Strategi Pengembangan Usahatani Kopi Samosir

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI KOPI SAMOSIR (Coffeea arabica)

(Studi kasus : Desa Tamba Dolok, Kecamatan Sitio-tio, Kabupaten Samosir)

SKRIPSI

OLEH :

BOIMAN GULTOM 090304079 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(Studi kasus : Desa Tamba Dolok, Kecamatan Sitio-tio, Kabupaten Samosir)

SKRIPSI

OLEH :

BOIMAN GULTOM 090304079 AGRIBISNIS

Skripsi Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Thomson Sebayang, MT) (HM. Mozart B. Darus, M.Sc)

NIP. 19571115198611001 NIP. 196405051994032002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

BOIMAN GULTOM (090304079) dengan judul Strategi Pengembangan Usahatani Kopi Arabika (Studi Kasus : Desa Tamba Dolok Kecamatan Sitio-tio Kabupaten Samosir). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Thomson Sebayang, MTdan Bapak HM. Mozart B. Darus, M.Sc

Salah satu komoditas unggulan subsektor perkebunan di kabupaten Samosir adalah komoditas kopi namun kenyataan menunjukkan bahwa terjadi penurunan produksi dari tahun ke tahun.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasi strategi pengembangan usahatani kopi Arabika di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah secara purposive, dalam hal ini daerah penelitian dipilih di desa Tamba Dolok kecamatan Sito-tio kabupaten Samosir dan sampel dipilih sebanyak 70 orang berdasarkan pertimbangan tertentu. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis SWOT.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa alternatif strategi yang diformulasi dalam rangka pengembangan usahatani kopi Arabika di daerah penelitian adalah strategi defensif (Defensive strategic)


(4)

pada tanggal 17 November 1991 anak dari Bapak G Gultom dan Ibu M Tamba Spd. Penulis merupakan anak ke empat dari enam bersaudara

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar Negeri 1 Cinta Maju kabupaten Samosir dan tamat tahun 2003.

2. Tahun 2003 masuk Sekolah Menegah Pertama Swasta Budi Mulia Pangururan kabupaten Samosir dan tamat tahun 2006

3. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pangururan kabupaten Samosir dan tamat tahun 2009

4. Tahun 2009 Menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

5. Bulan Agustus 2013 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Pantai Cermin Kanan Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

6. Bulan Januari 2014 melakukan penelitian skiripsi di desa Tamba Dolok kecamatan Sitio-tio kabupaten Samosir


(5)

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan kasih Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Judul skripsi ini adalah : “STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI KOPI ARABIKA” (Studi kasus Desa Tamba Dolok, Kecamatan Sitio-tio, Kabupaten Samosir). Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini pertama penulis mengucapkan terima kasih kepada Kedua Orangtua yaitu Bapak G Gultom dan Ibu M Tamba Spd yang telah membesarkan penulis, memberikan nasihat, didikan, pengorbanan, dan dukungan baik secara meteri maupun doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Abang dan Kakak dan Adek penulis atas semangat dan motivasi yang telah diberikan selama ini.

Dalam rangka penyelesaian skripsi ini secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada kedua pembimbing skripsi saya yaitu Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT, sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak HM. Mozart B. Darus, M.Sc, selaku anggota komisi pembimbing yang telah mengajari, membimbing, dan membantu mengerjakan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, M.S dan Bapak Dr Ir Satiya Negara Lubis MEc selaku ketua dan wakil ketua program studi Agribisnis FP USU.


(6)

3. Kepala Desa Tamba Dolok beserta pegawai lainnya.

4. Seluruh Responden dan Instansi yang terkait dengan penelitian ini. yang telah memberikan data kepada penulis selama penelitian

5. Rekan mahasiswa yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan dan menyusun skiripsi ini Penulis menyadari bahwa skiripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Agustus 2014 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 7

Tujuan Penelitian ... 8

Kegunaan Penelitian ... 8

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka... 9

Landasan Teori ...13

Kerangka Pemikiran ...15

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ...18

Metode Pengambilan Sampel ...19

Metode Pengumpulan Data ...20

Metode Analisis Data ...21

Definisi Dan Batasan Operasional ...24

Definisi ...24

Batasan Operasional ...25

DESKRIPSI WILAYAH DAN KARAKTERIKTISK SAMPEL Deskripsi Wilayah Penelitian ...26

Kegiatan Pengusahaan Kopi ...28

Karakteristik Petani dan Usahatani ...30

HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) dan Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Usaha tani Kopi Samosir....32


(8)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ...47 Saran ...48 DAFTAR PUSTAKA


(9)

Tabel Judul Halaman

Tabel 1 Volume dan Nilai Ekspor Kopi Arabika di Indonesia Tahun 2007-2012 .. 2 Tabel 2 Luas Areal dan Produksi Kopi Arabika Indonesia Tahun 2007- 2012….. 3 Tabel 3 Volume dan Nilai Ekspor Kopi Arabika di Provinsi Sumatera

Utara Periode 2007-201……….. 4 Tabel 4 Luas Areal Tanaman Menghasilkan dan Produksi Kopi Arabika

di Provinsi Sumatera Utara Periode 2007- 2011... 5 Tabel 5 Luas Areal Tanaman dan Produksi Kopi Arabika di Kabupaten

Samosir Periode 2007- 2011 ... 6 Tabel 6 Luas Tanaman, Produksi dan Produktivitas kopi Sumatera Utara

tahun 2011... 18 Tabel 7 Luas Tanaman Produktif, Produksi dan Produktivitas kopi Arabika

kabupaten Samosir tahun 2011... 19 Tabel 8 Luas tanaman, Produksi dan Produktivitas Kopi Arabika Kecamatan

Sitio-tio tahun 2011 ... 19 Tabel 9 Keterangan Rating Menurut Kategori ... 22 Tabel 10 Faktor Strategi ... 23 Tabel 11 Luas Lahan Tanaman Perkebunan Menurut Komoditi di Kecamatan

Sitio-tio pada Tahun 2012 ... 27 Tabel 12 Karakteristik Petani dan Usahatani Kopi ... 30 Tabel 13 Matriks Evaluasi Faktor Internal Strategi Pengembangan Usahatani

kopi kabupaten Samosir... 39 Tabel 14 Matriks evaluasi faktor eksternal sterategi pengembangan usahatani

kopi... 40 Tabel 15 Gabungan Matriks Faktor Strategi Internal - Eksternal Strategi

pengembaangan usahatani kopi kabupaten Samosir ... 40 Tabel 16 Matriks SWOT Strategi Pengembangan Usahatani... 43


(10)

No Judul Halaman

1. Skema Kerangka Pemikiran ... 17

2. Matriks posisi SWOT Pengembangan usahatani kopi ... 42


(11)

No Judul 1. Karakteristik Petani Sampel

2. Skor kekuatan yang ada di daerah penelitian 3. Skor kelemahan yang ada di daerah penelitian

4. Daftar kuisioner pengembangan usahatani kopi Samosir 5. Indikator dan parameter penilaian SWOT kopi Samosir


(12)

Usahatani Kopi Arabika (Studi Kasus : Desa Tamba Dolok Kecamatan Sitio-tio Kabupaten Samosir). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Thomson Sebayang, MTdan Bapak HM. Mozart B. Darus, M.Sc

Salah satu komoditas unggulan subsektor perkebunan di kabupaten Samosir adalah komoditas kopi namun kenyataan menunjukkan bahwa terjadi penurunan produksi dari tahun ke tahun.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasi strategi pengembangan usahatani kopi Arabika di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah secara purposive, dalam hal ini daerah penelitian dipilih di desa Tamba Dolok kecamatan Sito-tio kabupaten Samosir dan sampel dipilih sebanyak 70 orang berdasarkan pertimbangan tertentu. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis SWOT.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa alternatif strategi yang diformulasi dalam rangka pengembangan usahatani kopi Arabika di daerah penelitian adalah strategi defensif (Defensive strategic)


(13)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, hal ini dapat ditunjukkan dengan besarnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dari seluruh luas lahan yang ada di Indonesia 74,68 persen digunakan untuk pertanian.

Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mengalami pertumbuhan paling konsisten baik ditinjau dari areal maupun produksi. Salah satu komoditas unggulan dalam subsektor perkebunan adalah kopi. Kopi merupakan produk yang mempunyai peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan komoditas perkebunan yang diekspor ke pasar dunia.

Pada tahun 2012, Indonesia menempati urutan ketiga dengan kontribusi 657.000 ton sedangkan yang pertama adalah Brazil dengan kontribusi 3.049.560 ton pertahun, kedua adalah Vietnam dengan kontribusi 1.320.000 ton, keempat adalah Kolombia dengan kontribusi 480.000 ton dan urutan kelima adalah Euthiopia dengan kontribusi 390.000 ton (Anonimus, 2013).

Salah satu jenis kopi yang diekspor oleh Indonesia ialah kopi Arabika. kopi Arabika memiliki nilai jual yang sangat tinggi karena diekspor dalam kualitas bagus (Grade1)


(14)

sedangkan kopi Robusta dominan diekspor dalam kualitas sedang sampai rendah (AEKI, 2012).

Perkembangan volume dan nilai ekspor kopi Arabika indonesia pada periode 2007-2012 mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun seperti diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Kopi Arabika di Indonesia Tahun 2007-2012

Tahun Volume Ekspor (Ton) NilaiEkspor (U$)

2007 50.952.000 154.791.177.630

2008 59.735.000 207.564.131.438

2009 62.855.000 199.486.260.281

2010 78.036.000 276.933.166.202

2011 44.875.000 276.210.037.301

2012 51.606.000 306.317.289.973

Total 348.059.000,00 1.421.302.062.825

Rata 58.009.833 236.883.677.137

Sumber:Asosiasi Ekspor Kopi Indonesia, 2012

Pada Tabel 1 terlihat volume ekspor kopi Arabika Indonesia cenderung meningkat dari tahun 2007 sampai tahun 2009, namun dari tahun 2010 sampai 2012 perkembangan volume ekspor kopi cenderung menurun. Begitu juga halnya dengan nilai ekspor kopi yang berfluktuasi dari tahun ke tahun dan cenderung mengalami peningkatan. Negara tujuan ekspor kopi Arabika ini adalah USA, Jepang, Jerman, Belgia, Slovenia, Australia dan lain-lain.


