Perlindungan Hukum Atas Penggunaan Foto Selfie Oleh Pihak Lain dalam

B. Perlindungan Hukum Atas Penggunaan Foto Selfie Oleh Pihak Lain dalam

Jejaring Sosial Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia. 162 Menurut Muchsin, perlindungan hukum merupakan kegiatan untuk melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antar sesama manusia. 163 Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi subyek-subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 164 1. Perlindungan Hukum Preventif Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundang- undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan sutu kewajiban. 162 Setiono, Rule of Law Supremasi Hukum Surakarta; Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2004, hlm. 3. 163 Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia Surakarta; magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2003, hlm. 14. 164 Ibid, hlm. 20. 2. Perlindungan Hukum Represif. Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran Frasa perlindungan hukum dalam bahasa Inggris adalah “legal protection”dalam bahasa Belanda “rechtsbecherming”.Kedua istilah tersebut juga mengandung konsep atau pengertian hukum yang berbeda untuk memberi makna sesungguhnya dari “Perlindungan Hukum”. Di tengah langkahnya makna perlindungan hukum itu, kemudian Harjono berusaha membangun sebuah konsep perlindungan hukum dari perspektif keilmuan hukum, sebagai berikut: Perlindungan hukum dapat diartikan perlindungan oleh hukum atau perlindungan dengan menggunakan pranata dan sarana hukum. Perlindungan hukum mempunyai makna sebagai perlindungan dengan menggunakan sarana hukum atau perlindungan yang diberikan oleh hukum, ditujuhkan kepada perlindungan terhadap kepentingan- kepentingan tertentu, yaitu dengan cara menjadikan kepentingan yang perlu dilindungi tersebut kedalam sebuah hak hukum. 165 Perlindungan terhadap hak cipta berfungsi untuk melindungi hak-hak yang dimiliki oleh pencipta atas karya ciptaannya, hak cipta juga melindungi potensi pencipta karena eksistensi terhadap kemampuan yang dimiliki seorang pencipta untuk menciptakan suatu karya cipta dan karya ciptaannya tetap terjaga. Dengan adanya hak cipta seorang pencipta tetap memiliki semangat untuk menciptakan sesuatu karena ia 165 Harjono Satjipto, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia Jakarta: Ghalia Indonesia, 2008, hlm. 17. merasa aman dan nyaman sehubungan dengan adanya perlindungan terhadap hak yang ia miliki sebagai seorang pencipta: 166 Konsep dasar lahirnya Hak Cipta akan memberikan perlindungan hukum terhadap suatu karya cipta yang memiliki bentuk yang khas dan menunjukkan keaslian sebagai ciptaan seseorang atas dasar kemampuan dan kreatifitasnya yang bersifat pribadi. Sifat pribadi yang terkandung di dalam Hak Cipta melahirkan konsepsi hak moral bagi si pencipta atau ahli warisnya.Hak moral tersebut dianggap sebagai hak pribadi yang dimiliki oleh seorang pencipta untuk mencegah terjadinya penyimpangan atas karya ciptanya dan untuk mendapatkan penghormatan atau penghargaan atas karyanya tersebut. Hak moral tersebut merupakan perwujudan dari 1. Penentuan Pemberian Hak Cipta Pengumuman dan pendaftaran terhadap hak cipta bukanlah suatu cara untuk memperoleh hak cipta, tetapi pengumuman dan pendaftaran atas hak cipta yang diatur dalam UUHC adalah cara untuk mempublikasikan adanya hak cipta terhadap suatu karya cipta pada masyarakat luas, dengan tujuan keberadaan suatu karya cipta dan hak cipta tersebut diketahui oleh