PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN

6.1.1 PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN

Arah kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh Tahun 2012- 2017 pada program prioritas ke-5 yaitu “Penanggulangan Kemiskinan” terdapat target program Perluasan Lapangan kerja yang diarahkan untuk mendorong terciptanya perluasan lapangan kerja di sektor informal maupun formal, meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja dan menciptakan fleksibilitas pasar kerja dalam kondisi hubungan industrial yang kondusif.

Hal ini sejalan dengan kebijakan lingkup Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh yaitu menciptakan tenaga kerja Aceh yang mandiri. Bila melihat kebijakan pada RPJMN K/L periode 2010-2014 kebijakan bidang ketenagakerjaan

Permasalahan pengangguran di Aceh sampai dengan tahun 2013 masih menjadi isu strategis di bidang ketenagakerjaan. Kondisi tersebut di tandai oleh kondisi tidak seimbangnya supply dan demand tenaga kerja (TK) akibat pertambahan angkatan kerja (AK) dan masih rendahnya daya saing kualitas sumber daya manusia (SDM) terutama untuk mengisi lowongan kerja di sektor formal. Faktor kondisi eksternal seperti situasi ekonomi dunia dan faktor perubahan sosial budaya juga memberi kontribusi jumlah pengangguran di Aceh, diantaranya masih sedikit angkatan kerja (AK) yang berorientasi untuk berwirausaha serta harapan pencari kerja dengan kondisi

yang ditawarkan di pasar kerja.

a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka

Tingginya tingkat pengangguran terbuka merupakan tantangan pembangunan yang harus dihadapi. Penurunan angka pengangguran yang belum signifikan menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi sejauh ini masih belum mampu mendorong penciptaan lapangan kerja terutama lapangan kerja produktif.

Kondisi ketenagakerjaan di Aceh diperkirakan masih memiliki kecenderungan yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya dimana jumlah angkatan kerja masih besar sedangkan penyerapan tenaga kerja terutama tenaga kerja produktif menjadi sangat terbatas. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari Tahun 2008-2012 disajikan pada Tabel 6.1.1.1.

Tabel 6.1.1.1

TPAK dan TPT Aceh dari Tahun 2008 s/d 2012

Bila melihat tingkat persentase tingkat partisipasi angkatan kerja dan pengangguran di Aceh, dapat dikatakan bahwa antara TPAK pada tahun 2008 sebesar 60,32 % dan TPAK pada tahun 2012 sebesar 65,85 % periode bulan Februari artinya persentase penduduk berusia di atas 15 tahun ke atas terus mengalami kenaikan sebesar 5.53 % dimana angka TPAK tersebut di atas merupakan persentase penduduk usia kerja yang siap untuk bekerja dan diserap dalam pasar tenaga kerja.

Sementara tingkat pengangguran terbuka (TPT) terus mengalami penurunan dari tahun 2008-2011. Akan tetapi pada periode Februari 2012 kembali mengalami kenaikan tingkat pengangguran terbuka yang mengakibatkan meningkatnya jumlah pengguran yang dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah angkatan kerja baru. Secara keseluruhan berdasarkan data umum ketenagakerjaan di Aceh yang dilansir oleh Pusdatinnaker (Data diolah) per Agustus 2011, Aceh cukup berhasil menurunkan angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari 9,56 % pada tahun 2008 menjadi 7,43 % pada tahun 2011 atau turun 2,12 % selama kurun waktu 4 tahun (2008-2011). Namun pada tahun 2012 periode bulan Februari TPT kembali terjadi kenaikan mencapai 7.88 % atau 0.45 %. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada Tabel 6.1.1.2 dibawah ini.

Tabel 6.1.1.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari Tahun 2008-2012

KEGIATAN UTAMA

Jika dilihat berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan periode tahun 2008-2011, TPAK juga mengalami peningkatan yang dibarengi dengan peningkatan terhadap jenjang pendidikan seperti yang disajikan pada Tabel 6.1.1.3.