(15)

Perkembangan produksi kopi Arabika Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Areal dan Produksi Kopi Arabika Indonesia Tahun 2007- 2012

Sumber :Asosiasi Ekspor Kopi Indonesia, 2012

Pada Tabel 2 diperlihatkan bahwa perkembangan luas areal kopi Arabika meningkat dari tahun ketahun dan untuk produksi kopi Arabika juga meningkat selama periode 2007-2012. Nilai ekspor kopi Arabika yang terus meningkat akan mendorong petani untuk memperluas areal pertanaman kopi agar dapat menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar.

Produksi kopi di Indonesia berpeluang meningkat beberapa tahun mendatang seiring dengan peningkatan perluasan areal penanaman kopi yang dilakukan oleh petani (Anggara dan Sri, 2011).

Menurut Departemen Pertanian Republik Indonesia Direktorat Jendral Perkebunan (2012) Pulau Sumatera merupakan penyumbang terbesar produksi kopi nasional. Penyumbang terbesar adalah Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Utara dan Aceh.Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang berpotensi untuk

Tahun Luas Areal (Ha) Total Produksi (Ton)

2007 228.931 124.098

2008 239.476 129.660

2009 281.398 147.631

2010 251.582 146.641

2011 251.753 146.761

2012 252.645 147.017

Total 1.330.002 705.259


(16)

pengembangan budidaya kopi Arabika. Perkembangan jumlah ekspor dan nilai ekspor kopi Arabika di Sumatera Utara diperlihatkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Volume dan Nilai Ekspor Kopi Arabika di Provinsi Sumatera Utara Periode 2007-2011

Tahun Volume Ekspor (Ton) Nilai Ekspor(U$)

2007 62.365 189.463.648

2008 54.430 189.130.588

2009 55.529 176.235.344

2010 61.304 217.554.857

2011 64.389 396.320.626

Total 298.017 1.168.705.063

Rata-Rata 59.603 233.741.012

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara. 2012

Pada Tabel 3 terlihat bahwa pada tahun 2008 volume ekspor Kopi Arabika menurun sebesar 7.835 ton dari tahun 2007, tetapi pada tahun 2008 sampai 2011 perkembangan jumlah ekspor kopi Arabika di Sumatera Utara cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan nilai ekspor juga cenderung meningkat dimana perkembangan nilai ekspor terbesar terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 178.765.769 U$.


(17)

Perkembangan luas areal dan produksi kopi Arabika di Sumatera Utara juga mengalami peningkatan. Keadaan ini diperlihatkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas Areal Tanaman Menghasilkan dan Produksi Kopi Arabika di Provinsi Sumatera Utara Periode 2007- 2011

Tahun Luas Areal (Ha) Total Produksi (Ton)

2007 35.017,55 42.222,57

2008 37.964,34 45.462,99

2009 39.421,55 45.482,81

2010 40.859,26 46.660,75

2011 42.153,71 46.350,85

Total

195.416,41

226.164,97

Rata-Rata 39.083,28 45.232,99

Sumber:Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, 2012

Pada Tabel 4 luas lahan tanaman menghasilkan Kopi Arabika mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan perkembangan total produksi juga mengalami peningkatan. Namun pada tahun 2011 terjadi penurunan produksi sebesar 309,9 ton.

Dari Tabel 3 dan 4 dapat dilihat jumlah ekspor, nilai ekspor dan luas areal kopi Arabika di Provinsi Sumatera Utara terus mengalami peningkatan namun pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 30.990 ton walau luas areal tetap meningkat sebesar 1294,45 ha artinya terjadi penurunan produktivitas pada tahun tersebut.

Kopi arabika merupakan komoditi unggulan Kabupaten Samosir yang sangat potensial untuk dikembangkan karena kondisi geografis Kabupaten Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi dengan ketinggian antara 700 -1.700 mdpl dengan komposisi; 700 m s/d 1.000 mdpl = ± 10 % 1.000 m s/d 1.500 mdpl = ± 25 % >


(18)

1.500 mdpl = ± 65 % merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan berbagai jenis tanaman agribisnis dan hortikultura khususnya kopi dengan syarat tumbuh 1000 mdpl (Anonimus, 2013).

Berbeda halnya dengan luas areal tanaman kopi Arabika yang cenderung meningkat produksi kopi Arabika di kabupaten Samosir dari tahun 2007 sampai tahun 2011 mengalami fluktuasi seperti di perlihatkan pada tabel berikut.

Tabel 5. Luas Areal Tanaman dan Produksi Kopi Arabika di Kabupaten Samosir Periode 2007- 2011

Tahun Luas Areal (Ha) Total Produksi (Ton)

2007 3.495 7. 495

2008 3.748 2.419

2009 3.916 2.573

2010 4.092 2.468

2011 4.175,40 2.542, 69

Total 19.426,4 17.497,69

Rata-Rata 3.885,28 3.499.538

Sumber:Samosir Dalam Angka, 2012

Dari tabel 5 dapat di ketahui bahwa Luas areal tanaman kopi arabika di Kabupaten Samosir mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai tahun 2011 namun berbeda dengan total produksi yang mengalami fluktuasi dan dari tahun 2008 sampai tahun 2011 cenderung lebih rendah dari rata-rata produksi pertahun.

Total produksi yang cenderung lebih rendah dari rata-rata total produksi tidak lepas dari masalah-masalah yang dihadapi Petani Kopi Arabika di Kabupaten Samosir seperti struktur sarana transportasi yang masih kurang memadai sehingga


(19)

menyulitkan para petani untuk memasarkan sendiri Kopi arabika yang dihasilkannya, kurangnya modal untuk memperluas lahan perkebunan atau memperluas usahatani kopi Arabika, penggunaan teknologi yang masih belum optimal untuk mengembangkan usahatani kopi Arabika.

Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan yang ada dan meningkatkan pendapatan usahatani petani secara maksimal maka perlu dikaji strategi yang tepat didalam pengembangan usahatani kopi Arabika tersebut khususnya di kabupaten Samosir mengingat komoditi kopi Arabika mempunyai peluang pasar yang baik di dalam negeri dan luar negeri.

1.2. Identifikasi masalah

Berdasarkan uraian di atas maka masalah penelitian ini di identifikasikan sebagai berikut:

1. Apa faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) usahatani kopi Arabika di daerah penelitian?

2. Apa formulasi strategi dalam pengembangan usahatani kopi Arabika di daerah penelitian?


(20)

1.3. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk menjelaskan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) usahatani kopi Arabika di daerah penelitian.

2. Untuk memformulasi strategi pengembangan usahatani kopi Arabika di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai masukan bagi petani dan pihak-pihak yang membutuhkan. 2. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

3. Bagi peneliti sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian sarjana di program studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.


(21)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Kopi adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan tumbuh dapat mencapai 12 m. daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang dan ranting-rantingnya. Tanaman kopi umumnya berasal dari benua Afrika dan bukan produk homogeny ada banyak varietas dan beberapa cara pengolahanya.

Diseluruh dunia kini terdapat sekitar 4.500 jenis kopi dan dibagi dalam empat kelompok besar, yakni:

a. Coffea Canephora, yang salah satu jenis varietasnya menghasilkan kopi dagang Robusta;

b. Coffea Arabica menghasilkan kopi dagang Arabika; c. Coffea Excelsia menghasilkan kopi dagang Exselsia;

d. Coffea Liberica menghasilkan kopi dagang Liberika (Bahri, 1996).

Kopi Arabika memiliki syarat tumbuh ketinggian 7.00 sampai 2.000 mdpl tapi untuk tumbuh maksimal ditanam pada ketinggian 1.000 sampai 1.500 meter diatas permukaan laut, dengan garis lintang 20oLS sampai 20oLU. Untuk curah hujan 1.500 s/d 2.500 mm/thn, kedalaman tanah efektif lebih dari 100 cm, kemiringan tanah


(22)

kurang dari 45% dan pH 5,5-6,5. Iklim sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kopi.Pengaruh iklim mulai nampak sejak cabang-cabang primer menjelang berbunga. Pada saat bunga membuka sampai dengan berlangsung penyerbukan pertumbuhan buah muda sampai tua dan masak menjelang kemarau pada umumnya cuaca mulai terang, udara tidak berawan, berarti penyinaran matahari akan lebih banyak maka suhu akan meningkat. Banyak atau lamanya penyinaran merupakan stimulan bagi besar kecilnya persiapan pembungaan. Semakin banyaknya penyinaran maka persiapan pembentukan bunga akan semakin cepat. Untuk penanaman kopi diperlukan beberapa persiapan diantaranya bahan tanaman dan persipan areal. Persiapan bahan tanam meliputi penyediaan benih, penyemaian benih dan persemaian lapangan (AEKI, 2006).

Kopi Arabika mempunyai beberapa sifat penting:

 Mengkehendaki daerah dengan ketinggian antara 700 sampai 1.700 mdpl dengan suhu sekitar 16 sampai 20 derajat celcius.

 Mengkehendaki daerah beriklim kering atau bukan kering 3 bulan/tahun secara berturut-turut, tetapi sesekali mendapatkan hujan.

 Peka terhadap penyakit karat daun terutama bila ditanam di dataran rendah atau kurang dari 500 mdpl

Budidaya kopi Arabika

Untuk mendapatkan hasil kopi Arabika yang optimal dalam pembudidayaan kopi diperlukan persyaratan dan teknik-teknik tertentu yaitu sebagai berikut :


(23)

Untuk mendapatkan bahan tanaman diperlukan benih dan entres untuk sambungan dan stek. Benih yang akan digunakan untuk batang bawah harus dipilih dari buah kopi yang baik dan masak dari bahan yang dikehendaki untuk mendapatkan biji untuk benih kulit dan daging buah dipisahkan dan lendir dibersihkan dengan abu. Setelah itu benih diangin-anginkan selama kurang lebih dua sampai tiga hari. Benih yang tersedia kemudian disemaikan pada media yang telah disiapkan.

Tanah persemaian harus dipacul kira-kira 30 cm dan bersih dari sisa-sisa akar dan batu-batu lain. Pada bagian atas bedengan diberi lapisan apsir tebal kira-kira 5 cm. Bedengan harus diberi naungan dan setiap hari harus disiram dengan air yang cukup tetapi tidak tergenang.Setelah benih berusia tiga bulan harus dipindahkan kepersemaian lapangan.

b. Penanaman

Persiapan lahan dilakukan pembersihan dari semak, membongkar tunggul atau akar pohon yang ada. Kumpulkan seluruh bagian semak yang ada, kemudian diberakan dan dilakukan pengajiran. Jarak tanam berbentuk segi empat 2,5 x 2,5 m, pagar 1,5 x 2,5 m, untuk tumpangsari 2 x 4 m. Untuk lubang tanamnya dibuat tiga bulan sebelum tanam dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm dan tanah galian dicampur dengan pupuk kandang ke dalam lubang setelah 2-4 minggu. Bibit kopi harus berumur 4-5 bulan, tinggi minimal 20 cm, jumlah minimal tiga pasang.

