Gambaran Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pendapatan Kota Medan Klasifikasi Bumi dan Bangunan Pengaruh Penerimaan PBB P-2 Pada Dinas Pendapatan Kota Medan 1. Pengaruh Pendaerahan PBB P-2

D. Gambaran Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pendapatan Kota Medan

Data Pegawai Negeri Sipil PNS di Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut : Tabel I Jumlah PNS di Lingkungan Dinas Pendapatan Kota Medan NO BagianSubdisBendaharaSwakelola Jumlah PNS 1 Sekretariat 76 Orang Kepala Dinas dan Sekretaris 2 Orang Bagian Umum, Keuangan, dan Penyusunan Program 35 Orang Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran 20 Orang Penyimpan Barang dan Pengurus Barang 19 Orang 2 Bidang Pendataan dan Penetapan DATAP 76 Orang 3 Bidang Penagihan 45 Orang 4 Bidang Bagi Hasil Pendapatan BHP 87 Orang 5 Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah 25 Orang 6 Unit Pelaksana Teknis UPT 33 Orang Jumlah 342 Orang Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan Universitas Sumatera Utara BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKOTAAN DAN PERDESAAN

A. Gambaran Pajak Secara Umum

Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatakan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

1. Asas Pemungutan Pajak

a. Asas Domisili asas Tempat Tinggal Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Dalam Negeri. b. Asas Sumber Universitas Sumatera Utara Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak. c. Asas Kebangsaan Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara, misalnya pajak bangsa asing di Indonesia dikenakan pada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Luar Negeri.

2. Sistem Pemungutan Pajak

a. Official assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. b. Self assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. c. With holding system, yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Universitas Sumatera Utara

B. Gambaran Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan PBB P-2

1. Dasar Hukum

Ketika masih menjadi salah satu pajak pusat, dasar hukum PBB P-2 ialah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994. Mulai tahun 2012, kewenangan kepengurusan PBB P-2 diserahkan ke Pemerintah Daerah. Dengan pemindahan tersebut, dasar hukum PBB P-2 ialah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah PDRD. Dasar hukum PBB P-2 untuk Kota Medan ialah Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

2. Pengertian PBB P-2

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pasal 1 Ayat 37, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi danatau bangunan yang dimiliki, dikuasai, danatau dimanfaatkan oleh Orang Pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Universitas Sumatera Utara

3. Objek dan Subjek PBB P-2

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011, Pasal 2 Ayat 2, Objek Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan PBB P-2 adalah bumi danatau bangunan yang dimiliki, dikuasai, danatau dimanfaatkan oleh Orang Pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah Indonesia. Sedangkan Bangunan adalah konstruksi teknis yang ditanamkan atau dilekatkan secara tetap pada tanah danatau perairan. Dalam Pasal 2 Ayat 3, yang termasuk dalam pengertian Bangunan adalah : a. Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik dan emplasemennya, yang merupakan satu kestuan dengan kompleks bangunan tersebut. b. Jalan tol. c. Kolam renang. d. Pagar mewah. e. Tempat olah raga. Universitas Sumatera Utara f. Galangan kapal, dermaga. g. Taman mewah. h. Tempat penampungankilang minyak, air dan gas, pipa minyak. i. Menara. Dalam Pasal 2 Ayat 4, Objek Pajak yang tidak dikenakan PBB P-2 adalah : a. Digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan. b. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional yang tidak dimaksud untuk memperoleh keuntungan. c. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu. d. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak. e. Digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik. Universitas Sumatera Utara f. Digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan. Dalam Pasal 3 Ayat 1, Subjek PBB P-2 adalah Orang Pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi danatau memperoleh manfaat atas Bumi, danatau memiliki, menguasai, danatau memperoleh manfaat atas Bangunan. 4. Cara Perhitungan PBB P-2 4.1. Tarif Pajak Tarif pajak PBB P-2 setelah dialihkan ke Pemerintah Daerah sesuai dengan Pasal 80 Ayat 1 ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3. Penerapan tarif ini berbeda untuk setiap daerah, khusus untuk Kota Medan tarif PBB P-2 ditetapkan sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2011 yang telah direvisi ialah : a. NJOP sampai dengan Rp. 499.999.999 sebesar 0,115 b. NJOP Rp. 500.000.000 sd Rp. 999.999.999 sebesar 0,125 c. NJOP Rp. 1.000.000.000 sd Rp. 1.999.999.999 sebesar 0,215 d. NJOP Rp. 2.000.000.000 sd Rp. 3.999.999.999 sebesar 0,225 e. NJOP diatas Rp. 4.000.000.000 sebesar 0,275 Universitas Sumatera Utara

