Perilaku Jajan pada Murid SD di Beberapa SD di Kota Medan Tahun 2010

(1)

PERILAKU JAJAN PADA MURID SD DI BEBERAPA SD DI KOTA MEDAN TAHUN 2010

Oleh: GEBY ANTHONY

070100037

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

PERILAKU JAJAN PADA MURID SD DI BEBERAPA SD DI KOTA MEDAN TAHUN 2010

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh: GEBY ANTHONY

070100037

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul:

Perilaku Jajan pada Murid SD di Beberapa SD di Kota Medan Tahun 2010

Nama : Geby Anthony NIM : 070100037

Pembimbing Penguji I

dr. Sri Sofyani Sp.A (K) Prof.Dr.dr.Rozaimah Zain-Hamid,M.S.,Sp.FK NIP: 19530417 198003 2 001 NIP : 19530417 198003 2 001

Penguji II

dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes. NIP : 19690609 199903 2 001

Medan, 17 Desember 2010 Dekan,

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Prof.dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH NIP : 19540220 198110 1 00


(4)

ABSTRAK

Sekitar 70% murid SD jajan setiap hari di sekolah. Namun, tidak semua jenis makanan jajanan aman untuk kesehatan tubuh, dan konsumsi makanan jajanan yang berlebihan dapat mengganggu kesehatan. Karena banyaknya makanan jajanan yang tidak memenuhi syarat kesehatan, penulis ingin mengetahui sejauh mana perilaku jajan murid-murid SD di beberapa SD di kota Medan terhadap makanan jajanan.

Penelitian ini salah satu survei yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah murid-murid kelas IV, V, dan VI SD Dharma Wanita, SD Harapan 2, SD Budisatrya, SDN 067248, dan SDN 067954. Sampel yang dipilih berdasarkan simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, dan memakai data sekunder yang berasal dari sekolah. Analisis data dilakukan dengan progam

SPSS (Statistic Package for Social Science). Tujuan peneltian ini adalah untuk

mengetahui perilaku jajan murid di beberapa Sekolah Dasar di kota Medan tahun 2010.

Hasil dari penelitian ini diperoleh perilaku jajan pada murid SD di beberapa SD di kota Medan tahun 2010 sebagian besar adalah cukup yaitu 329 orang (85,9%), diikuti perilaku kurang sejumlah 48 orang (12,5%), dan yang berpeilaku baik sejumlah 6 orang (1,6%). Tidak ada hubungan antara sarapan pagi dengan perilaku jajan murid SD (p=0,345). Ada hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku jajan murid SD (p=0,001). Tidak ada hubungan antara jumlah uang jajan dengan perilaku jajan murid SD (p=0,975). Tidak didapatkan hubungan antara lamanya menonton televisi dengan perilaku jajan (p=0,994).

Kesimpulan penelitian ini adalah murid-murid SD di kota Medan tahun 2010 paling banyak memiliki perilaku jajan cukup. Tidak ada hubungan antara sarapan pagi dengan perilaku jajan murid SD. Ada hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku jajan murid SD. Tidak ada hubungan antara jumlah uang jajan dengan perilaku jajan murid SD. Tidak didapatkan hubungan antara lamanya menonton televisi dengan perilaku jajan.


(5)

ABSTRACT

About 78% elementary students consume street foods. But, not all kinds of street food are safe for our health, and excessive consumption of street food can damage our health. Since the number of snacks that do not meet health requirements, the authors wanted to know how far the behavior of elementary students on a few elementary school in Medan on street food consumption in 2010

This research is a analytic descriptive study with cross sectional approach. Samples are gained from grade IV, V, and VI of the students of SD Dharma Wanita, SD Harapan 2, SD Budisatrya, SDN 067248, and SDN 067954. Samples are selected based on simple random sampling. The data were collected using a questionnaire that had to be filled by the respondents, and secondary data were be took from each school. Data analysis was performed by using the SPSS (Statistics Package for Social Science) program.

The results of this study were that elementary students in Medan in 2010 who had adequate behaviour on street food consumption were as many as 329 people (85,9%), followed by poor behaviour as many as 48 people (12,5%), and good behavior people as many as 6 people (1,6%). There was no significant relationship between breakfast and behavior on street food consumption of elementary students (p=0.0345). There was a relationship between peer influence and behavior on street food consumption of elementary students (p=0.001). There was no relationship between the amount of pocket money and behavior on street food consumption of elementary students ( p= 0.975).

This conclusion of this study were elementary students in Medan in 2010 had adequate behaviour on street food consumption. There was no significant relationship between breakfast and behavior on street food consumption of elementary students. There was a relationship between peer influence and behavior on street food consumption of elementary students. There was no relationship between the amount of pocket money and behavior on street food consumption of elementary students.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul ”Perilaku Jajan pada Murid SD di Beberapa SD di Kota Medan Tahun 2010”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Kedua orangtua penulis, Caesaria dan Muhammad Huriyonto yang telah mengikhlaskan tenaga, waktu, pikirannya demi keberhasilan anak-anaknya.

2. Ibu dr. Sri Sofyani Sp. A. (K), sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk dan saran, serta ketenangan sehingga laporan hasil penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof.dr.Abdurrahman S. Sp.THT (K) selaku Dosen Penasehat Akademis yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kedokteran USU.

5. Ibu Prof.Dr.dr.Rozaimah Zain Hamid,M.S.,Sp.FK, dan Ibu dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes., selaku Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II yang telah memberikan petunjuk dan nasehat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

6. Seluruh murid dan guru SD Harapan 2, SDN 067945, SDN 067248, SD Budisatrya, dan SD Dharma Wanita.


(7)

7. Para sahabat yang telah membantu penulis dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini: Rayhan Aghani Amiseno, Devi Pratami, Krisnarta Sembiring, Ira Nola Lingga, Rahila, Fuji Khairunnisa, Rahmi, Musdayani Nst., Fairuz Syarifuddin, Okmaronab Febriza, Setia Yuda Nugraha, Disti Hardiyanti, Cindy Putri, Rizki Eka Putra, Ayu Sasmita Daulay, dan Yan Indra Fajar Sitepu.

Penulis menyadari ketidaksempurnaan dirinya, karena penulis hanyalah manusia biasa yang tidak sempurna. Untuk itu penulis mohon maaf atas segala kesalahan yang ada, baik terdapat di dalam karya tulis ini maupun kesalahan terhadap beberapa pihak selama penelitian ini dilakukan. Demi karya yang lebih baik di kemudian hari, penulis menerima kritik dan saran. Semoga karya tulis ini bermanfaat untuk kita semua.

Medan, 10 Desember 2010

Penulis

Geby Anthony 070100037


(8)

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...4

2.1. Perilaku ... ...4

2.1.1. Pengertian Perilaku...4

2.1.2. Pembagian Perilaku...4

2.1.3. Domain Perilaku...5

2.2. Makanan Jajanan...10

2.2.1. Pengertian Makanan Jajanan...10

2.2.2. Jenis Makanan Jajanan...10

2.2.3. Manfaat dan Bahaya Makanan Jajanan...10

2.2.4. Bahan Aditif pada Makanan dan Kesehatan...11

2.2.5.Konsumsi Makanan dan Kebiasaan Jajan Anak Sekolah...14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL …...15

3.1. Kerangka Konsep Penelitian...15

3.2. Variabel dan Defenisi Operasional...15

3.2.1. Variabel Bebas...15

3.2.2. Variabel Terikat...17

3.3. Hipotesis ...19

BAB 4 METODE PENELITIAN ………...20

4.1. Jenis Penelitian ………...…...20

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ……….………...20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ……….……….20

4.3.1. Populasi...20


(9)

4.4. Teknik Pengumpulan Data...22

4.5. Pengolahan dan Analisa Data...22

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...23

5.1. Hasil Penelitian... 23

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian...23

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Dasar Responden...25

5.1.3 Gambaran Perilaku Jajan pada Murid SD di Kota Medan Tahun 2010... 26

5.2 Pembahasan... 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 35

6.1. Kesimpulan ... 35

6.2. Saran... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37 LAMPIRAN


(10)

Tabel Halaman

Tabel 2.1. Pewarna Buatan yang Direkomendasikan oleh Depkes RI... 11

Tabel 2.2. Pemanis Buatan yang Direkomendasikan oleh Depkes RI... 12

Tabel 2.3. Citarasa Buatan yang Direkomendasikan oleh Depkes RI... 12

Tabel 2.4. Pengawet Buatan yang Direkomendasikan oleh Depkes RI... 13

Tabel 5.1. Karakteristik Responden... ...25

Tabel 5.2. Gambaran Perilaku Jajan pada Murid SD di Beberapa SD di Kota Medan Tahun 2010 ...26

Tabel 5.3. Hubungan Perilaku Jajan dengan Jenis Kelamin... ...27

Tabel 5.4 Hubungan Perilaku Jajan dengan Jumlah Uang Jajan Setiap Hari...27

Tabel 5.5 Hubungan Perilaku Jajan dengan Lama Menonton Televisi ...27

Tabel 5.6 Distribusi Gambaran Perilaku Jajan Berdasarkan Umur...28

Tabel 5.7 Hubungan Perilaku Jajan dengan Sarapan Pagi...28

Tabel 5.8 Distribusi Gambaran Perilaku Jajan Berdasarkan Alasan Jajan ...29

Tabel 5.9 Hubungan Perilaku Jajan dengan Teman...29


(11)

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian...15


(12)

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 Lembar Penjelasan Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Lembar Pernyatan Persetujuan setelah Penjelasan (Informed Consent) Kesediaan Mengikuti Penelitian

Lampiran 5 Out Put SPSS Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian Lampiran 6 Ethical Clearance

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian di SD Harapan 2 Lampiran 8 Surat Izin Penelitian di SD Budisatrya Lampiran 9 Surat Izin Penelitian di SDN 067954 Lampiran 10 Surat Izin Penelitian di SDN 067248 Lampiran 11 Surat Izin Penelitian di SD Dharma Wanita Lampiran 12 Data Induk Penelitian

Lampiran 13 Out Put SPSS Deskripsi Karakteristik Responden dan Distribusi Perilaku Responden

BAB I PENDAHULUAN


(13)

ABSTRAK

Sekitar 70% murid SD jajan setiap hari di sekolah. Namun, tidak semua jenis makanan jajanan aman untuk kesehatan tubuh, dan konsumsi makanan jajanan yang berlebihan dapat mengganggu kesehatan. Karena banyaknya makanan jajanan yang tidak memenuhi syarat kesehatan, penulis ingin mengetahui sejauh mana perilaku jajan murid-murid SD di beberapa SD di kota Medan terhadap makanan jajanan.