masyarakat luas. 2. Pembuktian Hak Cipta Dalam hal pencipta terdiri dari dua orang atau lebih maka yang dianggap sebagai pencipta adalah orang yang mempunyai ide atau penggagas dari ide yang kemudian menjadi karya cipta tersebut, atau orang yang mengawasi jalannya proses pembuatan karya cipta tersebut, atau orang yang menghimpun unsur-unsur pembangunnya sehingga menjadi suatu karya cipta. Hak cipta atas suatu karya cipta dapat juga dimiliki oleh badan hukum hal ini dinyatakan dalam UUHC. 166 https:ferli1982.wordpress.com20130305perlindungan-hukum-terhadap-hak-cipta-dan- kendala-penegakkan-hukum.html, diakses tgl 10 Mei 2015. hubungan yang terus berlangsung antara si pencipta dengan hasil karya ciptanya walaupun si penciptanya telah meninggal atau telah memindahkan hak ciptanya kepada orang lain, sehingga apabila pemegang hak menghilangkan nama pencipta, maka pencipta atau ahli warisnya berhak untuk menuntut kepada pemegang hak cipta supaya nama pencipta tetap dicantumkan dalam ciptaannya. Karya cipta yang telah diciptakan merupakan suatu karya yang bersifat khas dan pribadi, artinya ciptaan yang telah dibuat oleh pencipa tersebut hanya dapat dimiliki pencipta sebab bersifat pribadi dan karya cipta tersebut bersifat khas sebab telah dibuat sesuai imajinasi dari pencipta. Hasil karya pencipta dalam bentuk yang khas dalam lapangan seni adalah potret. Dalam hak cipta, potret merupakan suatu karya cipta yang telah mendapat perlindungan hukum. Fotografi merupakan ciptaan yang dilindungi yang terdapat di dalam UUHC. Perlindungan terhadap potret telah dinyatakan di dalam UUHC. Perlindungan tersebut diberikan kepada pencipta, pemegang hak cipta, dan orang lain yang menjadi objek pemotretan. Perlindungan hukum tersebut untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa potret dilindungi oleh hukum. Sehingga seseorang tidak dapat memperbanyak potret orang lain tanpa persetujuaannya, karena potret telah dilindungi di dalam UUHC. Perlindungan hukum terhadap hak cipta atas potret merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dengan melihat adanya ketentuan undang-undang agar tidak terjadi suatu pelanggaran hak cipta atas potret. Perlindungan hukum hak cipta atas potret terdapat 2 dua macam yaitu perlindungan hukum secara preventif dan perlindungan hukum secara represif. Perlindungan hukum secara preventif yaitu perlindungan yang bertujuan untuk mencegah agar tidak terjadi pelanggaran hak cipta atas potret, sedangkan perlindungan hukum secara represif yaitu perlindungan untuk menyelesaikan sengketa dengan mengajukan gugatan di Pengadilan Niaga. Permasalahan Hak Cipta karya potret pada dasarnya sering kali timbul karena kemajuan teknologi dan semakin berkembangnya dunia potret dengan menggunakan Smartphone. Smartphone adalah telepon selular yang telah dilengkapi dengan teknologi sistem komputer yang lebih canggih dibandingkan telepon selular pada umumnya. 167 Hak moral pada karya cipta foto atau potret dianggap sebagai hak pribadi yang dimiliki oleh pencipta untuk mencegah terjadinya pelanggaran yang merupakan perwujudan dari hubungan antara pencipta dengan hasil karyanya walaupun penciptanya telah meninggal dunia, tetapi ia masih berhak dicantumkan namanya. Disamping hak moral tersebut, Hak Cipta juga berhubungan dengan kepentingan- kepentingan yang bersifat ekonomi economic rights. Adanya kepentingan- kepentingan yang bersifat ekonomi di dalam hak cipta tersebut, merupakan suatu perwujudan dari sifat Hak Cipta itu sendiri, yaitu bahwa ciptaan-ciptaan yang merupakan produk olah pikir manusia itu mempunyai nilai, karena ciptaan-ciptaan tersebut merupakan suatu bentuk kekayaan, walaupun bentuknya tidak berwujud intangible. Kamera Smartphone jenis ini tidak lagi memerlukan film karena gambar-gambar hasil jepretan disimpan dalam bentuk file pada kartu memori. File digitaltersebut sangat mudah untuk digandakan dan diambil oleh setiap orang untuk dimanfaatkan dalam berbagai kepentingan, tanpa sepengetahuan penciptanya. 