BAB IV HASIL PEMBAHASAN
4.1 Perhitungan Rugi-Rugi Lintasan dan RSL
Perhitungan rugi-rugi lintasan dan RSL dilakukan pada 5 sektor, yaitu Sektor A dan Sektor B berada di lantai satu serta Sektor C, Sektor D dan Sektor E
berada di lantai dua. Perhitungan dilakukan pada dua frekuensi, yaitu 1812,5 MHz untuk sistem GSM1800 dan 2140 MHz untuk sistem 3G. Parameter-parameter
yang digunakan pada perhitungan ini terdapat pada Tabel 3.1, Tabel 3.2, Tabel 3.3, Tabel 3.4, Tabel 3.5 dan Tabel 3.6. Berikut ini merupakan tahapan
perhitungan rugi-rugi lintasan dan RSL pada Sektor A.
4.1.1 Sektor A pada Sistem GSM1800
Besar rugi-rugi lintasan dan RSL yang terjadi dari luar ke dalam Gedung Antra diperoleh menggunakan persamaan model Paulsen, persamaan hasil model
kombinasi COST231 WI dengan model COST231 MW, persamaan hasil model kombinasi COST231 WI dengan model ITU-R dan hasil pengukuran RSL.
Keadaan lingkungan diantara pemancar dan Gedung Antara adalah NLOS sehingga untuk perhitungan rugi-rugi lintasan dan RSL dari antena pemancar
hingga tepat pada dinding terluar Gedung Antara digunakan model COST231 WI pada kondisi NLOS untuk setiap model propagasi yang digunakan.
A. Model Paulsen
Perhitungan rugi-rugi lintasan dan RSL dari luar ke dalam bangunan dilakukan menggunakan Persamaan 3.2 yang diawali pada jarak 1,8 m dari
dinding terluar.
3.2
Persamaan 3.2 menunjukkan bahwa langkah-langkah yang harus dilakukan terlebih dahulu untuk menghitung rugi-rugi lintasan diantara pemancar dan
penerima adalah menentukan rugi-rugi lintasan NLOS diantara pemancar dan
Universitas Sumatera Utara
gedung , menentukan rugi-rugi lintasan akibat menembus dinding terluar
gedung , menentukan rugi-rugi lintasan akibat menembus dinding dalam
gedung L
dg
, dan menentukan kenaikan gain tiap lantai G
tl
. Parameter- parameter rugi-rugi lintasan pada model Paulsen tersebut ditentukan sebagai
berikut.
1. Rugi-rugi lintasan NLOS diantara pemancar dan penerima ditentukan menggunakan Persamaan 2.12
2.12
Rugi-rugi lintasan ruang bebas diantara pemancar dan gedung ditentukan menggunakan Persamaan 2.13.
2.13
Rugi-rugi lintasan yang disebabkan karena difraksi atap bangunan hingga ke jalan
ditentukan menggunakan Persamaan 2.14 2.14
Sebelum menentukan terlebih dahulu menentukan faktor orientasi
jalan terhadap sinyal datang yang dihitung menggunakan
Persamaan 2.16 dan Persamaan 2.15
2.16
Universitas Sumatera Utara
{ 2.15
Karena nilai sudut orientasi diantara 0
o
dan 35
o
maka nilai yaitu.
Sehingga nilai adalah
Rugi-rugi akibat adanya pengaruh difraksi dari berbagai dinding bangunan yang membentuk layar diantara pemancar dan Gedung Antara
ditentukan menggunakan Persamaan 2.17
2.17
Sebelum menentukan maka terlebih dahulu menentukan parameter
rugi-rugi menggunakan Persamaan 2.18,
menggunakan Persamaan 2.19,
menggunakan Persamaan 2.20 dan menggunakan Persamaan
2.21.
{ 2.18
Universitas Sumatera Utara
Karena ketinggian antena pemancar lebih tinggi daripada ketinggian
gedung rata-rata h maka nilai yaitu.
{ 2.19
Karena ketinggian antena pemancar lebih tinggi daripada ketinggian
rata-rata gedung h maka nilai adalah 54 dB.
{ 2.20
Karena ketinggian antena pemancar lebih tinggi daripada ketinggian
rata-rata gedung h maka nilai adalah 18.
{ 2.21
Karena daerah penelitian yang digunakan bertipe metropolitan centre pusat kota maka nilai
yaitu.
maka rugi-rugi yaitu.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga rugi-rugi lintasan NLOS diantara pemancar dan penerima yaitu.
2. Rugi-rugi penyerapan dinding terluar gedung dapat ditentukan
menggunakan Tabel 2.1. Pada kasus ini dinding terluar gedung terbuat dari bahan kaca dengan ketebalan 2 cm sehingga rugi-rugi penyerapan dinding
terluar adalah 2 dB.
