruf Nahi Mungkar dalam Al-Qur`an , yang ditulis oleh Fatkhurozi, NIM 03.2.00.1.05.01.0032, telah lulus Ujian Tesis pada 24 Oktober 2007 dan sudah diperbaiki sesuai saran-saran Tim Penguji.

Pembimbing II / Penguji,

Dr. Abdul Wahib Mu'thi, MA

Tanggal:

PERSETUJUAN

Tesis dengan judul “Amar Makruf Nahi Mungkar dalam Al-Qur`an , yang ditulis oleh Fatkhurozi, NIM 03.2.00.1.05.01.0032, telah lulus Ujian Tesis pada 24 Oktober 2007 dan sudah diperbaiki sesuai saran-saran Tim Penguji.

Penguji I,

Prof. Dr. Amani Lubis, MA Tanggal:

PERSETUJUAN

Tesis dengan judul “Amar Makruf Nahi Mungkar dalam Al-Qur`an , yang ditulis oleh Fatkhurozi, NIM 03.2.00.1.05.01.0032, telah lulus Ujian Tesis pada 24 Oktober 2007 dan sudah diperbaiki sesuai saran-saran Tim Penguji.

Penguji II,

Dr. Yusuf Rahman, MA Tanggal:

PERSETUJUAN

Tesis dengan judul “Amar Makruf Nahi Mungkar dalam Al-Qur`an , yang ditulis oleh Fatkhurozi, NIM 03.2.00.1.05.01.0032, telah lulus Ujian Tesis pada 24 Oktober 2007 dan sudah diperbaiki sesuai saran-saran Tim Penguji.

Ketua Sidang / Penguji,

Prof. Dr. Suwito, MA Tanggal:

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi yang digunakan dalam tesis ini adalah pedoman transliterasi Arab-Latin yang ada di buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press dengan sedikit modifikasi.

Huruf Arab

Huruf Latin

Huruf Arab Huruf Latin

tidak dilambangkan

ﺽ dh ﺏ b ﻁ th

ﻅ zh

ﺙ ts

ﻉ ' (koma di atas)

ﻍ gh ﺡ h ﻑ f

ﺥ kh

ﺫ dz

ﺵ sy

ﺹ sh

ﺀ ` (apostrof) ﻱ y

Keterangan tambahan:

a. Vokal Tunggal

thalaba ﺐﻠﻃ thalaba ﺐﻠﻃ

khair ﲑﺧ

c. Mâd

al-mukminîn

d. Ta` Marbûthah

al-shalâh

e. Syaddah

al-Kasysyâf

f. Kata Sandang

- Yang diikuti oleh huruf qamariyyah: al-Baqarah ﺓﺮﻘﺒﻟﺍ

- Yang diikuti oleh huruf syamsiyyah: al-Nisâ`

g. Hamzah

ya`muru

h. Penulisan Kata

min li al-tabyîn

i. Huruf Kapital

al-A’râf ﻑﺍﺮﻋﻷﺍ Dâr al-Ulûm ﻡﻮﻠﻌﻟﺍ ﺭﺍﺩ Ibn Katsîr ﲑﺜﻛ ﻦﺑﺍ

j. Idhâfah (ditulis terpisah)

'Abd al-Karîm ﱘﺮﻜﻟﺍ ﺪﺒﻋ 'Abd al-Bâqî ﻲﻗﺎﺒﻟﺍ ﺪﺒﻋ

Kecuali

'Abdullâh

'Abdurrahmân ﻦﲪﺮﻟﺍ ﺪﺒﻋ

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI

i KATA PENGANTAR vii

PERSETUJUAN

ix PEDOMAN TRANSLITERASI xiv DAFTAR ISI xvi

BAB I : PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan dan Batasan Masalah

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

D. Kajian Pustaka

E. Metodologi Penelitian

F. Sistematika Penulisan

BAB II: WAWASAN AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR

DALAM AL-QUR`AN 19

A. Pengertian Amar Makruf Nahi Mungkar

B. Ruang Lingkup Amar Makruf Nahi Mungkar

C. Ayat-ayat Amar Makruf Nahi Mungkar dalam al-Qur`an

BAB III: PELAKU AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR 67

A. Individu

B. Umat

C. Negara

BAB IV: KARAKTERISTIK PENGEMBAN AMAR MAKRUF

NAHI MUNGKAR 96

A. Karakteristik Umum

1. Beriman Kepada Allah dan Hal-hal Yang Wajib Diimani

2. Taat Kepada Allah dan Rasul-Nya 107

B. Karakteristik Khusus 116

1. Menjaga Nilai-nilai Akhlak 116

2. Bertaubat 123

3. Selalu Memuji Allah 128

4. Memiliki Semangat Jihad (Juang) 132

5. Bersegera Mengerjakan Kebajikan 136

C. Analisis Terhadap Gerakan Amar Makruf Nahi Mungkar di Indonesia

BAB V : PENUTUP 148

A. Kesimpulan 148

B. Saran-saran 149

DAFTAR PUSTAKA xviii DAFTAR RIWAYAT HIDUP xxiv LAMPIRAN xxvi

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur`an al-Karîm dan Terjemahnya.

‘Abd al-Bâqi, Muhammad Fu`âd, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Qur’ân al-Karîm , Indonesia: Maktabah Dahlan, t.th..

'Abd al-Qâdir, Hisyâm Ibn, Mufsidât al-Ukhuwwah, Kairo: Dâr al-Shafwah, 1418 H, cet. ke-1.

Abû Zahrah, Muhammad, Ushûl Fiqh, Beirut: Dâr al-Fikr al-'Arabi, t.th..