Selain itu juga perlu ditanam pohon pelindung yang hendaknya sudah ditanam 1-2 tahun. Biasanya jenis pohonnya seperti lamtoro, dadap dan sengon. Pohon pelindung


(24)

selain untuk melindungi tanaman kopi itu berguna sebagai memperpanjang umur produksi, menghindari penyakit, mengurangi biaya penyiangan, dapat menurunkan suhu air dan tanah pada musim panas. Penanaman kopi Arabika dapat dilakukan pada awal musim penghujan diharapkan agar tidak banyak tanah yang terlepas dari akar dan leher akar bibit ditanam rata dengan permukaan tanah.

c. Pemeliharaan

Penyulaman dilakukan pada bibit yang sudah mati untuk menjamin jumlah tegakan tanaman. Penyiangan dilakukan empat kali sebulan pada tanaman muda sedangkan tanaman dewasa dua kali sebulan yang bertujuan meratakan unsur hara dan air. Pemupukan dilakukan dua kali setahun yaitu awal musim hujan dan akhir musim hujan.

d. Panen dan Pasca Panen

Kopi Arabika mulai berbuah pada umur tiga tahun. Buah yang sudah masak berwarna merah tua dan pemetikan dilakukan harus hati-hati jangan sampai ada bagian pohon yang rusak. Pengolahan hasil dibagi menjadi dua bagian yaitu :

a. Pengolaha1an secara kering yaitu buah kopi yang sudah kering diperam selama 24 jam, kemudian dijemur panas matahari diputar balikan agar merata sampai 10-14 hari, untuk memisahkan kulit buah.

b. Pengolahan secara basah buah yang baru dipetik ditumbuk dengan lesung dan diberi sedikit air supaya cepat keluar, selain itu juga untuk menghilangkan lendir-lendir masih memikat perlu diperam dulu dalam kaleng atau diisi air 3-4 hari dan dicuci bersih (Danarti, 2004).


(25)

2.2. Landasan Teori

Analisis SWOT adalah instrument yang digunakan untuk melakukan analisis strategis. Menurut Drs. Robert Simbolon, MPA (1999), analisis SWOT merupakan suatu alat yang efektif dalam membantu menstrukturkan masalah terutama dengan melakukan analisis atas lingkungan strategis yang lazim disebut sebagai lingkungan internal dan lingkungan eksternal.

Strategi yang tepat didasarkan pada kemampuan menemukenali diri dan lingkunganya, sehingga strategi benar-benar dapat terwujud dari kekuatan yang dimilikinya dan peluang yang dihadapinya. Analisis yag tepat dalam menyusun strategi adalah analisis SWOT. Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis SWOT adalah memahami seluruh informasi dalam suatu kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa yang sedang terjadi dan memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memecahkan masalah (Rangkuti, 2001).

SWOT merupakan singkatan dari strength (kekuatan-kekuatan), weaknesses (kelemahan-kelemahan), opportunities (peluang-peluang) dan treaths (ancaman-ancaman). Pengertian-pengertian kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut :

 Kekuatan (strength)

Kekuatan adalah sumberdaya, keterampilan atau keunggulan lain relative terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar suatu perusahaan.


(26)

Kelemahan adalah keterbatasan/kekurangan dalam sumberdaya alam, keterampilan dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif suatu perusahaan.

 Peluang (opportunities)

peluang adalah situasi/kecenderungan utama yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan

 Ancaman( threaths)

Ancaman adalah situasi/kecenderungan utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan (Amin, 1994)

Langkah menyusun analisis SWOT 1. Pengumpulan data

2. Tahap analisis

3. Tahap pengambilan keputusan

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Data yang berhubungan erat dengan studi dan objek penelitian.

Data yang dikumpulkan dapat berupa data primer maupun sekunder. Data primer didapat melalui beberapa metode yaitu:

a. Metode pengamatan langsung

Metode ini adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.


(27)

Metode ini bisa dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan kuesioner atau sebuah set pernyataan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian dimana yang menulis isiannya adalah responden. Cara yang kedua adalah dengan wawancara yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya dan penjawab dengan alat yang dinamakan panduan wawancara (interview guide).

2.3. Kerangka Pemikiran

Kopi Arabika merupakan salah satu komoditas yang sangat potensial di Kabupaten Samosir. Namun usahatani kopi Arabika di Samosir belum optimal, hal ini terlihat bahwa produktivitas kopi Samosir hanya 1,01 ton per hektar pada tahun 2011. Dalam pengembangan kopi di Samosir petani kesulitan dalam memperoleh benih unggul dan memasarkan produksi kopi kabupaten Samosir, sehingga petani tidak memperhatikan kualitas produk. Apabila harga kopi turun, petani tidak peduli dengan kualitas dan hasil panenannya, ketika harga naik, produksinya malah turun.Disamping itu biaya produksi yang cenderung makin mahal menjadi faktor penghambat pengembangan usahatani kopi Samosir.

Sementara menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara tahun 2012 kopi Arabika di Sumatera Utara terbukti menjadi salah satu penyumbang devisa. Ekspor kopi Sumatera Utara dari tahun 2007 hingga tahun 2011 telah mencapai Rp. 1.533.684.789 dari hasil ekspor Kopi Arabika sebanyak 359.506 ton. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan strategi pengembangan kopi di Kabupaten Samosir. Hal ini dilakukan untuk mengetahui


(28)

apakah faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan usahatani kopi di Kabupaten Samosir dan strategi utama apa yang dapat mengembangkan Usahatani kopi Kabupaten Samosir guna mengembangkan pendapatan petani kopi Arabika di kabupaten Samosir dan peningkatan produktivitas kopi Arabika untuk menambah devisa negara. Di lain pihak dengan adanya dukungan pemerintah untuk memperluas areal perkebunan dan bantuan benih, maka penelitian strategi pengembangan usahatani kopi ini perlu dilakukan.

Penelitian mengenai strategi pengembangan usahatani kopi dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang berkaitan dengan kopi di Kabupaten Samosir. Untuk mengetahui alternatif strategi pengembangan kopi, maka identifikasi faktor internal dan eksternal dianalisis dengan analisis SWOT.

Dari alternatif yang sudah didapat, selanjutnya dilakukan analisis dan evaluasi strategi sebelum tahap penetapan rencana strategi, setelah evaluasi dilakukan maka dilanjutkan dengan tahap terakhir menetapkan rencana strategis pengembangan kopi Kabupaten Samosir yang didukung oleh hasil analisis lingkungan internal dan eksternal serta mengusulkan strategi komprehensif sehingga yang diusulkan akan sesuai dengan kondisi Kabupaten samosir.

Untuk lebih jelasnya, akan digambarkan pada kerangka pemikiran sebagai berikut ini :


(29)

Keterangan:

: hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Analisis Faktor-faktor Internal dan Eksternal

Analisis SWOT Usahatani Kopi Arabika

Strategi PengembanganUsahatani Kopi Arabika Kabupaten Samosir

Opportunities (peluang-peluang) Weaknesses

(kelemahan-kelemahan) Strenghts

(kekuatan-kekuatan)

Threats (ancaman-ancaman)


(30)

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara metode purposive yakni dengan pertimbangan tertentu (sengaja). Kabupaten Samosir dipilih dengan pertimbangan bahwa kabupaten Samosir merupakan salah satu sentra produksi kopi di Sumatera Utara seperti diperlihatkan pada tabel berikut.

Tabel 6. Luas Tanaman, Produksi dan Produktivitas kopi Sumatera Utara tahun 2011

Kabupaten Luas Tanaman produktif (ha)

Produksi (ton)

Produktivitas(ton/ha)

Mandailing Natal 956,73 1.142,77 1,19

Tapanuli Utara 9.512,75 10.142,39 1,06

Toba Samosir 1.897,34 2.480,96 1,30

Simalungun 5.655,64 8.487,45 1,50

Dairi 7.936,50 10.131,80 1,27

Karo 5.040,00 5.841,68 1,10

Deli Serdang 531,20 530,38 0.99

Humbang Hasudutan

7.174,50 5.815,65 0.81

Pakpak Barat 1.158,00 1.146,50 0.99

Samosir 2.580,05 2.630,46 1,01

Total 41.904,71 48.350,04

Rata-rata 4.190,471 4.835,004 1,12

Sumber : Sumatera Utara dalam Angka 2012

Dari seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir, maka kecamatan Sitio-tio dipilih sebagai daerah penelitian dengan pertimbangan bahwa kecamatan ini merupakan kecamatan yang memiliki produktivitas tertinggi diantara kecamatan yang ada sebagaimana diperlihatkan pada tabel berikut.


(31)

Tabel 7. Luas Tanaman Produktif, Produksi dan Produktivitas kopi Arabika kabupaten Samosir tahun 2011

Kecamatan Luas Tanaman Produktif (ha)

Produksi (ton)

Produktivitas(ton/ha)

Sianjur Mulamula 218,50 262,07 1,19

Harian 98,80 104,49 1,05

Sitio-tio 82,10 108,96 1,32

OnanRunggu 166,50 168,65 1,01

Nainggolan 130,10 133,62 1,02

Palipi 295,60 281,30 0,95

Ronggurnihuta 821,00 900,09 1.09

Pangururan 390,50 383,78 0,98

Simanindo 195,30 199,72 1,02

Total 2388,40 2542,68 9,53

Sumber: Samosir dalam Angka 2012

Desa Tamba Dolok dipilih sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa desa ini merupakan desa yang memiliki luas tanaman kopi yang paling luas diantara desa yang ada sebagaimana diperlihatkan pada tabel berikut.