3. Rugi-rugi penyerapan dinding di dalam gedung dapat ditentukan
juga menggunakan Tabel 2.1. Pada kasus ini dinding dalam gedung adalah rak besi ketebalan
1 cm yang dibebani dengan alat-alat rumah tangga dikedua sisi dinding dan tipe dinding adalah semi terbuka sehingga
dinding rak besi tersebut dapat diidentikkan dengan rugi-rugi dinding baja dengan jendela yang lebar sehingga nilai L
wi
= 9 dB.
4. Kenaikan gain tiap lantai merupakan tetapan yang besarnya 2 dB
tiap kenaikan satu lantai pada penerima. Dimana lantai dasar adalah nol maka nilai kenaikan gain tiap lantai pada kasus ini adalah 0 dB disebabkan
pengukuran pada Sektor A berada di lantai dasar.
5. Setelah diperoleh nilai parameter-parameter model Paulsen yang mempengaruhi rugi-rugi lintasan dari luar ke dalam bangunan maka
diperoleh rugi-rugi lintasan total model Paulsen sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
6. Nilai RSL dihitung menggunakan Persamaan 3.9.
3.9
Prediksi rugi-rugi lintasan dan RSL dilakukan dengan cara yang sama menggunakan model Paulsen untuk perhitungan di setiap sekat pada setiap sektor
sehingga diperoleh hasil perhitungan rugi-rugi lintasan seperti yang diperlihatkan pada Lampiran 3.
B. Model Kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW
Perhitungan rugi-rugi lintasan dari luar bangunan hingga ke dalam bangunan menggunakan model kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW
dilakukan menggunakan Persamaan 3.4.
∑
[ ]
3.4
Persamaan 3.4 menunjukkan bahwa langkah-langkah yang harus dilakukan terlebih dahulu untuk menentukan rugi-rugi lintasan diantara pemancar dan
penerima adalah menentukan rugi-rugi lintasan ruang bebas diantara pemancar
Universitas Sumatera Utara
dan penerima , menentukan rugi-rugi lintasan akibat difraksi gedung ke
jalan , menentukan rugi-rugi lintasan difraksi berganda akibat dinding
bangunan , menetapkan konstanta rugi-rugi
, menentukan rugi-rugi lintasan akibat menembus dinding gedung L
pd
dan menentukan rugi-rugi lintasan akibat menembus lantai L
pl
. Parameter-parameter rugi-rugi lintasan model kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW tersebut ditentukan sebagai
berikut :
1. L
FSPL
adalah rugi-rugi ruang bebas yang nilainya dihitung menggunakan Persamaan 3.3.
3.3
2. adalah rugi-rugi lintasan akibat difraksi gedung ke jalan. Nilai
telah diperoleh dari perhitungan sebelumnya yaitu 26,95 dB.
3. adalah rugi-rugi lintasan difraksi berganda akibat dinding bangunan
yang mana nilai telah diperoleh dari perhitungan sebelumnya yaitu
12,25 dB.
4. Rugi-rugi penyerapan dinding pada kasus ini adalah rugi-rugi dinding jenis pertama karena sekat tidak terbuat dari beton atau bata dan ketebalan
kurang dari 10 cm yang mana rugi-rugi jenis dinding diperlihatkan pada Tabel 2.3. Jumlah dinding yang ditembus oleh gelombang radio pada
kasus ini ada 2 buah, yaitu dinding pertama terluar berbahan kaca dengan ketebalan
2 cm dan dinding kedua yaitu rak besi dengan ketebalan 1 cm yang dibebani dengan alat-alat rumah tangga dikedua sisi dinding.
Rugi-rugi penyerapan dinding L
pd
pada rumus kombinasi ini yaitu.
Universitas Sumatera Utara
∑
5. Sektor A berada di lantai dasar maka gelombang radio yang sampai ke penerima bukan hasil dari penembusan lantai maka nilai n
f
= 0. Rugi-rugi penyerapan lantai L
pl
pada kasus ini yaitu.
[ ]
6. Setelah diperoleh parameter-parameter pada model kombinasi COST231 WI dengan COST2331 MW maka rugi-rugi lintasan dari luar ke dalam
Gedung Antara di lantai satu pada Sektor A dengan keadaan NLOS di luar gedung pada saat penerima berjarak 1,8 m dari dinding terluar gedung
yaitu.
Universitas Sumatera Utara
7. RSL dihitung menggunakan Persamaan 3.9, yaitu.
3.9
Prediksi rugi-rugi lintasan dan RSL dilakukan dengan cara yang sama menggunakan model kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW.