Penelitian ini salah satu survei yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah murid-murid kelas IV, V, dan VI SD Dharma Wanita, SD Harapan 2, SD Budisatrya, SDN 067248, dan SDN 067954. Sampel yang dipilih berdasarkan simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, dan memakai data sekunder yang berasal dari sekolah. Analisis data dilakukan dengan progam

SPSS (Statistic Package for Social Science). Tujuan peneltian ini adalah untuk

mengetahui perilaku jajan murid di beberapa Sekolah Dasar di kota Medan tahun 2010.

Hasil dari penelitian ini diperoleh perilaku jajan pada murid SD di beberapa SD di kota Medan tahun 2010 sebagian besar adalah cukup yaitu 329 orang (85,9%), diikuti perilaku kurang sejumlah 48 orang (12,5%), dan yang berpeilaku baik sejumlah 6 orang (1,6%). Tidak ada hubungan antara sarapan pagi dengan perilaku jajan murid SD (p=0,345). Ada hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku jajan murid SD (p=0,001). Tidak ada hubungan antara jumlah uang jajan dengan perilaku jajan murid SD (p=0,975). Tidak didapatkan hubungan antara lamanya menonton televisi dengan perilaku jajan (p=0,994).

Kesimpulan penelitian ini adalah murid-murid SD di kota Medan tahun 2010 paling banyak memiliki perilaku jajan cukup. Tidak ada hubungan antara sarapan pagi dengan perilaku jajan murid SD. Ada hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku jajan murid SD. Tidak ada hubungan antara jumlah uang jajan dengan perilaku jajan murid SD. Tidak didapatkan hubungan antara lamanya menonton televisi dengan perilaku jajan.


(14)

ABSTRACT

About 78% elementary students consume street foods. But, not all kinds of street food are safe for our health, and excessive consumption of street food can damage our health. Since the number of snacks that do not meet health requirements, the authors wanted to know how far the behavior of elementary students on a few elementary school in Medan on street food consumption in 2010

This research is a analytic descriptive study with cross sectional approach. Samples are gained from grade IV, V, and VI of the students of SD Dharma Wanita, SD Harapan 2, SD Budisatrya, SDN 067248, and SDN 067954. Samples are selected based on simple random sampling. The data were collected using a questionnaire that had to be filled by the respondents, and secondary data were be took from each school. Data analysis was performed by using the SPSS (Statistics Package for Social Science) program.

The results of this study were that elementary students in Medan in 2010 who had adequate behaviour on street food consumption were as many as 329 people (85,9%), followed by poor behaviour as many as 48 people (12,5%), and good behavior people as many as 6 people (1,6%). There was no significant relationship between breakfast and behavior on street food consumption of elementary students (p=0.0345). There was a relationship between peer influence and behavior on street food consumption of elementary students (p=0.001). There was no relationship between the amount of pocket money and behavior on street food consumption of elementary students ( p= 0.975).

This conclusion of this study were elementary students in Medan in 2010 had adequate behaviour on street food consumption. There was no significant relationship between breakfast and behavior on street food consumption of elementary students. There was a relationship between peer influence and behavior on street food consumption of elementary students. There was no relationship between the amount of pocket money and behavior on street food consumption of elementary students.


(15)

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Tanjung (2008) sebanyak 78,6% murid SD jajan setiap hari di sekolah. Padahal kualitas jajanan di sekolah-sekolah rendah. Hal ini dibuktikan oleh Balai Pengawas Obat dan Makanan (POM) Republik Indonesia (2007) yang mana melaporkan hasil monitoring Jajanan Anak Sekolah (JAS) yang meliputi jenis pangan jajanan yang sering tidak memenuhi syarat (TMS), karena penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) yang melebihi batas, penyalahgunaan bahan berbahaya yang seharusnya tidak boleh digunakan dalam pangan, serta cemaran mikrobiologi yang mencerminkan kualitas mikrobiologi pangan jajanan anak sekolah. Monitoring ini dilakukan oleh Badan POM RI pada tahun 2006 dengan hasil yaitu:

1. Proporsi sampel JAS yang memenuhi persyaratan adalah sebesar 50,57% 2. Warna merah minuman, sirup ataupun es masing-masing sebanyak 20%,

7%, dan 13% disebabkan oleh penambahan rhodamin B.

3. Penggunaan siklamat yang melebihi batas maksimum pada es lebih tinggi dibandingkan yang terdapat pada minuman merah, sirup, jeli, ataupun agar, yaitu lebih dari 50%.

4. Sampel minuman merah dan es memliki persentase TMS di atas 59%. 5. Kurang dari 6% sampel mie dan bakso mengandung formalin.

Hasil survei Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terhadap jajanan anak sekolah di 4.500 SD di Indonesia menyatakan bahwa antara 3-20% jajanan anak sekolah masih mengandung bahan kimia berbahaya (Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, 2010). Laporan kegiatan pengawasan obat dan makanan tahun 2006 Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (POM) Semarang menyebutkan sekitar 66,7% makanan dan jajanan anak sekolah di Jateng tidak memebuhi syarat kesehatan (Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2010).

Penjaja makanan tidak menutup makanan jajanan secara sempurna, tidak memilki fasilitas kesehatan yang mendukung seperti sarana air bersih,


(16)

tempat pembuangan sampah yang kurang memadai, sehingga penyajian makanan jajanannya belum memenuhi syarat kesehatan. Tanjung (2008) melaporkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel makanan jajanan yaitu mie dan sirup terbukti tercemar E. coli. Sejauh ini sudah ada tindakan intervensi kepada jajaran sekolah dan pemberdayaan kantin sekolah menjadi “Kantin Sehat Sekolah”. Kementerian Pendidikan Nasional melalui Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani sejak 2009 melaksanakan Program Pembinaan Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah, melalui Penataan Kantin Sehat di Sekolah dengan pemberian Block Grant serta penyuluhan/bimbingan teknis kepada kepala sekolah, guru, dan pengelola kantin yang ada di sekolah. Kegiatan ini dilaksanakan di seluruh provinsi di Indonesia, dan pada tahap pertama/tahun 2009 dipilih satu kabupaten/kota di setiap provinsi untuk percontohan dan direncanakan akan dilanjutkan pada tahun-tahun yang akan datang (Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia, 2010). Di Sumatera Utara ada empat sekolah yang menjadi sekolah percontohan, keempatnya berada di kabupaten Deli Serdang.

Karena banyaknya makanan jajanan yang tidak memenuhi syarat kesehatan, penulis ingin mengetahui sejauh mana perilaku jajan murid-murid SD di beberapa SD di kota Medan terhadap makanan jajanan.

1.2. Rumusan Masalah

Dari penjelasan di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

Bagaimana perilaku jajan pada murid Sekolah Dasar di Beberapa SD di Kota Medan tahun 2010?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum


(17)

Untuk mengetahui perilaku jajan murid di beberapa Sekolah Dasar di kota Medan tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.Untuk mengetahui jumlah uang jajan sehari murid SD. 2.Untuk mengetahui alasan jajan murid SD.

3.Untuk mengetahui berapa persen murid SD yang sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah.

4.Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara teman sebaya dengan perilaku jajan

5.Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara sarapan pagi, jumlah uang jajan, dan lamanya menonton televisi dengan perilaku jajan murid SD.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk: 1. Untuk murid SD di masing-masing sekolah:

Untuk meningkatkan kesadaran mereka dalam memilih jajanan yang bergizi dan sehat.

2. Untuk peneliti:

Untuk menambah pengetahuan mengenai perilaku jajan pada murid SD, dan dengan melakukan penelitian, diharapkan peneliti dapat mengimplementasikan pelajaran yang diperoleh di bangku kuliah ke dalam penelitian sebenarnya dalam masyarakat.

3. Untuk pihak sekolah:

Bahan masukan untuk melakukan perbaikan dalam mengelola lingkungan sekolahnya, terutama kantin dan penjaja makanan di lingkungan sekolahnya.

BAB 2


(18)

2.1. Perilaku

2.1.1. Pengertian Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2005) dan Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2005) perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan yang merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Dengan demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus → Organisme → Respons, sehingga disebut teori “S-O-R”. Ada dua jenis respons, yaitu:

a. Respondent respons atau refleksif, yakni respons yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Misalnya makanan lezat akan menimbulkan nafsu untuk makan atau mendengar berita musibah akan menimbulkan rasa sedih.

b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul

dan berkembang kemudian diikuti oleh stimuli atau rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini disebut reinforcing stimuli atau

reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat respons. Misalnya,

apabila seorang petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik adalah sebagai respons terhadap gaji yang cukup (stimulus). Kemudian karena kerja baik tersebut, menjadi stimulus untuk memperoleh promosi pekerjaan. Jadi, kerja baik tersebut sebagai reinforcer untuk memperoleh promosi pekerjaan.

2.1.2. Pembagian Perilaku

Berdasarkan teori “S-O-R” di atas perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:


(19)

Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable

behavior” atau “covert behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan

dan sikap. Contoh: Ibu hamil tahu pentingnya periksa hamil untuk kesehatan bayi dan dirinya sendiri (pengetahuan), kemudian ibu tersebut bertanya kepada tetangganya di mana tempat periksa hamil yang dekat (sikap).

b.Perilaku terbuka ( Overt Behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observable behavior”. Contoh, seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya ke puskesmas, seorang anak menggosok gigi setelah makan, dan sebagainya. Contoh-contoh tersebut adalah bentuk tindakan nyata, dalam bentuk kegiatan atau dalam bentuk praktik (practise).

2.1.3. Domain Perilaku

Domain perilaku berdasarkan Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2005) yang telah dikembangkan untuk kepentingan pendidikan praktis, dibagi dalam tiga tingkat ranah perilaku sebagai berikut:

1.Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Secara garis besar ada enam tingkat pengetahuan, yaitu:


(20)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa jamban adalah tempat membuang air besar.

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikannya secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya, orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M (mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras, dan sebagainya tempat-tempat penampungan air tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang telah paham tentang proses pencernaan, ia harus dapat membuat pencernaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau di mana saja. Orang yang telah paham metodologi penelitian, ia akan mudah membuat proposal peelitian di mana saja, dan seterusnya.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara


(21)

nyamuk Aedes agepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi bekaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan jastifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana.

2.Sikap ( attitude )

Campbell (1950) dalam Notoatmodjoe (2005) mendefinisikan sikap sebagai “ An individual’s attitude is sundrome of response consistency with

regard to object.” Jadi, sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian,

dan gejala kejiwaan yang lain.

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan dimana saling berunut, yaitu: (Notoatmodjo, 2005)

a. Menerima (Receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).


