Kecerdasan Emosional
4.2.1. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan pegawai Dinas Perhubungan Kominfo Provinsi Sulawesi Tenggara untuk mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain yang dapat diamati dari indikator kesadaran diri, pengaturan diri, kesadaran sosial, serta keterampilan sosial. Berdasarkan data hasil penelitian (Lampiran 3), maka secara deskriptif item pernyataan yang berkaitan dengan kecerdasan emosional ditampilkan melalui tabel 4.6 berikut: Tabel 4.6. Deskripsi Variabel Kecerdasan Emosional
Rata-Rata No.
Alternatif Jawaban
Jml Indikator Perny. SS % S % N % TS % STS %
Item Resp.
Indikator perny.
1 39 57.4 27 39.7 2 2.9 0 0.0 0 0.0 68 4,54 Kesadaran
Diri 2 37 54.4 30 44.1 1 1.5 0 0.0 0 0.0 68 4,53 4,50 3 28 41.2 40 58.8 0 0.0 0 0.0 0 0.0 68 4,41 4 31 45.6 36 52.9 0 0.0 1 1.5 0 0.0 68 4,43
Pengaturan Diri
Kesadaran Sosial
Keteram- pilan Sosial
Sumber: Data primer, Tahun 2016. Tabel 4.6 menunjukkan variabel kecerdasan emosional memiliki nilai rata-rata
4,04. Ini berarti bahwa kecerdasan emosional termasuk dalam penilaian baik jika diamati dari indikator kesadaran diri, pengaturan diri, kesadaran sosial dan keterampilan sosial.
Secara deskriptif, kesadaran diri paling baik dalam pelaksanaannya menurut persepsi responden dengan nilai rata-rata sebesar 4,50. Artinya, pegawai menyadari keterkaitan antara perasaan, pikiran, perkataan dan perbuatannya. Disamping itu, pegawai menyadari kekuatan dan kelemahan serta kemampuan dirinya. Pengaturan Secara deskriptif, kesadaran diri paling baik dalam pelaksanaannya menurut persepsi responden dengan nilai rata-rata sebesar 4,50. Artinya, pegawai menyadari keterkaitan antara perasaan, pikiran, perkataan dan perbuatannya. Disamping itu, pegawai menyadari kekuatan dan kelemahan serta kemampuan dirinya. Pengaturan
Fakta empiris menunjukkan bahwa kesadaran sosial sudah baik dalam pelaksanaannya menurut persepsi responden dengan nilai rata-rata sebesar 3,85. Artinya pegawai selalu mengerti dengan pendapat rekan kerja, bersedia melakukan pelayanan dengan baik serta selalu menawarkan umpan balik yang bermanfaat. Selanjutnya, keterampilan sosial juga sudah baik dalam pelaksanaannya menurut persepsi responden dengan nilai rata-rata sebesar 3,63. Artinya pegawai terampil dalam melakukan pendekatan, mampu memimpin dalam menghadapi masalah- masalah sulit serta mampu memimpin melalui keteladanan.
Namun demikian, masih ada sebagian kecil responden yang kecerdasan emosionalnya belum optimal. Hal ini ditandai dengan adanya jawaban netral sebesar 15,1% dan tidak setuju sebesar 0,6%. Ini berarti bahwa jika dilihat dari sisi kesadaran diri, masih ada sebagian kecil pegawai yang belum sepenuhnya menyadari keterkaitan antara perasaan, pikiran, perkataan dan perbuatannya, belum sepenuhnya menyadari kekuatan dan kelemahan serta kemampuan dirinya. Dari sisi pengaturan diri, masih ada sebagian kecil pegawai yang belum sepenuhnya selalu menjaga agar emosi yang tidak stabil tetap terkendali, belum sepenuhnya mampu mewujudkan integritas yang bertanggung jawab dalam mengelola diri sendiri serta belum sepenuhnya bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas. Dari sisi kesadaran sosial, masih ada sebagian kecil pegawai yang belum sepenuhnya selalu mengerti dengan pendapat rekan kerja, belum sepenuhnya bersedia melakukan pelayanan dengan baik serta belum sepenuhnya selalu menawarkan umpan balik yang bermanfaat. Selanjutnya, dari sisi keterampilan sosial, masih ada sebagian kecil pegawai yang belum sepenuhnya terampil dalam melakukan pendekatan, belum sepenuhnya mampu memimpin dalam menghadapi masalah-masalah sulit serta belum sepenuhnya mampu memimpin melalui keteladanan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan kecerdasan emosional pegawai adalah pegawai harus dituntut agar menyadari keterkaitan antara perasaan, pikiran, perkataan dan perbuatannya. Pegawai juga dituntut untuk menyadari kekuatan dan kelemahan serta kemampuan dirinya. Disamping itu, pegawai harus selalu menjaga agar emosi yang tidak stabil tetap terkendali, mampu mewujudkan integritas yang bertanggung jawab dalam mengelola diri sendiri serta bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas. Kemudian, pegawai sebaiknya berupaya agar selalu mengerti dengan pendapat rekan kerja dan bersedia melakukan pelayanan dengan baik serta selalu menawarkan umpan balik yang bermanfaat. Selanjutnya, pegawai harus terampil dalam melakukan pendekatan, mampu memimpin dalam menghadapi masalah-masalah sulit serta mampu memimpin melalui keteladanan.