4.2. Nilai Jual Objek Pajak NJOP

Nilai Jual Objek Pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual-beli yang terjadi secara wajar, dan bila mana tidak terdapat transasksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP Pengganti. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis adalah suatu pendekatanmetode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara membandingkannya dengan objek pajak lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya. Nilai perolehan baru adalah suatu pendekatanmetode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara menghitung seluruh biaya yang diketahui untuk memperoleh objek tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang dikurangi dengan penyusutan berdasarkan kondisi fisik objek tersebut. Nilai jual pengganti adalah suatu pendekatanmetode penentuan nilai jual suatu objek pajak yang berdasarkan pada hasil produksi objek pajak tersebut.

4.3. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak NJOPTKP

Ketentuan NJOPTKP diatur dalam Pasal 77 Ayat 4 dalam Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009, dimana penetapan NJOPTKP paling rendah sebesar Rp. 10.000.000. Penetapan NJOPTKP ini berbeda untuk di setiap daerah, Universitas Sumatera Utara khusus Kota Medan penetapan NJOPTKP sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011, Pasal 2 Ayat 5 ialah sebesar Rp. 15.000.000 untuk setiap Wajib Pajak.

4.4. Formula Perhitungan PBB P-2

Formula perhitungan PBB P-2 ialah : PBB P-2 = Tarif x NJOP – NJOPTKP Di dalam perhitungan PBB P-2 Nilai Jual Objek Pajak NJOP dikurangi terlebih dahulu dengan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak NJOPTKP.

C. Klasifikasi Bumi dan Bangunan

Dalam hal memudahkan penghitungan PBB P-2 yang terutang atas suatu objek berupa tanah bumi dan atau bangunan harus diketahui pengelompokan objek pajak menurut nilai jualnya, tarif, NJOPTKP, dan NJOP-nya. Pengelompokan Objek Pajak menurut nilai jual tersebut sering disebut dengan kalsifikasi tanah bumi dan bangunan. Klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman serta untuk memudahkan penghitungan pajak yang terutang. Universitas Sumatera Utara

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dasar Pengenaan PBB P-2

Salah satu unsur dasar di dalam pengenaan PBB P-2 yang selalu dikeluhkan oleh masayrakat wajib pajak dan muaranya berupa pengajuan keberatan dari masyarakat adalah besarnya NJOP. Sebagaimana di ketahui NJOP meruapakan dasar pengenaan PBB P-2. Semakin besar NJOP maka akan semakin besar ketetapan PBB P-2 yang harus dibayar oleh para wajib pajak. Besar kecilnya NJOP diperoleh dari hasil penilaian di lapangan yang dilakukan oleh petugas lapangan, khususnya petugas pendata dan penilai. NJOP ditentukan melalui perbandingan harga perolehan. Apabila tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti. Penetapan NJOP dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu : a. Pendekatan Data Pasar Perbandingan Harga Pendekatan Data Pasar Perbandingan Harga dalam istilah asingnya disebut dengan Market DataSales Comparison Approach adalah suatu pendekatan dimana untuk menentukan nilai suatu properti dalam hal ini berupa tanah danatau bangunan dengan jalan membandingkan properti yang akan dinilai dengan properti lain yang sejenis properti pembanding yang telah diketahui niali jualnya. Universitas Sumatera Utara b. Pendekatan Biaya Penentuan nilai suatu properti dengan pendekatan biaya ini adalah dengan menghitung seluruh biaya yang digunakan untuk membangun properti yang bersangkutan dikurangi dengan penyusutan kemudian ditambahkan dengan nilai tanahnya. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menghitung nilai bangunan. Setelah diperoleh nilai bangunan kemudian dijumlahkan dengan nilai tanah sehingga diperoleh nilai properti secara keseluruhan. Pendekatan biaya ini berdasarkan suatu asumsi bahwa nilai suatu properti sama dengan biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu properti sejenis yang di inginkan. c. Pendekatan Pendapatan Pendekatan Pendapatan income approach adalah menentukan nilai suatu properti berdasarkan kepada kemampuan suatu properti untuk mendatangkan penghasilan. Pendekatan ini digunakan terhadap properti-properti yang menghasilkan pendapatan seperti hotel, restoran, gedung perkantoran yang disewakan dan lain-lain. Untuk menentukan nilai properti-properti tersebut adalah dengan cara mengkapitalisasikan pendapatan bersih dari properti yang bersangkutan dengan suatu angka kapitalisasi tertentu. Universitas Sumatera Utara BAB IV PROSES PENGHITUNGAN DAN PENGARUH PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKOTAAN DAN PERDESAAN PBB P-2 PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN A. Proses Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perkotaan dan Perdesaan PBB P-2 Pada Dinas Pendapatan Kota Medan