(22)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d.Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Sikap yang sudah positif terhadap suatu objek, tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh:

a. Sikap, untuk terwujud di dalam suatu tindakan bergantung pada situasi pada saat itu.

b.Sikap akan diikuti atau tidak pada suatu tindakan mengacu pula pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

Pengukuran terhadap sikap ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek dan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan yang bersifat hipotesis, kemudian dikenakan pendapat responden ( Notoatmodjo, 2005).

3. Tindakan atau praktik (Practice)

Dalam terbentuknya tindakan diperlukan faktor lain, yaitu adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Seorang ibu hamil sudah tahu bahwa periksa hamil itu penting untuk kesehatannya dan janinnya, dan sudah ada niat (sikap) untuk periksa hamil. Agar sikap itu meningkat menjadi tindakan, maka diperlukan bidan, posyandu, atau puskesmas yang dekat dari rumahnya, atau fasilitas tersebut mudah dicapainya. Apabila tidak, kemungkinan ibu tersebut tidak


(23)

akan memeriksa kehamilannya. Tingkatan praktik atau tindakan menurut kualitasnya dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu:

a. Praktik terpimpin (guided response)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. Misalnya, seorang ibu memeriksa kehamilannya tetapi masih menunggu diingatkan oleh bidan atau tetangganya. Seorang anak kecil menggosok gigi namun masih selalu diingatkan oleh ibunya, adalah masih disebut praktik atau tindakan terpimpin.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabia subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis. Misalnya, seorang ibu selalu membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang, tanpa harus menunggu perintah dari kader atau petugas kesehatan. Seorang anak secara otomatis menggosok gigi setelah makan, tanpa disuruh oleh ibunya.

c. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas. Misalnya, menggosok gigi, bukan sekedar gosok gigi, melainkan dengan teknik-teknik yang benar. Seorang ibu memasak memilih bahan masakan bergizi tinggi meskipun bahan makanan tersebut murah harganya (Notoatmodjo, 2005).


(24)

2.2.1. Pengertian Makanan Jajanan

Menurut Widodo dalam Tanjung (2008) makanan jajanan yang dijual oleh pedangan kaki lima atau dalam istilah lain disebut “street food”, menurut FAO didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Jajanan kaki lima dapat menjawab tantangan mayarakat terhadap makanan yang murah, mudah, menarik, dan bervariasi.

2.2.2. Jenis Makanan Jajanan

Menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (1998) dalam Lubis (2007) jenis-jenis makanan jajanan adalah sebagai berikut:

a. Makanan jajanan yang berbentuk panganan, misalnya kue-kue kecil, pisang goreng, kue putu, kue bugis, atau sebagainya.

b.Makanan jajanan yang diporsikan (menu utama) seperti pecal, mie bakso, nasi goreng, mie rebus dan sebagainya.

c. Makanan jajanan yang berbentuk minuman seperti es krem, es campur, jus buah, dan sebagainya.

2.2.3. Manfaat dan Bahaya Makanan Jajanan

Menurut Wardiatmo dan Ridwan (1987) dalam Lubis (2007) manfaat makanan jajanan untuk anak sekolah adalah sebagai sarapan pagi dan makanan selingan di antara makanan yang utama. Menurut Hermina (2004) dalam Ginting (2007) makanan juga dapat memberikan tambahan gizi jika memiliki mutu, gizi, dan kebersihan yang baik. Menurut Sihaldi (2004) dalam Ginting (2007) makanan jajanan yang bervariasi akan menumbuhkan kebiasaan penganekaragaman makanan sejak kecil.

Baliwati (2004) dalam Kesumawati (2009) mengemukakan bahwa makanan jajanan mengandung bahan pengawet buatan dan zat warna buatan yang bisa membahayakan tubuh manusia sehingga dalam jangka


(25)

pendek dapat menimbulkan gejala-gejala sangat umum seperti pusing, mual, muntah, diare, atau bahkan kesulitan buang air besar.

2.2.4.Bahan Aditif pada Makanan dan Kesehatan 1. Bahan Tambahan Makanan (Food Additive)

a. Pewarna Buatan

Beberapa pewarna buatan yang direkomendasikan oleh Depkes RI tertera dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.1. Beberapa Pewarna Buatan yang Direkomendasikan oleh Depkes RI

No Nama Batas Maksimum Penggunaan

1 Merah (45430) 0,1 g/kg (Es krim), 0,2-0,3 g/kg (Jem, Jeli, saus, Buah Kalengan) 2 Hijau (42053) 0,1 g/kg (es krim) 0,2 kg (Jeli, Buah

Kalengan), 0,3 g/kg (acar) 3 Kuning 15985 0,1 g/kg (Es krim), 0,2 g/kg (Jeli, Buah

Kalengan), 0,3 g/kg (acar) 4 Cokelat (20285) 0,07g/kg (minuman ringan), 0,3 g/kg

(makanan lainnya)

5 Biru (42090) 0,1 g/kg (es krim), 0,2 g/kg (deli, buah kalengan), 0,3 g/kg (acar) Sumber: Budianto, 2009

Penggunaan bahan pewarna buatan yang tidak direkomendasikan oleh Depkes RI atau oleh FDA dapat menimbulkan gangguan kesehatan, seperti timbulnya kanker usus dan pankreas. Hal ini disebabkan oleh kandungan arsen melebihi 0,00014% dan timbal melebihi 0,001%. Batas konsumsi bahan pearna buatan yang direkomendasikan oleh Depkes berkisar 1,25-1,5 mg/Kg berat badan (untuk warna merah), 2,5 mg/Kg berat badan (untuk warna biru), 12,5 mg /Kg berat badan (untuk warna hijau), dan 5-7,5 mg/Kg berat badan (untuk warna kuning).


(26)

Beberapa pemanis buatan yang direkomendasikan oleh Depkes RI tertera dalam tabel berikut ini:

Tabel 2. 2. Beberapa Pemanis Buatan yang Direkomendasikan oleh Depkes RI

No Nama Batas Maksimum Penggunaan

1 Sakarin (300-700 x

manis gula)

100 mg/kg (permen), 200 mg/kg (es krim, jet jeli), 300 mg/kg (Saus, es lilin, minuman ringan, minuman Yogurt) 2 Siklamat

(30-80 x manis gula)

1 g/kg (permen, 2 g/kg (Es krim, Es Min, Minuman ringan, minuman Yogurt)

Sumber: Budianto, 2009

c. Citarasa Buatan (Penyedap Rasa dan Aroma)

Beberapa citarasa buatan yang direkomendasikan oleh Depkes RI tertera dalam tabel berikut ini.

Tabel 2. 3. Beberapa Citarasa Buatan yang Direkomendasikan oleh Depkes RI

No Nama Batas Maksimum Penggunaan

1 Monosodium Glutamat Secukupnya

2 Vanilin.amh 0,7 g/kg produk siap konsumsi 3 Benzaldehida Cherry Secukupnya

4 Aldehida Sinamat Secukupnya

5 Mentol mint Secukupnya

6 Eugenol rempah-rempah

Secukupnya

7 Benzilasetat (Strawbery)

Secukupnya

8 Asmil Asetat Secukupnya

Sumber: Budianto, 2009

Mengkonsumsi MSG secara berlebihan dapat menimbulkan Chinese Restaurant Syndrome (kesemutan pada punggung, leher, rahang bawah, sesak nafas, dan pusing kepala). Anak tikus yang diberi MSG dosis tinggi (0,5 g/Kg berat badan) akan menderita gangguan saraf, kerusakan retina,dan pertumbuhan kerdil.


(27)

d. Pengawet Buatan

Beberapa pengawet buatan yang direkomendasikan oleh Depkes RI tertera dalam tabel berikut ini:

Tabel 2. 4. Beberapa Pengawet Buatan yang Direkomendasikan oleh Depkes RI

No Nama Batas Maksimum Penggunaan

1 Asam Benzoat 600 mg/Kg (kecap, minuman ringan ), 1 g/ Kg (acar, margarin, sari nenas, saus, makanan lainnya)

2 Kalium Nitrat 50 mg/Kg (keju), 500 mg/Kg (daging) 3 Kalium Bisulfat 50 mg/Kg (kentang goreng), 100

mg/Kg (udang beku), 500 mg/Kg (sari nenas)

Sumber: Budianto, 2009

2. Penyalahgunaan Borak sebagai Pengawet Makanan

Borak sebenarnya bukan untuk bahan pengawet makanan, tetapi digunakan sebagai bahan antiseptik dalam bentuk bedak, cairan, dan salep (dalam bentuk asam borak). Borak juga digunakan sebagai pembasmi semut. Penggunaan borak sebagai bahan pengawet makanan merupakan bentuk penyalahgunaan. Penelitian di Palembang menunjukkan bahwa 70% bakso di Palembang mengandung borak sebanyak 0,20-0,90 ppm kg bakso sedang, pada mie mengandung borak sebanyak 0,17-0,59 ppm/100 g mie. Penggunaan borak pada makan tersebut dimaksudkan sebagai pengawet dan meningkatkan sifat kekenyalan bakso dan mie. Konsumsi borak dapat menimbulkan kelainan pada susunan saraf pusat, saluran pencernaan, ginjal, hati, dan kulit. Pada susunan saraf borak dapat menimbulkan depresi, kekacauan mental, dan mungkin retardasi mental (Budianto, 2009).

Namun, pada kenyataannya para penjaja makanan tidak menggunakan jumlah bahan aditif makanan sesuai dengan peraturan pemerintah.


(28)

2.2.5.Konsumsi Makanan dan Kebiasaan Jajan Anak Sekolah

Menurut Khumaidi (1994) dalam Ginting (2007) kebiasaan yaitu pola perilaku yang diperoleh dari pola praktek yang terjadi berulang-ulang. Jajan adalah perilaku mengudap, membeli pangan, di kedai arung atau yang dijajakan orang.

Moehdji S (1992) dalam Tanjung (2008) mengatakan saat permulaan usia sekolah, anak mulai berinteraksi dengan suasana, lingkungan, dan orang baru. Hal ini akan mempengaruhi kebiasaan anak. Pengalaman baru, kegembiraan di sekolah, rasa takut karena terlambat tiba di sekolah mengakibatkan anak sering menyimpang dari kebiasaan waktu makan yang sudah teratur sebelum masuk sekolah.

Menurut Hui Y. H. (1985) dalam Tanjung (2008) kebiasaan jajan mempengaruhi konsumsi makanan di rumah. Makanan jajan dapat membuat anak merasa kenyang sebelum makan di rumah karena lambung anak yang kecil.

Menurut Agresta (2005) dalam Ginting (2007) kebiasaan jajan pada anak sekolah dipengaruhi jumlah uang dari orangtua, rasa lapar, bujukan teman, rayuan pedagang makanan, dan lainnya. Menurut Suci (2009) jumlah uang jajan yang wajar untuk anak sekolah dasar adalah dalam jumlah kisaran Rp. 1000,00-Rp.5.000,00.