Afîfi, Thal'at Muhammad, Shafhât Musyriqât Min Hayât al-Shahâbiyât, Mesir: Dâr al-Salâm, 2005, cet. ke-1.

Ahmad, 'Abd al-Jabbâr Ibn, Syarh al-Ushûl al-Khamsah, Kairo: Maktabah Wahbah, 1996, cet. ke-3.

Al-Alûsi, Abû al-Fadhl Syihâbuddîn, Rûh al-Ma’ânî fî Tafsîr al-Qur`ân al- ‘Azhîm wa al-Sab’i al-Matsânî , Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2001 M, cet. ke-1.

Al-Anshari, Muhammad ibn Muhammad ibn al-Amîn, Manhaj al-Da’wah al-

Islâmiyyah fî Binâ` al-Mujtama', Riyâdh: Maktabah al-Anshâr, 1984.

Al-Ashfahâni, al-Râghib, Mufradât Alfâzh al-Qur`ân, Damaskus: Dâr al- Qalam, 2002.

'Âsyûr, Muhammad Thâhir Ibn, al-Nizhâm al-Ijtimâ'i fî al-Islam, Mesir: Dâr al-Salâm, 2005, cet. ke-1.

Azad, Mawlânâ Abul Kalâm, The Opening Chapter of The Qur`ân (Sûrah al- Fâtihah) , Malaysia: Islamic Book Trust, 2004, cet. ke-2.

Baidan, Nashruddin, Tafsîr Maudhû'i: Solusi Qur`ani Untuk Masalah Sosial Kontemporer , Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2001, cet. ke-1.

Al-Bainûni, Muhammad Abû al-Fattâh, al-Madkhal Ilâ ‘Ilm al-Da’wah, Beirut, Mu`assasah al-Risâlah, 1991, cet. ke-1.

Darwis, Shâlih ibn ‘Abdullâh, al-Amr bi al-Ma’rûf wa al-Nahy ‘an al- Munkar wa Wâqi’ al-Muslimîn al-Yaum, alih bahasa: Muhammad

‘Abdul Ghaffar, Konsep Amar Ma'ruf Nahi Munkar dan Realisasinya di Dunia Modern , Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, cet. ke-1.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, cet. ke-1.

Effendi, Syahrul, Yudi Pramuka, Habib-FPI Gempur Playboy, Jakarta: Yudi Pramuka, 2006.

Al-Fahd, Qâsim ibn Shâlih, 10 Durûs Fî Tadabburi Ma'ânî Aqwâl al-Shalâh, Riyadh: Dâr Thayyibah li al-Nasyr wa al-Tauzî', 2005, cet. ke-3.

Al-Fairûzabâdi, Majd al-Dîn, al-Qamûs al-Muhîth, Beirut: Dâr al-Jail, t.th..

Fâiz, Ahmad, Tharîqah al-Da’wah, Beirut: Mu`assasah al-Risâlah, 1992, cet. ke-13.

Al-Faramâwi, ‘Abd al-Hayy, al-Bidâyah fi al-Tafsîr al-Maudhû’i: Dirâsah Manhajiyyah

al-Hadhârat al- ‘Arabiyyah, 1977, cet. ke-2.

Maudhû’iyyah ,

Mesir:

Mathba’at

Farîd, Ahmad, Tharîq al-Sa'âdah, Iskandaria: Dâr al-'Aqîdah, 2006, cet. ke.

Al-Fayyûmi, Ahmad ibn Muhammad al-Muqrî, al-Mishbâh al-Munîr, Kairo: al-Mathba’ah al-Misyriyyah, 1928.

Fazhur Rahmân, Major Themes of The Qur`an, alih bahasa: Anas Wahyuddin, Tema Pokok al-Qur`an, Bandung: Penerbit Pustaka, 1996, cet. ke-2.

Ghanîm, Wajdî, Sulûk al-Muslim, Mesir: Dâr al-Salâm, 2005, cet. ke-1.

Al-Ghazâli, Abû Hâmid Muhammad ibn Muhammad, Ihyâ` ‘Ulûm al-Dîn, Mesir: al-Maktabah al-Misriyyah, 1998.

Hafiduddin, Didin, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani, 1998, cet. ke- 1.

Harian Umum Republika, 17-02-07.

Al-Hilâli, Majdi, Halummû iIâ Rabbikum, Kairo: Dâr al-Tauzî' wa al-Nasyr al-Islamiyyâh, 2004, cet. ke-1.

____________, Binâ` al-Îmân min Khilâl al-Qur`ân, Kairo: Mu`assasah Iqra`, 2005.

Al-Hiyâli, Ra'd Kâmil, al-Khilâfât al-Zaujiyyah fî Dhau` al-Kitâb wa al- Sunnah , Beirut: Dâr Ibn Hazm, 1994, cet. ke-1.

Husain, Muhammad, Thifl Mâ Qabla al-Madrasah, Iskandariah: Dâr al- Da'wah, 2004, cet. ke-1.

Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, Beirut: al-Maktabah al-‘Ashriyyah, 2002.

Ibn Manzhûr, Lisân al-‘Arab, Dâr al-Ma’ârif, t.th..

Ibn Taimiyyah, al-Amr bi al-Ma'rûf wa al-Nahy 'An al-Munkar ; diterjemahkan dengan judul: Amar Ma'ruf Nahi Munkar – Mengajak Kepada Kebaikan dan Mencegah Keburukan, Jakarta: Penerbit Aras Pustaka, 1999, cet. ke-1.