Tabel 8. Luas tanaman, Produksi dan Produktivitas Kopi Arabika Kecamatan Sitio-tio tahun 2011

Desa Luas tanaman (ha) Produksi

(ton)

Produktivitas(ton/ha)

Tamba Dolok 66,7 158 2,36

Cinta Maju 40 125,5 3,13

Buntu Mauli 17,5 53 3,02

Sabulan 30,35 62,5 2,05

Holbung 30 70 2,33

Janji Raja 31 65 2,09

Janji Maria - -

-Parsaoran - -

-Total 215,55 376 14,98

Sumber :Sitio-tio dalam Angka 2012

3.2. Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang melakukan usahatani kopi Arabika di desa Tamba Dolok. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan


(32)

dianggap dapat mewaliki populasi. Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan metode Slovin. Menurut Slovin dalam pengantar Metode Penelitian (Sevilla, 1993), besarnya sampel dapat ditentukan dengan rumus:

n = N 1+Nd2 Dimana:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi d = galat penduga (10 %)

Jumlah populasi petani kopi arabika di daerah penelitian adalah sebanyak 239 maka dengan menggunakan rumus Slovin besar sampel penelitian diperoleh sebagai berikut:

n = N 1+Nd2 n = 239 1+239 (0,1)2 n = 70

Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 70 orang petani kopi.

2.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara peneliti langsung dengan responden yang menjadi sampel dengan daftar kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari BPS, Kabupaten Samosir,


(33)

Dinas Perkebunan Kabupaten Samosir, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, PPL, Kepala Desa, literatur, buku, dan media internet yang sesuai dengan penelitian ini.

3.3. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan terlebih dahulu ditabulasi secara sederhana dan selanjutnya dianalisis dengan metode analisis yang sesuai.

Untuk tujuan (1) digunakan analisis deskriptif dengan cara menggambarkan dan menjelaskan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) usahatani kopi Arabika di daerah penelitian.

Untuk tujuan (2) digunakan metode analisis SWOT pada usahatani kopi Arabika didaerah penelitian untuk menentukan strategi pengembangan usahatani. Sesuai dengan teori yang dikemukakan alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matrik ini menghasilkan empat sel kemungkinann alternative strategis, seperti dijelaskan pada gambar dibawah ini IFAS

EFAS

STRENGTH (S)

Tentukan faktor kekuatan internal

WEAKNESSES (W) Tentukan faktor kelemahan internal

OPPORTUNITIES (O) Tentukan faktor peluang eksternal

STRATEGI SO

Strategi yang

menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang

STRATEGI WO

Strategi yang

meminimalkan kelemahan dan memanfaatkan peluang

TREATHS (T)

Tentukan faktor ancaman eksternal

STRATEGI ST

Strategi yang

menggunakan kekuatan dan mengatasi ancaman

STRATEGI WT

Strategi yang

meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman


(34)

Sebelum melakukan analisis data seperti diatas maka terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan model matrik faktor strategi eksternal seperti di bawah ini.

Tabel 9. Keterangan Rating Menurut Kategori

Rating Kategori Faktor Internal Faktor Eksternal

4 Sangat Baik Kekuatan Peluang

3 Baik Kekuatan Peluang

2 Cukup Baik Kekuatan Peluang

1 Tidak Baik Kekuatan Peluang

4 Tidak Baik Kelemahan Ancaman

3 Cukup Baik Kelemahan Ancaman

2 Baik Kelemahan Ancaman

1 Sangat Baik Kelemahan Ancaman

Dari tabel diatas skor masing-masing faktor dapat dihitung dengan memberikan skala mulai dari 4 sampai dengan 1 berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi usahatani yang bersangkutan.

Pada faktor internal, skala 1 dan 2 menunjukkan kelemahan, skala 3 dan 4 menunjukkan kekuatan. Pada faktor eksternal, skala 1 dan 2 menunjukkan ancaman, sedangkan skala 3 dan 4 menunjukkan peluang.

Setiap faktor internal kekuatan dan faktor eksternal peluang diberi kategori sangat baik sampai tidak baik dan diberi rating mulai dari 4 untuk kategori sangat baik sampai 1 intuk kategori tidak baik dan untuk faktor internal kelemahan dan faktor eksternal ancaman diberi kategori sangat baik sampai tidak baik dan diberi rating mulai dari 1 untuk kategori sangat baik sampai 4 untuk kategori tidak baik yang selanjutnya di perlihatkan pada tabel berikut.


(35)

Tabel 10. Faktor Strategi Faktor Strategi

Internal/Eksternal

Rating Bobot Scoring

(Rating x Bobot) Kekuatan/peluang

1. 2. 3.

Total bobot kekuatan/peluang 100

Kekuatan/Ancaman 1.

2. 3.

Total Bobot Kelemahan/ancaman 100

Selisih kekuatan-kelemahan/peluang-ancaman Sumber: David (2006)

Berdasarkan tabel diatas, tahapan yang dilakukan dalam menentukan faktor strateginya adalah menentukan faktor yang menjadi kelemahan-kekuatan serta peluang-ancaman dalam kolom 1, lalu diberi bobot masing-masing faktor tersebut yang jumlahnya tidak boleh melebihi total pada kolom 3. Secara matematis penentuan bobot dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

Bobot= Rating x total bobot Total rating

Kemudian peringkatkan setiap faktor dari 4 (sangat baik) sampai 1 (tidak baik) dalam kolom 3 berdasarkan respon pedagan terhadap faktor itu.Kemudian yang terakhir kalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk mendapatkan scoring dalam kolom 4. Setelah itu hasil analisis pada tabel matriks faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal dipetakan pada matriks posisi.


(36)

3.4. Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.4.1. Defenisi

1. Petani kopi Arabika adalah petani yang memiliki lahan sendiri dan mengusahakan serta mendapat penghasilan dari usaha tani kopi Arabika.

2. Usahatani adalah suatu kegiatan yang dilakukan petani mulai dari memproduksi biji kopi Arabika hingga dipasarkan yang dilakukan oleh petani di desa Tamba Dolok.

3. Strategi pengembangan usahatani kopi Arabika adalah hal-hal yang dapat digunakan untuk meningkatkan usahatani kopi Arabikadi Desa Tamba Dolok. 4. Strengths adalah kekuatan-keuatan yang ditemukan dalam usaha tani kopi

Arabika di Desa Tamba Dolok.

5. Weaknesses adalah kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam usaha tani kopi Arabika di Desa Tamba Dolok.

6. Opportunities adalah berbagai peluang yang muncul dalam usaha tani kopi Arabika di Desa Tamba Dolok.

7. Threats adalah berbagai ancaman yang muncul dalam usaha tani kopi Arabika di Desa Tamba Dolok.


(37)

3.4.2. Batasan Operasional

1. Tempat daerah penelitian adalah desa Tamba Dolok, kecamatan Sitio-tio, kabupaten Samosir.

2. Sampel penelitian ini adalah petani yang mengusahakan tanaman kopi Arabika di desa Tamba Dolok, kecamatan Sitio-tio, kabupaten Samosir.


(38)

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara metode purposive yakni dengan pertimbangan tertentu (sengaja). Kabupaten Samosir dipilih dengan pertimbangan bahwa kabupaten Samosir merupakan salah satu sentra produksi kopi di Sumatera Utara seperti diperlihatkan pada tabel berikut.

Tabel 6. Luas Tanaman, Produksi dan Produktivitas kopi Sumatera Utara tahun 2011

Kabupaten Luas Tanaman produktif (ha)

Produksi (ton)

Produktivitas(ton/ha)

Mandailing Natal 956,73 1.142,77 1,19

Tapanuli Utara 9.512,75 10.142,39 1,06

Toba Samosir 1.897,34 2.480,96 1,30

Simalungun 5.655,64 8.487,45 1,50

Dairi 7.936,50 10.131,80 1,27

Karo 5.040,00 5.841,68 1,10

Deli Serdang 531,20 530,38 0.99

Humbang Hasudutan

7.174,50 5.815,65 0.81

Pakpak Barat 1.158,00 1.146,50 0.99

Samosir 2.580,05 2.630,46 1,01

Total 41.904,71 48.350,04

Rata-rata 4.190,471 4.835,004 1,12

Sumber : Sumatera Utara dalam Angka 2012

Dari seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir, maka kecamatan Sitio-tio dipilih sebagai daerah penelitian dengan pertimbangan bahwa kecamatan ini merupakan kecamatan yang memiliki produktivitas tertinggi diantara kecamatan yang ada sebagaimana diperlihatkan pada tabel berikut.


(39)

Tabel 7. Luas Tanaman Produktif, Produksi dan Produktivitas kopi Arabika kabupaten Samosir tahun 2011

Kecamatan Luas Tanaman Produktif (ha)

Produksi (ton)

Produktivitas(ton/ha)

Sianjur Mulamula 218,50 262,07 1,19

Harian 98,80 104,49 1,05

Sitio-tio 82,10 108,96 1,32

OnanRunggu 166,50 168,65 1,01

Nainggolan 130,10 133,62 1,02

Palipi 295,60 281,30 0,95

Ronggurnihuta 821,00 900,09 1.09

Pangururan 390,50 383,78 0,98

Simanindo 195,30 199,72 1,02

Total 2388,40 2542,68 9,53

Sumber: Samosir dalam Angka 2012

Desa Tamba Dolok dipilih sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa desa ini merupakan desa yang memiliki luas tanaman kopi yang paling luas diantara desa yang ada sebagaimana diperlihatkan pada tabel berikut.

Tabel 8. Luas tanaman, Produksi dan Produktivitas Kopi Arabika Kecamatan Sitio-tio tahun 2011

Desa Luas tanaman (ha) Produksi

(ton)

Produktivitas(ton/ha)

Tamba Dolok 66,7 158 2,36

Cinta Maju 40 125,5 3,13

Buntu Mauli 17,5 53 3,02

Sabulan 30,35 62,5 2,05

Holbung 30 70 2,33

Janji Raja 31 65 2,09

Janji Maria - -

-Parsaoran - -

-Total 215,55 376 14,98

Sumber :Sitio-tio dalam Angka 2012

3.2. Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang melakukan usahatani kopi Arabika di desa Tamba Dolok. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan


(40)

dianggap dapat mewaliki populasi. Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan metode Slovin. Menurut Slovin dalam pengantar Metode Penelitian (Sevilla, 1993), besarnya sampel dapat ditentukan dengan rumus:

n = N 1+Nd2 Dimana:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi d = galat penduga (10 %)

Jumlah populasi petani kopi arabika di daerah penelitian adalah sebanyak 239 maka dengan menggunakan rumus Slovin besar sampel penelitian diperoleh sebagai berikut:

n = N 1+Nd2 n = 239 1+239 (0,1)2 n = 70

Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 70 orang petani kopi.

2.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara peneliti langsung dengan responden yang menjadi sampel dengan daftar kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari BPS, Kabupaten Samosir,


(41)

Dinas Perkebunan Kabupaten Samosir, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, PPL, Kepala Desa, literatur, buku, dan media internet yang sesuai dengan penelitian ini.