Perhitungan dilakukan di setiap sekat pada setiap sektor sehingga diperoleh hasil perhitungan rugi-rugi lintasan seperti yang diperlihatkan pada Lampiran 3.
C. Model Kombinasi COST231 WI dengan ITU-R
Perhitungan rugi-rugi lintasan dari luar ke dalam Gedung Antara menggunakan model kombinasi COST231 WI dengan ITU-R dilakukan
menggunakan Persamaan 3.7. 3.7
Persamaan 3.7 memperlihatkan bahwa langkah-langkah yang harus dilakukan terlebih dahulu untuk menentukan rugi-rugi lintasan diantara pemancar
dan penerima adalah menentukan rugi-rugi lintasan ruang bebas diantara pemancar dan gedung
, menentukan rugi-rugi lintasan akibat difraksi gedung ke jalan
, menentukan rugi-rugi lintasan difraksi berganda akibat dinding bangunan
, menentukan rugi-rugi lintasan akibat perubahan jarak antara penerima dengan pemancar L
pj
dan menentukan rugi-rugi lintasan akibat
Universitas Sumatera Utara
menembus lantai L
pl
. Parameter-parameter model kombinasi COST231 WI dengan ITU-R tersebut ditentukan sebagai berikut :
1. merupakan rugi-rugi lintasan ruang bebas diantara pemancar dan
gedung yang telah ditentukan pada perhitungan sebelumnya yaitu .
2. L
rts
merupakan rugi-rugi lintasan akibat difraksi gedung ke jalan yang telah ditentukan pada perhitungan sebelumnya yaitu 26,95 dB.
3. L
msd
merupakan rugi-rugi lintasan difraksi berganda akibat dinding bangunan yang telah ditentukan pada perhitungan sebelumnya yaitu
.
4. Rugi-rugi lintasan terhadap perubahan jarak penerima di dalam ruangan ditentukan berdasarkan Tabel 2.5. Pada kasus ini jenis pemanfaatan
gedung adalah sebagai tempat perbelanjaan toko maka konstanta power loss
adalah 22. Sehingga dapat ditentukan rugi-rugi lintasan akibat perubahan jarak L
pj
sebagai berikut.
5. Rugi-rugi penyerapan lantai akibat gelombang radio menembus lantai ditentukan berdasarkan persamaan pada Tabel 2.6 karena frekuensi kerja
yang digunakan pada sistem GSM1800 adalah 1812,5 MHz. Pada kasus ini n
f
bernilai nol karena penerima berada pada lantai satu.
Universitas Sumatera Utara
6. Setelah diperoleh parameter-parameter pada model kombinasi COST231 WI dengan ITU-R maka rugi-rugi lintasan dari luar ke dalam gedung di
lantai satu pada Sektor A dengan keadaan NLOS pada luar gedung pada saat penerima berjarak 1,8 m dari dinding terluar gedung yaitu.
7. RSL dihitung menggunakan Persamaan 3.9, yaitu.
3.9
Prediksi rugi-rugi lintasan dan RSL dilakukan dengan cara yang sama menggunakan model kombinasi COST231 WI dengan model ITU-R untuk
perhitungan di setiap sekat pada setiap sektor sehingga diperoleh hasil perhitungan rugi-rugi lintasan seperti yang diperlihatkan pada Lampiran 3.
Universitas Sumatera Utara
D. Data Pengukuran
Data pengukuran diperoleh pada tanggal 20, 22, 23, 26 dan 27 Agustus 2015 menggunakan handphone Android tipe lenovo A369i yang dilakukan di
berbagai tempat di dalam Gedung Antara sesuai pada Tabel 3.1. Data pengukuran diperlihatkan pada Lampiran 3.
Data pengukuran yang diperoleh dari perangkat handphone merupakan bentuk RSL dalam satuan dBm. Oleh karena itu, menentukan rugi-rugi lintasan
dalam satuan dB dari data RSL digunakan Persamaan 3.9. berdasarkan data hasil pengukuran di Lampiran 3 diperoleh bahwa nilai RSL untuk pengukuran di Sektor
A pada jarak 1,8 m dari dinding terluar gedung menggunakan sistem GSM1800 adalah -59 dBm. Perhitungan rugi-rugi lintasan untuk lokasi tersebut, yaitu.