Al-‘Îd, Sulaimân ibn Qâsim, al-Amr bi al-Ma’rûf wa al-Nahy ‘An al-Munkar, Riyadh: Dâr al-Wathan Li al-Nasyr, 2000, cet. ke-1.

Ilyâs, Maulânâ Muhammad, Pedoman Bertabligh Bagi Umat Islam, Seruan Kepada Kaum Muslimin , Yogyakarta: al-Shaff, 2003, cet. ke-2.

Al-Jibrin, Abdullâh ibn Abdurrahmân, Hâjat al-Basyar Ilâ al-Amr bil Ma'rûf wa al-Nahy 'An al-Munkar , alih bahasa: Ummu Rania, Lc, Tanya Jawab Amar Ma'ruf Nahi Munkar , Jakarta: Pustaka Azzam, 2002, cet. ke-1.

Karîm, Sa'ad, al-Îmân wa Atsaruhû fî Tarbiyyah al-Aulâd, Iskandaria: Dâr al- 'Aqîdah, 2002, cet. ke-1.

Al-Khathîb, 'Abd al-Karîm, al-Tafsîr al-Qur`âni li al-Qur`ân, Dâr al-Fikr al- ‘Arabi, t.th..

Mahmûd, Ali ‘Abd al-Halîm, Manhaj al-Tarbiyyah ‘Inda al-Ikhwân al- Muslimîn , alih bahasa: Syafril Halim, Ikhwanul Muslimin, Konsep Gerakan Terpadu , Jakarta: Gema Insani Press, 1997, cet. ke-1.

Al-Marâghi, Ahmad Musthâfâ, Tafsîr al-Marâghi, Beirut: Dâr al-Fikr, t.th., jilid 2.

Al-Munawwar, Sa’id Agil Husin, al-Qur`an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki , Jakarta: Ciputat Press, 2002, cet. ke-1. Nadwi, Sayyid Abû Hasan ‘Ali, Maulânâ Muhammad Ilyâs, alih bahasa: Maroahkan Ahmad: Riwayat Hidup dan Usaha Dakwah Maulânâ Muhammad Ilyâs , Yogyakarta: al-Shaff, 2005, cet. ke-3.

Al-Naisâbûri, Abû al-Hasan Ali ibn Ahmad al-Wâhidi, Asbâb al-Nuzûl, Beirut: Dâr al-Fikr, 1991.

Nasir, Muhammad, Fiqh al-Dakwah, Jakarta: Media Dakwah, 2000, cet. ke-

Nata, Abuddin, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, cet. ke-1.

Nûh, Sayyid Muhammad, Dakwah Fardiyyah dalam Manhaj Amal Islam, Solo: Citra Islami Press, 1996, cet. ke-1.

Nurdin, Ali, Perspektif al-Qur`an Tentang Masyarakat Ideal, disertasi, Program Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah.

Al-Nursi, Sa'îd, al-Âyâh al-Kubrâ, Kairo: Syirkah Sozler li al-Nasyr, 2000, cet. ke-3, h. 126.

Pangabean, Syamsurizal,

Dunia Islam, Dalam Organisasi dan Gerakan Islam , t.tp.: t.th..

Ensiklopedi

Tematik

Al-Qurthubi, al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, Beirut: Dâr al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1993, jilid 12.

Quthb, Sayyid, Fî Zhilâl al-Qur`ân, Kairo: Dâr al-Syurûq, 1992, jilid 1, cet. ke-17.

Rahardjo, M. Dawam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Paramadina, 2002, cet. ke-

Ridhâ, Muhammad Rasyîd, Tafsîr al-Manâr, Beirut: Dâr al-Kutub al- ‘Ilmiyyah, 1999, cet. ke-1.

_______________________, Tafsîr al-Manâr, Beirut: Dâr al-Ma’rifah, t.th., cet. ke- 2.

Ruslan, Masyarakat Islam Dalam Perspektif al-Qur`an, tesis, Program Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah.

Al-Sa’di, Abdurrahmân ibn Nâshir, Taisîr al-Karîm al-Rahmân fî Tafsîr Kalâm al-Manân , Beirut: Mu`assasah al-Risâlah: 2002, cet. ke-1.

Salmadanis, Metode Dakwah Dalam Perspektif al-Qur`an (Suatu Tinjauan Dalam Surah al-Nahl: 125 ), disertasi, Program Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah.

Saloral, Ziauddin, Jihad Intelektual, Surabaya: Risalah Gusti, 1998, cet. ke-

Al-Shaghîr, Fâlih ibn Muhammad, Hadîts Bâdirû Bi al-A'mâl Sittan: Dirâsah Hadîtsiyyah Da'awiyyah Nafsiyyah , Riyadh: Dâr Ibn al-Atsîr, 1426 H, cet. ke-2.

Shihab, M. Quraish, Membumikan al-Qur`an; Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat , Bandung: Mizan, 1996, cet. ke-12.

________________, Tafsîr al-Mishbâh, Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2000, cet. ke-2.

________________, Wawasan al-Qur`an, Bandung: Penerbit Mizan, 1998, cet. ke-8.

Suwito, dkk., Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2002, cet. ke-2.

Syahrûr, Muhammad, al-Kitâb wa al-Qur`ân: Qirâ`ah Mu'âshirah, Beirut: Syirkah al-Mathbû'ah li al-Tauzî' wa al-Nasyr, 2000, cet. ke-6.

Al-Syarîf, 'Ashâm ibn Muhammad, Mukhâlafât fî Buyûtinâ, Iskandariah: Dâr al-Îmân, 2004.