3.3. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan terlebih dahulu ditabulasi secara sederhana dan selanjutnya dianalisis dengan metode analisis yang sesuai.

Untuk tujuan (1) digunakan analisis deskriptif dengan cara menggambarkan dan menjelaskan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) usahatani kopi Arabika di daerah penelitian.

Untuk tujuan (2) digunakan metode analisis SWOT pada usahatani kopi Arabika didaerah penelitian untuk menentukan strategi pengembangan usahatani. Sesuai dengan teori yang dikemukakan alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matrik ini menghasilkan empat sel kemungkinann alternative strategis, seperti dijelaskan pada gambar dibawah ini IFAS

EFAS

STRENGTH (S)

Tentukan faktor kekuatan internal

WEAKNESSES (W) Tentukan faktor kelemahan internal

OPPORTUNITIES (O) Tentukan faktor peluang eksternal

STRATEGI SO

Strategi yang

menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang

STRATEGI WO

Strategi yang

meminimalkan kelemahan dan memanfaatkan peluang

TREATHS (T)

Tentukan faktor ancaman eksternal

STRATEGI ST

Strategi yang

menggunakan kekuatan dan mengatasi ancaman

STRATEGI WT

Strategi yang

meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman


(42)

Sebelum melakukan analisis data seperti diatas maka terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan model matrik faktor strategi eksternal seperti di bawah ini.

Tabel 9. Keterangan Rating Menurut Kategori

Rating Kategori Faktor Internal Faktor Eksternal

4 Sangat Baik Kekuatan Peluang

3 Baik Kekuatan Peluang

2 Cukup Baik Kekuatan Peluang

1 Tidak Baik Kekuatan Peluang

4 Tidak Baik Kelemahan Ancaman

3 Cukup Baik Kelemahan Ancaman

2 Baik Kelemahan Ancaman

1 Sangat Baik Kelemahan Ancaman

Dari tabel diatas skor masing-masing faktor dapat dihitung dengan memberikan skala mulai dari 4 sampai dengan 1 berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi usahatani yang bersangkutan.

Pada faktor internal, skala 1 dan 2 menunjukkan kelemahan, skala 3 dan 4 menunjukkan kekuatan. Pada faktor eksternal, skala 1 dan 2 menunjukkan ancaman, sedangkan skala 3 dan 4 menunjukkan peluang.

Setiap faktor internal kekuatan dan faktor eksternal peluang diberi kategori sangat baik sampai tidak baik dan diberi rating mulai dari 4 untuk kategori sangat baik sampai 1 intuk kategori tidak baik dan untuk faktor internal kelemahan dan faktor eksternal ancaman diberi kategori sangat baik sampai tidak baik dan diberi rating mulai dari 1 untuk kategori sangat baik sampai 4 untuk kategori tidak baik yang selanjutnya di perlihatkan pada tabel berikut.


(43)

Tabel 10. Faktor Strategi Faktor Strategi

Internal/Eksternal

Rating Bobot Scoring

(Rating x Bobot) Kekuatan/peluang

1. 2. 3.

Total bobot kekuatan/peluang 100

Kekuatan/Ancaman 1.

2. 3.

Total Bobot Kelemahan/ancaman 100

Selisih kekuatan-kelemahan/peluang-ancaman Sumber: David (2006)

Berdasarkan tabel diatas, tahapan yang dilakukan dalam menentukan faktor strateginya adalah menentukan faktor yang menjadi kelemahan-kekuatan serta peluang-ancaman dalam kolom 1, lalu diberi bobot masing-masing faktor tersebut yang jumlahnya tidak boleh melebihi total pada kolom 3. Secara matematis penentuan bobot dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

Bobot= Rating x total bobot Total rating

Kemudian peringkatkan setiap faktor dari 4 (sangat baik) sampai 1 (tidak baik) dalam kolom 3 berdasarkan respon pedagan terhadap faktor itu.Kemudian yang terakhir kalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk mendapatkan scoring dalam kolom 4. Setelah itu hasil analisis pada tabel matriks faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal dipetakan pada matriks posisi.


(44)

3.4. Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.4.1. Defenisi

1. Petani kopi Arabika adalah petani yang memiliki lahan sendiri dan mengusahakan serta mendapat penghasilan dari usaha tani kopi Arabika.

2. Usahatani adalah suatu kegiatan yang dilakukan petani mulai dari memproduksi biji kopi Arabika hingga dipasarkan yang dilakukan oleh petani di desa Tamba Dolok.

3. Strategi pengembangan usahatani kopi Arabika adalah hal-hal yang dapat digunakan untuk meningkatkan usahatani kopi Arabikadi Desa Tamba Dolok. 4. Strengths adalah kekuatan-keuatan yang ditemukan dalam usaha tani kopi

Arabika di Desa Tamba Dolok.

5. Weaknesses adalah kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam usaha tani kopi Arabika di Desa Tamba Dolok.

6. Opportunities adalah berbagai peluang yang muncul dalam usaha tani kopi Arabika di Desa Tamba Dolok.

7. Threats adalah berbagai ancaman yang muncul dalam usaha tani kopi Arabika di Desa Tamba Dolok.


(45)

3.4.2. Batasan Operasional

1. Tempat daerah penelitian adalah desa Tamba Dolok, kecamatan Sitio-tio, kabupaten Samosir.

2. Sampel penelitian ini adalah petani yang mengusahakan tanaman kopi Arabika di desa Tamba Dolok, kecamatan Sitio-tio, kabupaten Samosir.


(46)

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian

Kecamatan Sitio-tio merupakan pemekaran dari Kecamatan Harian sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Samosir Nomor : 7 Tahun 2002. Kecamatan Ulu Pungkut mempunyai luas 29.519,06 Ha yang meliputi 8 desa yaitu yaitu desa Sabulan, desa Holbung, desa Janji Raja, desa Janji Maria, desa Cinta Maju, desa Tamba Dolok,desa Parsaoran, desa Buntu Mauli.

Kondisi jalan di delapan desa kecamatan Sitio-tio sebagian besar belum di aspal hanya sebagian desa seperti desa Tamba Dolok desa Cinta Maju dan desa Sabulan, sehingga akses jalan menuju Kecamatan Sitio-tio sering mengalami gangguan. Penyebab tingginya kerusakan jalan adalah adanya beberapa ruas jalan tertentu yang rawan genangan air di musim penghujan.

Kecamatan Sito-tio pada tahun 2012 memiliki jumlah penduduk sebanyak 7.191 jiwa yaitu laki-laki 3.594 orang dan perempuan 3.597 orang. Mayoritas penduduk memiliki mata pencaharian sebagai petani. Tanaman pertanian yang paling dominan diusahakan oleh masyarakat mencakup tanaman padi, palawija dan tanaman perkebunan seperti kopi, coklat, kelapa, kemiri dan cengkeh. Luas tanaman perkebunan pada tahun 2013 mencapai 264.77 Ha yang tersebar di seluruh desa.


(47)

Tabel 11. Luas Lahan Tanaman Perkebunan Menurut Komoditi di Kecamatan Sitio-tio pada Tahun 2012

NO Tanaman Perkebunan Luas Lahan (Ha)

1 Kopi 215.55

2 Kelapa 1.52

3 Coklat 18.7

4 Cengkeh 16

5 Kemiri 13

Jumlah 264.77

Sumber : Dinas Perkebunan Kecamatan Sitio-tio, 2012

Tabel 3 menunjukkan bahwa kopi adalah tanaman perkebunan yang merupakan komoditi unggulan di Kecamatan Sitio-tio dengan luas lahan 215,55 Ha.

Dari delapan desa/kelurahan yang ada, hampir semua desa/kelurahan memproduksi kopi meskipun sebagian desa tidak memprioritaskan tanaman kopi sebagai komoditi unggulanya.

Desa Tamba Dolok adalah salah satu desa di Kecamatan Sitio-tio yang hampir seluruh penduduknya mengusahakan tanaman Kopi Arabika dan tanaman Padi. Desa Tamba Dolok merupakan dataran tinggi yang terletak pada ketinggian 970-1200 meter diatas permukaan laut. Desa ini memiliki luas wilayah 315,5 Ha yang terdiri dari 3 Dusun. Desa Tamba Dolok di sebelah utara berbatasan dengan desa Hutagalung, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Janjimaria, sebelah barat berbatasan dengan Desa Sihotang dan sebelah timur berbatasan dengan desa Cinta Maju.

Kondisi iklim di Desa Tamba Dolok adalah beriklim hujan tropis dengan suhu udara berkisar antara 230C – 320C dan kelembaban udara antara 80-85%. Jumlah curah hujan rata-rata yaitu ± 2.600 mm/tahun. Topografi wilayah merupakan dataran tinggi


(48)

dan pegunungan serta tanah yang subur sehingga sangat sesuai untuk budidaya kopi Arabika.

Jumlah penduduk Desa Tamba Dolok pada tahun 2013 sebanyak 1.117 jiwa yang tergabung dalam 209 KK (Kepala Keluarga). Hampir semua penduduk bekerja sebagai petani atau buruh tani. Hal ini disebabkan masyarakat sudah turun-temurun menjadi petani dan minimnya tingkat pendidikan menyebabkan masyarakat tidak memiliki keahlian lain.

4.2 Kegiatan Pengusahaan Kopi

Kopi Arabika merupakan komoditi unggulan Tamba Dolok. Kegiatan budidaya yang dilakukan petani kopi meliputi pembibitan, penanaman, hingga panen. Kebanyakan petani tidak melakukan pemupukan dan tidak menggunakan pestisida. Hal ini disebabkan karena tingginya harga pupuk dan obat-obatan pemberantas hama.

Varietas kopi yang ditanam oleh petani kopi di Desa Tamba Dolok adalah kopi Arabika dan kopi Robusta. Namun petani di desa Tamba Dolok mayoritas menanam kopi Arabika yang memang lebih sesuai dan cepoat menghasilkan daripada kopi Robusta. Kopi Arabika yang ditanam di Desa Tamba Dolok dulunya berasal dari bibit unggul yang diberikan oleh Dinas Perkebunan Kabupaten Samosir tapi untuk sekarang ini para petani menghasilkan sendiri bibit yang diperlukan.

