19 besar maka sampel yang digunakan penulis dalam penelitian ini seluruhnya
berjumlah 20 wacana humor dalam bentuk percakapan yang terdapat dalam situs internet yang dipilih secara acak.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tulisan yaitu humor yang terdapat pada situs internet. Oleh karena itu, metode yang dianggap relevan
dengan penelitian ini adalah metode simak. Disebut metode simak karena metode tersebut berupa penyimakan, yaitu menyimak penggunaan bahasa Sudaryanto
1993:133. Dalam hal ini peneliti menyimak percakapan-percakapan humor yang terdapat dalam situs-situs internet.
Untuk mengembangkan metode simak digunakanlah teknik sadap sebagai teknik dasar. Dikatakan teknik sadap karena peneliti secara langsung membaca
percakapan-percakapan humor yang terdapat dalam situs internet untuk mempelajari atau memeriksa penggunaan bahasa di dalamnya. Selanjutnya,
digunakan teknik catat sebagai teknik lanjutan. Dalam teknik catat, peneliti mencatat data dari percakapan humor di internet. Data tersebut adalah data yang
sudah dipilih.
3.4 Metode dan Teknik Pengkajian Data
Metode yang digunakan dalam pengkajian data adalah metode padan yaitu metode padan pragmatis. Metode padan merupakan penentuan satuan lingual
dengan menyesuaikan, mencocokkan, atau memadankan identitas satuan lingual
Universitas Sumatera Utara
20 dengan unsur penentunya Sudariyanto,1993: 26. Metode padan pragmatis
digunakan karena analisis ini menggunakan kajian pragmatik. Penggunaan metode ini dengan teknik pilah unsur penentu yang berada di
luar bahasa untuk menentukan identitas satuan lingual yaitu mitra wicara. Unsur penentu yang akan menganalisis proses terjadinya pelanggaran prinsip kooperatif
dan faktor-faktor yang menyebabkan pelanggaran prinsip kooperatif dalam wacana humor di internet itu terjadi. Setiap data dideskripsikan maksudnya dan
diklasifikasikan berdasarkan empat maksim percakapan Grice dalam Yule 1996:63.
Contoh: A: Karet apa yang tidak pernah dipakai di muka umum?
B: Karet kondom. A: Salah Coba lagi
B: Karet kolor. A: Ngawur Coba lagi
B: Nyerah deh. Apaan sih? A: Karet tengsin
B: ??? A: Habis malu-maluin sih ...
Dialog di atas merupakan percakapan antara si A dan si B. Si B sebagai peserta percakapan yang kooperatif sudah memberikan kontribusi percakapan
yang didasarkan pada bukti-bukti yang memadai. Akan tetapi, terjadi hal yang sebaliknya karena si A menganggap kontribusi yang diutarakan oleh si B tidak
sesuai yang diharapkan atas tuturan yang diajarkan oleh si A. Agaknya maksud
Universitas Sumatera Utara
21 tuturan yang diajukan oleh si A untuk melucu karena bila dicermati hubungan
implikasionalnya dapat diterangkan. Fenomena percakapan antara si A dan si B mengisyaratkan bahwa kontribusi peserta tindak ucap relevansinya selalu terletak
pada ujarannya tetapi memungkinkan pada apa yang diimplikasikan ujaran itu. Pada wacana percakapan humor di atas terdapat adanya pelanggaran prinsip
kooperatif dimana percakapan tersebut tidak relevan dengan apa yang diharapkan. Dari sudut lokusinya percakapan di atas menyatakan tentang suatu teka-
teki yang diungkapkan kepada Si B. Dari sudut ilokusinya percakapan itu adalah sebuah perintah agar Si B menjawab teka-teki dari Si A. Perlokusinya percakapan
itu yaitu Si A menjawab pertanyaan dari Si B. Dari percakapan di atas juga timbul daya dorong force yang seolah-olah
memaksa orang lain melakukan tindakan tertentu sebagaimana diinginkan oleh si pengujar. Peristiwa ini disebut dengan percakapan yang mempunyai daya ilokusi
yang dinyatakan oleh Searle tindak tutur direktif.
Universitas Sumatera Utara
22
BAB IV PELANGGARAN PRINSIP KOOPERATIF DALAM WACANA HUMOR
DI INTERNET
4.1 Proses Pelanggaran Prinsip Kooperatif dalam wacana humor di internet 4.1.1 Proses Pelanggaran Prinsip Kooperatif dan Empat MaksimPercakapan
Dalam percakapan setiap partisipan yang terlibat di dalamnya harus memperhatikan norma-norma atau kaidah pertuturan agar percakapn tersebut
dapat berlangsung dengan lancar Grice dalam Siregar 1997:28-29 menyatakan bahwa kaidah pertuturan menyangkut :
1. Prinsip kooperatif prinsip kerja sama
2. Maksim-maksim percakapan yang meliputi :
a. maksim kualitas
b. maksim kuantitas
c. maksim relevansi, dan
d. maksim cara.
Prinsip kerja sama dalam percakapan dibutuhkan untuk lebih mudah menjelaskan hubungan antara makna dan daya Leech, 1983:120. Dalam hal
wacana humor di internet, pelanggaran prinsip kooperatif dengan terpaksa dilanggar agar tercipta ketidaknyambungan disconected yang pada akhirnya
melahirkan kelucuan akibat lelucon yang terjadi dalam percakapan tersebut. Artinya, kelucuan bukan timbul dari tingkah laku ataupun gerak-gerik pelaku
tetapi dari putusnya rangkaian wacana percakapan atau adanya penghilangan implikatur percakapan akibat pelanggaran prinsip kooperatif.
Universitas Sumatera Utara