Selain itu, televisi juga mempengaruhi kebiasaan jajan anak. Anak yang belum dapat berpikir kritis mudah terbujuk dan hampir seketika menyukai makanan misalkan keripik kentang, permen, atau makanan lain yang “tak bergizi” yang iklannya dibintangi oleh sebaya mereka. Iklan makan anak bergizi jarang sekali ditayangkan (Arisman, 2008). Berdasarkan hasil penelitian Raharjo (2008) iklan makanan ringan mempengaruhi sikap konsumtif murid-murid SD sebesar 36,7%.

BAB 3


(29)

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel-variabel yang akan diteliti mencakup variabel bebas dan variabel terikat, yaitu:

3.2.1. Variabel Bebas 3.2.1.1. Sarapan Pagi

Sarapan pagi adalah kebiasaan makan murid SD sebelum berangkat ke sekolah.

Cara menilai sarapan pagi adalah dengan cara menanyakan apakah responden selalu sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah melalui kuesioner.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang dilampirkan pada bagian akhir laporan hasil penelitian ini.

Hasil dari pengukuran terhadap sarapan pagi adalah jawaban yang dipilih oleh responden. Dikatakan sarapan pagi jika responden menjawab selalu sarapan pagi. Dikatakan kadang-kadang sarapan pagi jika responden menjawab kadang-kadang sarapan pagi. Dikatakan tidak

PERILAKU JAJAN -Pengetahuan tentang jajanan -Sikap terhadap jajan

-Tindakan untuk mengkonsumsi jajanan Sarapan pagi

Jumlah uang jajan

Lamanya menonton televisi setiap hari


(30)

pernah sarapan pagi jika respoden menjawab tidak pernah sarapan pagi sebelum berangkat sekolah.

Skala pengukuran yang digunakan untuk sarapan pagi adalah skala pengukuran nominal.

3.2.1.2. Jumlah Uang Jajan

Jumlah uang jajan adalah uang yang diberikan oleh orang tua sebelum berangkat ke sekolah dalam sehari.

Cara menilai jumlah uang jajan adalah dengan metode wawancara, menanyakan kepada responden berapa jumlah uang jajan yang diberikan oleh orangtua masing-masing dalam sehari melalui kuesioner.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang dilampirkan pada bagian akhir dari laporan hasil penelitian ini.

Hasil dari pengukuran jumlah uang jajan adalah jawaban yang dipilih oleh responden.

Skala pengukuran yang digunakan untuk jumlah uang jajan adalah skala interval.

3.2.1.3. Lamanya Menonton Televisi Setiap Hari

Lamanya menonton televisi setiap hari adalah jumlah jam yang dihabiskan untuk menonton televisi dalam sehari.

Cara menilai lamanya menonton televisi setiap hari adalah dengan metode wawancara, menanyakan kepada responden berapa lama waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi dalam satuan jam dalam sehari, melalui kusioner.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang dilampirkan pada bagian akhir dari laporan hasil penelitian ini

Hasil dari pengukuran lamanya menonton televisi setiap hari adalah jawaban yang ditulis oleh responden di lembar kuesioner.


(31)

Skala pengukuran yang digunakan untuk lamanya menonton televisi setiap hari adalah skala interval.

3.2.1.4. Pengaruh Teman Sebaya

Pengaruh teman sebaya adalah pengaruh yang diberikan teman-teman responden sehingga responden terpengaruh untuk membeli jajanan yang sama yang dibeli oleh teman-temannya.

Cara menilai pengaruh teman sebaya adalah dengan metode wawancara, menanyakan kepada responden apa yang akan dilakukan jika melihat teman jajan. Dikatakan berpengaruh jika responden mengikuti teman membeli jajanan yang sama. Dikatakan tidak mempunyai pengaruh jika responden jajan seperti biasa atau tidak jajan karena membawa bekal.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang dilampirkan pada bagian akhir laporan hasil penelitian ini.

Skala pengukuran pengaruh teman sebaya adalah skala nominal.

3.2.2. Variabel Terikat

Perilaku terdiri atas pengetahuan, sikap, dan tindakan responden terhadap mengkonsumsi makanan jajanan. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai makanan jajanan. Sikap adalah pendapat dan tanggapan responden tentang mengkonsumsi makanan jajanan. Tindakan adalah tindakan membeli atau mengkonsumsi makanan jajanan.

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur perilaku yang terdiri atas pengetahuan, sikap, dan tindakan adalah kuesioner.

Hasil ukur dari perilaku yang terdiri atas pengetahuan, sikap, dan tindakan akan dinyatakan dalam kategori baik, cukup, dan kurang.

Skala ukur perilaku yang terdiri atas pengetahuan, sikap, dan tindakan adalah skala ordinal.


(32)

Pengetahuan responden diukur melalui 10 pertanyaan. Jika pertanyaan dijawab benar oleh responden maka diberi nilai 1, jika responden menjawab salah maka diberi nilai 0. Sehingga skor total yang diperoleh adalah 10. Selanjutnya dikategorikan atas baik, cukup, dan kurang menurut kriteria Pratomo (1986), yaitu:

• Baik, apabila skor jawaban responden > 75% dari nilai tertinggi, yaitu 8-10. • Cukup, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi, yaitu

4-7.

• Kurang, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi, yaitu 1-3. Sikap diukur melalui 10 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman. Responden yang menjawab benar akan diberi skor 1 sedangkan jika menjawab salah akan diberi skor 0. Sehingga total skor yang diperoleh adalah 10. Selanjutnya dikategorikan atas baik, cukup, dan kurang menurut kriteria Pratomo (1986), seperti di atas.

Tindakan diuukur melalui 10 pertanyaan, responden yang menjawab benar diberikan skor 1 sedangkan jika menjawab salah diberi skor 0. Sehingga total skor tertinggi yang diperoleh adalah 10. Selanjutnya, dikategorikan atas baik, cukup, kurang menurut kriteria Pratomo (1986), seperti di atas.

Perilaku diukur melalui total skor dari 10 pertanyaan pengetahuan, 10 pertanyaan sikap, dan 10 pertanyaan tindakan. Sehingga total skor tertinggi adalah 30. Selanjutnya dikategorikan atas baik, cukup, dan kurang menurut kriteria Pratomo (1986), yaitu:

• Baik, apabila skor jawaban responden > 75% dari nilai tertinggi, yaitu 23-30.

• Cukup, apabila skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi, yaitu 12-22.

• Kurang, apabila skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi, yaitu 0-11

3.3 Hipotesis

1. H0= Tidak ada hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku


(33)

2. H0= Tidak ada hubungan antara sarapan pagi dengan perilaku jajan.

3. H0= Tidak ada hubungan antara jumlah uang jajan setiap hari dengan

perilaku jajan.

4. H0= Tidak ada hubungan lamanya menonton televisi setiap hari dengan

perilaku jajan.

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN


(34)

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian yang diarahkan untuk menggambarkan atau menguraikan suatu keadaan fenomena dalam suatu komunitas atau masyarakat; data variabel bebas dan terikat diambil dalam waktu yang sama.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November 2010. Tempat penelitian dimulai dengan memilih lima kecamatan dari 21 kecamatan di kota Medan dengan cara diundi. Kemudian, dari tiap-tiap kecamatan dipilih satu sekolah dasar dengan cara diundi juga. Maka, terpilihlah SD Harapan 2, SD Dharma Wanita, SDN 067248, SDN 067954, dan SD Budisatrya.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh murid SD di lima SD yang berada pada lima kecamatan kota Medan, yaitu: SD Harapan 2, SD Budi Satria, SDN 067954, SDN 067248, SD Dharma Wanita.

Populasi terjangkau adalah jumlah murid kelas IV, V, dan VI SD Budi Satria, SDN 067954, SDN 067248, dan SD Dharma Wanita yang memenuhi kriteria inklusi akan menjadi responden dalam penelitian. Populasi pada SD Harapan 2 adalah 251 orang, populasi pada SD Budisatrya adalah 329 orang, populasi pada SDN 067954 adalah 79 orang, populasi pada SDN 067248 adalah 198 orang, dan populasi pada SD Dharma Wanita adalah 180 orang, sehingga diperoleh populasi total adalah 1073.

Kriteria Inklusi:

- Murid yang terdaftar sebagai murid kelas IV, V, dan VI SD - Murid yang hadir pada saat penelitian


(35)

Kriteria Eksklusi:

- Murid yang tidak bersedia mengisi kuesioner

- Murid yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap

4.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel yang dipilih berdasarkan simple random sampling. Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus: (Notoatmodjo, 2005)

Rumus:

n =

Keterangan:

n = Besar sampel minimum

Z1- α/2 = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu, α=0,05

P = Harga proporsi di populasi, jika tidak diketahui maka p=0.5 d = Kesalahan (absolute) yang dapat ditolerir, pada penelitian ini dipakai d=0.1

N = Jumlah populasi (Wahyuni)

Dengan metode perhitungan sampel tersebut, diperoleh jumlah sampel minimal 118.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui pengisian kuesioner, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sekolah mengenai jumlah murid sekolah masing-masing dan absensi kelas masing-masing. Sebelum diberikan kepada responden,


(36)

kuesioner telah terlebih dahulu diuji validitas dan realibilitasnya melalui program SPSS versi 17.0 for Windows.

4.5. Pengolahan Data Analisis Data

Pengolahan data melalui beberapa tahap, yaitu:

1. Editing

Pengecekan kelengkapan identitas responden dan memastikan semua jawaban telah diisi sesuai dengan petunjuk.

2. Coding

Seluruh kuesioner yang diisi dengan lengkap, diberi kode untuk memudahkan penulis saat menganalisis data.