Kopi Arabika di desa Tamba Dolok mulai berbunga pada umur 1,5 tahun dan dapat dipanen mulai umur 2,5 tahun. Selang waktu mulai dari kopi berbunga sampai bisa dipanen sekitar 7-8 bulan. Panen kopi biasanya dilakukan pada bulan September-Desember dan Maret-Mei dimana puncak panen terjadi sekitar pertengahan bulan


(49)

November dan pertengahan bulan April. Petani menjual kopi kepada pedagang pengumpul dalam bentuk beras kopi atau biji kopi yang sudah dijemur.

Kegiatan pemasaran Kopi Arabika di desa Tamba Dolok terjadi setiap hari karena di Desa Tamba Dolok terdapat banyak pedagang pengumpul yang bersaing sehingga setiap kopi yang di panen bisa cepat di jual kepada pedagang pengumpul yang membuat harga lebih tinggi dari pedagan pengumpul lainya. Petani menjual biji kopi yang sudah dijemur (beras kopi) kepada Pedagang Pengumpul yang ada di desa, kemudian Pedagang Pengumpul yang di desa menjual kopi kepada Pedagang Besar. Hampir semua Pedagang Pengumpul di desa Tamba Dolok menjual kopi kepada Pedagang Besar yang sama yang berdomisili di desa tetangga yaitu desa Cinta Maju. Pedagang Besar ini datang ke desa setiap minggu untuk membeli biji kopi dari Pedagang Pengumpul kemudian menjualnya ke pihak eksportir yang ada di Medan.


(50)

4.3 Karakteristik Petani dan Usahatani

Sampel dalam penelitian ini merupakan petani yang memiliki tanaman kopi Arabika Samosir yang sedang memproduksi kopi Arabika di desa Tamba Dolok, kecamatan Sitio-tio, kabupaten Samosir.

Karakteristik sampel dalam penelitian dijelaskan secara rinci dalam Tabel berikut : Tabel 12. Karakteristik Petani dan Usahatani Kopi

No Karakteristik Petani dan usahatani Rentang Rata-rata 1 Umur Petani (tahun) 25-60 43,5 2 Tingkat Pendidikan (tahun) 0-16 6 3 Pengalaman petani (tahun) 3-13 8 4 Frekuensi Panen dalam 1 bulan 1-4 2 5 Luas Lahan (rante) 3-25 5 Sumber : Lampiran 1

Tabel 4 menunjukkan bahwa sampel dalam penelitian ini merupakan petani yang memiliki tanaman Kopi Arabika yang sedang memproduksi pada bulan Januari 2014 di desa Tamba Dolok, kecamatan Sitio-tio, kabupaten Samosir.

Adapun usia sampel dalam penelitian ini bervariasi, mulai dari usia 25 tahun hingga usia 60 tahun, dimana usia rata-rata sampel adalah 43,5 tahun.

Kebanyakan petani Kopi Desa Tamba Dolok memiliki tingkat pendidikan rendah, yaitu lulusan SD. Keterbatasan biaya dan minimnya sarana pendidikan di desa Tamba Dolok merupakan penyebab rendahnya tingkat pendidikan.


(51)

Pengalaman usaha tani kopi Arabika dari setiap sampel berbeda-beda, ada yang menekuni usaha tani kopi Arabika selama 3 tahun hingga 13 tahun. Rata-rata pengalaman petani menekuni usahatani kopi Samosir adalah 8 tahun.

Frekuensi panen kopi yang dilakukan petani berbeda-beda, ada yang memanen biji kopi sekali dalam seminggu (4 kali dalam sebulan), sekali dalam sepuluh hari (3 kali dalam sebulan) atau setiap dua minggu (2 kali dalam sebulan). Namun sebagian besar petani, memanen biji kopi setiap 2 minggu sekali.

Luas lahan yang dimiliki sampel bervariasi, mulai dari 1 rante hingga 25 rante. Rata-rata luas lahan milik sampel adalah 5 rante.


(52)

5.1 Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) dan Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Usaha tani Kopi Samosir.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bantuan kuisioner dan sesuai dengan beberapa metode yang digunakan, untuk mengetahui faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) pada Strategi Pengembangan Usaha Tani Kopi Samosir. Tahap pertama yang dilakukan adalah “Tahap Pengumpulan Data”.

Faktor-faktor internal terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan dari strategi pengembangan kopi Samosir. Faktor-faktor eksternal terdiri dari faktor peluang dan ancaman dari strategi pengembangan kopi Samosir.

Melalui tahap ini maka diketahui faktor internal dan eksternal sebagai berikut:

5.1.1 Faktor Lingkungan Internal

Kekuatan (Strenghts). Kekuatan utama yang menjadi menyokong upaya pengembangan usaha tani kopi di kabupaten Samosir di Desa Tamba Dolok adalah sebagai berikut :

1. Ketersediaan bibit kopi.

Ketersediaan bibit kopi merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan

usaha tani kopi di Desa Tamba Dolok. Bibit kopi yang digunakan dalam penanaman

kopi di Desa Tamba Dolok merupakan bibit yang ditanam atau di produksi sendiri


(53)

2. Ketersediaan tenaga kerja

Ketersediaan tenaga kerja sebagai salah satu faktor eksternal dalam pengembangan Kopi Samosir sangatlah penting. Tenaga kerja yang memadai dan berkualitas akan membantu menghasilkan produksi kopi yang baik.

Tenaga kerja merupakan faktor eksternal dalam pengembangan kopi kabupaten Samosir karena faktor tenaga kerja dalam hal ini tidak dapat dikendalikan oleh petani. Di desa Tamba Dolok tersedia sumber daya manusia yang biasanya merupakan tenaga kerja dalam keluarga karena petani tidak memiliki modal yang cukup untuk membayar tenaga kerja.

Sebagian besar usaha tani kopi Samosir desa Tamba Dolok menggunakan tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) sehingga biaya tenaga kerja minimal, tetapi jumlah tenaga kerja tersebut belum memadai terutama pada waktu puncak panen. Pada saat puncak panen tiba biji kopi yang sudah matang harus segera dipetik agar tidak membusuk. Produksi kopi melimpah di musim panen sementara jumlah tenaga kerja dalam keluarga tidak memadai.

3. Ketersediaan lahan usaha tani

Desa Tamba Dolok memiliki luas wilayah 315,5 Ha dimana luas lahan pemukiman adalah 12 Ha, sisanya merupakan lahan pertanian milik warga dan areal hutan lindung. Namun demikian lahan tersebut terletak di lereng pegunungan dan perbukitan sehingga sulit dijangkau dan rawan longsor dan sarana transportasinya yang kurang mendukung sehingga petani tidak memaksimalkan lahan yang ada.


(54)

Kelemahan (Weakness). Kelemahan utama yang menjadi menghambat upaya strategi pengembangan usaha tani kopi di Desa Tamba Dolok adalah :

1. Modal Usaha tani rendah

Modal Usaha Tani merupakan faktor yang sangat penting dalam pengembangan

usaha tani dimana jika tidak ada modal maka usaha tani tidak akan bisa berjalan.

Petani di Desa Tamba Dolok mengalami kesulitan dalam masalah permodalan

dimana kekurangan modal selalu masalah yang sangat banyak dihadapi para petani

Sebagian besar petani kopi Samosir Desa Tamba Dolok berasal dari golongan kurang mampu dan banyak yang tidak memiliki pekerjaan sampingan selain bertanam kopi sehingga permodalan menjadi masalah dalam menjalankan usaha tani Kopi Samosir. Permodalan dapat diperoleh dari modal sendiri dan modal yang berasal dari pinjaman non-lembaga seperti saudara, teman dan sebagainya, mengingat di Desa Simpang Banyak Julu tidak ada terdapat bank, koperasi atau credit union. Namun petani lebih banyak memperoleh modal dari para pedagang pengumpul yang nantinya kopi hasil produksi mereka harus di jual kepada pedagang pengumpul tersebut sehingga tentunya akan membatasi kebebasan para petani dalam mendapatkan informasi mengenai harga kopi.

2. Penguasaan teknologi sangat rendah

Penguasaan teknologi kopi di kabupaten Samosir tergolong masih rendah karena

segala kegiatan yang berhubungan dengan pemanenan, pemeliharaan dan pasca panen

masih menggunakan tenaga manusia tanpa unsur teknologi yang digunakan. Ini


(55)

proses pengembangan usaha tani kopi seperti penggunaan mesin gilingan kopi,mesin

sortasi, pengukur kadar air dan sebagainya dapat mendukung usaha tani lebih efektif

dan efesien

3. Bantuan pemerintah

Peran pemerintah khususnya dalam permodalan sangat penting, dimana pemerintah memberikan berbagai bantuan seperti subsidi pupuk atau BLP (Bantuan Langsung Pupuk), BLBU (Bantuan Langsung Benih Unggul), dan KUR (Kredit Usaha Rakyat). Hal ini diharapkan dapat membantu para petani yang memiliki keterbatasan terhadap modal.

Namun para petani sulit mendapakan bantuan kredit tersebut dan menurut pengakuan petani pemerintah tidak pernah ikut campur tangan dalam masalah yang dihadapi para petani khususnya masalah permodalan. Melalui Kelompok Tani, para petani mengajukan pinjaman ke bank untuk mendapatkan bantuan kredit, tetapi pihak bank meminta jaminan dari para petani. Bagi petani yang tidak memiliki agunan tentu saja pinjaman sulit untuk diperoleh. Hal inilah yang menyebabkan sulitnya permodalan bagi para petani.


(56)

5.1.2 Faktor Lingkungan Eksternal

Peluang (Opportunity). Peluang utama yang menjadi pendorong tercapainya percepatan pengembangan usaha tani kopi di Desa Tamba Dolok Kabupaten Samosir adalah:

1. Informasi pasar yang tersedia

Informasi pasar merupakan faktor yang sangat penting yang dibutuhkan oleh petani

khususnya petani yang meminjamkan modal dari para pedagang pengumpul.

Di desa Tamba Dolok informasi pasar harga kopi sangat mudah didapatkan karena di

desa tetangga terdapat pedagang besar yang merupakan satu satunya di kecamatan

sitio-tio yang menjual kopi kering atau yang sudah diolah langsung ke pusat

perdagangan kopi di Medan sehingga untuk masalah informasi pasar sangat mudah

untuk didapatkan dari pedagang besar tersebut.

2. Harga kopi yang stabil

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang banyak dibudidayakan masyarakat di kabupaten Samosir. Bagi petani kopi, stabilitas harga sangat

berpengaruh besar dalam menentukan gairah mereka untuk terus menanam.

dengan harga kopi yang sesuai ditingkatan petani, gairah para petani kopi di Kabupaten Samosir semakin meningkat. Ini merupakan suatu peluang yang sangat mendukung pengembangan produktifitas kopi kabupaten Samosir.