3.9
Rugi-rugi lintasan hasil pengukuran dilakukan dengan cara yang sama di setiap sekat pada setiap sektor sehingga diperoleh nilai rugi-rugi lintasan di setiap
sektor seperti diperlihatkan pada Lampiran 3. Data pengukuran bersifat statistik sehingga perlu diubah ke dalam bentuk
kurva regresi menggunakan Persamaan 3.10, Persamaan 3.11, Persamaan 3.12, Persamaan 3.13 dan Persamaan 3.14 agar mudah dibandingkan dengan kurva hasil
perhitungan. Perhitungan regresi untuk Sektor A pada sistem GSM1800 dilakukan berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada Tabel 4.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Regresi Rugi-Rugi Lintasan Sektor A pada Sistem GSM1800 No
X Y
X
2
X
3
X
4
X.Y X
2
.Y 1
0,1888 117,7735
0,0356 0,0067
0,0013 21,4993
4,0591 2
0,1906 125,7735
0,0363 0,0069
0,0013 22,8479
4,3548 3
0,1930 127,7735
0,0372 0,0072
0,0014 24,6796
4,7632 4
0,1948 129,7735
0,0382 0,0075
0,0015 26,1589
5,1114 5
0,1972 133,7735
0,0389 0,0077
0,0015 27,5830
5,4394 6
0,2002 143,3735
0,0401 0,0080
0,0016 26,8015
5,3656 7
0,2020 140,9735
0,0408 0,0082
0,0017 27,8504
5,6258 8
0,2044 141,7735
0,0418 0,0085
0,0017 26,9549
5,5096 9
0,2068 144,9735
0,0430 0,0089
0,0018 29,0098
6,0166 10
0,2098 144,9735
0,0443 0,0093
0,0020 31,1125
6,5461 11
0,2116 148,1735
0,0453 0,0096
0,0020 31,8931
6,7868 ∑ 2,1992 1499,1085 0,4403 0,0883
0,0177 300,4364
60,2908
Berdasarkan Tabel 4.1, maka dapat dibuat persamaan untuk menentukan koefisien a, b dan c berdasarkan Persamaan 3.11, Persamaan 3.12 dan Persamaan
3.13 sehingga di dapat persamaan-persamaan sebagai berikut.
Variabel-variabel a, b dan c dapat diperoleh menggunakan software MATLAB sehingga di dapat hasil nilai a, b dan c.
a = 2,7576 b = 2,7537
c = 11,592
Universitas Sumatera Utara
setelah diperoleh nilai dari variabel-variabel a, b dan c maka variabel-variabel tersebut disubstitusikan ke dalam Persamaan 3.10 sehingga diperoleh persamaan
regresi, yaitu.
Y = 2,7576 + 2,7537X + 11,592X
2
dimana X adalah jarak diantara pemancar dan penerima dalam satuan km dan Y adalah besar rugi-rugi lintasan hasil regresi pada jarak X
i
. Kemudian dengan mensubstitusikan masing-masing jarak pengukuran di Sektor A terhadap variabel
X, maka di dapat nilai regresi di Sektor A pada sistem GSM1800 seperti pada Tabel L 3.1 di Lampiran 3. Berdasarkan hasil yang diperoleh Tabel L 3.1 maka
dapat diubah ke dalam bentuk grafik rugi-rugi lintasan terhadap fungsi jarak pada ketiga model propagasi dan data hasil pengukuran seperti pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Grafik Rugi-Rugi Lintasan Sektor A Terhadap Fungsi Jarak pada Sistem GSM1800 dengan Ketinggian Antena Penerima 2 m
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa grafik model Paulsen mengalami rugi- rugi lintasan yang jauh lebih besar daripada rugi-rugi lintasan hasil pengukuran
dibandingkan dengan kedua model propagasi yang lain. Sedangkan grafik model
0.185 0.19
0.195 0.2
0.205 0.21
0.215 100
120 140
160 180
200 220
240
Rugi-Rugi Lintasan pada Frekuensi 1812,5 MHz
Jarak antara BS dan MS, d km
P a
th L
o s
s d
B
Paulsen WI+MW
WI+ITU-R Pengukuran
Regresi
Universitas Sumatera Utara
kombinasi COST231 WI dengan ITU-R memiliki nilai rugi-rugi lintasan paling kecil daripada kedua model propagasi lain karena model ini tidak
mempertimbangkan rugi-rugi akibat penyerapan dinding dan model ini juga memiliki konstanta sebesar 28 dB untuk mengurangi rugi-rugi lintasan. Grafik
model kombinasi WI dengan MW terlihat paling mendekati dengan grafik regresi pengukuran daripada kedua model propagasi yang lain. Grafik regresi hasil
pengukuran mengalami kenaikan karena semakin bertambahnya jarak dan sekat yang dilalui oleh gelombang radio seperti yang diperlihatkan pada gambar di
Lampiran 4.
