Hubungan Pola Jajan dengan Pengalaman Keries Gigi Murid Kelas VI SD Islam An-Nizam Medan

(1)

HUBUNGAN POLA JAJAN DENGAN PENGALAMAN

KARIES GIGI MURID KELAS VI SD ISLAM AN-NIZAM,

MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

DEWI S. SIMORANGKIR NIM: 060600119

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 20 Mei 2010

Pembimbing Tanda tangan

Sondang Pintauli, drg., PhD ... NIP: 19640712 198903 2 001


(3)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 20 Mei 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM

ANGGOTA : 1. Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes 2. Sondang Pintauli, drg., Ph.D


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan pola jajan dengan pengalaman karies gigi murid kelas VI SD Islam An-Nizam, Medan” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Sondang Pintauli, drg., PhD selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing, membantu, serta mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Simson Damanik, drg., M.Kes selaku Sekretaris Depertemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM dan Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran agar skripsi ini lebih baik.

4. Rika Mayasari, drg., M.Kes sebagai dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi USU.


(5)

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, khususnya staf pengajar Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menuntut ilmu di masa pendidikan.

6. Bapak Kepala Sekolah, Darwis, S.Ag SD Islam An-Nizam yang telah megizinkan penulis untuk melakukan penelitian pada murid kelas VI SD Islam An-Nizam.

Rasa terima kasih yang tak terhingga kepada ayahanda B. Simorangkir dan ibunda R. Sitompul, ketiga abang saya tercinta Ali Simorangkir, Charles Simorangkir dan Parningotan Simorangkir, sepupu saya Medina Simorangkir yang selalu memberi dorongan, baik moral maupun materil serta doa kepada penulis.

Penulis juga tidak lupa menyampaikan terimakasih kepada seluruh hamba Tuhan GPI Toba Nauli, Pdt. James Pasaribu, S.Th., Gr. E.H. Pasaribu, St. Marbun, St. Surianto, dan seluruh jemaat GPI Toba Nauli yang telah banyak memberi dorongan dan doa selama penulisan skripsi ini.

Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada teman-teman Muktar, Suriana, Uci, Eki, Ruth, Bril, Mima, Ime, Lisa, Devi, Kak Juli, Kak Meinarly, Kak Irma, Kak Beauty, Kak Ros, Kak Ina, Kak Puspa yang telah membantu penelitian dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Medan, Mei 2010 Penulis,

(Dewi S. Simorangkir) NIM: 060600119


(6)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... .... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kerangka Konsep ... 5

1.5 Hipotesis ... 5

1.6 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi ... 6

2.1.1 Faktor Etiologi ... 6

2.1.2 Faktor Risiko ... 11

2.1.3 Pemeriksaan Pengalaman Karies Gigi ... 15

2.2 Makanan Jajanan ... 16

2.3 Makanan Jajanan dan Pengalaman Karies Gigi ... 18

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Rancangan Penelitian ... 23

3.2 Populasi dan Sampel ... 23

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 23

3.4 Cara Pengumpulan Data ... 25


(7)

3.6 Analisis Data ... 26

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Responden ... 27

4.2 Pengalaman Karies ... 29

4.3 Hubungan Pola Jajan dengan Pengalaman Karies ... 30

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Pola Jajan Murid Kelas VI SD Islam An-Nizam ... 32

5.2 Pengalaman Karies dan Perilaku Pembersihan Rongga Mulut Murid Kelas VI SD Islam An-Nizam ... 33

5.3Hubungan Pola Jajan dengan Pengalaman Karies Murid Kelas VI SD Islam An-Nizam ... 33

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 36

6.2 Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Potensi makanan menyebabkan karies ... 17 2 Distribusi responden murid kelas VI SD Islam An-Nizam

berdasarkan usia ... 27 3 Distribusi responden murid kelas VI SD Islam An-Nizam

berdasarkan jenis kelamin ... 27 4 Distribusi responden murid kelas VI SD Islam An-Nizam

berdasarkan pola jajan ... 28 5 Distribusi responden murid kelas VI SD Islam An-Nizam

berdasarkan perilaku pembersihan rongga mulut sesudah jajan ... 28 6 Distribusi responden murid kelas VI SD Islam An-Nizam

berdasarkan perilaku menyikat gigi ... 29 7 Pengalaman karies gigi murid kelas VI SD Islam An-Nizam ... 29 8 Hubungan tingkat frekuensi mengonsumsi jajanan berpotensi

tinggi menyebabkan karies dengan pengalaman karies gigi murid

kelas VI SD Islam An-Nizam ... 30 9 Hubungan tingkat frekuensi mengonsumsi jajanan berpotensi

sedang menyebabkan karies dengan pengalaman karies gigi murid

kelas VI SD Islam An-Nizam ... 30 10 Hubungan tingkat frekuensi mengonsumsi jajanan berpotensi

rendah menyebabkan karies dengan pengalaman karies gigi murid

kelas VI SD Islam An-Nizam ... 31 11 Hubungan tingkat frekuensi mengonsumsi jajanan yang

menghambat karies dengan pengalaman karies gigi murid kelas VI


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial

yang disebabkan faktor host, agen, substrat, dan waktu ………… .. 7 2. Skema pembentukan dekstran dan levan ………... .. 10


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kuesioner hubungan pola jajan dengan pengalaman karies gigi

murid kelas VI SD Islam An-Nizam Medan ... 40 2. Surat keterangan izin penelitian di SD Islam An-Nizam Medan ... 42 3. Surat keterangan telah melakukan penelitian di SD Islam

An-Nizam Medan ... 43

4. Surat Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan ... 44

5. Out put jenis kelamin, usia, kesukaan jajan, pola jajan, perilaku

pembersihan rongga mulut ... 45 6. Out put pengalaman karies ... 47 7. Hasil uji Anova ... 48


(11)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2010

Dewi S. Simorangkir

Hubungan Pola Jajan dengan Pengalaman Keries Gigi Murid Kelas VI SD Islam An-Nizam, Medan

x + 39 halaman

Pola jajan merupakan jenis dan frekuensi jajan yang dapat menyebabkan demineralisasi jaringan keras gigi dan mempengaruhi pembentukan plak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola jajan murid kelas VI SD Islam An-Nizam dan hubungannya dengan pengalaman karies gigi. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui perilaku pembersihan rongga mulut pada murid kelas VI SD Islam An-Nizam.

Bentuk rancangan penelitian adalah observasional analitik dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel secara purposive, yaitu murid kelas VI SD Islam An-Nizam sejumlah 149 orang. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan uji Anova untuk melihat hubungan jajanan berpotensi tinggi, sedang, dan rendah menyebabkan karies dengan pengalaman karies gigi, dan hubungan jajanan yang menghambat karies dengan pengalaman karies gigi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden lebih banyak yang sangat sering mengonsumsi jajanan berpotensi sedang menyebabkan karies (49,7%).


(12)

Sebanyak 45,6% responden mengonsumsi jajanan berpotensi tinggi menyebabkan karies dan jajanan yang menghambat karies yaitu 4,7%. Hanya 37,6% responden yang berkumur-kumur sesudah jajan. Hasil penelitian juga menunjukkan 31,5% responden yang menyikat gigi secara benar dan 100% responden menggunakan pasta gigi berfluor saat menyikat gigi. Rata-rata DMFT adalah 2,61 ± 1,78 dengan rata-rata decay 2,34 ± 1,65, missing 0,23 ± 0,74, dan filling 0,07 ± 0,43. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan jajanan berpotensi tinggi, sedang, dan rendah menyebabkan karies dengan pengalaman karies gigi (p<0,05). Selain itu, ada hubungan jajanan yang menghambat karies dengan pengalaman karies gigi (p<0,05). Daftar Rujukan: 18 (1992-2008)


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karies gigi di Indonesia merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang masih perlu mendapat perhatian. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%.1 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2007 melaporkan bahwa skor DMFT di Indonesia mencapai 4,85. Riskesdas juga melaporkan angka prevalensi pengalaman karies penduduk umur 12 tahun di Indonesia adalah 36,1% dan skor DMFT adalah 0,91.2

Karies gigi disebabkan oleh faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet, dan ditambah faktor waktu. Substrat yang menjadi penyebab karies adalah karbohidrat terutama sukrosa. Konsumsi sukrosa dan beberapa fermentasi karbohidrat dimetabolisme menjadi asam oleh bakteri sehingga bakteri Streptococcus mutans (S. mutans) berkembang. Faktor tidak langsung yang disebut sebagai faktor risiko terjadinya karies antara lain pengalaman karies, penggunaan fluor, oral higiene, jumlah bakteri, saliva, dan pola makan. Pola makan mempengaruhi karies gigi dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka bakteri penyebab karies di rongga mulut akan memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun, apabila makanan dan


(14)

minuman yang mengandung karbohidrat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terbentuk lubang pada gigi.1,3-5

Jajanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi. Jajanan umumnya mengandung karbohidrat terutama sukrosa yang merupakan salah satu penyebab terjadinya karies. Selain itu, jajanan umumnya dimakan di luar jam-jam makan atau di antara jam-jam makan. Konsumsi makanan kariogenik yang sering dan berulang-ulang akan menyebabkan pH plak tetap di bawah normal dan menyebabkan demineralisasi enamel dan terjadilah pembentukan karies.3 Anak-anak dan makanan jajanan merupakan dua hal yang sulit untuk dipisahkan. Anak-anak memiliki kegemaran mengonsumsi jenis jajanan secara berlebihan, khususnya anak-anak usia sekolah dasar (6-12 tahun). Sehari-hari banyak dijumpai anak-anak-anak-anak yang selalu dikelilingi penjual makanan jajanan, baik yang ada di rumah, di lingkungan tempat tinggal hingga di sekolah.6