Tabel 6.1.1.3

TPAK dan TPT Berdasarkan Pendidikan dari Tahun 2008-2012

PENDIDIKAN TERTINGGI

2010 2011 YANG DITAMATKAN

TPT TPAK TPT

1. SD kebawah 61.26 4.60 63.32 4.13 63.30 4.00 62.78 3.29 2. SLTP

Sumber : Pusdatinaker dan BPS Tahun 2012 (Data diolah)

Jadi semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka semakin besar kesiapannya untuk masuk ke dalam pasar tenaga kerja. Namun kondisi yang dikatakan ideal terhadap permasalahan pengangguran adalah apabila TPT menurun diikuti dengan meningkatnya jenjang pendidikan yang ditamatkan. Sebaliknya, tenaga kerja dengan tingkat pendidikan yang rendah masih banyak terserap dalam pasar tenaga kerja.

b. Angka Pengangguran dan Yang Bekerja Jumlah angka pengangguran untuk laki-laki masih lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Artinya, masih banyak laki-laki di atas usia 15 tahun yang tidak bekerja dibandingkan perempuan padahal mereka bersedia untuk diserap dalam pasar tenaga kerja. Namun bila melihat rata-rata jumlah penganggur antara laki- laki dan perempuan tidak berbeda jauh, artinya kesempatan kerja perempuan dan laki-laki adalah hampir relatif sama seperti yang disajikan pada Tabel 6.1.1.4.

Tabel 6.1.1.5

Kondisi Ketenagakerjaan di Aceh Periode Tahun 2008 – 2012

2011 2012 (Februari) KET

(Jiwa) (%) (Jiwa) (%)

1. Angkatan Kerja 1,793,410 60.32 1,897,922 62.50 1,938,519 63.17 2,001,259 63.78 2,087,692 65.85 a. Bekerja

1,621,998 54.56 1,732,561 57.05 1,776,254 57.88 1,852,473 59.04 1,923,285 60.67 b. Pengangguran Terbuka

171,412 5.77 165,361 5.45 162,265 5.29 148,786 4.74 164,407 5.19 2. Bukan Angkatan Kerja

1,179,573 39.68 1,138,837 37.50 1,130,131 36.83 1,136,272 36.22 1,082,471 34.15 3. Penduduk Usia Kerja (PUK 1 + 2)

2,972,983 100 3,036,759 100 3,068,650 100 3,137,531 100 3,170,163 100 4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) (%)

9.56 9.56 8.71 8.71 8.37 8.37 7.43 7.43 7.88 7.88 5. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) (%)

Sumber : Pusdatinaker dan BPS Tahun 2012 (Data diolah)

Bila melihat kondisi ketenagakerjaan di Aceh pada Tabel 6.1.1.5 di atas, pada tahun 2011 terdapat 1.852.473 Jiwa penduduk Aceh yang bekerja dengan jumlah angkatan kerja sebanyak 2.001.259 jiwa dan pengangguran terbuka sebanyak 148.786 jiwa, artinya jika dilihat jumlah orang yang bekerja pada tahun 2008 hingga tahun 2011 meningkat sebesar 230.475 jiwa. Namun demikian jumlah tersebut tidak diimbangi dengan jumlah angkatan kerja yang terus bertambah akibat rendahnya daya saing kualitas SDM dalam mengisi lowongan kerja dan kemampuan atau berorientasi pada dunia wirausaha.

Pada kondisi bulan Februari 2012, angka pengangguran di Aceh terjadi peningkatan dari 148.786 jiwa pada

86.433 jiwa dari tahun 2011 periode Agustus dan itu belum bisa terserap pada lapangan kerja yang tersedia. Peningkatan angkatan kerja tersebut ditunjukkan oleh peningkatan Tingkat Parsipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK Februari Tahun 2012 adalah sebesar 65,85 % atau naik sebesar 2,07 % % dibandingkan TPAK Tahun 2011.

Angka pengangguran juga didominasi oleh angkatan kerja yang memiliki pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat mencapai 50,35 % atau 82,788 jiwa pada tahun 2012 periode Februari. Bila dibandingkan dengan tingkat persentase pada tahun 2011 periode Agustus yaitu sebesar 50.00 % atau 74.366 jiwa, terjadi peningkatan pengangguran yang memiliki pendidikan SMA sederajat pada tahun sebelumnya sebesar 0.35 % atau 8.422 jiwa. Kemudian terdapat sekitar 5.304 jiwa lulusan perguruan tinggi sebagai penganggur dan untuk tamatan diploma sebanyak 7.230 jiwa. Untuk lebih jelasnya, jumlah angkatan kerja berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6.1.1.6.