4.1.2 Sektor A pada Sistem 3G
Data rugi-rugi lintasan hasil perhitungan menggunakan model Paulsen, model kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW, model kombinasi
COST231 WI dan model ITU-R. rugi-rugi lintasan hasil pengukuran serta data regresi dari rugi-rugi lintasan hasil pengukuran di Sektor A pada sistem 3G
diperlihatkan pada Tabel L 3.2 di Lampiran 3. Data pada Tabel L 3.2 diubah ke dalam bentuk grafik rugi-rugi lintasan terhadap fungsi jarak seperti pada Gambar
4.2.
Gambar 4.2 Grafik Rugi-Rugi Lintasan Sektor A Terhadap Fungsi Jarak pada Sistem 3G dengan Ketinggian Antena Penerima 2 m
0.185 0.19
0.195 0.2
0.205 0.21
0.215 100
120 140
160 180
200 220
240
Rugi-Rugi Lintasan pada Frekuensi 2140 MHz
Jarak antara BS dan MS, d km
P a
th L
o s
s d
B
Paulsen WI+MW
WI+ITU-R Pengukuran
Regresi
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa seluruh grafik rugi-rugi lintasan sistem 3G lebih tinggi daripada sistem GSM1800. Hal ini disebabkan frekuensi yang
digunakan pada sistem 3G lebih besar dari pada sistem GSM1800. Grafik model kombinasi WI dengan MW terlihat paling mendekati dengan grafik regresi
pengukuran daripada kedua model propagasi yang lain. Grafik regresi hasil pengukuran mengalami kenaikan karena semakin bertambahnya jarak dan sekat
yang dilalui oleh gelombang radio seperti yang diperlihatkan pada gambar di Lampiran 4.
4.1.3 Sektor B pada Sistem GSM1800
Data rugi-rugi lintasan hasil perhitungan menggunakan model Paulsen, model kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW, model kombinasi
COST231 WI dan model ITU-R, rugi-rugi lintasan hasil pengukuran serta data regresi dari rugi-rugi lintasan hasil pengukuran di Sektor B untuk sistem
GSM1800 diperlihatkan pada Tabel L 3.3 di Lampiran 3. Data Tabel L 3.3 dapat dibuat grafik rugi-rugi lintasan terhadap fungsi jarak seperti pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Grafik Rugi-Rugi Lintasan Sektor B Terhadap Fungsi Jarak pada Sistem GSM1800 dengan Ketinggian Antena Penerima 2 m
0.198 0.2
0.202 0.204
0.206 0.208
0.21 0.212
0.214 0.216
0.218 120
130 140
150 160
170 180
Rugi-Rugi Lintasan pada Frekuensi 1812,5 MHz
Jarak antara BS dan MS, d km
P a
th L
o s
s d
B
Paulsen WI+MW
WI+ITU-R Pengukuran
Regresi
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa grafik rugi-rugi lintasan di Sektor B lebih rendah daripada di sektor A pada jarak yang sama untuk sistem GSM1800.
Hal ini disebabkan karena jumlah sekat pada Sektor B yang dilalui oleh gelombang radio lebih sedikit daripada di Sektor A pada jarak pengukuran yang
hampir sama. Selain itu, pada Sektor B terdapat empat buah rak besi sejajar yang tersusun secara vertikal membentuk ngarai sehingga rugi-rugi lintasan yang terjadi
lebih kecil daripada rak sejajar yang tersusun secara horizontal karena pada keadaan ngarai terjadi perambatan gelombang radio secara terbimbing.
Grafik model Paulsen tidak mengalami perubahan rugi-rugi lintasan dibandingkan dengan Sektor A seperti yang terlihat pada titik pertama grafik
Paulsen. Hal ini disebabkan karena model Paulsen tidak memperhitungkan jarak di dalam ruangan.
Pada model kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW hanya mengalami perubahan rugi-rugi lintasan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan
Sektor A. Hal ini disebabkan karena model kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW mempertimbangkan perubahan jarak di dalam ruangan.
Pada model kombinasi COST231 WI dengan ITU-R perubahan grafik rugi-rugi lintasan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Sektor A. Hal ini
disebabkan karena
model kombinasi
COST231 WI
dengan ITU-R
mempertimbangkan perubahan jarak di dalam ruangan dengan mengalikan kontanta power pathloss.
Grafik hasil regresi dari hasil pengukuran memotong grafik model model kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW dan model Paulsen yang mana
grafik regresi lebih mendekati grafik model kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW. Berdasarkan grafik pengukuran di titik ke-4 mengalami rugi-rugi
lintasan yang lebih besar daripada titik ke-5 dan titik ke-6 walaupun jarak pada titik ke-5 dan titik ke-6 lebih jauh daripada titik ke-4. Berdasarkan perkiraan
lintasan gelombang radio pada Gambar L 4.3 dan Gambar L 4.4 hal ini disebabkan karena pada titik ke-4 gelombang radio menembus sekat yang lebih
banyak daripada titik ke-5 dan titik ke-6 yang mana pada penelitian ini besar rugi- rugi lintasan gelombang radio akibat menembus sekat lebih besar daripada akibat
menempuh jarak.