Anak-anak senang mengonsumsi jajanan yang mengandung gula, seperti biskuit, permen, es krim, dll. Makanan ini bersifat kariogenik yang merupakan salah satu faktor penyebab karies gigi.7 Hadnyanawati melaporkan pola jajan anak sekolah kelas V SD di Jember mempengaruhi terjadinya karies gigi. Anak yang mengonsumsi jajanan kariogenik, seperti biskuit, permen, permen coklat, es krim, memiliki skor karies yang lebih tinggi dibandingkan anak yang mengonsumsi jajanan nonkariogenik, seperti sayur dan buah-buahan.7 Penelitian ini didukung oleh Akarslan dkk. yang menyatakan bahwa orang yang mempunyai kebiasaan jajan mempunyai skor DMFT yang lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak. Orang yang tidak


(15)

memiliki kebiasaan jajan memiliki skor DMFT 5,2 ± 3,59 sedangkan orang yang memiliki kebiasaan jajan memiliki skor DMFT 5,9 ± 3,23.8

Penelitian Holbrook dkk. pada anak-anak usia 5 tahun di Iceland menemukan dampak frekuensi mengonsumsi gula terhadap perkembangan karies pada anak-anak. Anak yang mengonsumsi gula empat kali per hari atau lebih atau anak yang jajan tiga kali per hari atau lebih menyebabkan skor karies meningkat. Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Holt pada anak-anak usia prasekolah di Inggris, menemukan deft lebih tinggi (1,69) pada anak-anak yang mengonsumsi snack dan minuman bergula empat kali atau lebih dalam sehari dibanding anak yang mengonsumsinya hanya sekali sehari (1,01). Penelitian Holt juga menunjukkan jika asupan gula kurang dari empat kali sehari akan menyebabkan level karies menurun.9

Penelitian Hausen dkk. pada anak-anak di Finnish yang berusia 7-16 tahun menunjukkan bahwa konsumsi gula, tingkat fluoridasi air minum, frekuensi menyikat gigi, dan kontak dengan gula adalah determinan yang penting dalam pengalaman karies gigi. Penelitian yang hampir sama oleh Kleemola-Kujala dan Rasenen pada tiga kelompok umur yang berbeda (3, 5, 9 tahun), menemukan bahwa kebersihan rongga mulut yang jelek dan konsumsi gula yang tinggi memiliki hubungan yang kuat dengan pembentukan karies gigi.9

Penelitian ini dilakukan pada anak sekolah dasar karena anak-anak umumnya lebih suka jajan dibandingkan dengan remaja atau orang dewasa. Tempat penelitian yang dipilih adalah Sekolah Dasar Islam An-Nizam karena sekolah tersebut lebih mudah dijangkau oleh peneliti dan adanya kerja sama dari pihak sekolah tersebut dalam kelangsungan penelitian ini. WHO menganjurkan untuk melakukan


(16)

pemeriksaan gigi pada kelompok usia 12 tahun karena merupakan kelompok usia yang kritis terhadap kesehatan gigi. Oleh karena itu, subjek penelitian adalah murid sekolah dasar kelas VI yang diperkirakan berusia 11-13 tahun.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitan :

1. Apakah ada hubungan pola jajan dengan pengalaman karies gigi murid kelas VI SD Islam An-Nizam?

2. Bagaimana perilaku murid kelas VI SD Islam An-Nizam dalam pembersihan rongga mulut?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah:

1. Mengetahui pola jajan murid kelas VI SD Islam An-Nizam.

2. Mengetahui pengalaman karies gigi murid kelas VI SD Islam An-Nizam.

3. Mengetahui perilaku murid kelas VI SD Islam An-Nizam dalam pembersihan rongga mulut.

4. Mengetahui hubungan pola jajan dengan pengalaman karies gigi murid kelas VI SD Islam An-Nizam.


(17)

1.4 Kerangka Konsep

Variabel bebas

Variabel tergantung

Variabel moderator

1.5 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan pola jajan dengan pengalaman karies gigi murid kelas VI Sekolah Dasar Islam An-Nizam.

.

1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan kepada orang tua dan pihak sekolah untuk mengontrol jenis jajanan dan frekuensi jajan anak, serta mengontrol jenis jajanan yang disediakan di kantin sekolah.

2. Sebagai bahan masukan kepada orang tua dan pihak sekolah untuk memotivasi anak dalam menjaga kebersihan rongga mulut.

Pengalaman karies gigi:

1. Decay (D) 2. Missing (M)

3. Filling (F)

Perilaku pembersihan rongga mulut: 1. Perilaku sesudah jajan (kumur- kumur dan sikat gigi)

2. Sikat gigi

3. Penggunaan fluor

Pola jajan:

1. Jenis jajanan 2. Frekuensi jajan


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies Gigi

Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin, dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang difermentasikan.1 Karies terjadi melalui proses demineralisasi jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam organik yang dibentuk oleh bakteri di dalam plak melalui metabolisme anaerob dari karbohidrat. Pada waktu gula atau karbohidrat lainnya dicerna/dimakan, terjadi penurunan pH plak yang disebabkan oleh asam organik. Hal ini akan meningkatkan daya larut kalsium hidroksiapatit pada jaringan keras gigi.9

Proses karies didefinisikan sebagai larutnya mineral (demineralisasi) ketika pH plak berada di bawah nilai pH kritis yaitu 5,5, yang mana nilai kritis pelarutan enamel adalah 5-6 dan pH rata-rata adalah 5,5. Proses remineralisasi terjadi ketika pH plak naik. Karies dapat berkembang apabila proses demineralisasi dan remineralisasi tidak seimbang yaitu proses remineralisasi lebih singkat dibanding proses demineralisasi.10 Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menyebabkan nyeri.3

2.1.1 Faktor Etiologi

Karies gigi disebabkan oleh faktor penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm.1 Karies


(19)

gigi adalah suatu penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu: faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet, dan ditambah faktor waktu. Hal ini digambarkan sebagai tiga lingkaran yang bertumpang-tindih (Gambar 1). Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai, dan waktu yang lama.1,3,4

Gambar 1. Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial yang disebabkan faktor host, agen, substrat, dan waktu 1

1. Faktor host atau tuan rumah

Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia, dan kristalografi. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Di samping itu,


(20)

bentuk lengkung gigi yang tidak normal dengan adanya gigi berjejal akan membantu perkembangan karies gigi. Permukaan akar yang terbuka merupakan daerah tempat melekatnya plak pada pasien yang mengalami resesi gingiva karena penyakit periodonsium. Tepi tumpatan yang tidak tepat juga dapat mempermudah perlekatan plak.1,3,4

Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1%, dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat, dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten.1,4

2. Faktor substrat

Substrat merupakan faktor penting dalam proses demineralisasi dan remineralisasi gigi. Sukrosa dimetabolisme menjadi asam oleh plak bakteri. pH yang rendah akan menyebabkan berkembangnya bakteri S. mutans, sebaliknya, konsumsi rendah karbohidrat dan tinggi kalsium akan meningkatkan proses remineralisasi. Sukrosa memudahkan S. mutans berkolonisasi pada permukaan gigi dan berkembang.10

Faktor substrat dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, faktor substrat dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang


(21)

banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang yang mengonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies.1

Kecepatan pembentukan plak tergantung pada konsistensi, macam, dan keras lunaknya makanan. Makanan lunak yang tidak memerlukan pengunyahan mempunyai sedikit atau sama sekali tidak mempunyai efek membersihkan pada gigi geligi.3 Karbohidrat yang kompleks misalnya pati relatif tidak berbahaya karena tidak dicerna secara sempurna di dalam mulut, sedangkan karbohidrat dengan berat molekul rendah seperti sukrosa akan segera meresap ke dalam plak dan dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri. Dengan demikian, makanan dan minuman yang mengandung sukrosa akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi enamel. Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu. Untuk kembali ke pH normal sekitar 7, dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu, konsumsi yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di bawah normal dan menyebabkan demineralisasi enamel.3

Sintesis polisakarida ekstra sel sukrosa lebih cepat dibandingkan glukosa, fruktosa, dan laktosa. Oleh karena itu, sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik, walaupun gula lainnya tetap berbahaya. Oleh karena sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi, maka sukrosa merupakan penyebab utama karies.3


(22)

Penumpukan plak pada konsumsi sukrosa disebabkan adanya pembentukan ekstraseluler matriks (dekstran) yang dihasilkan dari pemecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Glukosa dengan bantuan S. mutans akan membentuk dekstran yaitu matriks yang melekatkan bakteri pada enamel gigi. Fruktosa juga dipecah dengan bantuan mikroorganisme plak menjadi levan yang menjadi sumber bahan makanan mikroorganisme plak apabila kekurangan karbohidrat dalam mulut.4 (Gambar 2).

enzim glukosil transfer Mikroorga-

nisme plak

enzim fruktosil transfer Gambar 2. Skema pembentukan dekstran dan levan 4

3. Faktor agen atau mikroorganisme

Di dalam rongga mulut terdapat bakteri yang secara fisiologis normal. Bakteri utama sebagai penyebab terjadinya karies adalah S. mutans dan Laktobasillus.1,3,4 Hal ini disebabkan karena bakteri tersebut berada dalam plak gigi yang memegang peranan penting dalam proses karies gigi. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.1,4 Dalam

Sukrosa

glukosa

fruktosa

dekstran


(23)

pembentukan plak tersebut, S. mutans memiliki peran utama karena bakteri ini memiliki sifat-sifat tertentu4, yaitu:

a. S. mutans memfermentasi berbagai jenis karbohidrat menjadi asam sehingga menurunkan pH.

b. S. mutans membentuk dan menyimpan polisakarida intraseluler (levan) dari berbagai jenis karbohirat, simpanan ini dapat dipecahkan kembali oleh mikroorganisme tersebut jika karbohidrat eksogen kurang sehingga menghasilkan asam terus-menerus.

c. S. mutans mempunyai kemampuan membentuk polisakarida ekstraseluler (dekstran) sehingga menghasilkan sifat-sifat adhesif dan kohesif plak pada permukaan gigi.

d. S. mutans mempunyai kemampuan untuk menggunakan glikoprotein dari saliva pada permukaan gigi.

