3.3.3 Spesifikasi Antena Pemancar
Antena pemancar yang digunakan adalah antena sektoral dengan spesifikasi seperti pada Tabel 3.5 [12].
Tabel 3.5 Spesifikasi Antena Pemancar BTS TVRI [12] Frekuensi
Kerja Tinggi
BTS m Daya
dBm EIRP
dBm Gain
dB Loss Feeder
dBm GSM 1800
70 47,3
52,8735 18
42,4265 3G
70 47,3
52,8735 18
42,4265
3.3.4 Spesifikasi Antena Penerima
Pengukuran sinyal RSL dilakukan menggunakan handphone, dengan spesifikasi standar handphone pada umumnya seperti pada Tabel 3.6 [13].
Tabel 3.6 Spesifikasi Antena Penerima [13] Frekuensi
Kerja Gain antena
dB Loss antena
dB Ketinggian antena
di lantai satu - h
m
m Ketinggian antena
di lantai dua - h
m
m GPRS
1,5 2
5 3G
1,5 2
5
3.4 Model Propagasi Radio
Model propagasi radio yang digunakan untuk memperediksi besarnya rugi-rugi lintasan yang terjadi dari BTS TVRI hingga ke dalam Gedung Antara
adalah model Paulsen, model COST231 WI, model COST231 MW dan model ITU-R.
3.4.1 Model Paulsen
Perhitungan rugi-rugi lintasan yang terjadi antara pemancar yang berada di luar bangunan hingga ke penerima yang berada di dalam bangunan menggunakan
model Paulsen. Model ini dipilih karena:
Universitas Sumatera Utara
a. Model ini merupakan model empiris yang memprediksi rugi-rugi lintasan dari luar ke dalam bangunan [3]
b. Model ini memberikan data yang spsifik mengenai besar rugi-rugi dinding bangunan yang diakibatkan oleh perbedaan ketebalan dan jenis material
penyusunnya [3] c. Model ini tidak memperhitungkan rugi-rugi lintasan akibat penyerapan
gelombang radio oleh lantai [3] d. Model ini mempertimbangkan ketinggian bangunan [3]
3.4.2 Model COST231 Walfisch-Ikegami WI
Perhitungan rugi-rugi lintasan di luar bangunan digunakan model semi- deterministik COST231 Walfisch-Ikegami WI. Model tersebut dipilih karena :
a. Model ini lebih cocok digunakan di daerah urban kategori metropolitan centre pusat kota daripada model COST231 Hata karena model COST231 WI
mempertimbangkan perubahan ketinggian gedung [4] [12]. b. Model ini mempertimbangkan aspek topografi dari daerah yang diteliti, yaitu
kerapatan gedung, ketinggian gedung, sudut orientasi jalan dan lebar jalan. Dimana aspek-aspek ini digunakan untuk menentukan faktor koreksi pada
model ini [4]. c. Model ini merupakan pengembangan dari model-model sebelumnya seperti
model Okumura, model Walfish dan model Ikegami [4].
3.4.3 Model COST231 Multi Wall MW
Perhitungan rugi-rugi lintasan yang terjadi di dalam bangunan digunakan model empiris COST231 MW. Model ini dipilih karena:
a. Model ini merupakan hasil akhir model propagasi dalam bangunan secara empiris dari organisasi COST Action 231 tahun 1999 [4]
b. Model ini merupakan pengembangan dari model-model propagasi sebelumnya, yaitu model Keenan dan model Motley [4]
c. Model ini mempertimbangkan rugi-rugi akibat penyerapan gelombang radio oleh dinding dan lantai [4]
Universitas Sumatera Utara
d. Model ini membagi jenis dinding ke dalam dua kategori sehingga mempermudah dalam perhitungan [4]
e. Model ini telah mewakili rugi-rugi lintasan akibat perabot, koridor, kepadatan manusia dan rugi-rugi akibat mekanisme perambatan gelombang lainnya
dengan variabel tertentu. Dimana besar nilai rugi-rugi tersebut mudah berubah akibat perubahan posisi, jenis maupun jumlah objek serta kondisi suatu
bangunan yang belum tentu sama dengan bangunan lain yang masih dalam cakupan pemancar yang sama sehingga model ini sangat cocok digunakan
untuk memprediksi rugi-rugi lintasan di dalam bangunan [4].
3.4.4 Model ITU-R
Perhitungan rugi-rugi lintasan yang terjadi di dalam bangunan digunakan juga model empiris ITU-R. Model ini dipilih karena:
a. Model ini dapat digunakan pada frekuensi 900 MHz-100 GHz [5] b. Model ini merupakan rekomendasi dari ITU-R tahun 2012 [5]
c. Model ini memperhitungkan jenis pemanfaatan suatu bangunan dalam memprediksi rugi-rugi lintasan [5]
d. Model ini tidak memperhitungkan rugi-rugi lintasan akibat penyerapan gelombang radio oleh dinding [5]
e. Model ini telah mewakili rugi-rugi lintasan akibat perabot, koridor, jumlah manusia dan rugi-rugi akibat mekanisme perambatan gelombang lainnya
dengan konstanta tertentu. Dimana besar nilai rugi-rugi tersebut mudah berubah akibat perubahan posisi, jenis maupun jumlah objek serta kondisi
suatu bangunan yang belum tentu sama dengan bangunan lain yang masih dalam cakupan pemancar yang sama sehingga model ini sangat cocok
digunakan untuk memprediksi rugi-rugi lintasan di dalam bangunan [5].
3.5 Substitusi Model COST231 WI ke dalam Model Paulsen