3. Entry

Setelah diberikan kode, data dari dimasukkan ke dalam komputer dengan menggunakan program SPSS versi 17.0 for Windows. 4. Cleaning

Pemeriksaan kembali data yang telah dimasukkan ke dalam komputer, untuk menghindari kesalahan saat memasukkan data. 5. Saving

Penyimpanan data untuk siap dianalisis. 6. Analysis

Data dianalisis secara deskriptif analitik dengan menggunakan Program SPSS (Statistical Package for Social Science) 17.0 for

windo ws. Analisis statistik yang digunakan untuk menilai

hubungan antara kedua varibael adalah uji Chi Square. Data yang telah dianalisis akan disajikan dalam bentuk tabel.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober sampai bulan November tahun 2010, yaitu pada tanggal 5 Oktober


(37)

2010 di SD Dharma Wanita, tanggal 24 Oktober 2010 di SD Harapan 2, tanggal 3 November 2010 di SDN 067248, tanggal 5 November 2010 di SD Budisatrya, dan tanggal 15 November 2010 di SDN 067954 dengan total sampel sebanyak 383 murid SD. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh responden, maka hasil penelitian adalah berikut ini.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lima sekolah di lima kecamatan berbeda di kota Medan. Adapun kelima sekolah tersebut adalah SD Dharma Wanita terletak di Jl. Melati II no. 30 Medan, Kecamatan Medan Selayang. SD Harapan 2 terletak di Jl. Imam Bonjol no. 30, Kecamatan Medan Maimun. SDN 067248 terletak di Jl. Marelan Raya, Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kecamatan Medan Marelan. SD Swasta Budisatrya terletak di Jl. Letda Sujono no. 166, Kecamatan Medan Tembung. SDN 067954 terletak di Jl. Kejaksaan, Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah. Kelima SD terletak di kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

SD Dharma Wanita terletak di tengah perumahan penduduk, memiliki satu kantin, dua ruangan untuk kelas IV, V, dan VI. Di luar perkarangan sekolah terdapat para penjaja makanan, seperti penjual sirup, goreng-gorengan, dan es cendol. Pada saat istirahat, murid-murid boleh jajan di luar perkarangan sekolah tetapi tetap diawasi oleh penjaga sekolah. Istirahat diberikan satu kali.

SD Harapan 2 terletak di tengah kota, pada bagian barat dibatasi taman Ahmad Yani, batas timur dibatasi perumahan penduduk, batas utara dibatasi sebuah gereja, dan batas selatan dibatasi rumah penduduk. SD Harapan 2 memiliki dua kantin dan satu koperasi untuk menjual makanan. Makanan di kantin terdiri atas bakso, spaghety, mie ayam, nasi goreng, nasi soto, nasi sop,

pizza, ice cream, pop ice, chiki, keripik, permen, minuman bersoda, jus, sate

padang, dan lain-lain. Di luar perkarangan sekolah terdapat penjaja makanan yang menjual roti bakar, sate padang, sirup, burger, dan lain-lain. Pada saat istirahat, murid-murid hanya diizinkan untuk jajan di kantin, tidak di luar


(38)

perkarangan. Istirahat diberikan dua kali yaitu pukul 09.20 sampai 09.50 dan pukul 11.20-12.50.

SDN 067248 terletak di tengah-tengah perumahan penduduk, tidak memiliki kantin. Para penjaja makanan diperbolehkan menjual makanan di perkarangan sekolah. Murid-murid SD diizinkan untuk membeli makanan tersebut. Makanan yang dijual antara lain bakso goreng, tahu goreng, sirup, dan lain-lain.

SD Budisatrya terletak di pinggir jalan, batas barat dibatasi jalan raya, batas timur, selatan, utara dibatasi perumahan penduduk. SD Budisatrya memiliki satu kantin yang menjual mie ayam, nasi goreng, dan lain-lain. Di luar perkarangan sekolah terdapat penjaja makanan menjual pecal, minuman dingin, dan lain-lain. Saat istirahat muid-murid dilarang jajan di luar perkarangan sekolah.

SDN 067954 dibatasi oleh jalan raya pada batas timur, kantor KPU pada batas selatan, rumah penduduk pada batas barat utara. SDN 067954 tidak memiliki kantin. Para penjaja makanan berjualan di perkarangan sekolah. Makanan yang dijual antara lain keripik, sirup, pop mie, dan lain-lain. Pada saat istirahat murid-murid diizinkan untuk membeli makanan yang dijual penjaja makanan tersebut.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Sampel terdiri atas 219 laki-laki dan 211 perempuan. . Total sampel pada penelitian ini adalah 430 orang, dengan jumlah responden dari :

1. SD Dharma Wanita adalah 63 murid (16,4%) 2. SD Harapan 2 adalah 86 murid (22,5%)


(39)

3. SDN 067248 adalah 82 murid (21,4%) 4. SDN 067954 adalah 56 murid (14,6%)

5. SD Swasta Budisatrya adalah 96 murid (25,1%)

Tabel 5.1 Karakteristik Responden

Karakteristik n(%)

Umur (tahun)

8-11 365(95.3)

12-15 18(4.7)

Jenis Kelamin

Laki-laki 195 (50.9)

Perempuan 188 (49.1)

Makan sebelum berangkat sekolah

Selalu 267 (69.7)

Kadang-kadang 91 (23.8)

Tidak pernah 25 (6.5)

Jumlah uang jajan

< Rp 5.000 225 (58.7)

Rp 5.000- Rp 10.000 139 (36.3)

>Rp 10.000 19 (5.0)

Alasan jajan

Ikut teman 86 (22.4)

Iklan di televisi 75 (19.6)

Tidak sarapan pagi 222 (58.0)

Lama menonton televisi/hari

< 2 jam 136(35.5)

2-3 jam 180(47.0)

>3 jam 67(17.5)

Cuci tangan sebelum makan

Selalu 229 (59.8)

Kadang-kadang 114 (29.8)

Tidak pernah 40 (10.4)

Tindakan jika teman jajan

Tidak jajan karena membawa bekal 118 (30.8)

Ikut jajan seperti teman 99 (25.9)

Jajan sesuai keinginan pribadi 166 (43.3)

Berdasarkan tabel di atas, umur responden terbanyak berkisar 8-12 tahun yaitu sejumlah 365 orang (95.3%) . Berdasarkan makan sebelum berangkat sekolah, responden paling banyak selalu makan sebelum berangkat ke sekolah sebanyak 267 orang (69,7%). Berdasarkan jumlah uang jajan per hari , mayoritas responden adalah responen yang memiliki uang jajan kurang dari Rp


(40)

5.000,00 sebanyak 225 orang (58,7%). Berdasarkan alasan jajan, responden paling banyak jajan karena tidak sarapan pagi sebanyak 222 orang (58,0%). Rata-rata lama menonton televisi responden dalam sehari adalah 2,41 jam. Mayoritas responden adalah responden yang selalu mencuci tangan sebelum makan yaitu sebanyak 229 orang (59,8%). Berdasarkan tindakan yang dilakukan jika teman jajan, mayoritas responden akan jajan sesuai dengan keinginan pribadi yaitu sebanyak 166 orang (43,3%).

5.1.3 Gambaran Perilaku Jajan pada Murid SD di Beberapa SD di Kota Medan Tahun 2010

Berdasarkan hasil kategori mengenai pengetahuan, sikap, tindakan, dan tindakan oleh Pratomo (1986), gambaran perilaku jajan pada murid SD di kota Medan tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2 Gambaran Perilaku Jajan pada Murid SD di Beberapa SD di Kota Medan Tahun 2010

Gambaran Perilaku Jumlah (orang) Persentase (%)

Baik 6 1.6

Cukup 329 85.9

Kurang 48 12.5

Total 383 100.0

Tabel di atas menunjukkan responden paling banyak memiliki perilaku cukup yaitu 329 orang (85,9%), diikuti perilaku kurang sejumlah 48 orang (12,5%), dan perilaku baik sejumlah enam orang (1,6%).

Tabel 5.3 Hubungan Perilaku Jajan dengan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Perilaku Total

Kurang Cukup Baik

n %

n % n % n %

Perempuan 13 3.4 170 44.4 5 1.3 188 49.1

Laki-laki 35 9.1 159 41.5 1 0.3 195 50.9

Total 48 12.5 329 85.9 6 1.6 383 100


(41)

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas yang memiliki perilaku baik adalah perempuan yaitu lima orang (1,3%) sedangkan laki-laki sebanyak satu orang (0,3%). Berdasarkan analisis Chi Square terdapat hubungan antara jenis kelamin dan tingkat perilaku.

Tabel 5.4 Hubungan Perilaku Jajan dengan Jumlah Uang Jajan Setiap Hari

Jumlah Uang Jajan (Rp)

Perilaku Total

Kurang Cukup Baik

n %

n % n % n %

< 5.000 28 7.3 193 50.4 4 1.0 225 58.7

5000-10.000 18 4.7 119 31.1 2 0.5 139 36.3

>10.000 2 0,5 17 4.4 0 0 19 5.0

Total 48 12.5 329 85.9 6 1.6 383 100.0

X=0,488 df=4 p = 0,975

Berdasarkan tabel di atas, gambaran perilaku baik didominasi oleh responden dengan jumlah uang jajan kurang dari Rp 5.000,00 sebanyak empat orang (1,0%). Hasil dari analisis Chi Square, didapatkan nilai p= 0,975, sehingga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara gambaran perilaku jajan dengan jumlah uang jajan.

Tabel 5.5 Hubungan Perilaku Jajan dengan Lama Menonton Televisi Lama Menonton

Televisi(jam)

Perilaku Total

Kurang Cukup Baik

n %

n % n % n %

<2 18 4.7 115 30.0 3 0.8 136 35.5

2-3 20 5.2 158 41.3 2 0.5 180 47.0

>3 10 2.6 56 14.6 1 0.3 67 17.5

Total 48 12.5 329 85.9 6 1.6 383 100.0

X=1,390 df=4 p= 0,846

Berdasarkan tabel di atas, responden terbanyak yang memiliki perilaku baik adalah responden yang menonton televisi selama kurang dari 2 jam setiap hari yaitu sejumlah tiga orang (0,8%). Berdasarkan analisis Chi Square, didapatkan nilai p=0,846, menunjukkan tidak adanya hubungan antara lama menonton televisi dengan perilaku jajan pada purid SD.


(42)

Tabel 5.6 Distribusi Gambaran Perilaku Jajan Berdasarkan Umur

Umur (tahun)

Perilaku Total

Kurang Cukup Baik

n %

n % n % n %

8-12 48 12.5 324 84.6 6 1.6 378 98.7

13-15 0 0.0 5 1.3 0 0.0 5 1.3

Total 48 12.5 329 85.9 6 1.6 383 100.0

X=0,832 df=2 p= 0,660

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas responden yang memiliki perilaku yang baik adalah yang berumur 8-12 tahun yaitu sejumlah 6 orang (1,6%). Berdasarkan hasil analisis Chi Square didapatkan nilai p=0,660. Jadi, tidak ada hubungan antara umur dengan perilaku jajan pada murid SD.