4. Faktor waktu

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.1

2.1.2 Faktor Risiko

Faktor risiko karies adalah hubungan sebab akibat terjadinya karies. Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah pengalaman karies, penggunaan


(24)

fluor, oral higiene, jumlah bakteri, saliva, pola makan, serta faktor risiko demografi atau faktor modifikasi karies, seperti umur, jenis kelamin, dan sosial ekonomi.1,3,5

1. Pengalaman karies

Penelitian epidemiologis telah membukt ikan adanya hubungan pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa mendatang. Sensitivitas parameter ini hampir mencapai 60%. Prevalensi karies pada gigi desidui dapat memprediksi karies pada gigi permanennya.1,5

2. Penggunaan fluor

Berbagai macam konsep tentang mekanisme kerja fluor yang berkaitan dengan pengaruhnya pada gigi sebelum dan sesudah gigi erupsi.1,5 Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies oleh karena dapat meningkatkan remineralisasi. Namun demikian, jumlah kandungan fluor dalam air minum dan makanan harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan kebutuhan tambahan fluor, karena pemasukan fluor yang berlebihan dapat menyebabkan fluorosis.1

3. Oral higiene

Salah satu komponen pembentukan karies adalah plak. Insidens karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan gigi, namun banyak pasien tidak melakukannya secara efektif.1,5 Peningkatan oral higiene dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembersih interdental yang dikombinasi dengan pemeriksaan gigi secara teratur. Pemeriksaan gigi rutin ini dapat membantu mendeteksi dan memonitor masalah gigi yang berpotensi menjadi karies.Plak yang berada di daerah interdental dan sulit dibersihkan melalui penyikatan gigi dapat


(25)

disingkirkan dengan menggunakan pembersih interdental. Penyingkiran plak dapat juga dilakukan secara kimia menggunakan obat kumur (oral rinse).1

4. Jumlah bakteri

Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis bakteri. Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan transmisi antar manusia, yang paling banyak dari ibu atau ayah. Bayi yang memiliki jumlah S. mutans yang banyak, maka usia 2-3 tahun akan mempunyai risiko karies yang lebih tinggi pada gigi susunya. Walaupun laktobasillus bukan merupakan penyebab utama karies, tetapi bakteri ini ditemukan meningkat pada orang yang mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah banyak.1,5

5. Saliva

Saliva dapat mempengaruhi proses karies dengan berbagai cara, yaitu:3

a. Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan juga menaikkan tingkat pembersihan karbohidrat dari permukaan rongga mulut.

b. Difusi komponen saliva seperti kalsium, fosfat, ion OH- dan F- ke dalam plak dapat menurunkan kelarutan enamel dan meningkatkan remineralisasi.

c. Sistem bufer asam karbonat-bikarbonat serta kandungan ammonia dan urea dalam saliva dapat menyangga dan menetralkan penurunan pH yang terjadi saat bakteri plak sedang memetabolisme gula.

d. Beberapa komponen saliva yang termasuk dalam komponen non imunologi seperti lisozyme, lactoperoxydase, dan lactoferrin mempunyai daya anti bakteri langsung terhadap mikroflora tersebut sehingga derajat asidogeniknya dapat berkurang.


(26)

e. Molekul immunoglobulin A (IgA) disekresi oleh sel-sel plasma yang terdapat dalam kelenjar liur, sedangkan komponen protein lainnya diproduksi di lapisan epitel luar yang menutup kelenjar. Kadar keseluruhan IgA di saliva berbanding terbalik dengan timbulnya karies.

6. Pola makan

Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal daripada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun, apabila makanan dan minuman berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies.1

7. Umur

Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi antagonisnya. Anak-anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi sedangkan orangtua lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar.1


(27)

8. Jenis kelamin

Selama masa kanak-kanak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMF yang lebih tinggi daripada pria. Walaupun demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga komponen gigi yang hilang M (missing) yang lebih sedikit daripada pria. Sebaliknya, pria mempunyai komponen F (filling) yang lebih banyak dalam indeks DMF.1,5

9. Sosial ekonomi

Karies dijumpai lebih banyak pada kelompok sosial ekonomi rendah daripada kelompok sosial ekonomi tinggi. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan pendidikan.1,5 Menurut Tirthankar, pendidikan adalah faktor kedua terbesar dari faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.1

2.1.3 Pemeriksaan Pengalaman Karies Gigi

Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu golongan/kelompok terhadap suatu penyakit gigi tertentu. Ukuran-ukuran ini dapat digunakan untuk mengukur derajat keparahan dari suatu penyakit mulai dari yang ringan sampai berat. Untuk mendapatkan data tentang status karies seseorang digunakan indeks karies agar penilaian yang diberikan pemeriksa sama atau seragam.


(28)

Ada beberapa indeks karies yang biasa digunakan seperti indeks DMFT Klein dan indeks WHO.1

Indeks DMFT Klein diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson JW pada tahun 1938 untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena gigi molar tiga biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut atau tidak berfungsi. Indeks ini tidak menggunakan skor; pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi yang karies), M (gigi yang hilang), dan F (gigi yang ditumpat) dan kemudian dijumlahkan sesuai kode. Rerata DMF adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi jumlah orang yang diperiksa.1

2.2 Makanan Jajanan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jajan diartikan sebagai membeli makanan (nasi, kue, dsb.) di warung atau berjajan. Berjajan artinya membeli panganan dsb. di warung atau yang dijajakan orang, sedangkan jajanan diartikan sebagai panganan yang dijajakan atau kudapan.11

Definisi pangan jajanan menurut Food and Agriculture Organization (FAO) adalah makanan dan minuman yang disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di pinggir jalan, tempat umum atau tempat lainnya, yang terlebih dahulu sudah dipersiapkan atau dimasak di tempat produksi/di rumah atau di tempat berjualan. Umumnya pangan jajanan merupakan pangan siap saji. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 mendefinisikan pangan siap saji sebagai makanan dan/atau minuman yang sudah diolah dan siap untuk langsung disajikan di tempat usaha atau di luar


(29)

tempat usaha atas dasar pesanan.12 Dengan demikian, makanan yang disiapkan dan dihidangkan dalam rumah tidak termasuk makanan jajanan.

Pada umumnya makanan jajanan terdiri atas:13

1. Makanan berat, seperti hamburger, fried chicken, mie bakso, nasi goreng 2. Makanan ringan, seperti berbagai jenis kue kecil, basah, maupun kering 3. Makanan semi basah, seperti jenis bubur

4. Minuman

Berdasarkan potensi menyebabkan karies, makanan dapat dibedakan atas, makanan berpotensi tinggi, sedang, rendah, tidak berpotensi menyebabkan karies, dan makanan yang mampu menghambat karies (Tabel 1).14

Tabel 1. Jenis makanan berdasarkan potensi menyebabkan karies14

Potensi Jenis makanan

Tinggi Buah kering, permen, kue, crackers, dan chips

Sedang Jus buah, manisan, buah kalengan, minuman

ringan, dan roti

Rendah Sayur, buah, dan susu

Tidak berpotensi Daging, ikan, unggas, lemak, dan minyak Mampu menghambat karies Keju, xilitol, dan kacang.

Pangan jajanan sangat banyak dijumpai di lingkungan sekitar sekolah dan umumnya rutin dikonsumsi oleh sebagian besar anak usia sekolah. Ada 2 (dua) kategori penjaja makanan di sekitar sekolah yaitu yang ditunjuk oleh sekolah (umumnya menyatu dengan kantin dan dikelola oleh koperasi sekolah) dan penjual makanan jajanan di sekitar sekolah. Jajanan anak sekolah tersebut sangat beragam jenisnya, dapat berupa makanan dan minuman.12


(30)

2.3 Makanan Jajanan dan Pengalaman Karies Gigi

Makanan jajanan yang dikonsumsi diantara makan pagi, siang, dan malam bersifat kondusif terhadap terjadinya karies gigi. Hal itu disebabkan karena kandungan karbohidratnya, khususnya sukrosa yang terkandung dalam jenis makanan.15

Anak-anak cenderung lebih suka mengonsumsi makanan dan minuman manis.7 Hasil penelitian Hadnyanawati menunjukkan bahwa siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Jember lebih suka mengonsumsi jenis makanan manis seperti biskuit, permen coklat, permen biasa, dan permen karet. Sebaliknya, mereka kurang menyukai buah-buahan atau sayuran. Beliau juga melaporkan bahwa kelompok siswa yang lebih suka mengonsumsi jenis makanan manis memiliki skor DMFT yang lebih tinggi daripada siswa yang lebih suka mengonsumsi buah-buahan atau sayuran.7

Hasil penelitian Akarslan dkk. menunjukkan bahwa skor DMFT bertambah dengan bertambahnya akumulasi plak, adanya kebiasaan jajan, dan penyikatan gigi yang tidak teratur. Jumlah sampel yang memiliki kebiasaan jajan sangat besar yaitu 76,9% dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Mereka memiliki skor DMFT yang lebih tinggi dibanding sampel yang tidak memiliki kebiasaan jajan.8