1. Proses Penghitungan PBB P-2

Penentuan sektor perkotaan dan perdesaan dalam pengenaan PBB ditetapkan sebagai berikut : 1.1. Bahwa suatu wilayah administrasi pemerintahan desakelurahan hanya terdapat satu sektor pengenaan PBB, yaitu Sektor Perkotaan atau Sektor Perdesaan saja. 1.2. Daerah yang termasuk dalam Sektor Perkotaan adalah : a. Seluruh desakelurahan dalam wilayah ibukota propinsi, kotamadyakotamadya administratif, kota administratif. b. Seluruh desakelurahan dalam kecamatan pada ibukota kabupaten yang bukan berstatus kota administratif. Universitas Sumatera Utara c. Desakelurahan ibukota kecamatan. d. Desakelurahan lain yang tidak termasuk dalam huruf a sd c, tetapi yang telah mempunyai sarana dan prasarana kota. Yang dimaksud dengan sarana dan prasarana kota adalah sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan administrasi pemerintahan, sosial, ekonomi, dan perdagangan seperti : jalan yang baik, penerangan listrik, air minum, kesehatan, pasar, dan rekreasi. 1.3. Daerah yang termasuk dalam sektor perdesaan adalah desa-desa yang tidak termasuk dalam angka 2 diatas. Sektor perkotaan dan perdesaan adalah objek pajak bumi dan bangunan yang meliputi kawasan pertanian, perumahan, perkantoran, pertokoan, industri serta objek khusus perkotaan. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak atas Objek Pajak Sektor Perkotaan dan Perdesaan ditentukan sebagai berikut : a. Objek Pajak berupa tanah adalah sebesar Nilai Jual Objek Pajak berupa tanah. b. Objek Pajak berupa bangunan adalah sebesar Nilai Jual Objek Pajak berupa bangunan. Contoh Penghitungan PBB Sektor Perkotaan dan Perdesaan : Universitas Sumatera Utara Sebuah rumah milik Bapak Putra yang beralamat di Jalan Sei Bahorok 18 Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru Kota Medan dengan data dan informasi sebagai berikut. Luas Tanah 544 m 2 , NJOP per m 2 Rp. 160.000,00 Konversi Kelas 077 Luas Bangunan 100 m 2 , NJOP per m 2 Rp. 968.000,00 Konversi Kelas 022 NJOPTKP untuk kota Medan Rp. 15.000.000,00 Berapa besarnya PBB P-2 rumah tersebut ? Penyelesaian : Luas Tanah 544 m 2 x Rp. 160.000,00 = Rp. 87.040.000,00 Luas Bangunan 100 m 2 x Rp. 968.000,00 = Rp. 96.800.000,00 + NJOP = Rp. 183.840.000,00 PBB P-2 Terutang = Tarif x NJOP – NJOPTKP = 0,115 x Rp. 183.840.000,00 – Rp. 15.000.000,00 = 0,115 x Rp. 168.840.000,00 Universitas Sumatera Utara = Rp. 194.166,00