Universitas Sumatera Utara
4.1.4 Sektor B pada Sistem 3G
Data rugi-rugi lintasan hasil perhitungan menggunakan model Paulsen, model model kombinasi COST231 WI dan model COST231 MW, model model
kombinasi COST231 WI dan model ITU-R. rugi-rugi lintasan hasil pengukuran serta data regresi dari rugi-rugi lintasan hasil pengukuran di Sektor B untuk sistem
3G diperlihatkan pada Tabel L 3.4 di Lampiran 3. DataTabel L 3.4 diubah ke dalam bentuk grafik rugi-rugi lintasan terhadap fungsi jarak seperti pada Gambar
4.4.
Gambar 4.4 Grafik Rugi-Rugi Lintasan Sektor B Terhadap Fungsi Jarak pada Sistem 3G dengan Ketinggian Antena Penerima 2 m
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa seluruh grafik rugi-rugi lintasan sistem 3G lebih tinggi daripada sistem GSM1800. Hal ini disebabkan karena frekuensi
yang digunakan pada sistem 3G lebih besar dari pada sistem GSM1800. Grafik model kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW terlihat paling mendekati
dengan grafik regresi pengukuran daripada kedua model propagasi yang lain. Pada grafik pengukuran di titik ke-4 mengalami rugi-rugi lintasan yang lebih besar
daripada titik ke-5 dan titik ke-6 namun menghasilkan grafik regresi yang sedikit curam ke bawah pada titik ke-6 daripada grafik regresi pada Sistem GSM1800.
0.198 0.2
0.202 0.204
0.206 0.208
0.21 0.212
0.214 0.216
0.218 120
130 140
150 160
170 180
190
Rugi-Rugi Lintasan pada Frekuensi 2140 MHz
Jarak antara BS dan MS, d km
P a
th L
o s
s d
B
Paulsen WI+MW
WI+ITU-R Pengukuran
Regresi
Universitas Sumatera Utara
4.1.5 Sektor C pada Sistem GSM1800
Data rugi-rugi lintasan hasil perhitungan menggunakan model Paulsen, model kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW, model kombinasi
COST231 WI dengan COST231 ITU-R, rugi-rugi lintasan hasil pengukuran serta data regresi dari rugi-rugi lintasan hasil pengukuran di Sektor C pada sistem
GSM1800 diperlihatkan pada Tabel L 3.5 di Lampiran 3. Data Tabel L 3.5 dapat dibuat grafik rugi-rugi lintasan terhadap fungsi jarak seperti pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Grafik Rugi-Rugi Lintasan Sektor C Terhadap Fungsi Jarak pada Sistem GSM1800 dengan Ketinggian Antena Penerima 5 m
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa grafik hasil pengukuran di titik ke-7 hingga titik ke-11 mengalami rugi-rugi lintasan yang semakin kecil walaupun
jarak tempuh gelombang radio semakin jauh sehingga menghasilkan grafik regresi yang melengkung ke bawah. Hal ini disebabkan karena pada titik ke-7 hingga titik
ke-11 gelombang radio menembus jumlah sekat yang semakin sedikit dengan bertambahnya jarak tempuh gelombang radio seperti yang diperlihatkan pada
Gambar L 4.3 dan Gambar L 4.4. Grafik model Paulsen mengalami sedikit penurunan rugi-rugi lintasan dibandingkan dengan Sektor A dan Sektor B. Hal ini
0.205 0.21
0.215 0.22
0.225 0.23
120 130
140 150
160 170
180 190
200 210
220
Rugi-Rugi Lintasan pada Frekuensi 1812,5 MHz
Jarak antara BS dan MS, d km
P a
th L
o s
s d
B
Paulsen WI+MW
WI+ITU-R Pengukuran
Regresi
Universitas Sumatera Utara
disebabkan karena pada model Paulsen mempertimbangkan posisi ketinggian penerima dengan mengalikan faktor G
h
terhadap kenaikan tingkatan pada posisi penerima. Pada Gambar 4.5 terlihat pula bahwa grafik hasil regresi memotong
grafik model Paulsen dan grafik model kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW yang mana grafik model tersebut lebih mendekati dengan grafik
hasil regresi.