Konsumsi sukrosa dalam jumlah besar ditemukan pada banyak daerah di dunia. Bukti adanya hubungan diet dengan karies terlihat dari keadaan karies masyarakat sebelum dan sesudah peningkatan ketersediaan gula. Salah satu contoh adalah keadaan karies penduduk Tristan da Cunha, suatu pulau karang terpencil di Atlantik Selatan. Pada tahun tiga puluhan, keadaan gigi masyarakatnya baik sekali,


(31)

oleh karena diet mereka hanya terdiri atas daging, ikan, kentang, dan sayuran lain, namun sejak tahun 1940 terjadi peningkatan konsumsi makanan impor bergula yang diikuti dengan peningkatan karies.3

Diet sukrosa terbatas di beberapa negara selama perang dunia kedua diikuti dengan menurunnya prevalensi karies pada penduduknya.3,9 Masyarakat yang hidup terpencil dengan diet tradisional (rendah sukrosa) memiliki level karies yang sangat rendah (meskipun diet tradisional kaya akan zat pati/starch). Sebaliknya, populasi yang mengalami perubahan pola diet menjadi kaya sukrosa mengalami peningkatan karies. Hal ini dilaporkan pada penduduk di Alaska, Etiopia, Ghana, Nigeria, Sudan, dan Tristan da Cunha.9

Kekariogenikan sukrosa dipengaruhi oleh frekuensi, jumlah, bentuk, dan konsistensi sukrosa.9,10

1. Frekuensi dan jumlah konsumsi sukrosa

Frekuensi mengonsumsi gula dan jumlah gula yang dikonsumsi mempengaruhi timbulnya karies pada gigi seseorang.9,10 Penelitian Vipeholm tentang hubungan prevalensi karies gigi dengan frekuensi konsumsi gula, menunjukkan perkembangan karies gigi rendah ketika konsumsi gula empat kali perhari pada jam makan. Demikian juga penelitian Holbrook dkk. pada anak-anak usia 5 tahun di Iceland menemukan dampak frekuensi konsumsi gula terhadap perkembangan karies pada anak-anak. Anak yang mengonsumsi gula empat kali atau lebih per hari atau anak yang jajan tiga kali atau lebih per hari menyebabkan skor karies meningkat. Anak-anak usia 5 tahun dengan asupan gula rata-rata 5,1 kali per hari memiliki tiga atau lebih lesi karies, sedangkan anak-anak yang asupan gulanya 2,1 kali per hari


(32)

memiliki lesi karies kurang dari tiga. Pada penelitian sebelumnya terhadap anak-anak usia 4 tahun di Iceland, Hollbrook menunjukkan peningkatan level karies saat gula dikonsumsi lebih dari 30 kali seminggu (kira-kira empat kali sehari).9

Penelitian Holt pada anak-anak usia prasekolah di Inggris, menemukan deft lebih tinggi (1,69) pada anak-anak yang memakan snack dan minum minuman bergula empat kali atau lebih dalam sehari dibandingkan dengan mereka yang hanya mengonsumsi sekali sehari (1,01). Penelitian tersebut menunjukkan jika asupan gula kurang dari empat kali sehari, level karies akan menurun.9

Penelitian pada hewan percobaan telah dilakukan untuk membuktikan hubungan antara jumlah gula yang dikonsumsi dengan pertumbuhan karies. Mikx dkk. menemukan hubungan konsentrasi gula pada makanan yang diberikan pada tikus dan insidens kariesnya. Hefti dan Schmid menyatakan karies semakin parah seiring dengan peningkatan konsentrasi sukrosa pada diet sampai 40%.9

Penelitian yang dilakukan oleh Jamal dkk. menunjukkan adanya hubungan jumlah gula yang ditambahkan ke dalam minuman teh dan frekuensi konsumsi teh manis dengan pengalaman karies gigi pada anak-anak dan dewasa muda di Iraq. Jumlah pergelas konsumsi teh dan penambahan jumlah gula ke dalam teh memiliki hubungan yang positif dengan DMFT. Penelitian ini memberi pandangan bahwa frekuensi dan jumlah konsumsi gula penting dalam insidens karies gigi. Ismail dkk. juga menemukan hubungan yang kuat antara frekuensi konsumsi minuman bergula di antara jam makan dan jumlah gula yang dikonsumsi pada anak-anak di Amerika dengan risiko karies yang tinggi. Oleh karena itu, frekuensi dan jumlah konsumsi


(33)

gula dan makanan yang mengandung gula memiliki hubungan dengan insidens karies gigi.9

2. Bentuk dan konsistensi fisik sukrosa

Kekariogenikan suatu makanan bergula dihubungkan dengan retensinya pada permukaan gigi.10 Bentuk makanan hasil fermentasi karbohidrat secara langsung mempengaruhi lamanya retensi dan kontak makanan pada gigi.1 Lamanya sisa makanan berasam dalam mulut merupakan faktor penting dalam perkembangan karies.17 Semakin lama komponen kariogenik berada dalam rongga mulut, semakin lama waktu produksi asam dan demineralisasi.10 Makanan yang melekat erat pada permukaan gigi sulit dibersihkan dari mulut dan akan menyebabkan penurunan pH dalam waktu yang lama.9

Beberapa penelitian melaporkan makanan yang dapat mencegah terjadinya karies gigi, yaitu:

1. Keju

Keju dapat mencegah karies.3,15-17 Penelitian pH plak menunjukkan bahwa keju yang ditambahkan dalam makanan bergula dapat mencegah penurunan pH plak.3,9 Keju menstimulasi sekresi saliva dan menambah konsentrasi kalsium dalam plak.9,16,17 Konsentrasi kalsium dalam plak mempengaruhi keseimbangan antara demineralisasi dan remineralisasi enamel. Dengan adanya keju, pH plak dapat meningkat (terjadi proses remineralisasi).3,16 Penelitian epidemiologi melaporkan bahwa konsumsi keju lebih tinggi pada anak yang bebas karies selama lebih 2 tahun dibandingkan anak yang mengalami karies. Gedalia dkk. pada test uji klinik kontrol mendemonstrasikan konsumsi 5g potongan keju keras tiap hari, termasuk makan


(34)

pagi, selama 2 tahun menunjukkan adanya pengurangan perkembangan karies yang signifikan.9

2. Susu

Susu formula yang mengandung laktosa, kalsium, fosfor, dan kasein dapat menghambat karies.9,15,17 Komposisi susu formula tersebut dapat meningkatkan pH plak sehingga memudahkan terjadinya remineralisasi.17 Beberapa bukti penelitian yang dilakukan percobaan pada hewan menunjukkan bahwa susu sapi yang ditambahkan ke dalam diet kariogenik dapat menurunkan terjadinya karies. Rugg-Gun menemukan hubungan negatif antara konsumsi susu sapi dengan peningkatan insidens karies pada penelitiannya yang dilakukan pada anak remaja di Inggris.9

3. Makanan yang berserat, kacang-kacangan, dan permen karet

Makanan yang berserat, kacang-kacangan, dan permen karet bersifat sebagai pelindung gigi terhadap karies karena makanan ini menstimulasi sekresi saliva.9,17 Sayuran dan buah-buahan yang berserat dan berair bersifat membersihkan karena harus dikunyah sehingga dapat merangsang sekresi saliva. Kacang-kacangan mengandung fosfat sehingga dapat mengahambat karies.9,15 Konsumsi permen karet dapat merangsang sekresi saliva dan meningkatkan kecepatan aliran saliva.7

Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa konsumsi buah tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan karies gigi. Penelitian epidemiologi lainnya tentang kebiasaan makan buah melaporkan bahwa buah bersifat kariogenik rendah. Savara dan Suher dalam penelitiannya pada anak-anak di US menemukan tidak ada hubungan antara pengalaman karies gigi dengan frekuensi mengonsumsi buah.9


(35)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Rancangan Penelitian

Jenis rancangan penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah murid Sekolah Dasar Islam An-Nizam sejumlah 960 orang. WHO menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan gigi pada kelompok usia 12 tahun karena merupakan kelompok usia yang kritis terhadap kesehatan gigi. Oleh karena itu, pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive yaitu murid kelas VI yang diperkirakan berusia 11-13 tahun. Total sampel adalah 160 orang. Oleh karena data 11 orang responden tidak lengkap, maka jumlah sampel menjadi 149 orang.

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel bebas

Pola jajan yaitu jenis jajanan dan frekuensi jajan

a. Jenis jajanan: makanan dan minuman yang dimakan di antara waktu makan. Jenis jajanan dikelompokkan atas:

1) Jajanan berpotensi tinggi menyebabkan karies: a. permen, coklat;


(36)

c. keripik (chips).

2) Jajanan berpotensi sedang menyebabkan karies:

a. jus buah, sirup buah, teh botol, teh manis, fruit tea, cappucino, top ice, teh sisri, sprata, coca cola, sprite, fanta, yoghurt, yakult, jelly;

b. roti isi, bakso/mie bakso, somay, mie goreng, mie aceh, hamburger, pizza; c. kerupuk dan goreng-gorengan.

3) Jajanan berpotensi rendah menyebabkan karies: a. susu coklat;

b. pecel, gado-gado; c. rujak.

4) Jajanan yang menghambat karies: a. susu murni;

b. keju, kacang-kacangan, permen karet xilitol.

b. Frekuensi jajan: seberapa sering responden mengonsumsi jajanan yang dikelompokkan atas:

1) Sangat sering : ≥ 2 kali/hari 2) Sering : sekali sehari

3) Kadang-kadang : beberapa kali seminggu

4) Hampir tidak pernah/tidak pernah: 1 kali seminggu/tidak pernah Variabel tergantung

Pengalaman karies gigi adalah pangalaman responden terhadap D, M, F gigi permanen.


