tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran diri komunikan.
b. Dampak Afektif lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Di sini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu tapi tergerak
hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dsb.
c. Dampak Behavioral yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan kegiatan. Effendy, 2004:7.
Penelitian ini hanya membahas dampak pada tahap afektif saja, karena stimulus yang diberikan hanya menimbulkan minat dari diri seseorang
menggerakkan hati. Jadi, stimuli yang diberikan oleh Tukul Arwana mengena pada organisme, yaitu mahasiswa FISIP USU. Stimuli tersebut dapat diolah oleh
organisme, yang akan menghasilkan respons tertentu. Bisa jadi mahasiswa memberikan respons negatif ataupun positif.
Negatif bila kemudian organisme merasa tidak nyaman akan stimuli tersebut, lalu akan melupakannya begitu saja. Lalu setelahnya, organisme tidak
akan mau menonton tayangan sejenis lagi, karena tidak tercipta ketertarikan pada awalnya. Positif bila ternyata stimuli yang diberikan mendapat tanggapan baik
dari organisme. Mereka menyukai kehadiran Tukul Arwana dalam acara tersebut, dan karena itu menjadi senang dengan tayangan sejenis.
I.5.2. Kultivasi
Menurut teori kultivasi, media, khususnya televisi merupakan sarana utama Anda untuk belajar tentang masyarakat dan kultur Anda. Melalui kontak
Universitas Sumatera Utara
Anda dengan televisi dan media lain, Anda belajar tentang dunia, orang- orangnya, nilai-nilainya serta adat kebiasaannya. Ada faktor-faktor lain di luar
tingkat keseringan menonton televisi yang mempengaruhi persepsi kita tentang dunia serta kesiapan kita untuk menerima gambaran dunia di televisi sebagai
dunia yang sebenarnya. Jadi meskipun televisi bukanlah satu-satunya sarana yang membentuk pandangan kita tentang dunia, televisi merupakan salah satu media
yang paling ampuh, terutama bila kontak dengan televisi sangat sering dan berlangsung dalam waktu lama Ardianto, 2004:64,65.
Gerbner berpendapat bahwa media massa menanamkan sikap dan nilai tertentu. Media pun kemudian memelihara dan menyebarkan sikap dan nilai itu
antar anggota masyarakat, kemudian mengikatnya bersama-sama pula. Dengan kata lain, media mempengaruhi penonton dan masing-masing penonton itu
meyakinimnya. Jadi para pecandu televisi itu akan punya kecenderungan sikap yang sama satu sama lain Nurudin, 2004:159.
Bila dihubungkan dengan penelitian ini, maka khalayak dianggap pasif menerima segala isi pesan dari tayangan talkshow yang dibawakan oleh Tukul.
Khalayak akan semakin ”terbius” pada isi pesan yang akan menentukan apakah komunikan atau audiens akan tergerak hatinya untuk menonton atau tidak.
Di sini, khalayak bisa jadi mempercayai pesan yang disampaikan oleh komunikator Tukul Arwana tersebut. Baik itu mengenai isi pesan, maupun
mengenai komunikatornya sendiri. Misalnya apakah komunikator berperilaku sama di luar pekerjaanya atau tidak. Jadi khalayak mungkin akan membentuk
persepsi bahwa Tukul adalah seseorang yang lucu atau sebaliknya, yang akan mempengaruhi minat menontonnya.
Universitas Sumatera Utara
Pemirsa berat tayangan Empat mata mempunyai kemungkinan untuk membentuk persepsi baru yang berbeda dari pemirsa ringan acara tersebut.
Mereka mungkin akan berpersepsi bahwa Tukul Arwana bersikap sama suka melucu baik di dalam maupun di luar acara tersebut, karena mereka sudah
terkena dampak media tersebut. Persepsi lainnya yang terbentuk adalah mempermalukan diri sendiri seperti apa yang kerap dilakukan Tukul Arwana
dalam acara talkshow Empat Mata merupakan hal yang wajar dan lucu, sehingga segala kejelekan diri sendiri tidak harus ditutupi lagi. Untuk itu, mereka
cenderung mempermalukanmengejek diri sendiri maupun orang lain. Mereka lalu menganggap bahwa tiap acara talkshow memang seharusnya
seperti itu. Mereka juga cenderung terbiasa dengan lawakan dan gaya bahasa Tukul Arwana. Setelahnya tayangan sejenis pun menjadi tontonan mereka juga.
Sebaliknya, pemirsa ringan acara tersebut akan berpersepsi bahwa Tukul Arwana sedang berakting melucu di depan kamera, dan tidak bersikap sama di
luar acara tersebut. Pemirsa ringan tidak terbiasa akan gaya Tukul Arwana dan akan merasa risih dengan bahasa verbal maupun nonverbal yang disampaikan
Tukul Arwana. Hasilnya mereka bahkan tidak ingin menonton tayangan sejenis karena menganggap isi acara yang itu-itu saja.
I.6. Kerangka Konsep