Tabel 5.7 Hubungan Perilaku Jajan dengan Sarapan Pagi

Sarapan Pagi

Perilaku Total

Kurang Cukup Baik

n %

n % n % n %

Selalu 29 7.6 233 60.8 5 1.3 267 69.7

Kadang-kadang 13 3.4 77 20.1 1 0.3 91 23.8

Tidak Pernah 6 1.6 19 5.0 0 0.0 25 6.5

Total 48 12.5 329 85.9 6 1.6 383 100.0

X=4,480 df=4 p= 0,345

Berdasarkan tabel di atas, perilaku jajan yang baik didominasi oleh responden yang selalu sarapan pagi yaitu sejumlah lima orang (1,3%). Berdasarkan analisis Chi Square, didapatkan hasil p= 0,345. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sarapan pagi dengan perilaku jajan pada murid SD.

Tabel 5.8 Distribusi Gambaran Perilaku Jajan Berdasarkan Alasan Jajan

Alasan Jajan

Perilaku Total

Kurang Cukup Baik

n %

n % n % n %

Teman 15 3.9 71 18.5 0 0.0 86 22.5

Televisi 19 5.0 56 14.6 0 0.0 75 19.6

Tidak Sarapan 14 3.7 202 52.7 6 1.6 222 58.0

Total 48 12.5 329 85.9 6 1.6 383 100.0


(43)

Berdasarkan tabel di atas, mayoritas responden yang memiliki perilaku jajan baik adalah yang tidak sarapan pagi yaitu enam orang (1,6%). Berdasarkan analisis Chi Square diperoleh p=0,000. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara alasan jajan dengan perilaku jajan.

Tabel 5.9 Hubungan Perilaku Jajan dengan Teman Jajan

dikarenakan Teman

Perilaku Total

Kurang Cukup Baik

n %

n % n % n %

Ya 22 5.7 77 20.1 0 0.0 99 25.8

Tidak 26 6.8 252 65.8 6 1.6 284 74.2

Total 48 12.5 329 85.9 6 1.6 383 100.0

X=13,119 df=2 p= 0,001

Berdasarkan tabel di atas mayoritas responden yang memiliki perilaku baik adalah responden yang jajan bukan karena ajakan teman yaitu enam orang (1,6%). Berdasarkan analisis Chi Square diperoleh nilai p = 0,001. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku jajan pada murid SD.

5.2 Pembahasan

Menurut Widodo dalam Tanjung (2008) makanan jajanan yang dijual oleh pedangang kaki lima atau dalam istilah lain disebut “street food”, menurut FAO didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Dalam penelitian ini dilakukan penilaian kuesioner berdasarkan Pratomo (1986).

Berdasarkan hasil penelitian ini, sebanyak 267 orang (69,7%) selalu makan sebelum berangkat ke sekolah, 91 orang (23,8%) kadang-kadang makan sebelum berangkat ke sekolah, dan 25 orang (6,5%) tidak pernah makan sebelum berangkat ke sekolah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2007) dan Tanjung (2008) dijumpai 76,92% responden dan 60,7%


(44)

responden telah makan sebelum berangkat ke sekolah. Jadi, sebanyak kurang lebih 30,3% responden belum tentu makan sebelum berangkat ke sekolah. Padahal, sarapan pagi penting untuk kesehatan, manfaat sarapan pagi di antaranya adalah memberi energi untuk otak, memperbaiki memori, memperkuat ikatan dalam keluarga karena sarapn pagi bersama-sama, dan meningkatkan daya tahan terhadap stress (Depkes R.I Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan).

Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden memiliki jumlah uang jajan kurang dari Rp 5.000,00 sebanyak 225 orang (58,7%), diikuti 139 orang (36,3%) memiliki jumlah uang jajan Rp 5.000,00-Rp 10.000,00 dan 19 orang (5,0%) memiliki jumlah uang jajan lebih dari Rp 10.000,00. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Suci (2009), yaitu jumlah murid dengan uang jajan kurang dari Rp 5.000,00 adalah sejumlah 81,5%, sedangkan jumlah murid dengan uang jajan Rp 5.000- Rp 10.000 adalah 13,3%, dan murid dengan jumlah uang jajan di lebih dari Rp 10.000,00 adalah 3,8%. Menurut Suci (2009) jumlah uang jajan yang wajar yang dimiliki murid SD adalah sebesar Rp 1.000,00-Rp 5.000,00. Namun,menurut penulis jumlah uang jajan seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing murid, misalnya uang jajan untuk murid yang sudah makan sebelum berangkat sekolah seharusnya lebih sedikit daripada murid yang tidak makan sebelum berangkat ke sekolah. Murid dengan jumlah uang jajan yang lebih banyak akan mempunyai kesempatan membeli jajanan yang lebih besar daripada murid dengan jumlah uang jajan yang sedikit.

Berdasarkan alasan jajan, mayoritas responden jajan dikarenakan tidak sarapan pagi sejumlah 222 orang (58,0%), diikuti karena ajakan teman sejumlah 86 orang (22,5%), dan karena iklan di televisi sebanyak 75 orang (19,6%), sesuai dengan penelitian Ginting (2007), yaitu alasan jajan murid SD 74,36% adalah karena lapar. Hal ini memperkuat mengapa alasan jajan anak adalah tidak sarapan pagi sehingga merasa lapar.

Berdasarkan lama menonton televisi, mayoritas responden menonton televisi selama 2-3 jam dalam sehari, yaitu sebanyak 180 orang (47,0%), diikuti


(45)

136 orang (35,5%) yang menonton televisi selama kurang dari 2 jam setiap hari, dan 67 orang (17,5%) menonton televisi selama lebih dari 3 jam dalam sehari.

Berdasarkan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, mayoritas responden adalah yang selalu mencuci tangan sebelum makan yaitu 229 orang (59,8%), diikuti 114 orang (29,8%) yang kadang-kadang mencuci tangan sebelum makan, dan 40 orang (10,4%) yang tidak pernah mencuci tangan sebelum makan. Jika tidak mencuci tangan akan semakin besar kesempatan masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh pada anak-anak yang tidak selalu mencuci tangan sebelum makan.

Berdasarkan tindakan yang diambil saat melihat teman jajan adalah mayoritas responden akan jajan seperti biasa sebanyak 166 orang (43,4%), diikuti tidak ikut jajan karena membawa bekal sebanyak 118 orang (30,8%), dan akan ikut jajan sebanyak 99 orang (25,8%).

Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas gambaran perilaku jajan pada murid SD di beberapa SD di kota Medan tahun 2010 adalah cukup sejumlah 329 orang (85,9%), diikuti perilaku kurang sejumlah 48 orang (12,5%), dan baik sejumlah enam orang (1,6%).

Responden yang memiliki perilaku cukup sebanyak 329 orang, terdiri atas: berdasarkan jenis kelamin, yaitu 170 orang perempuan (51,7%) dan 159 orang laki-laki (48,3%); berdasarkan jumlah uang jajan dalam sehari yaitu 193 orang (58,6%) yang memiliki uang jajan kurang dari Rp 5.000,00, 119 orang (36,2%) yang memiliki uang jajan Rp 5.000,00 – Rp 10.000,00, 17 orang (5,2%) yang memiliki uang jajan lebih dari Rp 10.000,00. Berdasarkan lama menonton televisi mayoritas responden berperilaku cukup terdiri atas 158 orang (48,0%) yang menonton televisi selama 2-3 jam dalam sehari, diikuti 115 orang (35,0%) yang menonton televisi selama kurang dari dua jam setiap hari, 56 orang (17,0%) menonton televisi lebih dari dari 3 jam dalam sehari. Berdasarkan alasan jajan, responden yang berperilaku cukup terdiri atas 202 orang (61,4%) jajan karena tidak sarapan pagi, 71 orang (21,6%) jajan karena ajakan teman sebaya, dan 56 orang (17,0%) jajan karena iklan di televisi. Berdasarkan kebiasaan sarapan pagi, responden yang berperilaku cukup terdiri atas 233 orang


(46)

(70,8%) yang selalu sarapan pagi, 77 orang (23,4%) yang kadang-kadang sarapan pagi, dan 19 orang (5,8%) yang tidak pernah sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah.

Responden yang memiliki perilaku kurang adalah sebanyak 48 orang, terdiri atas: berdasarkan jenis kelamin, yaitu 35 orang (72,9%) laki-laki dan 13 orang (27,1%) perempuan; berdasarkan jumlah uang jajan setiap hari, yaitu 28 orang (58,3%) memiliki jumlah uang jajan kurang dari Rp 5.000,00, 18 orang (37,5%) memiliki uang jajan Rp 5.000,00-Rp 10.000,00, dan dua orang (4,2%) memiliki uang jajan lebih dari Rp 10.000,00 setiap hari. Berdasarkan lama menonton televisi, mayoritas responden yang berperilaku kurang, terdiri atas 20 orang (41,7%) menonton televisi selama 2-3 jam, 18 orang (37,5%) menonton televisi selama kurang dari 2 jam, dan 10 orang (20,8%) menonton televisi selama 3 jam setiap hari. Berdasarkan alasan jajan, responden yang berperilaku kurang terdiri atas 19 orang (39,6%) jajan karena iklan di televisi, 15 orang (31,2%) jajan karena ajakan teman, dan 14 orang (29,2%) jajan karena tidak sarapan pagi. Berdasarkan kebiasaan sarapan pagi, responden yang berperilaku kurang terdiri atas 29 orang (60,4%) yang selalu sarapan pagi, 13 orang (27,1%) yang kadang-kadang sarapan pagi, 6 orang (12,5%) yang tidak pernah sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah.

Responden yang memiliki perilaku baik adalah sebanyak enam orang, terdiri atas: berdasarkan jenis kelamin yaitu 5 orang (83,3%) perempuan dan 1 orang (16,7%) laki-laki; berdasarkan jumlah uang jajan yaitu 4 orang (66,7%) yang memiliki jumlah uang jajan kurang dari Rp 5.000,00 dan 2 orang (33,3%) yang memiliki jumlah uang jajan Rp 5.000,00-Rp 10.000,00; berdasarkan lamanya menonton televisi terdiri atas 3 orang (50,0%) yang menonton televisi selama kurang dari 2 jam, 2 orang (33,3%) yang menonton televisi selama 2-3 jam, dan 1 orang (16,7%) menonton televisi lebih dari 3 jam setiap hari; berdasarkan alasan jajan terdiri atas 6 orang (100%) yang jajan karena tidak sarapan pagi; berdasarkan kebiasaan sarapan pagi terdiri atas 5 orang (83,3%) selalu sarapn pagi dan 1 orang (16,7%) yang kadang-kadang sarapan pagi.


(47)

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan antara sarapan pagi dengan perilaku jajan murid SD. Hal ini disebabkan sebagian responden membawa bekal jika tidak sempat sarapan pagi di rumah.

Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku jajan murid SD. Pada fase Middle Childhood, hubungan anak dengan temannya akan diisi oleh pengalaman dan cara pandang yang sama. Karena dengan memiliki pengalaman dan cara pandang yang sama akan membuat hubungan hubungan pertemanan semakin erat, yang pada akhirnya akan membentuk identitas kelompok mereka (Bradbury,1998).