(37)

a. D (decayed) adalah gigi tetap dengan lesi karies atau berlubang dan belum ditambal. Gigi dicatat sebagai karies apabila pit dan fisur berwarna kehitaman dan ujung sonde terasa menyangkut; jaringan permukaan gigi terasa lunak dan ujung sonde terasa masuk ke dalam; gigi yang mempunyai tambalan sementara.

b. Mi (missing indicated) adalah gigi tetap dengan lesi karies yang tidak dapat ditambal lagi dan harus dicabut, yaitu karies gigi yang meluas; gigi tinggal radiks; karies dengan polip pulpa.

c. Me (missing extracted) adalah gigi tetap yang sudah dicabut.

d. F (filling) adalah gigi tetap dengan lesi karies dan sudah ditambal sempurna.

Variabel moderator

Perilaku pembersihan rongga mulut adalah tindakan yang dilakukan anak sesudah jajan (kumur-kumur dan sikat gigi), perilaku menyikat gigi, dan penggunaan fluor.

3.4 Cara Pengumpulan Data. Cara pengumpulan data yaitu:

1. Pengambilan data anak dilakukan di sekolah pada ruang yang telah disediakan pihak sekolah dengan penerangan yang cukup.

2. Setiap 10 anak sesuai dengan absensi dipanggil dari kelasnya dan dikumpulkan di ruang pemeriksaan. Kemudian anak dipersilakan duduk di bangku yang telah disediakan.


(38)

3. Peneliti mewawancarai anak untuk mendapatkan data tentang identitas anak, pola jajan anak, dan perilaku pembersihan rongga mulut anak dan mencatatnya pada kuesioner yang telah disediakan.

4. Pemeriksaan karies dilakukan dengan menggunakan kaca mulut datar dan sonde tajam setengah lingkaran dengan penerangan senter untuk mengetahui skor DMF-T responden. Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir yang tersedia. Indeks pengukuran karies yang digunakan adalah indeks DMFT menurut Klein.

Pemeriksaan dilakukan oleh tim yang terdiri atas pemeriksa dan pencatat. Dua hari sebelum penelitian dilakukan kalibrasi pada tim untuk menyamakan persepsi agar hasil yang diperoleh lebih baik.

3.5 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Statistical Package of the Social Sciences (SPSS).

3.6 Analisis Data

1. Persentase responden sesuai dengan pola jajan, yaitu jenis jajanan dan frekuensi jajan.

2. Persentase responden yang melakukan pembersihan rongga mulut. 3. Perhitungan rata-rata pengalaman karies gigi tetap atau DMF-T rata-rata. 4. Analisis hubungan pola jajan dengan DMF-T rata-rata menggunakan uji Anova.


(39)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Responden

Dari 149 orang responden persentase terbesar pada usia 12 tahun yaitu 91,9% diikuti usia 11 tahun sebesar 7,4%, sedangkan usia 13 tahun hanya 1 orang (0,7%) (Tabel 2).

Tabel 2. Distribusi responden murid kelas VI SD Islam An-Nizam bedasarkan usia Usia

(tahun)

N %

11 11 7,4

12 137 91,9

13 1 0,7

Total 149 100

Persentase responden perempuan hampir sama dengan responden laki-laki, yaitu perempuan sebanyak 50,3% dan laki-laki 49,7% (Tabel 3).

Tabel 3. Distribusi responden murid kelas VI SD Islam An-Nizam bedasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin N %

Laki-laki 74 49,7

Perempuan 75 50,3

Total 149 100

Seluruh responden menyatakan bahwa mereka menyukai jajan. Sebanyak 49,7% responden yang sangat sering mengonsumsi jajanan berpotensi sedang menyebabkan karies seperti jus buah, sirup buah, teh botol, teh manis, fruit tea, cappucino, top ice, teh sisri, sprata, coca cola, sprite, fanta, yoghurt, yakult, jelly, roti isi, bakso/mie bakso, somay, mie goreng, mie aceh, hamburger, pizza, kerupuk, dan goreng-gorengan, sebagian lagi (45,6%) mengonsumsi jajanan berpotensi tinggi


(40)

menyebabkan karies seperti permen, coklat, kue, biskuit, buah kering, dan keripik/chips. Hanya 4,7% responden mengonsumsi jajanan yang menghambat karies seperti susu murni, keju, kacang-kacangan, dan permen karet xilitol. Tidak ada seorangpun responden yang sangat sering dan sering mengonsumsi jajanan berpotensi rendah menyebabkan karies seperti susu coklat, pecel, gado-gado, dan rujak (Tabel 4).

Tabel 4. Distribusi responden murid kelas VI SD Islam An-Nizam berdasarkan pola jajan (N = 149)

Jenis jajanan Frekuensi jajan

Sangat sering

Sering Kadang-kadang

Hampir tidak pernah/tidak pernah

N % N % N % N %

Jajanan berpotensi tinggi menyebabkan karies

68 45,6 37 24,8 30 20,1 14 9,4

Jajanan berpotensi sedang menyebabkan karies

74 49,7 43 28,9 28 18,8 4 2,7

Jajanan berpotensi rendah menyebabkan karies

- - - - 60 40,3 89 59,7

Jajanan yang mampu menghambat karies

7 4,7 20 13,4 34 22,8 88 59,1

Persentase responden yang melakukan kumur-kumur sesudah jajan adalah 37,6%, sedangkan 62,4% responden tidak melakukan apa-apa. Tidak ada seorangpun responden yang menyikat gigi sesudah jajan (Tabel 5).

Tabel 5. Distribusi responden murid kelas VI SD Islam An-Nizam berdasarkan perilaku pembersihan rongga mulut sesudah jajan

Perilaku N %

Kumur-kumur dengan air minum/mineral/air biasa 56 37,6

Menyikat gigi - -

Tidak melakukan apa-apa 93 62,4


(41)

Semua responden (100%) menyikat gigi setiap hari, tetapi yang menyikat gigi secara benar yaitu pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur hanya 31,5%. Pada saat menyikat gigi seluruh responden menggunakan pasta gigi berfluor (Tabel 6)

Tabel 6. Distribusi responden murid kelas VI SD Islam An-Nizam berdasarkan perilaku menyikat gigi (N = 149)

Perilaku N %

Waktu menyikat gigi

• Pagi hari sesudah sarapan dan malam hari sebelum tidur

• Pagi dan sore hari saat mandi, dan malam hari sebelum tidur

• Pagi, siang, dan sore hari saat mandi

• Pagi dan sore hari saat mandi

Saat pagi atau sore hari saja saat mandi

47 7 5 66 24 31,5 4,7 3,4 44,3 16,1 Penggunaan pasta gigi berfluor

• Ya

Tidak

149 -

100 -

4.2 Pengalaman Karies

Rata-rata DMFT keseluruhan responden 2,61 ± 1,78 dengan rata-rata decay 2,34 ± 1,65, missing 0,23 ± 0,73, dan filling 0,07 ± 0,43. Berdasarkan jenis kelamin, rata-rata DMFT, decay, missing, dan filling pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki (Tabel 7).

Tabel 7. Pengalaman karies gigi murid kelas VI SD Islam An-Nizam berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Decay (D)

X ± SD

Missing (M) X ± SD

Filling (F) X ± SD

DMFT X ± SD Laki-laki 2,08 ± 1,52 0,20 ± 0,81 0,04 ± 0,35 2,27 ± 1,67 Perempuan 2,60 ± 1,76 0,25 ± 0,66 0,09 ± 0,50 2,95 ± 1,82 Total 2,34 ± 1,65 0,23 ± 0,74 0,07 ± 0,43 2,61 ± 1,78


(42)

4.3 Hubungan Pola Jajan dengan Pengalaman Karies

DMFT rata-rata pada responden yang mengonsumsi jajanan berpotensi tinggi menyebabkan karies dengan frekuensi sangat sering adalah 2,82 ± 1,35, lebih tinggi dibandingkan frekuensi sering, kadang-kadang, dan hampir tidak pernah/tidak pernah dan secara statistik ada perbedaan bermakna (p<0,05) (Tabel 8).

Tabel 8. Hubungan tingkat frekuensi mengonsumsi jajanan berpotensi tinggi menyebabkan karies dengan pengalaman karies gigi murid kelas VI SD Islam An-Nizam

Frekuensi jajan N Pengalaman karies gigi (DMFT) X ± SD

Hasil analisis statistik

F Df P

Sangat sering 68 2,82 ± 1,35 2,984 148 0,033

Sering 37 2,81 ± 1,87

Kadang-kadang 30 2,47 ± 2,42

Hampir tidak pernah/tidak pernah

14 1,36 ± 1,34

Total 149 2,61 ± 1,78

DMFT rata-rata pada responden yang mengonsumsi jajanan berpotensi sedang menyebabkan karies dengan frekuensi sangat sering adalah 2,54 ± 2,07, lebih tinggi dibandingkan frekuensi kadang-kadang dan hampir tidak pernah/tidak pernah dan secara statistik ada perbedaan bermakna (p<0,05) (Tabel 9).

Tabel 9. Hubungan tingkat frekuensi mengonsumsi jajanan berpotensi sedang menyebabkan karies dengan pengalaman karies gigi murid kelas VI SD Islam An-Nizam

Frekuensi jajan N Pengalaman karies gigi (DMFT)

X ± SD

Hasil analisis statistik

F Df P

Sangat sering 74 2,54 ± 2,07 5,362 148 0,002

Sering 43 3,21 ± 1,57

Kadang-kadang 28 2,25 ± 0,44

Hampir tidak pernah/tidak pernah

4 0


(43)

DMFT rata-rata pada responden yang mengonsumsi jajanan berpotensi rendah menyebabkan karies dengan frekuensi kadang-kadang adalah 1,85 ± 1,53, lebih rendah dibandingkan frekuensi hampir tidak pernah/tidak pernah dan secara statistik ada perbedaan bermakna (p<0,05) (Tabel 10).

