karena didorong atas kebutuhan rumah tangga atau desakan untuk membayar hutang dan membiayai kegiatan usahatani selanjutnya membuat posisi tawar
petani semakin lemah. Petani memilih menjual biji kopi kepada Pedagang Pengumpul daripada
menjual langsung ke pasar dikarenakan biaya transportasi yang mahal dan sarana pengangkutan yang tidak memadai. Desa Simpang Banyak Julu tidak memiliki
pasar atau pekan raya maka pasar Kotanopan adalah pasar terdekat dimana petani dapat menjual biji kopi. Pasar Kotanopan terletak di Kecamatan Kotanopan yang
berjarak 50 km dari Desa Simpang Banyak Julu. Upah pengangkutan biji kopi dari areal perkebunan ke wilayah pemukiman Desa Simpang Banyak Julu adalah
Rp 20.000,00karung dimana 1 karung dapat memuat 40-50 kg buah kopi. Biaya transportasi untuk membawa biji kopi dari Desa Simpang Banyak Julu menuju
pasar Kotanopan adalah Rp 30.000,00 sd Rp 50.000,00. Harga jual biji kopi di Pasar Kotanopan adalah Rp 9.000,00kg sd Rp 10.000,00kg sedangkan harga
jual yang ditawarkan Pedagang Pengumpul di Desa Simpang Banyak Julu adalah Rp 8.000kg sd Rp 9.000,00kg.
10. Akses pasar
Petani menjual biji kopi Mandailing kepada Pedagang Pengumpul di Desa Simpang Banyak Julu. Pedagang Pengumpul ini kemudian menjual biji kopi
tersebut kepada para Pedagang Besar. Pedagang Besar ini beralamat di Siborong- borong, Kabupaten Tapanuli Utara namun sekali dalam sebulan Pedagang Besar
datang ke Desa Simpang Banyak Julu untuk membeli biji kopi. Kemudian biji kopi akan dikirim kepada eksportir di Medan untuk selanjutnya diekspor ke luar
negeri.
Universitas Sumatera Utara
Jalan dari areal perkebunan menuju Desa Simpang Banyak Julu merupakan jalan setapak dan menanjak tetapi dari Desa Simpang Banyak Julu
menuju pasar Kotanopan sebagian besar sudah diaspal dan dapat dilalui kendaran beroda dua dan beroda empat. Sarana pengangkutan umum dari dan menuju
Desa Simpang Banyak Julu masih terbatas. Hanya ada satu angkutan umum yang melintasi Desa Simpang Banyak Julu menuju pasar Kotanopan pada pagi hari dan
sore hari. Adapun jarak dari Desa Simpang Banyak Julu ke pasar terdekat yaitu pasar Kecamatan Kotanopan sekitar 50 km yang dapat ditempuh selama 1 jam
menggunakan kendaraan bermotor. Setelah mengidentifikasi faktor eksternal apakah termasuk peluang atau
ancaman Lampiran 7, maka dilakukan pembobotan untuk mengetahui nilai penting faktor tersebut dalam pengembangan Kopi Mandailing. Skor, pembobotan
dan skor terbobot masing-masing tersebut dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 8. Tabel EFAS
Faktor Eksternal Skor
Bobot Skor
Terbobot PELUANG
1. Permintaan kopi Mandailing 2,50
0,09 0,23
2. Tenaga Pendamping Penyuluh Pertanian 2,10
0,09 0,19
3. Sarana Pendukung dan Infrastruktur 2,15
0,12 0,26
4. Sumber Daya Manusia 2,15
0,06 0,13
5. Posisi Tawar 2,25
0,07 0,16
6. Akses Pasar 3,00
0,07 0,21
Total Peluang 14,15
0,50 1,18
ANCAMAN 1. Harga input rata-rata diterima petani
1,50 0,10
0,15 2. Harga jual kopi Mandailing di tingkat
Petani 1,15 0,14 0,16
3. Lembaga Pendukung Permodalan 1,00
0,11 0,11
4. Bantuan Pemerintah 1,95
0,15 0,29
Total Ancaman 5,60
0,50 0,71
Total Peluang + Ancaman 19,75
1,00 1,89
Selisih Total Peluang - Total Ancaman 8,55
0,47 Sumber : Lampiran 4 dan 9, 2013
Universitas Sumatera Utara
Faktor eksternal peluang Permintaan kopi Mandailing memiliki nilai skor 2,50 dan bobot 0,09 yang berarti kondisi eksisting permintaan kopi Mandailing
baik dan dianggap cukup penting oleh petani. Faktor eksternal peluang tenaga pendamping Penyuluh Pertanian
memiliki nilai skor rendah yaitu 2,10 dan bobot 0,09 yang berarti kondisi eksisting tenaga pendamping Penyuluh Pertanian kurang baik tetapi dianggap
cukup penting oleh petani. Petani membutuhkan Penyuluh Pertanian khusus tanaman kopi yang dapat membina para petani dan memberikan penyuluhan
