Oktri Pratiwi Barus : Dampak Permberlakuan Tarif Fiskal Luar Negeri Terhadap Jumlah Penumpang Pada Maskapai Penerbangan, 2009.
USU Repository © 2009
pembebasan tersebut hanya diberikan untuk 4 empat kali dalam masa 1 satu tahun takwim.
19. Orang Pribadi WNA yang bekerja di Indonesia untuk
kepentingan Kantor Perwakilan Perusahaan Asing, dan ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
BAB III GAMBARAN UMUM KERJASAMA IMT-GT
INDONESIA-MALAYSIA-THAILAND GROWTH TRIANGLE
Pengenaan fiskal udara sebesar Rp 2,5 juta dan laut Rp 1 juta kepada setiap warga Sumatera Utara yang akan bepergian ke luar negeri yang
diberlakukan mulai 1 Januari 2009 diprotes DPD ASITA Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies atau Asosiasi Perusahaan Perjalanan
Indonesia Sumatera Utara. Pemberlakuan itu, selain membebani warga negara, juga bisa mematikan usaha Biro Perjalanan Wisata maupun maskapai
penerbangan nasional Indonesia.
Oktri Pratiwi Barus : Dampak Permberlakuan Tarif Fiskal Luar Negeri Terhadap Jumlah Penumpang Pada Maskapai Penerbangan, 2009.
USU Repository © 2009
Ada beberapa hal yang meyebabkan pengecualian pembayaran Fiskal Luar Negeri, salah satunya bebas fiskal kepada daerah atau kawasan yang memiliki
hubungan diplomatik dan perekonomian yaitu kawasan Indonesia – Malaysia – Thailand Growth Triangle IMT-GT. Menteri Perekonomian menyampaikan
bebas fiskal di kawasan IMT-GT yang juga masuk dalam persyaratan bebas bayar fiskal dalam peraturan pemberlakuan fiskal saat ini.
Bahkan ASITA Sumatera Utara mendesak Direktur IMT-GT untuk duduk bersama dengan Dirjen Pajak, Dirjen Departemen Luar Negeri, maupun
Departemen Pariwisata untuk membahas dan mengkaji ulang baik-buruk dan berbagai dampak multiplier effect atas pemberlakuan fiskal yang terkesan
mendadak dan sangat membebani tersebut. Sikap protes itu disampaikan Ketua Umum DPD ASITA Sumatera Utara
kepada wartawan di kantor ASITA Sumatera Utara di Jalan Djuanda Medan. Menurutnya, sikap keberatan dari perusahaan-perusahaan perjalanan wisata di
Sumatera Utara telah disampaikan kepada DPD ASITA terkait dengan adanya dari Surat Edaran Dirjen Pajak yang diterima maupun ditempelkan di terminal
keberangkatan luar negeri Bandara Polonia. Apabila surat menteri tersebut dapat langsung ditanggapi Dirjen Pajak,
maka kawasan IMT-GT akan dibebaskan dari tarif fiskal. Ketua ASITA Sumatera Utara, Solahuddin Nasution menegaskan bahwa pemerintah seharusnya bersikap
malu jika harus bersikeras akan memberlakukan tarif fiskal tanpa Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP dalam wilayah IMT-GT. ASITA Sumatera Utara berharap
pemerintah dapat segera mencabut kebijakan tersebut, sebab kebijakan bebas
Oktri Pratiwi Barus : Dampak Permberlakuan Tarif Fiskal Luar Negeri Terhadap Jumlah Penumpang Pada Maskapai Penerbangan, 2009.
USU Repository © 2009
fiskal tahun 2011 masih belum dapat dijadikan acuan untuk saat ini melihat kebijakan yang telah dilakukan tentang pemberlakuan fiskal bagi yang tidak
memiliki NPWP. Dalam Surat Edaran tersebut disebutkan, bahwa pemberlakuan fiskal yang
sebesar Rp 2,5 juta dan laut sebesar Rp 1 juta, efektif akan diberlakukan 1 Januari 2009 bagi yang tidak memiliki NPWP termasuk yang memiliki paspor dengan
alamat di kawasan Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Jambi.