Tabel 6.1.1.6

Jumlah Angka Pengangguran dan Bekerja Berdasarkan Pendidikan dari Tahun 2008-2012

PENDIDIKAN TERTINGGI

TAHUN

YANG DITAMATKAN

2011 2012 (FEBRUARI) Bekerja

Pengangguran Bekerja Pengangguran Bekerja Pengangguran Bekerja Pengangguran Bekerja Pengangguran (Jiwa)

(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)

1. SD kebawah 702,165 33,849 717,676 30,913 691,996 28,815 711,488 24,216 758,258 33,194 2. SLTP

357,066 35,297 375,467 32,796 395,171 28,150 393,900 32,065 395,674 35,891 3. SMU

350,342 71,802 391,024 76,353 411,174 72,437 453,547 65,874 452,242 71,447 4. SMK

Walaupun demikian jumlah sumberdaya manusia yang besar ini harus diakui merupakan potensi besar yang harus dikelola dengan optimal dan merupakan salah satu alternatif penting bagi proses percepatan pemulihan ekonomi di Aceh.

c. Produktivitas Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja

Peranan pendidikan dan pelatihan kerja memiliki arti penting dalam memenuhi tuntutan kebutuhan tenaga terampil dalam berbagai jenis pekerjaan. Selain itu, pendidikan dan pelatihan kerja harus mampu menambah pengetahuan dan memberi kesempatan kerja yang lebih luas bagi tenaga kerja yang dihasilkan Sesuai dengan peranan ini, pendidikan dan pelatihan kerja harus dapat menghasilkan tenaga yang mampu mengembangkan potensi masyarakat untuk dapat menghasilkan barang dan jasa yang berguna termasuk cara-cara memasarkannya. Kemampuan ini amat penting untuk memperluas lapangan kerja dan lapangan usaha. Dalam kaitan ini, sumberdaya manusia dikembangkan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan. Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dilakukan melalui penyempurnaan penyelenggaraan pelatihan tenaga kerja agar kualifikasi dan kompetensi tenaga kerja yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pemberi kerja (demand driven).

Tabel 6.1.1.7 Pelatihan Berbasis Kompetensi dan Berbasis Masyarakat Di Aceh

Berdasarkan Penggunaan Dana APBN

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa rentang waktu selama 7 tahun telah tersedia calon tenaga kerja yang siap bersaing sesuai dengan kompetensi. Pemerintah akan terus berupaya menyempurnakan dan mengkonsolidasikan program-program penciptaan kesempatan kerja.

Program-program ini nantinya mampu mengatasi masalah pengangguran, setengah penganggur, dan masalah kemiskinan sementara (transient poverty).

diharapkan mampu berjalan dan terus ditingkatkan melalui penyelenggaraan pelatihan berbasis kompetensi sehingga pada akhirnya kinerja BLK pun meningkat. Namun demikian, saat ini keberadaan Balai Latihan Kerja yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam peningkatan kualitas, masih terbatas dan belum dapat memenuhi kebutuhan pasar kerja yang berbasis kompetensi.

Tabel 6.1.1.8 Lembaga Pelatihan Kerja Pemerintah di Aceh

Berdasarkan Kabupaten/Kota

Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh, 2013

Pasar kerja pun tidak terlepas dari peran pemerintah dimana pasar kerja merupakan sarana tempat pertemuan antara penjual dan pembeli tenaga kerja. Saat ini di Aceh masih terdapat kesenjangan antara angkatan kerja dengan pasar kerja, hal ini dikarenakan belum sinkronnya “Link and Masch” sistem pendidikan dan dunia kerja. Kebijakan pasar kerja di Aceh telah mulai diupayakan sejak tahun 2005 melalui penciptaan kesempatan kerja di lapangan kerja formal seluas- luasnya. Pemerintah melalui Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh terus berupaya untuk mendorong terciptanya pekerjaan formal dengan mempertimbangkan besarnya angkatan kerja yang masih berusia muda, berpendidikan dan berketerampilan rendah.

penyebarluasan informasi pasar kerja dan bursa kerja yang telah dilakukan pada tahun 2006 terus ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya pada tahun 2007. Cakupan kegiatan informasi pasar kerja dan bursa kerja yang biasanya dilaksanakan di daerah perkotaan sudah selayaknya dapat pula dilakukan di daerah perdesaan dengan memperhatikan kondisi dan daya dukung yang dimiliki.