168 167 Setyawan Salam, “China kalahkan amerika serikat dalam hal kepemilikan smarthone”, http:www.merdeka.comtagssmartphone.html diakses tanggal 10 November 2014. 168 Latrah, Perlindungan Hukum Atas Karya Cipta Fotografi, Makassar: Universitas Hasanuddin Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum, 2012, hlm. 55. Ciptaan dilindungi sebagai ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi hak cipta atas ciptaan asli. 169 Konsep perlindungan Undang-undang Hak Cipta adalah melindungi suatu ciptaan yang sudah ada dan sudah diumumkan kepada publik. Namun demikian, Undang-undang Hak Cipta juga memberikan perlindungan pada semua ciptaan yang tidak atau belum diumumkan sepanjang ciptaan tersebut sudah memiliki kesatuan bentuk yang nyata dan dapat diperbanyak. Ketentuan Pasal 40 ayat 2 Undang-undang Hak Cipta ini dengan jelas berbicara tentang ciptaan yang merupakan hasil pengalihwujudan dari suatu ciptaan yang sudah ada sebelumnya menjadi ciptaan baru. 170 Perlindungan terhadap ciptaan yang tidak atau belum dilakukan pengumuman tetapi sudah diwujudkan dalam bentuk nyata yang memungkinkan penggandaan ciptaan tersebut. 171 Undang-Undang Hak Cipta menaruh perhatian khusus terhadap hak cipta atas potret. Hal ini terlihat dari adanya ketentuan Pasal 12 UUHC yang khusus mengatur tentang ciptaan dalam bentuk potret. Potret sebagai suatu ciptaan yang dilindungi oleh hak cipta memang sedikit berbeda dengan bentuk ciptaan lainnya, seperti seni lukis, gambar atau sketsa. Hal ini disebabkan potret, khususnya foto selfie seseorang sangat bersifat personal. Disamping itu, terdapat dua hak dan dua kepentingan yang berbeda dalam ciptaan berbentuk foto atau potret yaitu hak dari orang yang di potret selfie sebagai pemilik hak kebendaan atas foto atau potret yaitu yang lazim disebut cattel rights dan hak cipta pada foto selfie dengan menggunakan smartphone. Pemilik kebendaan atas foto atau potret memiliki kepentingan yang berbeda dengan foto selfie, dimana orang yang di foto selfie mungkin mau di potret dirinya sendiri dengan 169 Undang-Undang No.28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 40 ayat 2. 170 Elyta Ras Ginting, Op.Cit, hlm. 148. 171 Undang-Undang No.28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal 40 ayat 3. dipublikasikan. Sementara itu, sebagai pencipta foto selfie berhak melaksanakan eksklusifnya atas potret tersebut. Memfoto atau memotret diri sendiri selfie telah ada sejak abad lalu, namun kini pertumbuhannya secara global kian pesat semenjak adanya smartphone yang dilengkapi kamera digital ditambah dengan kemampuan untuk berbagi foto langsung di jejaring sosial. Selfie: noun, informal, sebuah potret diri yang direkam oleh diri sendiri, biasanya direkam menggunakan smartphone atau webcam dan di-upload ke situs media sosial. Selfy - plural: selfies. Terciptanya suatu foto selfie digantungkan hasil akhirnya pada bantuan suatu alat, yaitu kamera smartphone dan alat cetak, baik yang konvensional maupun digital. Karenanya, ada argumentasi yag menyatakan