Tayangan Iklan Sosialisasi “World Cup 2010” Dan Minat Menonton (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Iklan Sosialisasi “World Cup 2010” di RCTI dan Global TV Terhadap Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa FISIP USU)

(1)

MINAT MENONTON

( Studi Korelasional Tentang Pengaruh Iklan Sosialisasi “World Cup 2010” di RCTI dan Global TV Terhadap Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa FISIP

USU )

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

Diajukan Oleh :

IDA ROSLIANI SITANGGANG 080922067

Program Studi : Ilmu Komunikasi

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU DAN SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2010

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ii 

LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI INI DISETUJUI DAN DIPERTAHANKAN OLEH

Nama : Ida Rosliani Sitanggang

NIM : 080922067

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul :Tayangan Iklan Sosialisasi World Cup 2010 dan Minat Menonton (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Iklan Sosialisasi “World Cup2010” di RCTI dan Global TV Terhadap Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa FISIP USU)

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Fatmawardy lubis. M.A. Drs. Amir Purba, M.Si NIP : 196208281986012001 NIP: 195102191987011011

Dekan FISIP PEMBANTU DEKAN 1

Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA NIP : 1962070319871110011


(3)

iii 

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di depan panitia penguji Departemen Ilmu Komunikasi oleh :

Nama : Ida Rosliani Sitanggang NIM : 080922067

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Tayangan Iklan Sosialisasi World Cup 2010 dan Minat Menonton (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Iklan Sosialisasi “World Cup

2010” di RCTI dan Global TV Terhadap Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa FISIP USU)

Hari/tanggal : Pukul : Tempat :

Panitia Penguji

Ketua Penguji : Penguji I : Penguji II :


(4)

iv 

Penelitian ini berjudul Tayangan Iklan Sosialisasi World Cup 2010 dan Minat Menonton. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara Pengaruh iklan sosialisasi World Cup 2010 di RCTI dan Global TV terhadap Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa FISIP USU.

Teori yang digunakan adalah, Komunikasi Massa, Media Televisi, Minat , Iklan dan Teori AIDDA. sebuah studi korelasional yaitu studi yang bertujuan untuk melihat sejauhmana variabel tayangan iklan sosialisasi berpengaruh terhadap minat menonton.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP USU Medan angkatan 2007 sampai dengan 2009, yang berjumlah 2040 orang. Untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10 % dan selang kepercayaan 90% maka diperoleh sampel sebanyak 95 orang. Sementara teknik penarikan sampel menggunakan purposive sampling.

Adapun uji hipotesa menggunakan rumus rank Spearman melalui program SPSS 17.0, diperoleh hasil rs = 0,687 dengan signifikansi 0,01. Sesuai dengan Kaidah Spearman yaitu rs>0, maka hipotesis yang diterima adalah Ha yaitu terdapat hubungan antara Tayangan Iklan Sosialisasi World Cup 2010 di RCTI dan Global TV dan Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa FISIP USU. Berdasarkan koefisien korelasi dengan menggunakan skala Guilford, di mana hasilnya 0,687 ini berarti hasil tersebut berada pada skala 0,40-0,70, hal ini menunjukkan adanya hubungan yang cukup berarti antara Tayangan Iklan Sosialisasi World Cup 2010 di RCTI dan Global TV dan Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa FISIP USU. Kemudian berdasarkan perhitungan indeks korelasi, diperoleh hasil Kp 47%, itu artinya pengaruh tayangan iklan sosialisasi world cup 2010 terhadap minat menonton dalah 47%. dan besarnya pengaruh Tayangan Iklan Sosialisasi World Cup 2010 terhadap Minat Menonton adalah 47%.


(5)

v   

Segala puji dan syukur, keagungan dipersembahkan untuk hormat dan kemuliaan Tuhan Yesus Kristus sebab Dia-lah Allah yang penuh kasih dan berkat yang telah membimbing, memimpin, memberi kekuatan dan kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian sampai penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang terdalam peneliti persembahkan kepada kedua orang tua, ayah saya B. Sitanggang dan ibu saya B. Sagala yang telah memberikan banyak nasehat, dukungan moral, dukungan materil serta doa yang tidak putus-putusnya. Ucapan terima kasih juga peneliti persembahkan kepada abang saya Parlindungan dan Junifer serta Kakak Ipar Boru Situmorang, dan Kakak Nelly serta Adikku Edy Surya yang selalu memberikan semangat dan juga dukungan dalam doa kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

Dalam skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bimbingan, nasehat serta dukungan dari banyak pihak. Maka dalam kesempatan ini peneliti ingin ucapkan terima kasih kepada, Ibu Dra Fatma Wardy Lubis, M.A sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing peneliti hingga rampungnya skripsi ini. Terima kasih banyak atas waktu yang diberikan, keramahan yang peneliti terima, serta perhatiannya yang membuat peneliti dapat mengerjakannya skripsi ini dengan baik, semoga Tuhan membalaskan dan memberikan yang terbaik bagi Ibu.