Tabel 10. Hubungan tingkat frekuensi mengonsumsi jajanan berpotensi rendah menyebabkan karies dengan pengalaman karies gigi murid kelas VI SD Islam An-Nizam

Frekuensi jajan N Pengalaman karies gigi (DMFT)

X ± SD

Hasil analisis statistik

F Df P

Sangat sering - - 20,89 148 0,000

Sering - -

Kadang-kadang 60 1,85 ± 1,53

Hampir tidak pernah/tidak pernah

89 3,12 ± 1,75

Total 149 2,61 ± 1,78

DMFT rata-rata pada responden yang mengonsumsi jajanan yang menghambat karies dengan frekuensi sangat sering adalah 1,29 ± 1,70, lebih rendah dibandingkan frekuensi sering, kadang-kadang, dan hampir tidak pernah/tidak pernah dan secara statistik ada perbedaan bermakna (p<0,05) (Tabel 11).

Tabel 11. Hubungan tingkat frekuensi mengonsumsi jajanan yang menghambat karies dengan pengalaman karies gigi murid kelas VI SD Islam An-Nizam Frekuensi jajan N Pengalaman karies gigi (DMFT)

X ± SD

Hasil analisis statistik

F Df p

Sangat sering 7 1,29 ± 1,70 2,750 148 0,045

Sering 20 1,95 ± 1,64

Kadang-kadang 34 2,79 ± 1,75

Hampir tidak pernah/tidak pernah

88 2,80 ± 1,77


(44)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Pola Jajan Murid Kelas VI SD Islam An-Nizam

Kebanyakan responden mengonsumsi jajanan berpotensi tinggi dan sedang menyebabkan karies (Tabel 4). Umumnya jajanan berpotensi tinggi menyebabkan karies seperti permen, coklat, keripik, kue, biskuit dan jajanan berpotensi sedang menyebabkan karies seperti minuman manis, bakso, kerupuk, dan goreng-gorengan merupakan jajanan yang selalu disediakan di kantin sekolah dengan harga yang dapat dijangkau oleh anak sekolah, karena rasanya enak dan dapat memberi rasa kenyang sehingga disukai anak-anak. Jajanan berpotensi rendah menyebabkan karies seperti susu coklat, pecel, gado-gado, dan rujak hanya kadang-kadang dan hampir tidak pernah/tidak pernah dikonsumsi responden. Penyebabnya mungkin karena susu coklat, pecel, dan gado-gado umumnya dikonsumsi responden saat makan makanan pokok, yaitu waktu sarapan, makan siang atau makan malam. Sedangkan rujak biasanya dikonsumsi saat pulang sekolah karena jajanan ini dijual di sekitar sekolah. Hanya sedikit responden yang sangat sering dan sering mengonsumsi jajanan yang menghambat karies seperti susu murni, keju, kacang-kacangan, dan permen karet xilitol. Hal ini mungkin disebabkan jajanan ini tidak selalu disediakan di kantin sekolah. Selain itu, mungkin baik ibu maupun anak tidak mengetahui bahwa susu murni, keju, kacang-kacangan, dan permen karet xilitol dapat menghambat karies. Anak-anak yang sangat sering dan sering mengonsumsi jajanan ini biasanya mengonsumsinya di rumah dan disediakan orangtuanya.


(45)

5.2 Pengalaman Karies dan Perilaku Pembersihan Rongga Mulut Murid Kelas VI SD Islam An-Nizam

Rata-rata DMFT adalah 2,61 ± 1,78 dan menurut WHO termasuk kategori tinggi.18 Rata-rata DMFT yang tinggi ini mungkin disebabkan karena hanya 37,6% responden yang berkumur-kumur sesudah jajan dan tidak ada seorangpun responden yang menyikat gigi sesudah jajan (Tabel 5). Hal ini mempengaruhi lamanya sisa-sisa makanan melekat pada rongga mulut sehingga mempengaruhi pembentukan plak dan perkembangan mikroorganisme.4 Selain itu, responden yang memiliki kebiasaan menyikat gigi secara benar masih sedikit yaitu 31,5% (Tabel 6). Semakin buruk oral higiene, kesempatan untuk terjadinya karies gigi juga semakin besar.1,5 Walaupun seluruh responden telah menggunakan pasta gigi berfluor sewaktu menyikat gigi, namun karies masih mungkin terjadi apabila perilaku menyikat giginya tidak tepat.

5.3 Hubungan Pola Jajan dengan Pengalaman Karies Murid Kelas VI SD Islam An-Nizam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa DMFT rata-rata lebih tinggi pada responden yang sangat sering mengonsumsi jajanan berpotensi tinggi menyebabkan karies daripada responden yang mengonsumsinya dengan frekuensi sering, kadang-kadang, dan hampir tidak pernah/tidak pernah dan secara statistik terlihat perbedaan bermakna (p<0,05) (Tabel 8). Demikian juga jajanan berpotensi sedang menyebabkan karies, DMFT rata-rata lebih tinggi pada responden yang mengonsumsinya dengan frekuensi sangat sering daripada frekuensi kadang-kadang dan hampir tidak pernah/tidak pernah dan secara statistik terlihat perbedaan bermakna (p<0,05) (Tabel


(46)

9). Sukrosa yang terkandung dalam kedua jenis jajanan ini merupakan substrat bagi mikroorganisme plak yang akan menghasilkan asam dan menyebabkan demineralisasi jaringan keras gigi. Semakin sering responden mengonsumsi jajanan ini, maka akan semakin lama proses demineralisasi tanpa diikuti dengan proses remineralisasi secara sempurna sehingga terbentuk lesi yang lama-kelamaan akan terbentuk kavitas atau karies.4 Berbeda dengan jajanan berpotensi rendah menyebabkan karies seperti susu coklat, pecel, gado-gado, dan rujak, DMFT rata-rata lebih rendah pada frekuensi kadang-kadang daripada hampir tidak pernah/tidak pernah dan secara statistik terlihat perbedaan bermakna (p<0,05) (Tabel 10). Hal ini mungkin disebabkan karena susu coklat disamping mengandung karbohidrat, juga mengandung kalsium, fosfor, dan kasein yang dapat membantu proses remineralisasi. Demikian juga dengan gado-gado dan rujak walaupun mengandung karbohidrat, namun karena jajanan ini mampu merangsang sekresi saliva maka meningkatkan proses remineralisasi. Jajanan yang menghambat karies seperti susu murni, keju, kacang-kacangan, dan permen karet xilitol, DMFT rata-rata lebih rendah pada responden yang sangat sering mengonsumsinya daripada responden yang mengonsumsinya dengan frekuensi sering, kadang-kadang, dan hampir tidak pernah/tidak pernah dan secara statistik terlihat perbedaan bermakna (p<0,05) (Tabel 11). Semakin sering responden mengonsumsi jajanan ini, maka DMFT semakin rendah, ini mungkin disebabkan karena kandungan dan sifat self cleansing-nya. Susu murni mengandung kalsium, fosfor, dan kasein yang mampu membantu proses remineralisasi. Keju mengandung kalsium sehingga dapat menambah konsentrasi kalsium dalam plak dan dapat menstimulasi sekresi saliva sehingga memiliki aksi


(47)

pembersih. Sedangkan kacang-kacangan mengandung fosfat sehingga dapat menghambat karies dan permen karet xilitol dapat menstimulasi sekresi saliva sehingga memiliki efek self cleansing.9,10,15,16


(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Responden yang sangat sering mengonsumsi jajanan berpotensi tinggi menyebabkan karies sejumlah 45,6%. Sedangkan responden yang sangat sering mengonsumsi jajanan berpotensi sedang menyebabkan karies sejumlah 49,7% dan responden yang sangat sering mengonsumsi jajanan yang menghambat karies sejumlah 4,7%. Tidak ada responden yang sangat sering mengonsumsi jajanan berpotensi rendah menyebabkan karies.

Rata-rata DMFT responden adalah 2,61 ± 1,78 dengan rata-rata decay 2,34

± 1,65, missing 0,23 ± 0,73, dan filling 0,07 ± 0,43. Berdasarkan jenis kelamin, rata-rata DMFT, decay, missing, dan filling pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.

Dari 149 responden, hanya 37,6% responden yang melakukan kumur-kumur sesudah jajan dan 31,5% responden yang menyikat gigi secara benar. Sebaliknya seluruh responden sudah menggunakan pasta gigi berfluoride.

Ada hubungan jajanan berpotensi tinggi, sedang, dan rendah menyebabkan karies dengan pengalaman karies, serta ada hubungan jajanan yang menghambat karies dengan pengalaman karies. DMFT rata-rata meningkat dengan semakin seringnya mengonsumsi jajanan berpotensi tinggi dan sedang menyebabkan karies dan sebaliknya menurun pada konsumsi jajanan berpotensi rendah dan jajanan yang menghambat karies.


(49)

6.2 Saran

1. Kepala Sekolah: menjalin kerja sama dengan puskesmas, mengawasi perilaku jajan anak, menyediakan jajanan berpotensi rendah menyebabkan karies dan yang mampu menghambat karies seperti buah-buahan, sayur-sayuran, susu, keju, kacang-kacangan, dan permen karet xilitol di kantin sekolah.