bahwa suatu foto atau potret, baik yang objek fotonya orang perorangan, benda mati, pemandangan maupun peristiwa tidak memenuhi syarat untuk digolongkan sebagai suatu ciptaan yang dilindungi oleh hak cipta. Alasannya, baik karena minimnya unsur orisinalitas maupun keterlibatan manusia atau kerja intelektual labour mental atau intellectual effort dalam mewujudkan foto selfie tersebut. Terlebih dari, dengan adanya perkembangan teknologi di bidang peralatan foto selfie dan alat cetak foto yang supercanggih yang dapat menghasilkan efek pencahayaan dan warna yang dikehendaki. Bahkan, saat ini ada kamera yang telah dilengkapi dengan fitur GPS yang memungkinkan foto selfie membuat potret yang benar-benar kreatif dengan bantuan fitur-fitur tersebut. Dengan bantuan kamera berikut fitur-fiturnya tersebut, tampilan suatu foto selfie bukan lagi sebagai suatu karya intelektual perorangan yang murni, melainkan sepenuhnya hasil kerja kamera atau teknologi yang dioperasikan oleh manusia. Karena itu, masih diperdebatkan apakah foto selfie mengandung unsur keaslian yang dilahirkan dari kemampuan pikiran, imajinai, kecekatan, keterampilan atau keahlian dari orang yang membuatnya. 172 Objek perlindungan hak cipta di Indonesia diperluas dengan hadirnya Undang- undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang berlaku efektif sejak diundangkan pada tanggal 21 April 2008. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 ini sebenarnya mengatur tentang system elektronik, sistem informasi, ataupun domain name dalam menggunakan komunikasi atau transaksi elektronik melalui internet dimana setiap orang dapat mengirimmendistribusikan, mentransmisi, menerimamengakses jejaring sosial, atau menyimpan dokumen elektronik ataupun informasi elektronik. Kaitan Undang-undang ini dengan hak Hak cipta merupakan bagian dari hak kekayaan intelektual HKI yaitu hak atas kekayaan dari segala hasil produksi kecerdasan daya pikir, baik berupa teknologi, pengetahuan, seni, sastra, karya tulis dan lain-lain yang berguna untuk manusia. Begitu pula dengan hprogram komputer, juga memiliki hak cipta karena sama dengan benda berwujud lainnya yang memiliki nilai guna untuk menusia. Program komputer yang sudah dipublikasikan untuk digunakan sudah memiliki hak cipta, yang mana perusahaan atau perorangan pengembang program tersebut mempunyai wewenangizin penuh atas program yang dibuat, sehingga program tidak bisa disebar luaskan tanpa izin dari perusahaan perorangan pengembang program tersebut. Namun hak eksklusif yang dimiliki program komputer tidak memperkuat perlindungan terhadap pelanggaran hak cipta. Maka dewasa ini pengembang program komputer memanfaatkan hukum untuk memperkuat hak cipta. 172 Elyta Ras Ginting, Op.Cit, hlm. 168-169. kekayaan intelektual, khususnya dengan hak cipta terkandung dalam Informasi eletronik atau dokumen elektronik yang disusun menjadi karya intelektual, situs internet dan karya intelektual yang ada di dalamnya dilindungi sebagai hak kekayaan intelektual berdasarkan peraturan perundang-undangan. Secara sepintas, baik rumusan dari informasi elektronik maupun dokumen elektronik tersebut dikaitakn dengan jenis-jenis ciptaan yang dilindungi yang diatur dalam Undang-undang Hak Cipta. Namun, ada beberapa jenis ciptaan baru yang tidak Undang-undang Hak Cipta, seperti surat elektronik electronic mail, media sosial, kode akses, telegram, teleks atau telecopy dan foto selfie. Sedangkan kalimat “huruf, tanda, angka dan symbol” mengacu pada pelindungan merek. 