4.1.6 Sektor C pada Sistem 3G
Data rugi-rugi lintasan hasil perhitungan menggunakan model Paulsen, model kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW, model kombinasi
COST231 WI dan model ITU-R, rugi-rugi lintasan hasil pengukuran serta data regresi dari rugi-rugi lintasan hasil pengukuran di Sektor C untuk sistem 3G
diperlihatkan pada Tabel L 3.6 di Lampiran 3. Data Tabel L 3.6 dapat dibuat grafik rugi-rugi lintasan terhadap fungsi jarak seperti pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Grafik Rugi-Rugi Lintasan Sektor C Terhadap Fungsi Jarak pada Sistem 3G dengan Ketinggian Antena Penerima 5 m
Gambar 4.6 menunjukkan bahwa seluruh grafik rugi-rugi lintasan sistem 3G lebih tinggi daripada sistem GSM1800. Hal ini disebabkan karena frekuensi
0.205 0.21
0.215 0.22
0.225 0.23
120 130
140 150
160 170
180 190
200 210
220
Rugi-Rugi Lintasan pada Frekuensi 2140 MHz
Jarak antara BS dan MS, d km
P a
th L
o s
s d
B
Paulsen WI+MW
WI+ITU-R Pengukuran
Regresi
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan pada sistem 3G lebih besar dari pada sistem GSM1800. Grafik model kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW terlihat paling mendekati
dengan grafik regresi pengukuran daripada kedua model propagasi yang lain. Pada grafik pengukuran di titik ke-8 hingga titik ke-11 rugi-rugi lintasan semakin kecil.
Berbeda halnya pada sistem GSM1800 yang diawali dari sekat ke-7.
4.1.7 Sektor D pada Sistem GSM1800
Data rugi-rugi lintasan hasil perhitungan menggunakan model Paulsen, model kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW, model kombinasi
COST231 WI dan model ITU-R, rugi-rugi lintasan hasil pengukuran serta data regresi dari rugi-rugi lintasan hasil pengukuran di Sektor D untuk sistem
GSM1800 diperlihatkan pada Tabel L 3.7 di Lampiran 3. Data Tabel L 3.7 dapat dibuat grafik rugi-rugi lintasan terhadap fungsi jarak seperti pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Grafik Rugi-Rugi Lintasan Sektor D Terhadap Fungsi Jarak pada Sistem GSM1800 dengan Ketinggian Antena Penerima 5 m
Gambar 4.7 menggambarkan bahwa grafik hasil pengukuran di titik ke-4 dan titik ke-5 mengalami rugi-rugi lintasan yang semakin kecil walaupun jarak
tempuh gelombang radio semakin jauh sehingga menghasilkan grafik regresi yang melengkung ke bawah. Hal ini disebabkan karena pada titik ke-4 dan titik ke-5
0.206 0.208
0.21 0.212
0.214 0.216
0.218 0.22
0.222 0.224
0.226 120
130 140
150 160
170 180
190
Rugi-Rugi Lintasan pada Frekuensi 1812,5 MHz
Jarak antara BS dan MS, d km
P a
th L
o s
s d
B
Paulsen WI+MW
WI+ITU-R Pengukuran
Regresi
Universitas Sumatera Utara
gelombang radio menembus jumlah sekat yang semakin sedikit dengan bertambahnya jarak tempuh gelombang seperti yang diperlihatkan pada Gambar L
4.3 dan Gambar L 4.4. Grafik model Paulsen mengalami sedikit penurunan rugi- rugi lintasan dibandingkan dengan Sektor A dan Sektor B. Hal ini disebabkan
pada model Paulsen mempertimbangkan posisi ketinggian penerima dengan mengalikan faktor G
h
terhadap kenaikan tingkatan pada posisi penerima. Pada Gambar 4.7 terlihat pula bahwa grafik hasil regresi hanya memotong grafik model
kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW yang mana grafik model kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW paling mendekati dengan grafik
hasil regresi pengukuran.
4.1.8 Sektor D pada Sistem 3G
Data rugi-rugi lintasan hasil perhitungan menggunakan model Paulsen, model kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW, model kombinasi
COST231 WI dan model ITU-R, rugi-rugi lintasan hasil pengukuran serta data regresi dari rugi-rugi lintasan hasil pengukuran di Sektor D pada sistem 3G
diperlihatkan pada Tabel L 3.8 di Lampiran 3. Data Tabel L 3.8 dapat dibuat grafik rugi-rugi lintasan terhadap fungsi jarak seperti pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8 Grafik Rugi-Rugi Lintasan Sektor D Terhadap Fungsi Jarak pada Sistem 3G dengan Ketinggian Antena Penerima 5 m
0.206 0.208
0.21 0.212
0.214 0.216
0.218 0.22
0.222 0.224
0.226 130
140 150
160 170
180 190
200
Rugi-Rugi Lintasan pada Frekuensi 2140 MHz
Jarak antara BS dan MS, d km
P a
th L
o s
s d
B
Paulsen WI+MW
WI+ITU-R Pengukuran
Regresi
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8 menunjukkan bahwa seluruh grafik rugi-rugi lintasan sistem 3G lebih tinggi daripada sistem GSM1800. Hal ini disebabkan karena frekuensi
yang digunakan pada sistem 3G lebih besar dari pada sistem GSM1800. Grafik model kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW terlihat paling mendekati
dengan grafik regresi pengukuran daripada kedua model propagasi yang lain. Pada grafik pengukuran di titik ke-3 hingga titik ke-4 rugi-rugi lintasan semakin kecil.