2. Guru Olah raga dan kesehatan (Orkes) dan orangtua: menerangkan kepada anak mengenai jajanan yang baik untuk gigi, yaitu jajanan berpotensi rendah menyebabkan karies dan jajanan yang menghambat karies, dan memotivasi anak untuk menjaga kebersihan rongga mulut.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

1. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press, 2008: 4-24.

2. Soendoro T. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta, 2008.

3. Kidd EAM, Bechal SJ. Dasar-dasar karies. Edisi 2. Alih bahasa. Sumawinata N, Faruk S. Jakarta: EGC, 1992: 1-9, 73-74.

4. Panjaitan M. Etiologi karies gigi dan penyakit periodontal. Medan: USU Press, 1995: 1-25.

5. Reich E, Lussi A, Newbrun. Caries-risk assessment. International Dental Journal 1999; 49: 15-26.

6. Sugianto D. Perilaku anak sebagai konsumen makanan jajanan. 07 April 2008.

7. Hadnyanawati H. Pengaruh pola jajan di sekolah terhadap karies gigi pada siswa sekolah dasar di kabupaen Jember. JKGUI 2002; 9(3): 24-7.

8. Akarslan ZZ, Sadik B, Sadik E, Erten H. Dietary habits and oral health related behaviors in relation to DMFT indexes of group of young adult patients attending a dental school. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2008; 13(12): E800-7.

9. Moyhan P, Petersen PE. Diet, nutrition and the prevention of dental diseases. Public Health Nutrition 2001; 7(1A): 201-26.


(51)

10.Decker RT, Loveren CV. Sugar and dental caries. Am J Clin Nutr 2003; 78(suppl): 881S-92S.

11.Alwi H. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2005: 451.

12.Badan POM RI. Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) serta Upaya Penanggulangannya. INFOPOM 2008; 9(6): 4-7.

13.Anonymous. Gizi Usia Sekolah. Desember 2008.

Januari 2010).

14.Anderson J dan Brown L. Dental nutrition.

Februari 2010).

15.Koswara S. Makanan bergula dan kerusakan gigi.

http://www.ebookpangan. com/ARTIKEL/MAKANAN%20BERGULA%20TINGGI%20DAN%20KESE HATAN %20GIGI.pdf

16.McBean LD. A Protective effect of dairy foods in oral health. National Dairy Council 2000; 71(1): 1-5.

. (1 Septembar 2009).

17.Moynihan PJ. The role of diet and nutrition in the etiology and prevention of oral diseases. Bulletin of the WHO 2005; 83: 694-9.

18.WHO. Oral health surveys. 3rd ed. Geneva: CAPP, 1997: 6-10.

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT


(52)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HUBUNGAN POLA JAJAN

DENGAN PENGALAMAN KARIES GIGI MURID KELAS VI SD ISLAM AN-NIZAM MEDAN

Nomor kartu : Tanggal :

Nama : ……….

Jenis kelamin :...(L/P) Umur : ... tahun

A. JENIS JAJANAN DAN FREKUENSI JAJAN

1. Apakah Adik suka jajan? 1

a. Ya b. Tidak

2. Jika ya, isilah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda √ pada kolom jawaban yang sesuai !

Jenis Jajanan Frekuensi

Sangat sering

Sering Kadang-kadang

Hampir tidak pernah/ tidak pernah ≥2kali /hari Sekali sehari Beberapa kali seminggu 1 kali seminggu Tidak pernah Permen, coklat

Kue, biskuit, buah kering Keripik (chips)

Jus buah, sirup buah, teh botol, teh manis, fruit tea, cappucino, top ice, teh sisri, sprata, coca cola, sprite, fanta, yogurt, yakult, jelly Roti isi, Bakso/mie bakso, somay, mie ayam, mie goreng, mie aceh, hamburger, pizza Kerupuk, goreng-gorengan Susu coklat Pecel, gado-gado Rujak Susu murni

Keju, kacang-kacangan, permen karet xylitol

B. PERILAKU PEMBERSIHAN RONGGA MULUT

3. Tindakan apa yang Adik lakukan sesudah jajan? 3


(53)

b. Sikat gigi

c. Tidak melakukan apa-apa

4. Apakah Adik menyikat gigi setiap hari? 4

a. Ya b. Tidak

5. Seberapa sering Adik menyikat gigi dan kapan saja? 5 a. Dua kali sehari, pagi sesudah sarapan dan malam hari sebelum tidur

b. Dua kali sehari, pagi dan sore hari saat mandi

c. Sekali sehari, saat pagi atau sore hari saja saat mandi d. Dll...(sebutkan)

6. Apakah Adik menggunakan pasta gigi/odol saat menyikat gigi? 6 a. Ya, selalu dengan merek...

b. Kadang-kadang dengan merek... c. Tidak pernah

C. PENGALAMAN KARIES GIGI Indeks DMFT

17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37

D = decay

Mi = missing indicated Me = missing extracted F = filling

7. ∑D : 8. ∑ Mi : 9. ∑ Me : 10.∑ F :

11. ∑ DMF :

Lampiran 5: Out put jenis kelamin, usia, kesukaan jajan, pola jajan, perilaku pembersihan rongga mulut


(54)

Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pria 74 49.7 49.7 49.7

Wanita 75 50.3 50.3 100.0

Total 149 100.0 100.0

Usia (tahun)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 11 11 7.4 7.4 7.4

12 137 91.9 91.9 99.3

13 1 .7 .7 100.0

Total 149 100.0 100.0

Suka jajan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid a. Ya 149 100.0 100.0 100.0

Jajanan berpotensi tinggi untuk karies

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid hampir tidak pernah/tidak

pernah

14 9.4 9.4 9.4

kadang-kadang 30 20.1 20.1 29.5

Sering 37 24.8 24.8 54.4

sangat sering 68 45.6 45.6 100.0

Total 149 100.0 100.0


(55)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid hampir tidak pernah/tidak

pernah

4 2.7 2.7 2.7

kadang-kadang 28 18.8 18.8 21.5

Sering 43 28.9 28.9 50.3

sangat sering 74 49.7 49.7 100.0

Total 149 100.0 100.0

Jajanan berpotensi rendah untuk karies

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid hampir tidak pernah/tidak

pernah

89 59.7 59.7 59.7

kadang-kadang 60 40.3 40.3 100.0

Total 149 100.0 100.0

Jajanan yang menghambat karies

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid hampir tidak pernah/tidak

pernah

88 59.1 59.1 59.1

kadang-kadang 34 22.8 22.8 81.9

Sering 20 13.4 13.4 95.3

sangat sering 7 4.7 4.7 100.0

Total 149 100.0 100.0

Tindakan sesudah jajan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak melakukan apa-apa 93 62.4 62.4 62.4

Kumur-kumur dengan air minum/mineral/air biasa

56 37.6 37.6 100.0

Total 149 100.0 100.0

Menyikat gigi setiap hari

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 149 100.0 100.0 100.0


(56)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Dua kali sehari, pagi sesudah

sarapan dan malam hari sebelum tidur

47 31.5 31.5 31.5

Tiga kali sehari, pagi dan sore hari saat mandi, dan malam hari sebelum tidur

7 4.7 4.7 36.2

Tiga kali sehari, pagi, siang, dan sore hari saat mandi

5 3.4 3.4 39.6

Dua kali sehari, pagi dan sore hari saat mandi

66 44.3 44.3 83.9

Sekali sehari, saat pagi atau sore hari saja saat mandi

24 16.1 16.1 100.0

Total 149 100.0 100.0

Penggunaan pasta gigi/odol saat mandi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya, selalu dengan pasta gigi

berfluor

144 96.6 96.6 96.6

Ya, selalu dengan pasta gigi herbal

3 2.0 2.0 98.7

Ya, selalu dengan pasta gigi untuk gigi sensitive

2 1.3 1.3 100.0

Total 149 100.0 100.0

Lampiran 6: Out put pengalaman karies berdasarkan jenis kelamin

Group Statistics

Jenis

kelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Jumlah decay (D) Pria 74 2.08 1.515 .176

Wanita 75 2.60 1.755 .203

jumlah missing Pria 74 .20 .811 .094

Wanita 75 .25 .660 .076

Jumlah filling (F) Pria 74 .04 .349 .041

Wanita 75 .09 .498 .057

Jumlah DMFT Pria 74 2.27 1.674 .195


(57)

Lampiran 7: Hasil uji Anova

Out put uji Anova hubungan tingkat frekuensi mengonsumsi jajanan berpotensi tinggi untuk karies dengan pengalaman karies

Descriptives

Jumlah DMFT

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

hampir tidak pernah/tidak pernah

14 1.36 1.336 .357 .59 2.13 0 4

kadang-kadang 30 2.47 2.417 .441 1.56 3.37 0 6

Sering 37 2.81 1.868 .307 2.19 3.43 0 6

sangat sering 68 2.82 1.349 .164 2.50 3.15 2 7

Total 149 2.61 1.777 .146 2.32 2.90 0 7

Test of Homogeneity of Variances

Jumlah DMFT

Levene Statistic df1 df2 Sig.

17.259 3 145 .000

ANOVA

Jumlah DMFT

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 27.184 3 9.061 2.984 .033

Within Groups 440.239 145 3.036

Total 467.423 148


(58)

Out put uji Anova hubungan tingkat frekuensi mengonsumsi jajanan berpotensi sedang untuk karies dengan pengalaman karies

Descriptives

Jumlah DMFT

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound hampir tidak

pernah/tidak pernah

4 .00 .000 .000 .00 .00 0 0

kadang-kadang 28 2.25 .441 .083 2.08 2.42 2 3

Sering 43 3.21 1.567 .239 2.73 3.69 2 7

sangat sering 74 2.54 2.069 .240 2.06 3.02 0 6

Total 149 2.61 1.777 .146 2.32 2.90 0 7

Test of Homogeneity of Variances

Jumlah DMFT

Levene Statistic df1 df2 Sig.