173 UU ITE memang belum memuat aturan perlindungan data pribadi secara khusus. Tetapi, secara implisit UU ini mengatur pemahaman baru mengenai perlindungan terhadap keberadaan suatu data atau informasi elektronik baik yang Jejaring Sosial merupakan satu dari sekian situs internet yang paling banyak dikunjungi di seluruh dunia mengingat berbagai fasilitas serta inovasi yang ditawarkannya. Akan tetapi, fasilitas serta potensi yang dimiliki oleh Jejaring Sosial di satu sisi menimbulkan suatu permasalahan baru yang perlu dihadapi oleh para penegak hukum. Salah satu permasalahan yang belakangan muncul adalah penggunaan nama dan foto seorang figur publik dalam akun Jejaring Sosial Online untuk melakukan penipuan transaksi elektronik. Oleh karena itu, hukum sudah sepatutnya menyediakan perlindungan bagi masyarakat informasi dalam jejaring sosial, khususnya figur publik yang nama serta ketenarannya berpotensi untuk digunakan dalam penipuan transaksi perdagangan elektronik. 173 Ibid, hlm. 150. bersifat umum maupun pribadi. Perlindungan data pribadi dalam sebuah sistem elektronik dalam UU ITE meliputi perlindungan dari penggunaan tanpa izin, perlindungan oleh penyelenggara sistem elektronik, dan perlindungan dari akses dan interferensi ilegal. Terkait perlindungan data pribadi dari penggunaan tanpa izin. Perlindungan data pribadi dalam sebuah sistem elektronik dalam UU ITE meliputi perlindungan dari penggunaan tanpa izin, perlindungan oleh penyelenggara sistem elektronik, dan perlindungan dari akses dan interferensi ilegal. Terkait perlindungan data pribadi dari penggunaan tanpa izin, UUITE mensyaratkan bahwa penggunaan setiap data pribadi dalam sebuah media elektronik harus mendapat persetujuan pemilik data bersangkutan. Setiap orang yang melanggar ketentuan ini dapat digugat atas kerugian yang ditimbulkan. Dalam penjelasannya UUITE menyatakan bahwa data pribadi merupakan salah satu bagian dari hak pribadi seseorang. Terkait perlindungan data pribadi dalam bentuk Dokumen Elektronik atau Informasi Elektronik, Pasal 32 ayat 1 UU ITE mengatur tentang larangan bagi setiap Orang untuk melakukan interferensi mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan terhadap bentuk Dokumen Elektronik atau Informasi Elektronik tanpa hak dan dengan cara melawan hukum. Pasal 32 ayat 1 UU ITE selengkapnya berbunyi: Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik milik Orang lain atau milik publik. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mensyaratkan bahwa penggunaan setiap data pribadi dalam sebuah media elektronik harus mendapat persetujuan pemilik data bersangkutan. Setiap orang yang melanggar ketentuan ini dapat digugat atas kerugian yang ditimbulkan. 174 Penggunaan setiap informasi melalui media elektronik yang menyangkut data pribadi seseorang harus dilakukan atas persetujuan Orang yang bersangkutan. Setiap Orang yang dilanggar haknya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat mengajukan gugatan atas kerugian yang ditimbulkan berdasarkan Undang-Undang ini. 175 Dalam penjelasannya, Pasal 26 UU ITE menyatakan bahwa data pribadi merupakan salah satu bagian dari hak pribadi seseorang. 