secara rutin dan berkelanjutan. Faktor eksternal peluang sarana pendukung dan infrastruktur memiliki
nilai skor cukup rendah 2,15 dan bobot cukup tinggi 0,12. Ini artinya kondisi sarana pendukung dan infrastruktur kurang baik namun dianggap penting oleh
petani. Sarana transportasi umum masih belum memadai tetapi kondisi jalan sudah beraspal ditambah dengan adanya rencana pembangunan jalan alternatif
yang menghubungkan Kecamatan Ulu Pungkut dengan Provinsi Sumatera Barat. Faktor eksternal peluang tenaga kerja yang digunakan memiliki skor 2,15
dan nilai bobot paling rendah jika dibandingkan dengan bobot faktor eksternal lainnya yaitu 0,06. Hal ini menunjukkan kondisi tenaga kerja yang digunakan
kurang baik dan dianggap kurang penting oleh petani. Faktor eksternal peluang posisi tawar memiliki skor 2,25 dan nilai bobot
0,07 yang artinya kondisi posisi tawar petani kurang baik dan dianggap kurang penting oleh petani. Hal ini dapat disebabkan usahatani kopi Mandailing yang
dimiliki petani belum berpola agribisnis dan minimnya informasi pasar di Desa Simpang Banyak Julu.
Universitas Sumatera Utara
Faktor eksternal peluang akses pasar memiliki skor cukup tinggi yaitu 3,00 namun nilai bobot rendah yaitu 0,07. Ini menunjukkan kondisi akses pasar baik
namun dianggap kurang penting oleh petani. Pasar terdekat berjarak 50km yang dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor selama satu jam dimana kondisi jalan
beraspal namun rawan longsor di musim hujan. Akses pasar dianggap kurang penting oleh petani disebabkan petani biasanya menjual biji kopi kepada
Pedagang Pengumpul yang tinggal di Desa Simpang Banyak Julu, bukan ke pasar kecamatan.
Faktor eksternal ancaman harga input rata-rata diterima petani memiliki skor 1,50 dan nilai bobot 0,10 yang artinya harga input usahatani bibit, pupuk,
pestisida dan obat-obatan rata-rata yang diterima petani kurang baik tetapi dianggap penting oleh petani. Petani mengetahui pentingnya penggunaan input
usahatani sesuai rekomendasi waktu dan dosis namun harganya yang mahal menyebabkan penggunaan jumlah input usahatani tidak sesuai dengan
rekomendasi. Faktor eksternal ancaman harga jual kopi Mandailing di tingkat petani
memiliki skor 1,15 dan bobot 0,14. Ini artinya kondisi harga jual biji kopi Mandailing di tingkat petani kurang baik tetapi faktor ini dianggap sangat penting
oleh petani. Rendahnya harga jual kopi di tingkat petani salah satunya dapat disebabkan oleh posisi tawar petani yang lemah.
Faktor eksternal ancaman lembaga pendukung permodalan memiliki nilai skor paling rendah diantara faktor eksternal lainnya yaitu 1,00 dan nilai bobot
0,11. Ini menunjukkan kondisi eksisting lembaga pendukung permodalan kurang baik tetapi faktor ini dianggap penting oleh petani. Keterbatasan modal yang
Universitas Sumatera Utara
dimiliki petani menyebabkan petani sangat membutuhkan keberadaan lembaga pendukung permodalan namun di Desa Simpang Banyak Julu tidak ada terdapat
lembaga pendukung permodalan. Faktor eksternal ancaman bantuan pemerintah memiliki skor 1,95 dan
nilai bobot paling tinggi dibandingkan faktor eksternal lainnya. Ini menunjukkan kondisi bantuan pemerintah kurang baik tetapi petani menganggap bantuan
pemerintah sangat penting dalam pengembangan kopi Mandailing. Total skor terbobot peluang adalah sebesar 1,27 dimana nilai ini lebih
besar jika dibandingkan dengan total skor terbobot faktor ancaman yaitu sebesar 0,71. Selisih skor terbobot faktor peluang dengan faktor ancaman adalah sebesar
0,47. Selisih skor terbobot faktor eksternal ini merupakan nilai y, yang akan menentukan posisi pengembangan kopi Mandailing dalam matriks posisi SWOT.
5. 2. Strategi Pengembangan Kopi Mandailing