Syatawî, Muhammad Rajab, al-Da’wah al-Islâmiyah, Kairo: Dâr al-Thibâ'ah al-Muhammadiyyah, 1990, cet. ke-1.

Al-Thabari, Ibn Jarîr, Jâmi’ al-Bayân fî Ta`wîl al-Qur`ân, Beirut: Dâr al- Kutub al-‘Ilmiyyah, 1999, cet. ke-3.

Al-Thabâthabâ`i, Muhammad Husain, al-Mîzân fî Tafsîr al-Qur`ân, Beirut: Mu`assasah al-A'lâmi li al-Mathbû'ât, 1972.

Thâhir, Hâmid Ahmad, Hayât al-Shahâbah, Kairo: Dâr al-Fajr li al-Turâts, 2004, cet. ke-1, h. 44.

Umar, Nasarudin, al-Qur`an dan Problem Pembangunan Karakter Bangsa, Swara Dipertais, Jum'at, 20 April 2007.

Wensinck, A.J., al-Mu'jam al-Mufahras li Alfâzh al-Hadîts al-Nabawi, Leiden: E.J Brill, 1943. Ya’qub, Hamzah, Publistik Islam: Tekhnik Dakwah dan Leadership, Bandung: CV. Diponegoro, 1981, cet. ke-2.

Zaidân, 'Abd al-Karîm, Ushûl al-Da’wah, Beirut: Mu`assasah al-Risâlah, 2001 M, cet. ke-9.

Al-Zamakhsyari, Tafsîr al-Kasysyâf, Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1995 M, cet. ke-1.

Al-Zuhaili, Wahbah, Tafsîr al-Munîr, Beirut: Dâr al-Fikr al-Mu’âshir, 1998.

Majalah Islam Sabili, edisi no. 21 th. XIII 4 Mei 2006.

Situs Kaum Kiri Indonesia, http://www.rumahkiri.org.

Wikipedia Indonesia,

Berbahasa Indonesia, http://id.wikipedia.org, Front Pembela Islam.

Ensiklopedia

Bebas

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fatkhurozi T.T. Lahir : Tegal, 25 Januari 1977

Alamat : Jl. H. Zaenuddin Dalam No. 82 A Gandaria Utara Jakarta Selatan

Alamat Asal

: Desa Kedungkelor Rt. 06 Rw. 05 Warureja Tegal

Keluarga :

a. Ayah

c. Ayah Mertua

: Amiruddin

d. Istri

: Nofita Satriani, S.Kom

e. Anak

: Amalia Nabila Az-Zahra

Maulana Faiz Rahmat Abdullah

f. Saudara

: Muflihah

Musyarofah, S.Pd Umi Kulsum, S.Sos

Riwayat Pendidikan:

Sekolah Dasar Negeri Kedungkelor 02 (1983-1989) Madrasah Tsanawiyah Negeri Pemalang (1989-1992) Madrasah Aliyah Negeri Yogyakarta I (Program Khusus) (1992-1995) Jurusan Tafsir Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kairo (1996-2000) Konsentrasi

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2003-sekarang)

Tafsir-Hadis

Sekolah

Pengalaman Kerja:

Penerjemah Di Lembaga Gazirah Abdi Ummah (2001) Staf Pengajar Bahasa Arab Di Lembaga Bahasa Arabic Super Learning Jakarta (2001-2002) Staf Pengajar Sekolah Bahasa (SEBASA) Polri (2002) Koordinator Program Bahasa Arab Di Lembaga Pendidikan Profesi Insan Institute Jakarta (2002-2003) Tenaga

Masyarakat Departemen Pendidikan Nasional (2004) Direktur Najma Center (2005-sekarang)

Honorer

Direktorat

Pendidikan

Karya-karya:

Modul "Arabic For Beginner" (Diajarkan di Lembaga Pendidikan Profesi Insan Institute Jakarta) Modul "Arabic Conversation" Terjemah Buku "Majâlis al-Shâlihîn" (Diterbitkan oleh Maghfirah Pustaka dengan judul "Sumber Inspirasi Orang-orang Saleh", 2006) Terjemah Kitab Tafsîr Adhwâ` al-Bayân fî Idhâh al-Qur`ân bi al Qur`ân (Diterbitkan oleh Pustaka Azzam, 2006) Terjemah Buku "100 Mauqif Buthûlî li al-Nisâ`" (Diterbitkan oleh Maghfirah Pustaka dengan judul "Ketika Wanita Lebih Utama Dari Pria", 2005) Terjemah Buku "Durûs al-Masjid fî Ramadhân" (Diterbitkan oleh Maghfirah Pustaka dengan judul "Ramadhankan Hidupmu", 2005)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan ajaran-ajaran agama Islam, secara umum umat Islam terbagi menjadi dua golongan: golongan yang melaksanakannya dan golongan

yang tidak melaksanakannya. Adanya sebagian umat Islam yang tidak melaksanakan ajaran-ajaran agamanya itu bisa disebabkan karena ketidaktahuan mereka akan ajaran-ajaran tersebut atau bisa juga disebabkan karena dorongan hawa nafsu mereka yang begitu kuat sehingga mereka tidak mampu lagi untuk membendungnya, meskipun

sebenarnya mereka telah mengetahui. 1 Fenomena seperti ini bukan hanya ada di kalangan umat Islam saja,

melainkan juga di kalangan umat-umat sebelumnya. Kisah Bani Isra`il yang telah melanggar aturan Allah untuk tidak bekerja pada hari Sabtu, merupakan bukti

Diriwayatkan bahwa sekelompok orang dari Bani Isra`il tidak menaati perintah Allah untuk tidak bekerja pada hari Sabtu, lalu mereka tidak mengindahkan nasehat sekelompok orang lainnya agar tidak melakukan perbuatan tersebut, maka pada saat itulah Allah menyelamatkan orang-orang yang telah mencegah dari kemungkaran dan menimpakan adzab yang pedih kepada orang-orang yang

yang memperkuat

pernyataan

tersebut.