176 Seperti kasus sengketa yang terjadi antara seorang foto selfie bersama temannya di Makassar dengan Dinas Pariwisata, yang mana karya fotonya digunakan Pelanggaran hak cipta pada jejaring sosial tidaklah mengalami penurunan. Pelanggaran hak cipta tetap terjadi diberbagai pihak. Padahal aturan-aturan perlindungan hak cipta sudah dijelaskan secara detail untuk melindungi sebuah foto selfie dalam jejaring sosial dari pelanggaran hak cipta. Namun, masyarakat kurang memahami hal tersebut. Permasalahan Hak Cipta karya potret pada dasarnya sering kali timbul karena kemajuan teknologi dan semakin berkembangnya dunia potret digital dengan menggunakan kamera digital. Kamera jenis ini tidak lagi memerlukan film karena gambar-gambar hasil jepretan disimpan dalam bentuk file pada kartu memori. File digital tersebut sangat mudah untuk digandakan dan diambil oleh setiap orang untuk dimanfaatkan dalam berbagai kepentingan, tanpa sepengetahuan penciptanya. 174 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Penjelasan Pasal 26. 175 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Penjelasan Pasal 26. 176 Dasar Hukum Perlindungan data pribadi penggunaan internet, http:www.hukumonline.comklinikdetaillt4f235fec78736.html diakses tanggal 10 November 2014. tanpa izin dan sepengetahuannya oleh Dinas Pariwisata, foto selfie-nya dijadikan spanduk iklan selamat datang pada salah satu tempat wisata di Makassar. Pada kasus tersebut pencipta tidak mengajukan gugatan kepada Pengadilan Niaga atas pelanggaran Hak Ciptanya. Tapi menyelesaikan sengketa dengan jalur non litigasi yaitu penyelesaian sengketa melalui jalur di luar pengadilan. Namun dalam kasus tersebut, bahwa kesalahan dari Dinas Pariwisata yaitu dengan sengaja menggunakan foto pencipta tanpa izin dan sepengetahuannya. Oleh karena itu, pencipta berhak memperoleh kompensasi dari potret yang telah dijadikan spanduk iklan tersebut. Karena yang dijadikan objek pelanggaran ialah landscape photography yang merupakan potret suatu pemandangan. Kompensasi yang diterima pencipta berdasarkan kesepakatan antara pencipta dengan Dinas pariwisata. Dinas Periwisata wajib untuk membayar ganti rugi dengan sejumlah uang yang wajar kepada pencipta yang haknya telah dilanggar. Pemberian kompensasi ini merupakan pemulihan hak pencipta.Dengan demikian dalam kasus sengketa foto selfie tersebut dilindungi dengan perlindungan hukum secara preventif terhadap pencipta karya foto selfie sebagaimana telah dikemukakan dalam salah satu elemen-elemen perlindungan hukum bagi rakyat terhadap pemerintah diarahkan kepada untuk menyelesaikan sengketa antara rakyat dan pemerintah dilakukan dengan cara munyawarah atau kekeluargaan. Jalur ini ditempuh oleh pencipta dengan syarat, bahwa pihak Dinas Pariwisata dapat memulihkan nama pencipta, memulihkan kerugian aktual biaya yang biasanya dibayar untuk penggunaan, dan menghentikan semua kegiatan pelanggaran. 177 177 Bheri Sudarsono, “Bahayanya foto selfie”, http:bhoeks-dou-mbozo.blogspot.com 201405.html, diakses tanggal 14 November 2014. Lain halnya dengan kasus sengketa pada kasus antara pencipta karya foto selfie dengan salah satu media cetak maupun jejaring sosial di Indonesia, yang mana pada kasus tersebut pencipta karya foto selfie merasa karya fotonya digunakan dan disebarluaskan tanpa izin dan sepengetahuannya oleh media cetak maupun jejaring sosial tersebut yang mana karya-karya foto tersebut dimuat pada suplemen khusus dalam kolom pesona Papua sebanyak 9 sembilan foto dan pada kolom travel dan leisure sabanyak 1 satu foto bawah laut tanpa adanya izin dari yang bersangkutan dan Media maupun jejaring sosial Indonesia melakukan credit tittle dengan mencantumkan “istimewa” dan mencantumkan nama salah seorang yang merupakan salah seorang wartawan dari Media Indonesia. Atas pelanggaran ditempuh dengan jalan musyawarah untuk mencapai sebuah penyelesaian walaupun secara tanggung jawab sebagai pers, Media Indonesia telah melakukan perbaikan. 