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan antara alasan jajan dengan perilaku jajan, ditemukan anak yang jajan karena alasan tidak sarapan pagi memiliki perilaku yang lebih baik dibandingkan dengan alasan jajan karena teman dan iklan di televisi.

Berdasarkan hasil penelitian, tidak ada hubungan antara jumlah uang jajan dengan perilaku jajan murid SD. Hal ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan dan prioritas masing-masing murid.

Berdasarkan hasil penelitian, tidak didapatkan hubungan antara lamanya menonton televisi dengan perilaku jajan. Karena walaupun semakin lama menonton televisi, tetapi jika tidak pada jam yang mengiklankan makanan jajanan, tentu tidak akan mempengaruhi perilaku jajan pada murid SD. Karena iklan di televisi setiap jam-nya akan berubah sesuai dengan target konsumennya.

Berdasarkan jenis kelamin, hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku jajan. Pada dasarnya, laki-laki lebih sering bermain permainan yang membutuhkan aktivitas fisik, sedangkan perempuan lebih menyukai permainan yang menggunakan kata-kata atau menghitung dengan kuat. Dibandingkan dengan perempuan, laki-laki lebih banyak menghabiskan waktu untuk berolahraga, sedangkan perempuan lebih suka menghabiskan waktu untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, belajar, dan perawatan diri (Juster et al, 2004 dalam Papalia et al, 2007). Jadi, laki-laki lebih banyak menghabiskan tenaga, sehingga membuat mereka lebih lapar daripada perempuan, sehingga membuat mereka lebih sering jajan untuk


(48)

mengganti tenaga yang telah habis saat bermain. Selain itu, perempuan lebih suka belajar dibandingkan laki-laki sehingga membuat pengetahuan perempuan lebih baik tentang makanan jajanan daripada laki-laki. Hal ini menyebabkan perilaku jajan pada laki-laki lebih buruk dibandingkan perilaku jajan pada perempuan.

Berdasarkan umur, tidak terdapat hubungan antara umur dan perilaku jajan. Berdasarkan teori Life Span, perkembangan manusia terbagi atas:

1. Childhood, terbagi atas:

Neonatal periode : the newborn

Infancy : umur 2 minggu sampai 2 tahun • Early Childhood : 2 – 7 tahun

Middle Childhood: 7 – 12 tahun

2. Adolescent : 12 – 17 tahun

3. Adulthood

Early Adulthood : 17-45 tahun • Middle Adulthood : 40-65 tahun • Later Adulthood : 65 tahun ke atas (Lahey, 2004)

Umur responden terbanyak berkisar 8-12 tahun, di mana mereka masih dalam tahap perkembangan yang sama yaitu Middle Childhood, sehingga perkembangan perilaku mereka pun tidak jauh berbeda satu sama lain. Sehingga perilaku jajan mereka pun tidak menunjukkan suatu perbedaan yang signifikan.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:


(49)

1. Mayoritas gambaran perilaku jajan pada murid SD di beberapa SD di kota Medan tahun 2010 adalah cukup, yaitu sejumlah 329 orang (85,9%), diikuti perilaku kurang sejumlah 48 orang (12,5%), dan baik sejumlah enam orang (1,6%).

2. Mayoritas murid SD memiliki uang jajan kurang dari Rp 5.000,00 setiap hari sebanyak 225 orang (58,7%), diikuti 139 orang (36,3%) memiliki uang jajan Rp 5.000,00- Rp 10.000,00, dan 19 orang (5,0%) yang memiliki uang jajan lebih dari Rp 10.000,00 setiap hari.

3. Mayoritas alasan jajan murid SD jajan adalah karena tidak sarapan pagi sebanyak 222 orang (58,0%), diikuti 86 orang (22,5%) jajan karena ajakan teman, dan 75 orang (19,6%) jajan karena iklan di televisi.

4. Mayoritas murid SD selalu sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah yaitu 267 orang (69,7%).

5. Tidak ada hubungan antara sarapan pagi dengan perilaku jajan murid SD (p=0,345).

6. Ada hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku jajan murid SD (p=0,001).

7. Tidak ada hubungan antara jumlah uang jajan dengan perilaku jajan murid SD (p=0,975).

8. Tidak didapatkan hubungan antara lamanya menonton televisi dengan perilaku jajan (p=0,994).

9. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku jajan (p=0,002). 10. Tidak ada hubungan antara umur dan perilaku jajan (p=0,976). 11. Ada hubungan antara alasan jajan dan perilaku jajan (p=0,000)

6.2 Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut, yaitu:


(50)

1. Diharapkan kepada pihak sekolah untuk lebih menyaring makanan jajanan yang berada di sekitar sekolah, baik di dalam pekarangan sekolah, maupun yang di luar pekarangan sekolah. Selain itu juga memberikan penyuluhan kepada murid-murid SD mengenai bahaya makanan jajanan, cara pemilihan makanan jajanan yang baik dan tidak baik menurut kebersihan, gizi, dan zat kimianya.

2. Diharapkan kepada orangtua untuk tidak memberikan uang jajan yang terlalu banyak pada anaknya, dan untuk lebih peduli dalam memberikan sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah, untuk mengurangi makanan jajanan yang dibelinya. Jika memang tidak sempat sarapan pagi, sebaiknya persiapkan bekal ke sekolah, sehingga dapat menghindari anak untuk jajan. Selain itu, diharapkan orangtua untuk memperhatikan teman-teman anaknya karena perilaku anak dipengaruhi oleh teman-temannya.

3. Diharapkan kepada murid SD untuk lebih berhati-hati dalam memilih makanan jajanan, dan sebisa mungkin menghindari makanan jajanan, kecuali dalam keadaan lapar.

4. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambah pertanyaan baru untuk melihat pada pukul berapa saja murid SD menonton televisi, karena iklan yang ditayangkan di televisi berbeda-beda setiap waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S, 2001. Pengenalan Ilmu Gizi. In: Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar


(51)

Arisman, 2008. Gizi Anak. In: Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan. Palembang: Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 75.

Balai POM RI, 2007. Jajanan Anak Sekolah. Food Watch Sistem Keamanan Pangan Terpadu 1. Available from:

Bradbury, Kirsten, 1998. Peer Influences on Risk-Taking in Middle Childhood. Blacksburg: Faculty of the Virginia Polytechnic Institute and State University. Available from:

[Accesed 9 December 2010]

Budianto, A, 2009. Pengawetan, Pengolahan Makanan dan Permasalahannya.

Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press. 205-209

Depkes R.I Badan Peneltian dan Pengembangan kesehatan. Manfaat Sarapan Setiap Pagi. Avalaible from:

[Accesed: 5 December 2010]

Ginting, E, 2007. Gambaran Kebiasaan Jajan Murid SDN 040454 Sempajaya

Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo 2007. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, 2010. Banyak Jajanan Anak

Sekolah Mengandung Bahan Kimia Berbahaya. Available from:


(52)

Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia, 2010. Available from:

Kesumawati, E, 2009. Gambaran Konsumsi Makanan Jajanan dan Morbiditas

Diare di SD N Banmati 03 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo.

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Available from:

Lahey, Benjamin B, 2004. Developmental Psychology. In: Lahey, Benjamin B.

Psychology An Introduction. 8th Ed. Boston: The McGraw-Hill Companies.

333-351.

Lestari, 2008. Hubungan Pola Konsumsi Makanan Jajanan dengan Morbiditas

dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di Wilayah Kartasura. Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Available from:

Lubis, M ,2007. Perilaku Konsumsi Sarapan Pagi dan Makanan Jajanan serta

Status Gizi Siswa SLTP Negeri 17 dan SLTP Perguruan Budisatrya di Kecamatan Medan Tembung Tahun 2006. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Notoatmodjo, S, 2005. Konsep Perilaku Kesehatan. In: Notoatmodjo,Soekdjo.

Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: P.T. Rineka Cipta. 43-56.

Notoatmodjo, S, 2005. Teknik Pengambilan Sampel. In: Notoatmodjo, Soekidjo.


(53)

Papalia, Diane E, et.al, 2007. Physical and Cognitive Development in Middle Childhood. In: Papalia, Diane E, et,al. Human Development. 10th Ed. Boston: The McGraw-Hill Companies. 319.

Pratomo, Hadi dan Sudarti, 1986. Pedoman Usulan Penelitian Bidang

Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depdikbud, 24-27.

Raharjo, T. B. ,2008. Pengaruh Iklan Makanan Ringan Terhadap Sikap Konsumtif Anak-Anak SD. In: Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian

kepada Masyarakat, Unila, 2008. 243-250. Availble from:

Simanjorang, N,1997. Hubungan Kebiasaan Makan Sebelum Berangkat Sekolah

dan Jajan dengan Indeks Prestasi Murid SD Masuk Pagi dan Masuk Siang di SD Negeri No. 066056 Perumnas Mandala Medan Tahun 1997. Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Universitas Sumatera Utara.

Suci, E.S.T, 2009. Gambaran Perilaku Jajan Murid Sekolah Dasar di Jakarta. Psikobuana Vol.1 (1):29-38.

Tanjung, T.P, 2007. Hubungan Konsumsi Makanan Jajanan dengan Kejadian

Diare dan Status Gizi pada Anak Sekolah Dasar di Kabupaten Simalungun. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Wahyuni, Arlinda Sari. Statistika Kedokteran (Disertai Aplikasi dengan SPSS). Jakarta: Bamboedoea Communication, 116


(54)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Geby Anthony

Tempat/ tanggal lahir : Medan, 2 Juli 1989 Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Alamat : Jl. Letda Sudjono Gg. M. Idris No. 15 Medan Orang Tua : Caesaria dan Muhammad Huriyonto

Riwayat Pendidikan

1994-1995 : TK Harapan 1 Medan 1995-2001 : SD Harapan 1 Medan 2001-2004 : SLTP Harapan 1 Medan 2004-2007 : SMA Harapan 1 Medan


(55)

1. Seminar dan Workshop RJPO TBM FK USU TBM FK USU tahun 2008 2. Seminar dan Workshop ACPR TBM FK USU PEMA FK USU tahun

2010

Riwayat Organisasi:

1. Kepala Divisi Dana dan Usaha Kepengurusan Tim Bantuan Medis FK USU tahun 2009

2. Bendahara Kepengurusan Tim Bantuan Medis FK USU PEMA FK USU tahun 2010

LAMPIRAN 2

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN PERILAKU JAJAN PADA MURID SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN TAHUN 2010

Persetujuan Setelah Penjelasan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Alamat :

dengan ini menyatakan SETUJU untuk menjawab pertanyaan yang tertera pada kuesioner-kuesioner untuk disertakan ke dalam data penelitian yang berjudul Gambaran Perilaku Jajan pada Murid Sekolah Dasar di Kota Medan Tahun 2010.