1 'Abd al-Karîm Zaidân, Ushûl al-Da’wah, (Beirut: Mu`assasah al-Risâlah, 2001 M), cet. ke-9, h. 173.

melanggar perintah-Nya. 2 Kisah ini telah disebutkan Allah Swt. dalam Q.S. al-A'râf (7): 165.

Fenomena pelanggaran terhadap ajaran-ajaran Allah di muka bumi akan tetap ada hingga datangnya hari Kiamat, dan hal ini sangat terkait dengan upaya Iblis beserta bala tentaranya untuk memalingkan manusia dari al-shirâth al-mustaqîm (jalan yang lurus) dengan menggunakan berbagai

macam cara. 3 Di satu sisi, sebagai makhluk yang telah diciptakan Allah, manusia dituntut untuk menghambakan diri kepada-Nya, melaksanakan

ajaran-ajaran agama-Nya secara keseluruhan, serta tidak mengikuti jejak langkah setan. 4 Untuk menghindari terjadinya gap antara realita (adanya

sebagian umat Islam yang tidak melaksanakan ajaran-ajaran agama mereka) dan idealita (keharusan melaksanakan ajaran-ajaran agama Allah) ini di kalangan kaum Muslimin, Islam pun menetapkan satu sistem pengontrol (control system) yang dinamakan dengan al-amr bi al-ma'rûf wa al-nahy 'an

al-munkar 5 . Menurut Muhammad Rasyîd Ridhâ, kedudukan amar makruf nahi

mungkar sebagai control system dalam Islam sangat terkait dengan perannya dalam mencegah terjadinya pelanggaran terhadap ajaran-ajaran Islam yang dilakukan oleh umat Islam itu sendiri, baik dengan meninggalkan perintah-

2 Ibn Jarîr al-Thabari, Jâmi' al-Bayân fî Ta`wîl al-Qur`ân, (Beirut: Dâr al-Kutub al- 'Ilmiyyah, 1999), cet. ke-3, jilid 6, h. 100. 3 Q.S. al-A'râf (7): 16-17. 4 Q.S. al-Baqarah (2): 208.

5 Di Indonesia, al-amr bi al-ma'rûf wa al-nahy 'an al-munkar sudah popular dengan ungkapan amar makruf nahi mungkar. (Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Kamus Besar Bahasa Indonesia , [Jakarta: Balai Pustaka, 1988], cet. ke-1, h. 26.) Ia merupakan sebuah istilah dalam bahasa Arab yang sudah dapat dianggap sebagai istilah dalam bahasa Indonesia sehingga ia tidak perlu ditransliterasikan. (Lihat Suwito, dkk., Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi , [Jakarta: UIN Jakarta Press, 2002], cet. ke-

2, h. 48.) Oleh karena itu, maka pada penyebutan berikutnya penulis cukup menggunakan ungkapan amar makruf nahi mungkar yang tidak ditulis miring.

perintah Allah Swt. maupun dengan melakukan larangan-larangan-Nya. Dengan sistem ini, diharapkan seluruh umat Islam akan berpegang teguh pada ajaran-ajaran agama mereka. Sebab, ketika mereka hendak ataupun telah melanggar salah satu dari ajaran-ajaran Islam, mereka akan dikembalikan oleh sistem amar makruf nahi mungkar kepada ajaran tersebut. Sebagai contoh, salah satu dari ajaran Islam adalah persatuan antar umat Islam sebagaimana dijelaskan oleh Allah Swt. dalam Q.S. Âli ‘Imrân (2): 103, dan untuk menopang serta menjaga persatuan tersebut, Allah telah memerintahkan kepada umat Islam untuk melaksanakan amar makruf nahi mungkar, sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Âli ‘Imrân (3): 104, sehingga jika ada sebagian umat Islam yang melakukan perbuatan yang dapat memecah persatuan di antara mereka, maka sebagian umat Islam lainnya

akan mencegah mereka dari perbuatan tersebut. 6 Sebagai control system dalam Islam, amar makruf nahi mungkar telah

mendapat perhatian serius, baik oleh al-Qur`an maupun hadis Nabi Saw.. Tidak sedikit ayat al-Qur`an ataupun hadis yang menyebutkan secara tegas permasalahan amar makruf nahi mungkar ini, bahkan pada sebagian ayat, amar makruf nahi mungkar dikaitkan dengan aspek keimanan kepada Allah Swt. yang merupakan pondasi utama bagi "bangunan" Islam, seperti pada Q.S. Âli ‘Imrân (4): 110 dan Q.S. al-Taubah (9): 71. Dari sinilah, amar makruf nahi mungkar pun menjadi perhatian serius para ulama, dari dulu hingga sekarang.