B. Pengaruh Penerimaan PBB P-2 Pada Dinas Pendapatan Kota Medan 1. Pengaruh Pendaerahan PBB P-2

Pengalihan PBB P-2 dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah pendaerahan jelas menimbulkan pengaruh atau dampak yang bersifat positif maupun negatif bagi Pemerintah Kota Medan. 1. PengaruhDampak Positif a. Akurasi data objek dan subjek PBB P-2, dapat lebih ditingkatkan karena aparat Pemerintah Kota Medan lebih menguasai wilayahnya apabila dibandingkan dengan aparat pemerintah pusat sehingga dapat meminimalisir pengajuan keberatan dari para wajib pajak PBB P-2. b. Daerah memiliki kemampuan meningkatkan potensi PBB P-2 sepanjang penentuan NJOP selama ini oleh pemerintah pusat dinilai masih dibawah nilai pasar objek yang bersangkutan Universitas Sumatera Utara c. Pemberdayaan local taxing power, yaitu kewenangan penuh daerah dalam penentuan tarif dan pengelolaan administrasi pemungutan untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas. 2. PengaruhDampak Negatif a. Peningkatan NJOP yang sama dengan nilai pasar dapat mengakibatkan naiknya ketetapan PBB yang dapat menimbulkan gejolak masyarakat. b. Penggunaan tarif maksimum guna meningkatkan potensi PBB P-2 apabila tidak hati-hati dan dikaji secara mendalam dapat menimbulkan gejolak masyarakat karena penggunaan tarif maksimum dapat menaikkan PBB P2 sebesar tiga kali lipat. c. Dalam rangka pengelolaan PBB P2, Pemerintah Kota Medan harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal, baik untuk kemungkinan penambahan kantor dan pegawai baru maupun untuk melengkapi peralatan administrasi, komputerisasi, dan pelatihan SDM. d. Kesenjangan penerimaan PBB P-2 antar daerah makin menonjol karena disparitas potensi penerimaan pajak daerah lainnya. Daerah yang memiliki potensi penerimaan pajak daerah lainnya atau mengandalkan bagi hasil lain dari pemerintah pusat, cenderung Universitas Sumatera Utara mengabaikan pemungutan PBB P-2 karena sulit dan kompleks bahkan tidak dipungut dan sebaliknya daerah yang semata-mata mengandalkan penerimaan PBB P-2 kemungkinan akan menerapkan tarif yang maksimal guna menggenjot penerimaannya. e. Pendaerahan PBB P-2 dapat mengakibatkan beragamnya kebijakan antara satu daerah dengan daerah lainnya, misalnya perbedaan tarif, NJOPTKP, dan NJOP. Perbedaan tersebut dapat mengakibatkan ketidakadilan baik bagi masyarakat wajib pajak, pelaku bisnis, maupun masyarakat pada umumnya. Untuk lebih memberikan gambaran perbedaan yang signifikan antara perlakuan PBB P-2 yang tercantum dalam UU PBB dengan UU PDRD maka penulis membuat matrik berikut ini. Tabel II Perbandingan Antara UU PBB Dengan UU PDRD UU PBB UU PDRD Objek Bumi danatau bangunan Bumi danatau bangunan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan Tarif Sebesar 0,5 Paling tinggi 0,3 NJKP 20 sd 100 PP 25 tahun 2002 ditetapkan sebesar 20 dan 40 Tidak dipergunakan Universitas Sumatera Utara NJOPTKP Setinggi-tingginya Rp12 juta Paling rendah Rp10 juta PBB terutang Tarif x NJKP x NJOP – NJOPTKP Tarif x NJOP – NJOPTKP 0,5 x 20 x NJOP - NJOPTKP, atau Maksimal 0,3 x NJOP – NJOPTKP 0,5 x 40 x NJOP - NJOPTKP Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan

C. Realisasi Penerimaan PBB P-2 Pada Dinas Pendapatan Kota Medan