ASITA terus berupaya untuk memperjuangkan pemberlakuan bebas fiskal bagi non pemilik NPWP bagi warga yang berdomisili di kawasan IMT-GT.
ASITA juga mendesak agar pemerintah membatalkan kebijakan tersebut karena penarikan pajak yang dikaitkan dengan kunjungan luar negeri tidaklah tepat dan
dapat mempermalukan negara sendiri. Apalagi kerjasama IMT-GT ditandatangani antara pemerintah dengan pemerintah.
Pemberlakuan tersebut juga dapat mementahkan hubungan kerjasama pertumbuhan di antara Indonesia-Malaysia-Thailand yang ditangani secara face to
face dengan konsep IMT-GT Indonesia–Malaysia–Thailand Growth Triangle. Kerjasama itu sendiri dapat memacu pertumbuhan perekonomianm, perdagangan
dan pariwisat di tiga kawasan yang bertetangga. Wilayah Malaysia yang termasuk dalam kawasan IMT-GT adalah Penang,
Kedah, Perak, dan Selangor. Wilayah Thailand meliputi Hat Yai, Songkla, dan kota-kota yang terletak di Thailand bagian Selatan. Sedangkan di wilayah
Oktri Pratiwi Barus : Dampak Permberlakuan Tarif Fiskal Luar Negeri Terhadap Jumlah Penumpang Pada Maskapai Penerbangan, 2009.
USU Repository © 2009
Indonesia meliputi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Jambi.
Dengan kerjasama tersebut, warga yang berdomisili di enam propinsi Pulau Sumatera tersebut selama ini dapat bebas bepergian ke kawasan yang
berada di Malaysia dan Thailand tanpa membayar fiskal. Tetapi dengan adanya Surat Edaran tersebut, masyarakat yang akan bepergian ke luar negeri harus
membayar fiskal tanpa pandang bulu. Ini tidak hanya memberatkan warga negara, tetapi juga merupakan ancaman bagi perusahaan wisata dan penerbangan. Saat ini,
travel rata-rata telah menjual paket wisata ke luar negeri tanpa memasukkan biaya fiskal tersebut. Di sisi lain, masyarakat yang akan bepergian untuk berobat
ataupun yang akan melobi bisnis ke luar negeri akan merasa enggan untuk bepergian dikarenakan tingginya biaya yang akan dikeluarkan. Dengan penurunan
drastis penumpang tersebut tentu akan mengancam maskapai penerbangan. Memang untuk saat ini belum ada protes keras dari negara Malaysia dan
Thailand menyangkut masalah tersebut. Tetapi, mari kita bayangkan jika mereka juga melakukan kebijakan yang serupa sehingga dapat merugikan Indonesia.
Kebijakan fiskal bagi warga yang akan bepergian ke luar negeri yang tidak memiliki NPWP telah memberikan pengaruh negatif terkait dengan penurunan
jumlah kunjungan ke luar negeri. Menurunnya kunjungan masyarakat Indonesia ke negara Malaysia dan Thailand misalnya saja dari Sumatera Utara telah
merugikan perusahaan Biro Perjalanan Wisata dan maskapai penerbangan. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya penerbangan yang mengurangi frekuensi
penerbangan ke negara Malaysia dan Thailand. Gangguan kinerja perusahaan
Oktri Pratiwi Barus : Dampak Permberlakuan Tarif Fiskal Luar Negeri Terhadap Jumlah Penumpang Pada Maskapai Penerbangan, 2009.
USU Repository © 2009
penerbangan akan berdampak pada Pemutusan Hubungan Kerja PHK karyawan dan itu membahayakan pemerintah dengan bertambahnya jumlah pengangguran.
Selain itu, kebijakan fiskal berdampak juga terhadap kedatangan wisatawan yang akan berkunjung ke Indonesia misalnya kunjungan wisatawan
asing dari Malaysia dan Thailand, atau dari negara lain yang menyebabkan berkurangnya frekuensi penerbangan.
BAB IV DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL LUAR NEGERI