Pasar kerja luar negeri juga merupakan tantangan dan potensi besar yang harus segera disambut dengan pengelolaan ketenagakerjaan yang profesional, efektif dan efisien. Tenaga kerja Aceh di luar negeri telah memberikan kontribusi nyata dalam memajukan Aceh (Tabel 5.1.1.9). Namun permasalahan dalam pelayanan penempatan dan perlindungan tenaga kerja Aceh di luar negeri masih belum optimal dan menjadi perhatian banyak pihak.

Tabel 6.1.1.9 Penempatan TKI ke Luar Negeri Asal Aceh

Menurut Negara Tujuan Tahun 2011

NO Jenis Kelamin

Negara Penempatan

Jabatan

Jumlah Laki-Laki Perempuan

65 - 65 2 Qatar

1 Malaysia

Pekerja Ladang (Perkebunan)

2 - 2 3 Malaysia

Operator Tenaga Listrik (Migas)

Operator Produksi (industri)

Sumber : Pusdatinaker dan BPS Tahun 2012 (Data diolah)

Pemberian fasilitas ini didukung pula dengan penyebarluasan informasi pasar kerja di luar negeri yang mudah dijangkau, diakses, dan diketahui oleh masyarakat luas.

d. Perlindungan dan Pengawasan lembaga Ketenagakerjaan Gejolak unjuk rasa/pemogokan dan penyelesaian masalah hubungan industrial yang berlarut-larut (PHK dan tuntutan upah) masih menjadi agenda penting di Aceh khususnya pada Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk. Berbagai tuntutan yang diajukan, utamanya terkait dengan aspek rekrutmen yang dikenal dengan sistem outsourcing dan sistem pengupahan.

Bila melihat Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak di Provinsi Aceh dari Tahun 2005-2012 terus mengalami peningkatan seperti yang disajikan pada Tabel5.1.1.10.

Kondisi terakhir perkembangan nilai UMP yang ditetapkan oleh pemerintah dan ditentukan berdasarkan hasil penilaian terhadap Kebutuhan Hidup Layak (KHL) memang bisa dikatakan berdampak positif bagi pekerja, namun di satu sisi akan mengundang tenaga kerja dari luar daerah untuk datang berkompetensi mencari pekerjaan.

Tabel 6.1.1.10

Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Di Aceh Periode Tahun 2005-2013

JUMLAH BESARNYA TAHUN

Rp. 680.000,- 2006

Rp. 620.000,-

Rp. 920.000,- 2007

Rp. 820.000,-

Rp.1.200.000,- 2008

Rp. 850.000,-

Rp.1.189.946,- 2009

Rp.1.000.000,-

Rp.1.414.732,- 2010

Rp.1.200.000,-

Rp.1.494.792,- 2011

Rp.1.300.000,-

Rp.1.476.145,- 2012

Rp.1.350.000,-

Rp.1.531.500,- 2013

Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh, 2013

Sebenarnya bila dikaji lebih jauh, kedatangan tenaga kerja dari luar daerah akan berdampak pada persaingan sehat dengan angkatan kerja yang ada sehingga sumberdaya manusia yang memiliki keterampilan, punya kualitas akan diserap pada pasar kerja dan tenaga tenaga kerja yang tidak memiliki keterampilan atau kualitas akan terpinggirkan.

Peranan pengawas tenaga kerja juga sangat penting terkait masalah ketenagakerjaan terutama untuk penegakkan hukum dalam kasus hubungan industrial. Sejauh ini masih banyak kasus ketenagakerjaan di daerah kurang terawasi dan terbengkalai dikarenakan penyebaran kualitas dan kuantitas pengawas ketenagakerjaan di daerah belum merata bahkan ada tenaga pengawas yang ditarik ke instansi lain. Jadi bukan pekerjaan yang mudah bagi kita untuk meyakinkan pihak lain terkait tenaga pengawas untuk lebih fokus. Saat ini tenaga pengawas di Aceh berjumlah 30 Orang dan yang telah menjadi PPNS berjumlah 16 Orang sehingga total menjadi 46 Orang.

Saat ini melalui Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Aceh yang menangani bidang ketenagakerjaan, kegiatan yang menjadi prioritas terhadap upaya perlindungan dan pengembangan lembaga ketenagakerjaan adalah pengawasan ketenagakerjaan, upah minimum, jaminan sosial tenaga kerja, kebebasan berserikat, pelaksanaan perjanjian kerja tertentu dan outsourching serta berbagai macam masalah ketenagakerjaan lainnya.