Amar makruf nahi mungkar merupakan satu amaliah yang telah disepakati kewajibannya oleh para ulama, meskipun mereka berbeda pendapat apakah termasuk fardhu ‘ain ataukah fardhu kifâyah. Sebagian

6 Muhammad Rasyîd Ridhâ, Tafsîr al-Manâr, (Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1999), cet. ke-1, jilid 4, h. 22.

ulama berpendapat bahwa hukum amar makruf nahi mungkar adalah fardhu ‘ain karena huruf min pada Q.S. Âli ‘Imrân (3): 104 adalah min bayâniyyah (sebagai penjelas saja) sehingga makna dari ayat tersebut adalah: “Dan hendaklah kalian semua menjadi umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar”, sedangkan sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa hukumnya adalah fardhu kifayâh karena huruf min pada ayat tersebut adalah min li al-tab’îd (menunjukkan arti sebagian) sehingga makna dari ayat tersebut adalah sebagai berikut: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah

dari yang mungkar.” 7 Pendapat mengenai wajibnya amar makruf nahi mungkar ini tidak

hanya di kalangan ulama Ahlus Sunnah saja, melainkan juga di kalangan ulama-ulama lainnya. Bahkan ulama Mu'tazilah menjadikan amar makruf nahi mungkar sebagai salah satu dari lima pilar utama dalam agama (al-ushûl al-khamsah ). Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan mereka mengenai wajibnya hukum amar makruf nahi mungkar. Perbedaan hanyalah mengenai apakah kewajiban amar makruf nahi mungkar itu diketahui melalui akal ataukah wahyu. Abû 'Ali berpendapat bahwa kewajiban tersebut dapat diketahui melalui akal dan wahyu, sementara Abû Hâsyim berpendapat bahwa kewajiban tersebut hanya dapat diketahui melalui wahyu kecuali hanya dalam satu kondisi, yaitu ketika ada kezhaliman yang dilakukan

seseorang terhadap orang lainnya. 8 Dalam pandangan ulama Mu'tazilah, tujuan diwajibkannya amar makruf nahi mungkar adalah agar hal-hal yang

7 Sulaimân ibn Qâsim al-‘Îd, al-Amr bi al-Ma'rûf wa al-Nahy ‘an al-Munkar, (Riyadh: Dâr al-Wathan Li al-Nasyr, 2000), cet. ke-1, h. 10-11.

8 'Abd al-Jabbâr ibn Ahmad, Syarh al-Ushûl al-Khamsah, tahqîq: Dr. 'Abd al- Karîm Utsman, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1996), cet. ke-3, h. 142.

makruf tidak disia-siakan (ditinggalkan) dan agar hal-hal yang mungkar tidak

dilakukan. 9 Amar makruf nahi mungkar merupakan tugas mulia yang memiliki

peran besar dalam mempertahankan khairiyyah yang telah disandang oleh umat Islam, dimana mereka akan tetap menjadi umat yang terbaik selama mereka menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, sebagaimana ditegaskan oleh Allah Swt. dalam Q.S. Âli ‘Imrân (3): 110. Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa umat Islam merupakan umat terbaik,

dimana salah satu faktor yang menyebabkan mereka menjadi umat yang terbaik adalah karena mereka mau melaksanakan amar makruf nahi mungkar.

Dengan amar makruf nahi mungkar pula, umat Islam dapat menjadi umat yang beruntung, seperti yang disinyalir dalam Q.S. Âli ‘Imrân (3): 104. Keberuntungan yang mereka peroleh itu sesuai dengan tugas berat yang mereka emban. Sebagaimana diketahui, tugas mengajak kepada kebaikan, menyuruh yang makruf dan mencegah yang mungkar bukanlah tugas yang mudah atau ringan. Karena itu, ketika menafsirkan ayat ini, Sayyid Quthb menegaskan bahwa di antara umat Islam harus ada sekelompok orang yang memiliki keimanan yang kuat kepada Allah dan rasa persaudaraan yang tinggi, yang dengannya mereka dapat menjalankan tugas yang berat tersebut dengan baik. Hal ini disebabkan karena ketika menjalankan tugas tersebut, seseorang pasti akan dihadapkan pada berbagai tantangan, serta kepentingan

dan ambisi sebagian orang. 10

9 'Abd al-Jabbâr bin Ahmad, Syarh al-Ushûl al-Khamsah, h. 741. 10 Lihat Sayyid Quthb, Fî Zhilâl al-Qur`ân, (Kairo: Dâr al-Syurûq, 1992), jilid 1, cet. ke-17, h. 444.

Dari pemahaman terhadap kedua ayat di atas, dapat difahami secara mafhûm mukhâlafah bahwa jika umat Islam mengabaikan amar makruf nahi mungkar maka mereka tidak dapat lagi menjadi umat yang terbaik dan juga umat yang beruntung, bahkan mereka dapat menjadi umat yang terpuruk dan dilaknat oleh Allah Swt., seperti yang dialami oleh Bani Isra`il. Dalam al- Qur`an, Allah menegaskan bahwa orang-orang kafir dari Bani Isra`il dilaknat dengan lisan Daud dan ‘Isa putera Maryam. Yang demikian itu disebabkan karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain

selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Tetapi di balik kemuliaan dan kedudukannya itu, amar makruf nahi

mungkar bukanlah tugas yang mudah atau ringan. Oleh karena itu, terlepas dari perdebatan apakah hukum amar makruf nahi mungkar itu fardhu ‘ain ataukah fardhu kifâyah, pada hakekatnya semua ulama sepakat bahwa harus ada sekelompok orang di antara umat Islam yang mau menekuni bidang amar

makruf nahi mungkar ini. 12 Hal ini tidak lain adalah karena dalam menegakkan amar makruf nahi

mungkar dibutuhkan adanya keberanian dan keteguhan hati. Selain itu, untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, pelaku amar makruf nahi mungkar harus mengenal keadaan orang atau obyek yang menjadi sasaran dari amaliah amar makruf nahi mungkar tersebut. Sebab pada hakekatnya, amar