Medan, 32 Agustus 2010 Peneliti, Yang membuat pernyataan,

Geby Anthony


(56)

Petunjuk:

1. Isilah identitas pribadi anda

2. Pilih dan isilah jawaban yang menurut Anda benar.

No. Responden :

Pengetahuan Data Pribadi

Nama :... Umur : ... Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

Sekolah :

Kelas : ... Waktu di sekolah : pukul...s.d... Jumlah uang jajan : .../hari/minggu/bulan Alasan membeli makanan jajanan:

Lama menonton televisi :...jam /hari Banyak menonton televisi/hari:...kali

1. Yang termasuk dalam pewarna

buatan adalah a. timbal dan arsen b. sakarin dan siklamat

c. monosodium glutamat, vanilin,

benzildehida

d. asam benzoat, kalium nitrat, kalium bisulfat

e. timbal, sakarin, monosodium glutamat,

asam benzoat

2. Yang termasuk pengawet buatan adalah a. timbal dan arsen

b. sakarin dan siklamat

c. monosodium glutamat, vanilin,


(57)

d. asam benzoat, kalium nitrat, kalium bisulfat

e. timbal, sakarin, monosodium

glutamat, asam benzoat

3. Seharusnya boraks tidak digunakan dalam pengolahan makanan, tetapi sebagian penjaja makanan tetap menggunakannya sebagai

a. pemanis buatan dan

meningkatkan kekenyalan pada bakso dan mie

b. Pewangi buatan dan

meningkatkan kekenyalan pada bakso dan mie

c. Pewarna buatan dan

meningkatkan kekenyalan pada bakso dan mie

d. Pengawet buatan dan

meningkatkan kekenyalan pada bakso dan mie

e. Citarasa buatan dan

meningkatkan kekenyalan pada bakso dan mie

4. Apa yang dimaksud dengan

makanan jajanan?

a. Makanan atau minuman yang dibeli dalam bentuk siap dikonsmsi tanpa harus diolah lagi

b. Makanan atau minuman yang dijual orang

c. Makanan yang mengenyangkan d. Makanan yang dibungkus dengan menarik

e. Makanan yang tidak mengenyangkan

5. Penyakit apa yang dapat disebabkan oleh makanan jajanan?

a. Sakit perut, muntaber, sakit gigi, dan batuk

b. Sakit perut dan sakit mata c. Tahan terhadap penyakit d. Penyakit malas

e.Demam

6. Apakah kepanjangan MSG? a. Monosodium Glutamat b. Monosoda Glutamat c. Monosodium Glatamato d. Monosodat Gluatan e. Monosaoda Glutation 7. Apakah yang dimaksud MSG?

a. Sebagai citarasa makanan

b. Sebagai bahan pengawet makanan c. Sebagai bahan pewarna makanan d. Sebagai bahan pewangi makanan e. Sebagai bahan pembersih makanan 8. Bagaimanakah makanan jajanan yang baik?

a. Makanan yang bergizi, enak, bersih, dan aman

b. Makanan yang diolah dengan teknologi tinggi

c. Makanan yang murah, enak, dan menarik d. Makanan yang bisa dimakan setiap saat e.Makanan yang tidak pernah basi

9. Makanan jajanan yang mengadung sumber karbohidrat:

a. Mie goreng, bubur, ubi goreng

b. Pecal, telur gulung

c. Kerupuk,es

d. Coca-cola, Fanta, Sprite

e. Chiki, Chitose

10. Makanan jajanan yang mengandung sumber protein:


(1)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 12.994a 2 .002

Likelihood Ratio 13.621 2 .001

Linear-by-Linear Association 12.860 1 .000

N of Valid Cases 383

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,95.

Uang Jajan * Tingkat Perilaku Crosstabulation

Tingkat Perilaku

Total Kurang Cukup Baik

Uang Jajan Kurang dari Rp 5.000 Count 28 193 4 225

% within Uang Jajan 12.4% 85.8% 1.8% 100.0% % within Tingkat Perilaku 58.3% 58.7% 66.7% 58.7%

% of Total 7.3% 50.4% 1.0% 58.7%

Rp 5.000-Rp 10.000 Count 18 119 2 139

% within Uang Jajan 12.9% 85.6% 1.4% 100.0% % within Tingkat Perilaku 37.5% 36.2% 33.3% 36.3%

% of Total 4.7% 31.1% .5% 36.3%

Lebih dari Rp 10.000 Count 2 17 0 19

% within Uang Jajan 10.5% 89.5% .0% 100.0% % within Tingkat Perilaku 4.2% 5.2% .0% 5.0%

% of Total .5% 4.4% .0% 5.0%

Total Count 48 329 6 383

% within Uang Jajan 12.5% 85.9% 1.6% 100.0% % within Tingkat Perilaku 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 12.5% 85.9% 1.6% 100.0%


(2)

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square .488a 4 .975

Likelihood Ratio .786 4 .940

Linear-by-Linear Association .020 1 .887

N of Valid Cases 383

a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,30.

TVB * Tingkat Perilaku Crosstabulation Tingkat Perilaku

Total Kurang Cukup Baik

TVB 1.00 Count 18 115 3 136

% within TVB 13.2% 84.6% 2.2% 100.0%

% within Tingkat Perilaku 37.5% 35.0% 50.0% 35.5%

% of Total 4.7% 30.0% .8% 35.5%

2.00 Count 20 158 2 180

% within TVB 11.1% 87.8% 1.1% 100.0%

% within Tingkat Perilaku 41.7% 48.0% 33.3% 47.0%

% of Total 5.2% 41.3% .5% 47.0%

3.00 Count 10 56 1 67

% within TVB 14.9% 83.6% 1.5% 100.0%

% within Tingkat Perilaku 20.8% 17.0% 16.7% 17.5%

% of Total 2.6% 14.6% .3% 17.5%

Total Count 48 329 6 383

% within TVB 12.5% 85.9% 1.6% 100.0%

% within Tingkat Perilaku 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 12.5% 85.9% 1.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)


(3)

Pearson Chi-Square 1.390a 4 .846

Likelihood Ratio 1.369 4 .849

Linear-by-Linear Association .100 1 .752

N of Valid Cases 383

a. 3 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,05.

UMR1 * Tingkat Perilaku Crosstabulation Tingkat Perilaku

Total Kurang Cukup Baik

UMR1 1.00 Count 48 324 6 378

% within UMR1 12.7% 85.7% 1.6% 100.0%

% within Tingkat Perilaku 100.0% 98.5% 100.0% 98.7%

% of Total 12.5% 84.6% 1.6% 98.7%

2.00 Count 0 5 0 5

% within UMR1 .0% 100.0% .0% 100.0%

% within Tingkat Perilaku .0% 1.5% .0% 1.3%

% of Total .0% 1.3% .0% 1.3%

Total Count 48 329 6 383

% within UMR1 12.5% 85.9% 1.6% 100.0%

% within Tingkat Perilaku 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 12.5% 85.9% 1.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square .832a 2 .660

Likelihood Ratio 1.531 2 .465

Linear-by-Linear Association .471 1 .492

N of Valid Cases 383

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,08.


(4)

Sarapan Pagi * Tingkat Perilaku Crosstabulation

Tingkat Perilaku

Total Kurang Cukup Baik

Sarapan Pagi Selalu Count 29 233 5 267

% within Sarapan Pagi 10.9% 87.3% 1.9% 100.0% % within Tingkat Perilaku 60.4% 70.8% 83.3% 69.7%

% of Total 7.6% 60.8% 1.3% 69.7%

Kadang-kadang Count 13 77 1 91

% within Sarapan Pagi 14.3% 84.6% 1.1% 100.0% % within Tingkat Perilaku 27.1% 23.4% 16.7% 23.8%

% of Total 3.4% 20.1% .3% 23.8%

Tidak Pernah Count 6 19 0 25

% within Sarapan Pagi 24.0% 76.0% .0% 100.0% % within Tingkat Perilaku 12.5% 5.8% .0% 6.5%

% of Total 1.6% 5.0% .0% 6.5%

Total Count 48 329 6 383

% within Sarapan Pagi 12.5% 85.9% 1.6% 100.0% % within Tingkat Perilaku 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 12.5% 85.9% 1.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 4.480a 4 .345

Likelihood Ratio 4.347 4 .361

Linear-by-Linear Association 4.053 1 .044

N of Valid Cases 383

a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,39.


(5)

Tingkat Perilaku

Total Kurang Cukup Baik

Alasan Jajan Teman Count 15 71 0 86

% within Alasan Jajan 17.4% 82.6% .0% 100.0% % within Tingkat Perilaku 31.3% 21.6% .0% 22.5%

% of Total 3.9% 18.5% .0% 22.5%

Iklan di TV Count 19 56 0 75

% within Alasan Jajan 25.3% 74.7% .0% 100.0% % within Tingkat Perilaku 39.6% 17.0% .0% 19.6%

% of Total 5.0% 14.6% .0% 19.6%

Tidak Sarapan Pagi Count 14 202 6 222

% within Alasan Jajan 6.3% 91.0% 2.7% 100.0% % within Tingkat Perilaku 29.2% 61.4% 100.0% 58.0%

% of Total 3.7% 52.7% 1.6% 58.0%

Total Count 48 329 6 383

% within Alasan Jajan 12.5% 85.9% 1.6% 100.0% % within Tingkat Perilaku 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 12.5% 85.9% 1.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 24.562a 4 .000

Likelihood Ratio 25.898 4 .000

Linear-by-Linear Association 14.300 1 .000

N of Valid Cases 383

a. 3 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,17.

TMN * Tingkat Perilaku Crosstabulation


(6)

Kurang Cukup Baik

TMN Ikut Teman Count 22 77 0 99

% within TMN 22.2% 77.8% .0% 100.0%

% within Tingkat Perilaku 45.8% 23.4% .0% 25.8%

% of Total 5.7% 20.1% .0% 25.8%

Tidak ikut teman Count 26 252 6 284

% within TMN 9.2% 88.7% 2.1% 100.0%

% within Tingkat Perilaku 54.2% 76.6% 100.0% 74.2%

% of Total 6.8% 65.8% 1.6% 74.2%

Total Count 48 329 6 383

% within TMN 12.5% 85.9% 1.6% 100.0%

% within Tingkat Perilaku 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 12.5% 85.9% 1.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 13.119a 2 .001

Likelihood Ratio 13.508 2 .001

Linear-by-Linear Association 13.082 1 .000

N of Valid Cases 383

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,55.