(57)

Ancaman (Threaths). Ancaman utama yang dapat menjadi penghalang tercapainya

pengembangan usaha tani kopi di Desa Tamba Dolok Kabupaten Samosir adalah :

1. Keterbatasan Penyuluhan

Untuk meningkatkan produksi dan teknik budidaya tanaman kopi yang benar harusnya didukung dengan adanya tenaga penyuluh yang akan membimbing para petani untuk melakukan teknik budidaya tanaman kopi yang benar. Namun pengakuan para petani di desa Tamba Dolok hampir tidak pernah ada kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh tenaga penyuluh sehingga peran penyuluh di Desa Tamba Dolok sangat minim.

Petani harus mengikuti informasi-informasi terbaru mengenai teknik budidaya, bibit unggul, mesin-mesin pertanian, panen, penanganan pasca panen ataupun informasi pasar agar tidak ketinggalan. Untuk itu, peran tenaga pendamping atau penyuluh pertanian sangat dibutuhkan dalam membimbing petani menjalankan usaha tani kopi.

Untuk itu perlu kebijakan pemerintah untuk menggalakkan kembali tenaga penyuluh di Desa Tamba Dolok sehingga para petani dapat melakukan usahatani yang lebih efektif.

2. Sarana dan prasarana

Areal penjemuran dan pabrik pengolahan biji kopi merupakan bagian penting dalam usaha tani Kopi. Petani di desa Tamba Dolok merasa kesulitan untuk menjemur kopi hasil produksinya karena sarana penjemuran tidak ada di desa Tamba Dolok. Areal


(58)

penjemuran dan pabrik pengolahan kopi hanya ada di desa tetangga yaitu desa cinta maju yang bersebelahan dengan desa tamba dolok, sedangkan infrastruktur jalan dan transportasi untuk ke desa sebelah cukup sulit sehingga para petani biasanya langsung menjual kopi yang dihasilkan kepada para pedagan pengumpul yang mempunyai transportasi.

5.2. Analisis dan Formulasi Strategi Pengembangan usahatani kopi

Setelah mengidentifikasi faktor eksternal apakah termasuk peluang atau ancaman maka dilakukan pembobotan untuk mengetahui nilai penting faktor tersebut dalam pengembangan kopi Samosir.

5.2.1. Hasil Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal

Cara membuat matriks IFAS dan EFAS :

1. Faktor-faktor internal/eksternal sesuai dengan kelompoknya yaitu faktor yang

memberikan kekuatan (Strength) disusun dan faktor kelemahan (Weaknesses) serta

faktor yang memberikan peluang (opportunity) dan faktor ancaman (threat).

2. Selanjutnya masing-masing faktor tadi diberi bobot. Dalam memberikan bobot

dilakukan secara hati-hati dan didasarkan pada tingkat kepentingan dan dampak

strategisnya. Semakin penting faktor tersebut, maka semakin tinggi bobot yang

harus diberikan. Maksimum total bobot adalah 1 (satu).

3. Langkah berikutnya terhadap setiap faktor baik kekuatan dan kelemahan atau

peluang dan ancaman diberi rating. Rating dibuat dengan ketentuan untuk

faktor-faktor yang memberikan kekuatan dan peluang harus diberi tanda positif dan

sebaliknya untuk faktor-faktor yang memberikan kelemahan dan ancaman


(59)

paling besar, maka harus diberi rating positif yang paling besar, demikian

sebaliknya bila kekuatannya dan peluangnya kecil. Cara yang sama juga

diperlakukan pada faktor-faktor yang memberi kelemahan dan ancaman paling

besar, maka harus diberi rating negatif paling banyak, demikian sebaliknya bila

tingkat kelemahannya dan peluangnya kecil.

4. Selanjutnya Bobot dikalikan dengan Rating, sehingga akan diperoleh Nilai atau

Skor.

5. Setelah semua faktor dihitung skornya, kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan

total skor secara keseluruhan.

Adapun tabel perhitungan pembobotan x rating faktor internal Strategi pengembaangan usahatani kopi kabupaten Samosir dapat disajikan pada tabel 5.3 berikut ini :

Tabel. 13. Matriks Evaluasi Faktor Internal Strategi Pengembangan Usahatani kopi kabupaten Samosir

Faktor strategis (Kekuatan) Rating Bobot Skor

Ketersediaan bibit kopi 4 0,21 0,84

Ketersediaan tenaga kerja Ketersediaan lahan

3 2

0,16 0,10

0,48 0,20

Faktor strategis (Kelemahan) Nilai Bobot Skor

Ketersediaan modal usaha tani -4 0,21 -0,84

Penguasaan teknologi -3 0,16 -0,48


(60)

Adapun tabel perhitungan pembobotan x rating faktor eksternal Strategi pengembaangan usahatani kopi kabupaten Samosir dapat disajikan pada tabel 5.4 berikut ini :

Tabel.14. Matriks evaluasi faktor eksternal sterategi pengembangan usaha tani kopi

Faktor strategis (Peluang) Rating Bobot Skor

Tersedidanya informasi pasar 3 0,25 0,75

Harga Kopi yang stabil 2 0,17 0,34

Faktor strategis (Ancaman)

Tenaga Penyuluh -4 0,33 -1,32

Sarana dan Prasarana -3 0,25 -0,75

Tabel.15 Gabungan Matriks Faktor Strategi Internal - Eksternal Strategi pengembaangan usahatani kopi kabupaten Samosir

Faktor strategis (Kekuatan) Rating Bobot Skor

Ketersediaan bibit kopi 4 0,21 0,84

Ketersediaan tenaga kerja Ketersediaan lahan

3 2

0,16 0,10

0,48 0,20

Jumlah 1,52

Faktor strategis (Kelemahan) Rating Bobot Skor

Ketersediaan modal usaha tani -4 0,21 -0,84

Penguasaan teknlogi -3 0,16 -0,48

Bantuan Pemerintah -3 0,16 -0,48


(61)

Selisih Kekuatan-Kelemahan -0,28

Faktor strategis (Peluang) Rating Bobot Skor

Tersedidanya informasi pasar 3 0,25 0,75

Harga Kopi yang stabil 2 0,17 0,34

Jumlah 1,09

Faktor strategis (Ancaman)

Keterbatasan Penyuluhan -4 0,33 -1,32 Sarana dan Prasarana -3 0,25 -0,75

Jumlah 1 -2,07

Selisih Peluang-Ancaman -0,98

5.2.2. Formulasi Strategi Pengembangan Usahatani kopi kabupaten Samosir Ada 6 faktor-faktor internal dalam pengembangan agribisnis kopi Samosir yaitu

ketersediaan bibit kopi, Ketersediaan tenaga kerja, Ketersediaan lahan, Ketersediaan modal usaha tani, Penguasaan teknologi, Bantuan Pemerintah, Faktor yang paling tinggi ratinganya adalah ketersediaan bibit kopi Samosir. Ada 4 faktor-faktor eksternal dalam pengembangan agribisnis kopi Samosir yaitu Tersedidanya informasi pasar,

Harga Kopi yang stabil, Keterbatasan Penyuluhan, Sarana dan Prasarana dimana

faktor yang paling tinggi ratingnya adalah Tenaga Penyuluh.

Setelah melakukan perhitungan bobot -dari masing-masing faktor internal maupun

eksternal kemudian dianalisis dengan menggunakan matrik posisi. Matrik ini


(62)

Tamba Dolok Kabupaten Samosir Berdasarkan Tabel 5.5 diperoleh nilai X < 0 yaitu

-0,28 dan nilai Y < 0 yaitu -0, 98. Posisi titik kordinatnya dapat dilihat pada kordinat

Cartesius berikut ini :

Gambar 5.1. Matriks Posisi SWOT Pengembangan Usahatani Kopi

Dari hasil hasil matriks internal - eksternal yang diperoleh dari nilai total skor

pembobotan pada Strategi pengembangan diperoleh faktor internal bernilai -0,28

yang artinya nilai ini merupakan selisih antara kekuatan dan kelemahan, dimana

kelemahan lebih besar dibandingkan dengan kekuatan. Dan untuk faktor eksternal,

bernilai -0,98 yang artinya nilai ini merupakan selisih antara peluang dan ancaman,

dimana nilai ancaman lebih besar dari peluang. Eksternal Faktor

Internal Faktor Kuadran I

Mendukung Strategi Garesif Kuadran III

Mendukung Strategi Turn Arround

Kuadran IV Mendukung Strategi Defensif

Kuadran II Mendukung Strategi Diversifikasi

Y

X

-0,98 -0,28


(63)

Dari diagram diperoleh usaha srategi pengembangan usaha tani kopi berada pada

daerah IV (Strategi Defensif). Situasi pada daerah IV merupakan situasi yang sangat

tidak menguntungkan, pengembangan usahatani kopi tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Fokus strategi yaitu melakukan tindakan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih besar (defensive). Pada situasi ini Strategi yang digunakan bedasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi WT bertujuan untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal.