11 Q.S. al-Mâ`idah (5): 78-79. 12 'Abd al-Karîm al-Khathîb, al-Tafsîr al-Qur`âni li al-Qur`ân, (Dâr al-Fikr al- ‘Arabi, t.th.), kitab ke-2, h. 542. Ketika menafsirkan firman Allah dalam Q.S. Âli ‘Imrân (3):

104, Ibn Katsîr menjelaskan: “Maksud dari ayat ini adalah bahwa harus ada sekelompok orang dari umat ini yang menekuni urusan tersebut (amar makruf nahi mungkar), meskipun amar makruf nahi mungkar itu adalah wajib bagi setiap orang, sesuai dengan kemampuannya masing-masing.” (Lihat Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, [Beirut: al- Maktabah al-‘Ashriyyah, 2002], jilid 1, h. 342.

makruf nahi mungkar adalah bagian dari dakwah 13 , sedangkan keberhasilan dakwah sangat bergantung pada kemampuan dâ’i (seorang juru dakwah) dalam mengenal mad’û (sasaran atau obyek dakwah) beserta media dan seluruh komponen dakwah lainnya. Seorang dâ’i yang mengabaikan salah satu dari komponen dakwah tersebut tidak mungkin mendapatkan hasil yang maksimal dari kegiatannya. Kegiatan dakwah dapat berakhir dengan kegagalan, jika dakwah itu dilaksanakan dengan tanpa mempelajari keadaan

mad’û 14 yang dihadapi.

Dari sini, maka dapat difahami bahwa harus ada sekelompok orang yang memfokuskan perhatiannya pada tugas amar makruf nahi mungkar. Mereka adalah para pengemban amar makruf nahi mungkar yang memiliki sejumlah karakteristik yang dapat mendukung terlaksananya tugas mulia tersebut.

karakteristik-karakteristik pengemban amar makruf nahi mungkar ini sangat penting untuk diketahui karena hal itu dapat menjadi acuan bagi orang-orang yang ingin mengemban tugas amar makruf nahi mungkar serta menegakkannya di bumi Allah ini. Atas dasar inilah, maka penulis merasa tertarik untuk mengeskplorasi ayat-ayat yang berkaitan dengan karakteristik pengemban amar makruf nahi mungkar, sehingga akan diperoleh solusi al-Qur`an mengenai karakteristik pengemban amar makruf nahi mungkar tersebut.

13 M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Paramadina, 2002), cet. ke-2, h. 623.

14 Hamzah Ya’qub, Publistik Islam: Tekhnik Dakwah dan Leadership, (Bandung: CV. Diponegoro, 1981), cet. ke-2, h. 32.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Dalam kaitannya dengan tema amar makruf nahi mungkar, ada sejumlah masalah yang dapat diidentifikasi, di antaranya:

1. Konsep amar makruf nahi mungkar menurut al-Qur`an.

2. Wawasan amar makruf nahi mungkar dalam al-Qur`an yang meliputi pengertian dan ruang lingkupnya serta hal-hal apa saja yang tergolong makruf dan hal-hal apa saja yang tergolong mungkar pada masa

sekarang ini.

3. Hukum amar makruf nahi mungkar.

4. Pelaku amar makruf nahi mungkar atau siapa saja yang memiliki otoritas untuk melakukannya?

5. Cara-cara melakukan amar makruf dan cara-cara melakukan nahi mungkar.

6. Apakah ayat-ayat amar makruf nahi mungkar lebih menekankan aspek amar makruf ataukah nahi mungkar?

7. Karakteristik pengemban amar makruf nahi mungkar menurut al- Qur`an.

8. Apakah organisasi-organisasi massa atau kelompok-kelompok yang mengemban tugas amar makruf nahi mungkar pada masa sekarang ini sudah memperhatikan karakteristik-karakteristik tersebut?

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis akan membatasi permasalahan yang dibahas dalam tesis ini pada aspek wawasan amar makruf nahi mungkar serta karakteristik-karakteristik pengembannya menurut al- Qur`an. Pembahasan mengenai wawasan amar makruf nahi mungkar dirasa penting karena makruf dan mungkar merupakan dua hal yang sangat terkait dengan aspek waktu. Oleh karena itu, maka diperlukan adanya penjelasan Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis akan membatasi permasalahan yang dibahas dalam tesis ini pada aspek wawasan amar makruf nahi mungkar serta karakteristik-karakteristik pengembannya menurut al- Qur`an. Pembahasan mengenai wawasan amar makruf nahi mungkar dirasa penting karena makruf dan mungkar merupakan dua hal yang sangat terkait dengan aspek waktu. Oleh karena itu, maka diperlukan adanya penjelasan

Pembahasan mengenai karakteristik pengemban amar makruf nahi mungkar juga dianggap penting karena amar makruf nahi mungkar bukanlah tugas yang mudah atau ringan, seperti yang telah dijelaskan di atas. Untuk itu, diperlukan adanya sekelompok orang yang memfokuskan perhatiannya

pada tugas amar makruf nahi mungkar ini, yaitu sekelompok orang yang memiliki

dapat mendukung terlaksananya tugas mereka dengan baik. Penulis berharap penjelasan mengenai hal-hal yang merupakan karakteristik pengemban amar makruf nahi mungkar dapat dijadikan panduan bagi orang-orang yang ingin mengemban tugas mulia tersebut.

Selanjutnya, untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan yang akan diteliti dan agar tidak menimbulkan persepsi yang berbeda dengan maksud penulis, maka secara terperinci permasalahannya akan dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa definisi amar makruf nahi mungkar menurut al-Qur`an, serta hal- hal apa saja yang tergolong makruf dan hal-hal apa saja yang tergolong mungkar pada masa sekarang ini?

