18
1.5.2 Teori Perdagangan Bebas
Tidak dapat dipungkiri bahwa praktik perdagangan bebas yang pertama kali dikemukakan oleh Adam Smith dan David Ricardo pada abad ke-18 dan abad ke-
19 masih berlangsung hingga saat ini. Meskipun menuai pro dan kontra dari berbagai pihak, nyatanya perdagangan bebas masih dianggap sebagai formula
yang tepat untuk dikembangkan dalam perdagangan internasional. Perdagangan bebas pertama kali muncul dari anggapan kaum liberal yang menyatakan bahwa
cara terbaik untuk mengatasi konflik dan perang ialah melalui perniagaan atau perdagangan. Menurut Adam Smith, jika perdagagan dibiarkan bergerak ke batas
universal yang mampu dicapainya, ia akan memberantas sistem perang dan menghasilkan sebuah revolusi. Pada sisi lain, David Ricardo juga meyakini bahwa
perdagangan bebas dengan satu kesatuan kepentingan dan hubungan yang sama menyatukan himpunan bangsa yang universal melalui dunia yang beradab.
29
Bisa dikatakan bahwa dengan berdagang maka orang tidak akan banyak memikirkan
untuk berperang karena anggaran yang dikeluarkan untuk militer akan digunakan untuk kegiatan berdagang.
Perdagangan bebas adalah sebuah pasar global yang terbuka dimana barang dan jasa bisa bergerak bebas melewati batas-batas negara.
30
Dapat dikatakan pula bahwa perdagangan bebas merupakan praktik perdagangan yang mampu
meningkatkan persaingan antar negara sehingga meningkatkan efisiensi, baik sumber daya alam, manusia, dan modal. Penganut teori ini menyakini bahwa
suatu negara akan lebih diuntungkan apabila mereka membuka perekonomian di negaranya, dibandingkan dengan menutup perekonomian. Adanya spesialisasi
dalam hal produksi menjadi keuntungan yang akan diterima oleh negara. Dengan hanya memproduksi barang atau jasa yang menjadi unggulan suatu negara maka
negara tersebut akan mendapat keuntungan. Dalam perdagangan yang dilakukan antar negara dikenal istilah bea masuk
impor yang dikenakan kepada barang atau jasa impor yang memasuki suatu
29
Scott Burchill, Andrew Linklater. 1996. “Teori-Teori Hubungan Internasional”. Halaman 47. Bandung: Nusa Media
30
Ibid. Halaman 74
19
negara, disamping itu ada pula pajak ekspor yang dikenakan atas penjualan barang ke luar negeri. Kedua hal tersebut merupakan hambatan-hambatan tarif dalam
perdagangan internasional. Sebagaimana diketahui bahwa selain hambatan tarif, ada pula hambatan non-tarif, seperti penetapan kouta barang atau jasa yang
diimpor, persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu barang atau jasa boleh diimpor, dan subsidi yang harus diberikan kepada produsen dalam negeri.
Hambatan semacam ini, baik tarif maupun non-tarif intinya bertujuan melindungi produsen dalam negeri agar tidak tergerus oleh produsen asing. Menurut
pendukung teori perdagangan bebas, hambatan-hambatan baik tarif maupun non- tarif akan menghambat perdagangan antar negara sehingga upaya untuk
memaksimalkan pertumbuhan ekonomi negara akan terhambat. Solusi yang ditawarkan oleh teori ini adalah dengan meminimalkan atau bahkan
menghilangkan hambatan-hambatan tersebut. Caranya adalah dengan membentuk perjanjian perdagangan bebas, baik yang dibentuk oleh negara maupun oleh
organisasi internasional yang mendorong perdagangan bebas antar negara anggotanya.
Perjanjian perdagangan bebas baik yang dibentuk oleh negara maupun organisai intenasional pada akhirnya akan membentuk zona perdagangan bebas,
beberapa diantaranya ialah Uni Eropa, Europan Free Trade Association EFTA, Latin America Free Trade Association
LAFTA-ALALC, North America Free Trade Agreement
NAFTA, Council of Mutual Economic Assistance CMEA, dan ASEAN Free Trade Area AFTA. Dengan membentuk zona perdagangan
bebas, maka negara akan mendapat keuntungan, diantaranya ialah, memperoleh barang atau jasa yang tidak dapat diproduksi sendiri, memperoleh keuntungan dari
spesialisasi, memperluas pasar dan menambah keuntungan, serta transfer teknologi modern.
20
1.5.3 Teori Competitive Strategy Michael E. Porter