PEMBAHASAN Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

BAB IV PEMBAHASAN

Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah kota Medan memiliki wewenang untuk menggunakan penerimaan fungsionalnya secara langsung demi perkembangan rumah sakit. BPK RSU Dr. Pirngadi Medan termasuk Rumah sakit Umum Kelas B Pendidikan dan sejak diubah statusnya menjadi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan pimpinannya disebut dengan Kepala Badan Pelayanan Kesehatan yang dalam melaksanakan tugasnya tidak dibantu oleh Wakil Direktur melainkan oleh 5 Kepala Bidang dan 1 orang Sekretaris dan juga kelompok jabatan fungsional yang terdiri dari Staf Medik Fungsional dan Instalasi. Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan memiliki 4 Sub Instalasi yaitu: Perbekalan, Distribusi, Administrasi dan Farmasi Klinis. Setiap Sub Instalasi mempunyai tugas dan fungsi masing-masing yang saling berkaitan satu sama lainnya. Instalasi Farmasi Rumah sakit seharusnya merupakan satu-satunya unit di rumah sakit yang menyediakan dan mendistribusikan perbekalan farmasi serta menyajikan informasi obat pada pasien rawat jalan dan rawat inap. Sistem pelayanan farmasi seperti ini dikenal dengan sistem satu pintu. Pada kenyataannya di BPK RSU Dr. Pirngadi Medan belum sepenuhnya melaksanakan sistem pelayanan farmasi satu pintu. Hal ini dapat dilihat dengan adanya apotek Kimia Farma dan apotek Husada Farma selain Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Pelayanan Askes dan Jamkesmas rawat inap menggunakan sistem pelayanan ODDD One Day Dose Dispensing. Pada pasien umum rawat inap, sistem pelayanan li ODDD belum dapat berjalan dengan baik hal ini karena belum adanya penagihan secara sentral. Untuk percepatan pelayanan pasien Askes dan Jamkesmas rawat inap maka pelayanan farmasi dibantu oleh dua depo yaitu depo farmasi lantai 5 dan lantai 7. Pada pelayanan resep Askes, ada kalanya dokter meresepkan obat-obatan yang terdapat di luar DPHO. Bila hal ini tak terhindarkan maka pasien Askes harus membayar harga obat tersebut setelah menerima informasi bahwa obat yang diresepkan diluar DPHO, sedangkan untuk pasien Jamkesmas, dokter semestinya meresepkan obat yang tercantum di Formularium Jamkesmas. Farmasi Klinis di BPK RSU Dr. Pirngadi Medan telah dilaksanakan terbatas pada pemberian informasi, pemantauan penggunaan obat dan konseling obat. Namun pelaksanaan Farmasi Klinis lainnya seperti monitoring efek samping obat, pencampuran obat suntik secara aseptis, analisis efektivitas biaya, penentuan kadar obat dalam darah, penanganan obat sitostatika, penyiapan total parenteral nutrisi belum terlaksana. Pengelolaan administrasi di Istalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan telah dilaksanakan dengan baik sebagai pengelola pembukuan dan pelaksana fungsi kontrol obat-obatan melalui sistem cross-check pada setiap sub Instalasi Farmasi. Dari neraca RugiLaba yang dibuat setiap tahun dapat dilakukan evaluasi untuk mengetahui instalasi farmasi mengalami RugiLaba. Jika dari neraca RugiLaba tersebut diketahui instalasi farmasi telah mendapat keuntungan maka sistem operasional yang dijalankan dalam periode ini dipertahankan untuk periode selanjutnya. Tetapi jika mengalami kerugian maka dilakukan evaluasi pada bagian mana yang mengalami kerugian dan dilakukan pembenahan di bagian tersebut. lii Instalasi CSSD melakukan sterilisasi alat-alat untuk operasi yang disesuaikan dengan tindakan operasi yang dilakukan. Alat-alat kesehatan habis pakai dan bahan- bahan keperluan sterilisasi dipesan dengan menggunakan surat pesanan yang disetujui oleh Kepala Badan Pelayanan Kesehatan Rumah sakit kepada PBF. Sedangkan untuk alat-alat inventaris disediakan oleh pihak rumah sakit . liii

BAB V TUGAS KHUSUS