2. Siapa saja yang memiliki otoritas melakukan amar makruf nahi mungkar dan sejauhmana otoritas masing-masing?

3. Apa saja karakteristik pengemban amar makruf nahi mungkar menurut al-Qur`an dan bagaimana implikasinya terhadap kehidupan bermasyarakat?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis menentukan beberapa tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1- Menjelaskan definisi amar makruf nahi mungkar sesuai dengan kandungan ayat-ayat al-Qur`an, serta hal-hal apa saja yang tergolong makruf dan hal-hal apa saja yang tergolong mungkar pada masa sekarang ini.

2- Menjelaskan tentang siapa saja yang menjadi pelaku amar makruf nahi mungkar dan sejauhmana wewenang masing-masing.

3- Mengungkap karakteristik-karakteristik pengemban amar makruf nahi mungkar yang dijelaskan di dalam al-Qur`an serta implikasinya terhadap kehidupan bermasyarakat.

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1- Dapat menambah wawasan pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi kaum Muslimin pada umumnya serta dapat memberikan sumbangan keilmuan terutama dalam bidang tafsir dan dakwah.

2- Memberikan informasi dan motivasi bagi orang-orang yang ingin mengemban tugas amar makruf nahi mungkar dan ingin mewujudkan karakteristik-karakteristik tersebut di dalam dirinya.

3- Dapat menjadi bahan kajian yang berguna bagi peneliti-peneliti selanjutnya dan siapa saja yang berminat mengkaji tentang amar makruf nahi mungkar sehingga pada gilirannya dapat bermanfaat bagi dinamika kehidupan masyarakat di masa-masa mendatang.

D. Kajian Pustaka

Berdasarkan pengamatan penulis terhadap literatur-literatur yang ada hingga saat ini, belum ada penelitian ilmiah yang secara khusus mengkaji masalah karakteristik pengemban amar makruf nahi mungkar dalam perspektif al-Qur`an. Adapun kajian tentang amar makruf nahi mungkar secara umum, penulis menemukan buku karya Ibn Taimiyyah yang berjudul al-Amr bi al-Ma'rûf wa al-Nahy 'An al-Munkar. Dalam buku tersebut, di samping Ibn Taimiyyah membahas pengertian amar makruf nahi mungkar

dan hukumnya, ia juga membahas syarat-syarat yang harus dipenuhi seseorang dalam menegakkan amar makruf nahi mungkar, di antaranya adalah: amar makruf nahi mungkar harus dilakukan dengan menggunakan ilmu karena suatu amal tidak dianggap shaleh bila dilakukan tanpa ilmu, harus berdasarkan jalan yang lurus (al-shirât al-mustaqîm), harus dilakukan

dengan lemah lembut, serta harus dengan santun dan sabar. 15 Menurut Ibn Taimiyyah, pemahaman yang baik, kesabaran, serta sifat

santun dan lemah lembut harus dimiliki oleh orang yang terjun ke bidang amar makruf nahi mungkar terhadap masyarakat. Begitu pula sifat berani dalam membela kebenaran tidak boleh tidak harus dimilikinya juga. Dengan modal ini, perintah dan larangan bisa diharapkan mencapai sasaran dan tujuannya. Yang dimaksud dengan keberanian di sini bukanlah kekuatan fisik atau ketegaran otot, tetapi keberanian hati dan kekuatan jiwa yang bersumber dari kepercayaan dan keyakinan yang penuh kepada Allah.

Dalam kaitannya dengan syarat-syarat dan sifat-sifat tersebut, Ibn Taimiyyah mengatagorikan orang-orang yang melakukan amar makruf nahi

15 Ibn Taimiyyah, al-Amr bi al-Ma'rûf wa al-Nahy 'An al-Munkar (diterjemahkan dengan judul: Amar Ma'ruf Nahi Munkar – Mengajak Kepada Kebaikan dan Mencegah

Keburukan), (Jakarta: Penerbit Aras Pustaka, 1999), cet. ke-1, h. 25.

mungkar dengan lisan atau tangan secara membabi buta tanpa mengerti persoalan, tanpa sopan santun, tanpa kesabaran dan memperhatikan yang berguna dan yang tidak, sebagai orang-orang yang melakukan amar makruf

nahi mungkar dengan keliru. 16 Meskipun Ibn Taimiyyah membahas hal-hal tersebut, akan tetapi apa yang disampaikannya itu berbeda dengan apa yang

akan dibahas dalam tesis ini, karena yang menjadi masalah utama dalam tesis ini adalah bagaimana karakteristik pengemban amar makruf nahi mungkar menurut perspektif al-Qur`an, dan hal itu sama sekali belum dibahas dalam buku karya Ibn Taimiyyah tersebut.

Penulis juga menemukan buku karya Shâlih ibn 'Abdullâh Darwis yang berjudul al-Amr bi al-Ma'rûf wa al-Nahyu ‘An al-Munkar wa Wâqi’ al- Muslimîn al-Yaum . Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Konsep Amar Ma'ruf Nahi Munkar dan Realisasinya di Dunia Modern yang diterbitkan oleh Pedoman Ilmu. Di samping menjelaskan pengertian dan hukum amar makruf nahi mungkar, buku ini juga membahas tentang pentingnya amar makruf nahi mungkar menurut nash-nash syariat dan pentingnya amar makruf nahi mungkar menurut para ulama. Di antara urgensi amar makruf nahi mungkar menurut nash-nash syariat yang dijelaskan dalam buku tersebut adalah pentingnya amar makruf nahi mungkar