11.952 3 145 .000

ANOVA

Jumlah DMFT

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 46.678 3 15.559 5.362 .002

Within Groups 420.745 145 2.902

Total 467.423 148


(59)

Out put uji Anova hubungan tingkat frekuensi mengonsumsi jajanan berpotensi rendah untuk karies dengan pengalaman karies

Descriptives

Jumlah DMFT

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound hampir tidak

pernah/tidak pernah

89 3.12 1.750 .186 2.75 3.49 0 7

kadang-kadang 60 1.85 1.538 .199 1.45 2.25 0 6

Total 149 2.61 1.777 .146 2.32 2.90 0 7

Test of Homogeneity of Variances

Jumlah DMFT

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.524 1 147 .219

ANOVA

Jumlah DMFT

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 58.132 1 58.132 20.879 .000

Within Groups 409.290 147 2.784

Total 467.423 148


(60)

Out put hubungan tingkat frekuensi mengonsumsi jajanan yang menghambat karies dengan pengalaman karies

Descriptives

Jumlah DMFT

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

hampir tidak pernah/tidak pernah

88 2.80 1.769 .189 2.42 3.17 0 7

kadang-kadang 34 2.79 1.754 .301 2.18 3.41 0 6

Sering 20 1.95 1.638 .366 1.18 2.72 0 5

sangat sering 7 1.29 1.704 .644 -.29 2.86 0 4

Total 149 2.61 1.777 .146 2.32 2.90 0 7

Test of Homogeneity of Variances

Jumlah DMFT

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.095 3 145 .963

ANOVA

Jumlah DMFT

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 25.167 3 8.389 2.750 .045

Within Groups 442.256 145 3.050

Total 467.423 148


(1)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid hampir tidak pernah/tidak

pernah

4 2.7 2.7 2.7

kadang-kadang 28 18.8 18.8 21.5

Sering 43 28.9 28.9 50.3

sangat sering 74 49.7 49.7 100.0

Total 149 100.0 100.0

Jajanan berpotensi rendah untuk karies

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid hampir tidak pernah/tidak

pernah

89 59.7 59.7 59.7

kadang-kadang 60 40.3 40.3 100.0

Total 149 100.0 100.0

Jajanan yang menghambat karies

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid hampir tidak pernah/tidak

pernah

88 59.1 59.1 59.1

kadang-kadang 34 22.8 22.8 81.9

Sering 20 13.4 13.4 95.3

sangat sering 7 4.7 4.7 100.0

Total 149 100.0 100.0

Tindakan sesudah jajan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak melakukan apa-apa 93 62.4 62.4 62.4

Kumur-kumur dengan air minum/mineral/air biasa

56 37.6 37.6 100.0

Total 149 100.0 100.0

Menyikat gigi setiap hari

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 149 100.0 100.0 100.0


(2)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Dua kali sehari, pagi sesudah

sarapan dan malam hari sebelum tidur

47 31.5 31.5 31.5

Tiga kali sehari, pagi dan sore hari saat mandi, dan malam hari sebelum tidur

7 4.7 4.7 36.2

Tiga kali sehari, pagi, siang, dan sore hari saat mandi

5 3.4 3.4 39.6

Dua kali sehari, pagi dan sore hari saat mandi

66 44.3 44.3 83.9

Sekali sehari, saat pagi atau sore hari saja saat mandi

24 16.1 16.1 100.0

Total 149 100.0 100.0

Penggunaan pasta gigi/odol saat mandi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Ya, selalu dengan pasta gigi

berfluor

144 96.6 96.6 96.6

Ya, selalu dengan pasta gigi herbal

3 2.0 2.0 98.7

Ya, selalu dengan pasta gigi untuk gigi sensitive

2 1.3 1.3 100.0

Total 149 100.0 100.0

Lampiran 6: Out put pengalaman karies berdasarkan jenis kelamin

Group Statistics

Jenis

kelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Jumlah decay (D) Pria 74 2.08 1.515 .176

Wanita 75 2.60 1.755 .203

jumlah missing Pria 74 .20 .811 .094

Wanita 75 .25 .660 .076

Jumlah filling (F) Pria 74 .04 .349 .041

Wanita 75 .09 .498 .057

Jumlah DMFT Pria 74 2.27 1.674 .195

Wanita 75 2.95 1.822 .210


(3)

Lampiran 7: Hasil uji Anova

Out put uji Anova hubungan tingkat frekuensi mengonsumsi jajanan

berpotensi tinggi untuk karies dengan pengalaman karies

Descriptives

Jumlah DMFT

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

hampir tidak pernah/tidak pernah

14 1.36 1.336 .357 .59 2.13 0 4

kadang-kadang 30 2.47 2.417 .441 1.56 3.37 0 6

Sering 37 2.81 1.868 .307 2.19 3.43 0 6

sangat sering 68 2.82 1.349 .164 2.50 3.15 2 7

Total 149 2.61 1.777 .146 2.32 2.90 0 7

Test of Homogeneity of Variances

Jumlah DMFT

Levene Statistic df1 df2 Sig.

17.259 3 145 .000

ANOVA

Jumlah DMFT

Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 27.184 3 9.061 2.984 .033 Within Groups 440.239 145 3.036

Total 467.423 148


(4)

Out put uji Anova hubungan tingkat frekuensi mengonsumsi jajanan

berpotensi sedang untuk karies dengan pengalaman karies

Descriptives

Jumlah DMFT

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound hampir tidak

pernah/tidak pernah

4 .00 .000 .000 .00 .00 0 0

kadang-kadang 28 2.25 .441 .083 2.08 2.42 2 3

Sering 43 3.21 1.567 .239 2.73 3.69 2 7

sangat sering 74 2.54 2.069 .240 2.06 3.02 0 6

Total 149 2.61 1.777 .146 2.32 2.90 0 7

Test of Homogeneity of Variances

Jumlah DMFT

Levene Statistic df1 df2 Sig.

11.952 3 145 .000

ANOVA

Jumlah DMFT

Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 46.678 3 15.559 5.362 .002 Within Groups 420.745 145 2.902

Total 467.423 148

Means plos


(5)

Out put uji Anova hubungan tingkat frekuensi mengonsumsi jajanan

berpotensi rendah untuk karies dengan pengalaman karies

Descriptives

Jumlah DMFT

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound hampir tidak

pernah/tidak pernah

89 3.12 1.750 .186 2.75 3.49 0 7

kadang-kadang 60 1.85 1.538 .199 1.45 2.25 0 6

Total 149 2.61 1.777 .146 2.32 2.90 0 7

Test of Homogeneity of Variances

Jumlah DMFT

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.524 1 147 .219

ANOVA

Jumlah DMFT

Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 58.132 1 58.132 20.879 .000

Within Groups 409.290 147 2.784

Total 467.423 148


(6)

Out put hubungan tingkat frekuensi mengonsumsi jajanan

yang menghambat karies dengan pengalaman karies

Descriptives

Jumlah DMFT

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

hampir tidak pernah/tidak pernah

88 2.80 1.769 .189 2.42 3.17 0 7

kadang-kadang 34 2.79 1.754 .301 2.18 3.41 0 6

Sering 20 1.95 1.638 .366 1.18 2.72 0 5

sangat sering 7 1.29 1.704 .644 -.29 2.86 0 4

Total 149 2.61 1.777 .146 2.32 2.90 0 7

Test of Homogeneity of Variances

Jumlah DMFT

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.095 3 145 .963

ANOVA

Jumlah DMFT

Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 25.167 3 8.389 2.750 .045 Within Groups 442.256 145 3.050

Total 467.423 148

Means Plots


Dokumen yang terkait

Hubungan Body Mass Index (Bmi) Dengan Pengalaman Karies Gigi Pada Murid Kelas Iii Dan Iv Sd St.Thomas 2 Medan

9 108 58

Kegemukan Dan Pengalaman Karies Gigi Pada Siswa Kelas V Dan Vi Sd Pahlawan Nasional Kecamatan Medan Tembung

0 48 42

Efektifitas Metode Bermain Dalam Penyuluhan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Siswa Kelas VI SD Islam An-Nizam

4 57 47

Perilaku Jajan pada Murid SD di Beberapa SD di Kota Medan Tahun 2010

1 46 99

Crossbite Pada Masa Gigi Bercampur Pada Murid-Murid SD Immanuel Medan

0 24 60

Efek Penyuluhan Pelatihan Penyikatan Gigi Pada Anak-Anak Cacat Mental Usia 12-13 Tahun Di YPAC Medan Dan Murid-Murid Kelas VI SD Budi Murni 2 Medan

0 32 49

Penelitian Kebutuhan Fisur Silen Dan Pengalaman Karies Gigi Posterior Pada Murid Di Dua SD Negeri Medan

0 28 47

Hubungan Pola Makan Karbohidrat Dengan Pengalaman Karies Gigi PadaSiswa Kelas VI SD Di Sekolah Dasar negeri Wilayah Kecamatan Patrang Kabupaten Jember.Tahun Ajaran 2002-2003.

0 11 62

HUBUNGAN POLA JAJAN KARIOGENIK DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN PADA Hubungan Pola Jajan Kariogenik dan Kebiasaan Menggosok Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi Molar Pertama Permanen Pada Anak Usia 8-10 Tah

0 5 15

HUBUNGAN POLA JAJAN KARIOGENIK DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN PADA Hubungan Pola Jajan Kariogenik dan Kebiasaan Menggosok Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi Molar Pertama Permanen Pada Anak Usia 8-10 Tah

0 2 15