Berbeda halnya pada Sistem GSM1800 yang diawali dari sekat ke-4.
4.1.9 Sektor E pada Sistem 1800
Data rugi-rugi lintasan hasil perhitungan menggunakan model Paulsen, model kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW, model kombinasi
COST231 WI dengan COST231 ITU-R, rugi-rugi lintasan hasil pengukuran serta data regresi dari rugi-rugi lintasan hasil pengukuran di Sektor E pada sistem
GSM1800 diperlihatkan pada Tabel L 3.9 di Lampiran 3. Data Tabel L 3.9 diubah ke bentuk grafik rugi-rugi lintasan terhadap fungsi jarak seperti pada Gambar 4.9.
Gambar 4.9 Grafik Rugi-Rugi Lintasan Sektor E Terhadap Fungsi Jarak pada Sistem GSM1800 dengan Ketinggian Antena Penerima 5 m
Gambar 4.9 menggambarkan bahwa grafik hasil pengukuran pada titik ke- 5 rugi-rugi lintasan semakin kecil walaupun jarak tempuh gelombang radio
semakin jauh sehingga menghasilkan grafik regresi yang melengkung ke bawah.
0.206 0.208
0.21 0.212
0.214 0.216
0.218 0.22
0.222 0.224
120 130
140 150
160 170
180 190
Rugi-Rugi Lintasan pada Frekuensi 1812,5 MHz
Jarak antara BS dan MS, d km
P a
th L
o s
s d
B
Paulsen WI+MW
WI+ITU-R Pengukuran
Regresi
Universitas Sumatera Utara
Hal ini disebabkan karena pada titik ke-5 gelombang radio menembus jumlah sekat yang semakin sedikit dengan bertambahnya jarak tempuh gelombang seperti
yang diperlihatkan pada Gambar L 4.3 dan Gambar L 4.4. Grafik model Paulsen mengalami sedikit penurunan rugi-rugi lintasan dibandingkan dengan Sektor A
dan Sektor B. Hal ini disebabkan karena model Paulsen yang mempertimbangkan posisi ketinggian penerima dengan mengalikan faktor G
h
terhadap kenaikan tingkatan di posisi penerima. Pada Gambar 4.9 terlihat pula bahwa grafik hasil
regresi hanya memotong grafik model kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW yang mana grafik model kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW
paling mendekati dengan grafik hasil regresi.
4.1.10 Sektor E pada Sistem 3G
Data rugi-rugi lintasan hasil perhitungan menggunakan model Paulsen, model kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW, model kombinasi
COST231 WI dan model ITU-R, rugi-rugi lintasan hasil pengukuran serta data regresi dari rugi-rugi lintasan hasil pengukuran di Sektor E pada sistem 3G
diperlihatkan pada Tabel L 3.10 di Lampiran 3. Data Tabel L 3.10 diubah ke bentuk grafik rugi-rugi lintasan terhadap fungsi jarak seperti pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Grafik Rugi-Rugi Lintasan Sektor E Terhadap Fungsi Jarak pada Sistem GSM1800 dengan Ketinggian Antena Penerima 5 m
0.206 0.208
0.21 0.212
0.214 0.216
0.218 0.22
0.222 0.224
130 140
150 160
170 180
190 200
Rugi-Rugi Lintasan pada Frekuensi 2140 MHz
Jarak antara BS dan MS, d km
P a
th L
o s
s d
B
Paulsen WI+MW
WI+ITU-R Pengukuran
Regresi
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.10 menunjukkan bahwa seluruh grafik rugi-rugi lintasan sistem 3G lebih tinggi daripada sistem GSM1800. Hal ini disebabkan karena frekuensi
yang digunakan pada sistem 3G lebih besar dari pada sistem GSM1800. Grafik model kombinasi COST231 WI dengan COST231 MW terlihat paling mendekati
dengan grafik regresi pengukuran daripada kedua model propagasi yang lain. Pada grafik pengukuran di titik ke-5 mengalami rugi-rugi lintasan yang semakin kecil.
4.2 Analisis Rugi-Rugi Lintasan Akibat Perubahan Frekuensi