Penjelasan hasil di atas dari tahap pengumpulan data, data diperoleh lagi yang lebih

spesifik, dengan membuat “tahap analisis”, dimana memanfaatkan semua informasi

kedalam model perumusan strategi. Model tersebut adalah Matriks SWOT, sehingga

beberapa katagori yang muncul yakni strategi SO, strategi ST, strategi WO, strategi

WT dapat diperoleh. Matriks SWOT dapat dilihat pada tabel 15 berikut :

Tabel.16. Matriks SWOT Strategi Pengembangan Usahatani

IFAS

EFAS

Kekuatan (S)

1. Ketersediaan bibit kopi 2. Ketersediaan tenaga kerja 3. Ketersediaan lahan

Kelemahan (W)

1. Modal usaha tani 2. Penguasaan teknologi 3. Bantuan Pemerintah

Peluang(O)

1. Informasi Pasar yang tersedia.

2. Harga kopi yang

STRATEGI SO

a. Mengembangkan produksi usahatani kopi dengan bibit kopi berkualitas berdasarkan informasi yang ada. (S1,01)

STRATEGI WO

a. Pemberdayaan lembaga keuangan yang efektif

terhadap pengembangan usaha tani kopi (S1,W1)


(64)

stabil b. Penyediaan suplai produksi kopi mengembangkan sumberdaya lokal, yang dilakukan melalui

pengembangan lahan usaha tani akibat tingginya harga kopi (S1,S3, O2).

c. Usaha-usaha meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pengembangan bisnis kopi (S2,S3,O2).

b. Pengadaan pelatihan

penggunaan modal usaha tani kopi untuk tujuan yang lebih efektif (W1,S1,S2).

c. Meningkatkan bantuan pemerintah pada usahatani kopi setelah adanya

peningkatan harga jual kopi yang tinggi sehingga

pengembangan bisnis kopi berjalan dengan cepat. (W3,S2)

Ancaman (T)

1. Tenaga Penyuluh 2. Sarana dan

prasarana

STRATEGI ST

a. Penyuluhan beragam dan seimbang yang mengupayakan pengembangan usahatani kopi berbasis teknologi yang modern dan efektif. (T1,S1) b. Peningkatan penyuluhan

mengingat tingginya potensi peningkatan usahatani kopi akibat banyaknya faktor produksi yang belum dioptimalkan.(T1,S1,S2,S3) c. Peningkatan sarana dan

prasarana pendukung

pengembangan usahatani kopi sebagai respon dari

banyaknya potensi faktor produksi pengembangan bisnis kopi yang

dioptimalkan.(T2,S1,S2,S3)

STRATEGI WT

a. Peningkatan modal usaha tani melalui dukungan pemerintah dengan mengadakan lembaga permodalan dan menggalakan penyuluhan yang dibutuhkan oleh petani kopi (W1, T1, W3} b. Pembenahan teknologi yang

sesuai untuk keperluan tenaga penyuluh dalam melaksanakan tugasnya. (W2,T1)

c. Meningkatkan peranan pemerintah dalam Pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh petani dalam rangka pengembangan usahatani (W3, T2)


(65)

Berdasarkan hasil pencocokan dari matriks SWOT strategi pengembangan usaha tani

kopi di Kabupaten Samosir diperoleh beberapa alternatif strategi yang dilakukan

dalam pengembangan usahatani kopi seperti berikut

Strategi SO

a. Mengembangkan produksi usahatani kopi dengan bibit kopi berkualitas

berdasarkan informasi yang ada. (S1,01)

b. Penyediaan suplai produksi kopi mengembangkan sumberdaya lokal, yang

dilakukan melalui pengembangan lahan usaha tani akibat tingginya harga kopi

(S1,S3, O2).

c. Usaha-usaha meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pengembangan bisnis

kopi (S2,S3,O2).

Strategi ST

a. Penyuluhan beragam dan seimbang yang mengupayakan pengembangan

usahatani kopi berbasis teknologi yang modern dan efektif. (T1,S1)

b. Peningkatan frekuensi penyuluhan mengingat tingginya potensi peningkatan

usahatani kopi akibat banyaknya faktor produksi yang belum

dioptimalkan.(T1,S1,S2,S3)

c. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung pengembangan usahatani kopi

sebagai respon dari banyaknya potensi faktor produski pengembangan bisnis kopi


(1)

Sumber: Hasil Survey, 2014

Sambungan Lampiran 3. Skor Kelemahan Yang Ada di Daerah Penelitian

1. Modal Usahatani Rendah

2. Penguasaan Teknologi Sangat Rendah

3. Bantuan Pemerintah

No

Sampel

Modal Usaha Tani

Rendah

Penguasaan Teknologi

Sangat Rendah

Bantuan

Pemerintah

44

4

4

3

45

3

3

3

46

4

4

3

47

3

3

3

48

3

3

3

49

4

3

3

50

4

3

4

51

4

3

4

52

3

3

3

53

3

3

3

54

4

3

3

55

4

4

4

56

3

3

3

57

4

4

3

58

3

3

3

59

4

4

4

60

4

4

4

61

3

3

3

62

3

3

3

63

4

4

4

64

3

3

3

65

4

4

4

66

3

3

3

67

4

4

4

68

3

3

3

69

4

4

3

70

4

3

3

Total

Skor

250

238

236


(2)

Lampiran 4. Daftar Kuisioner Pengembangan Usahatani Kopi Samosir

Identitas

1. No Responden :

2. Nama Kelompok Tani :

3. Nama :

4. Umur :

5. Jenis Kelamin : Lk/Pr

6. Pendidikan terakhir :

7. Luas lahan :

I.

Pertanyaan yang mendukung pengembangan usahatani kopi

1. Berapa kali bapak/ibu panen kopi dalam waktu 1 bulan?

a.1-2 kali

b.3-4 kali

c.lainnya_____

2. Berapa jumlah produksi kopi bapak/ibu dalam 1 kali panen?

3. Berapa harga Kopi/kg saat ini?

4. Apakah bapak menjual Kopi langsung ke industri olahan kopi?

a.Ya

b.Tidak

5. Apakah bapak/ibu pernah mengolah kopi sendiri?

a.Ya

b.Tidak

6. Menurut bapak/ibu,apakah dinas pertanian pernah memberikan penyuluhan tentang

usahatani kopi?

aYa

bTidak

7. Apakah bapak/ibu pernah mengikuti penyuluhan tentang usahatani kopi?

a.Ya

b.Tidak

II.

Variabel penentu Strategi Pengembangan Usahtani kopi (SWOT)

A. Faktor Internal

1. Bagaimana menurut bapak/ibu ketersediaan bibit kopi saat ini?

a. Sangat tersedia

c. Cukup tersedia

b. Tersedia

d. Tidak Tersedia

2. Bagaimana menurut bapak/ibu ketersediaan tenaga kerja untuk usahatani kopi saat ini?


(3)

a. Sangat Tersedia

c. Cukup Tersedia

b. Tersedia

d. Tidak Tersedia

4. Menurut bapak/ibu, bagaimana penguasaan teknologi usahatanu kopi yang digunakan saat

ini?

a. Sangat rendah

c. cukup rendah

b. Rendah

d. Tidak rendah

5. Menurut bapak/ibu, tingkat pendidikan yang bagaimana diperlukan dalam pengembangan

usahatani kopi saat ini?

a. Perguruan Tinggi

c. SMP

b. SMA

d. SD

6. Bagaimana menurut bapak/ibu ketersediaan lahan usahatani Kopi yang digunakan saat ini?

a. Sangat tersedia

c. Cukup Tersedia

b. Tersedia

d. Tidak Tersedia

B. Faktor Eksternal

7. Menurut bapak/ibu bagaimana akses informasi pasar dalam usahatani kopi yang ada saat

ini?

a. sangat Tersedia

c. Cukup Tersedia

b. Tersedia

d. Tidak Tersedia

8. Bagaimana menurut bapak/ibu kondisi/stabilitas harga kopi saat ini?

a. Sangat stabil

c. Cukup stabil

b. Stabil

d. Tidak Stabil

9. Bagaimana menurut bapak/ibu ketersediaan Sarana Dan Prasarana yang ada di Desa ini

a. Sangat memadai

c. Sedikit

b. Memadai

Ada

10. Menurut bapak/ibu bagaimanakah peranan tenaga penyuluh pertanian di Desa ini?

a. Sangat mendukung

c.mendukung namun tidak melaksanakan


(4)

Lampiran 5. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT Kopi Samosir

I. FAKTOR INTERNAL

No

Indikator

Parameter

Skor

1.

Ketersediaan bibit kopi

Menggunakan bibit unggul produksi

sendiri

Menggunakan bibit biasa produksi

sendiri

Menggunakan bibit unggul yang di

beli dari balai pembibitan

Tidak menggunakan bibit unggul

4

3

2

1

2.

Ketersediaan Tenaga kerja

Tersedia tenaga kerja dalam keluarga

Menggunakan tenaga kerja luar

keluarga dengan biaya < Rp 50.000

per hari

Menggunakan tenaga kerja luar

keluarga dengan biaya > Rp 50.000

per hari

Tidak tersedia

4

3

2

1

3.

Ketersediaan Lahan Usahatani

> 15 ha lahan kosong

10 – 15 ha lahan kosong

5 – 10 ha lahan kosong

< 5 ha lahan kosong

4

3

2

1

4.

Modal

usahatani

Lembaga

pendukung

permodalan

yang

menyediakan bantuan seperti kredit

simpan pinjam, pupuk, pestisida,

mesin serta peralatan

Sudah ada dan berjalan baik

Sudah ada namun tidak berjalan baik

Masih proses pembentukan

Tidak ada

4

3

2

1

5.

Bantuan pemerintah

Ada, berkelanjutan dan sering

diberikan

Ada dan berkelanjutan, tetapi jarang

diberikan

Ada, namun tidak berkelanjutan

Tidak ada sama sekali

4

3

2

1


(5)

6.

Penguasaan teknologi

Mempunyai mesin penggiling kopi

sendiri

Mempunyai penggiling kopi manual

Mempunyai mesin penggiling dari

kelompok tani

Tidak mempunyai penggiling kopi

(biasanya dipinjam dari tetangga yang

punya)

4

3

2

1

II. FAKTOR EKSTERNAL

No

Indikator

Parameter

Skor

1.

Informasi pasar

Informasi pasar didapat setiap hari

Informasi pasar didapat setiap

minggu

Informasi pasar didapat setiap

bulan

Tidak tersedia

4

3

2

1

2.

Harga kopi

> Rp. 12.000/kg

Rp. 10.000-12.000/kg

Rp. 8.000-10.000/kg

< Rp. 8.000/kg

4

3

2

1

3.

Sarana dan Prasarana

Sangat memadai

Memadai

Sedikit

Ada

4

3

2

1

4.

Tenaga Penyuluh

Ada, frekuensi pertemuan rutin dan

program penyuluhan yang

berkelanjutan

Ada, frekuensi pertemuan rutin

namun program penyuluhan tidak

berkelanjutan

Ada, namun frekuensi pertemuan

tidak rutin

Tidak ada sama sekali

4

3

2

1


(6)

Keterangan Faktor Internal :

Indikator 3 : Sarana pendukung dan infrastruktur, dinilai dari 4 poin kelengkapan yaitu :

Tersedia areal penjemuran

Tersedia pabrik pengolahan

Sarana transportasi dari dan menuju areal perkebunan lancar

Tersedia jalan yang memadai (beraspal) dari dan menuju areal perkebunan

Parameter

: Sangat Memadai

(keempat poin penilaian tersedia)

Memadai (

tersedia tiga dari empat poin penilaian

)

Cukup Memadai

(tersedia dua dari empat poin penilaian

)

Kurang Memadai (

hanya ada salah satu poin penilaian yang

dapat dipenuhi)

Lampiran 4.