178 3. Mengambil atau mengutip sebagian ciptaan orang lain kemuadian memasukkannya ke dalam ciptaannya sendiri atau mengakui ciptaan tersebut Berdasarkan uraian contoh kasus diatas dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum merupakan perlindungan terhadap kepentingan manusia yang dilindungi oleh hukum atau haknya agar pelaksanaannya tidak merugikan orang lain melalui kaedah hukum, berupa peraturan hak-hak dan kewajiban-kewajiban subyek hukum, baik yang bersifat preventif maupun represif. Umumnya, untuk terjadi pelanggaran harus ada kesamaan antara dua ciptaan yang ada. Namun pencipta atau pemegang hak cipta harus bisa membuktikan bahwa hasil karyanya telah digunakan atau dijiplak. Bentuk pelanggaran terhadap hak cipta berkisar pada 2 dua hal pokok, yaitu: 178 Yogi oktalavendri, “Media sosial”, http:yogiokta.blogspot.com.html diakses tanggal 18 November 2014. merupakan ciptaannya sendiri, dan dengan sengaja memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan hasil pelanggaran hak cipta. 4. Dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan, memperbanyak atau memberi ijin. Sejauh ini foto selfie yang pernah merasa karya fotonya digunakan danatau disebarluaskan jejaring sosial tanpa seizin dan sepengetahuannya, dan dalam hal tersebut mengakibatkan sengketa mengenai ciptaan, kedua belah pihak lebih memilih meyelesaikan masalah tersebut dengan jalur non litigasi diluar peradilan dan cara pembuktiannya dapat dilakukan dengan cara pembuktian melalui: 1. Resolusi dari foto selfie tersebut yang mana resolusi besar yang dinyatakan asli. Cara membedakan asli tidaknya foto selfie tersebut dengan cara apabila dicetak hasil foto selfie akan pecah karena bisa saja pencipta sebelum meng-upload foto selfie-nya, dia telah memperkecil resolusi dari foto selfie tersebut sehingga apabila seorang yang ingin mencetak foto selfie tersebut dengan memperbesar resolusinya maka hasilnya akan pecah atau kehilangan kejernihan; 2. File mentah file raw, file asli dari foto selfie yang diciptakan dan dapat diatur langsung melalui kamera yang dipakai oleh smartphone; 3. Pemberian watermark pada hasil karya cipta, kebanyakan foto selfie menempatkan watermark di dalam tubuh gambar. 4. Jenis kamera yang digunakan. Kamera digital smartphone tidak memerlukan film untuk merekam hasil pemotretan. Hasil pemotretan berupa data digital disimpan dalam kartu memori memory card. Keuntungan lain dari sebuah kamera digital adalah adanya layar untuk melihat hasil pemotretan atau juga sebagai viewfinder pembidik; 5. Mencantumkan nama, tanggal, dan ukuran pada sisi foto. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hak moral pada karya cipta fotografi dan potret dianggap sebagai hak pribadi yang dimiliki oleh pencipta untuk mencegah terjadinya pelanggaran yang merupakan perwujudan dari hubungan antara pencipta dengan hasil karyanya walaupun penciptanya telah meninggal dunia, tetapi ia masih berhak dicantumkan namanya. Pendaftaran hak cipta tidak berarti secara substantif Ditjen HKI bertanggung jawab atas kebenaran sebagai pemilik karya cipta tersebut. Karena Ditjen HKI tidak memasukkan hal semacam ini sebagai bagian yang harus dipertanggung jawabkan. Sistem pendaftaran substantif tidak mengandung arti pemeriksaan dan pengesahan terhadap isi, arti, maksud, atau bentuk dari ciptaan yang didaftar. 179

C. Penyelesaian Sengketa atas Penggunaan Foto Selfie Tanpa Izin Oleh Pihak