Selain itu ucapan terima kasih disampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution , MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Terima kasih buat Staf Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Buat sahabat-sahabatku : Leli R. Sinaga, Riyanthi Anggrainy Sianturi, Melva Hutagalung, Fitri Sitorus dan semua teman-teman ekstensi yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terima kasih telah memberikan persahabatan indah dalam hidupku.


(6)

vi 

Tiada seorang pun pribadi yang sempurna, demikian juga peneliti. Menyadari hal peneliti juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran membangun demi menyempurnakan skripsi ini. Peneliti juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang membacanya.

Medan, Juni 2010

Peneliti, Ida Rosliani Sitanggang


(7)

vii 

LEMBAR PERSETUJUAN...ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAKSI ...iv

KATA PENGANTAR...v

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR...xi

  BAB I PENDAHULUAN...1

  I.1 Latar Belakang Masalah ...1

I.2 Perumusan Masalah...6

I.3 Pembatasan masalah ...6

I.4 Tujuan Penelitian...6

I.5 Manfaat Penelitian...6

I.6 Kerangka Teori ...7

I.7 Kerangka Konsep ...17

I.8 Model Teoritis ...18

I.9 Operasional Variabel ...18

I.10 Defenisi Operasional ...19

I.11 Hipotesa Penelitian ...21

  BAB II URAIAN TEORITIS...22

II.1 KOMUNIKASI MASSA ...22

II.1.1 Pengertian Komunikasi Massa... 22 

II.1.2 Proses Komunikasi Massa... 24 

II.1.3 Model Komunikasi Massa... 26 

II.1.4 Karakteristik Komunikasi Massa... 30 

II.1.5 Fungsi Komunikasi Massa... 31 


(8)

viii 

II.3.1 Bentuk-bentuk Iklan di Televisi... 35 

II.3.2 Jenis Iklan... 36 

II.3.3 Manfaat Iklan... 37 

II.4 PESAN ...38

II.5 MINAT...39

II.6 Teori AIDDA ...40

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...43

III.1 Metode Penelitian ...43

III.2 Deskripsi Lokasi Penelitian ...43

III.2.1 Sejarah FISIP Universitas Sumatera Utara... 43 

III.2.2 Lokasi Penelitian... 46 

III.3 Deskripsi Tayangan Iklan Sosialisasi “World Cup” 2010. ...47

III.4 Populasi dan Sampel ...50

III.5 Teknik Penarikan Sampel ...53

III.6 Teknik Pengumpulan Data...53

III.7 Teknik Analisis Data...54

III.8 Uji Hipotesis ...54

  BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN...56

IV.1 PELAKSANAAN PENGUMPULAN DATA ...56

IV.1.1 Tahap Awal... 56 

IV.1.2 Tahap Pengumpulan Data... 56 

IV.1.3 Teknik Pengolahan Data... 56 

IV.2 Analisis Tabel Tunggal...57

IV.3 Analisis Tabel Silang...71

IV.4 Uji Hipotesa ...75

   


(9)

ix 

V.2 SARAN ...79

 

DAFTAR PUSTAKA...81 LAMPIRAN...84


(10)

x   

No Tabel Halaman

1 Operasional Variabel... 19 

2 Populasi Mahasiswa FISIP USU Stambuk 2007-2009... 50 

3 Distribusi Sampel... 52 

4 Tahun Masuk Responden... 57 

5 Jenis Kelamin... 58 

6 Jurusan... 58 

7 Perhatian Terhadap Iklan Sosialisasi World Cup 2010... 59 

8 Isi Pesan Dalam Iklan Sosialisasi... 60 

9 Kejelasan Pesan... 61 

10 Pentingnya Isi Pesan... 62 

11 Pemahaman Terhadap Isi Pesan... 63 

12 Kesesuaian Makna Dalam Iklan Sosialisasi World Cup 2010... 63 

13 Keefektifan Media TV Dalam Menyiarkan Iklan... 64 

14 Makna Pesan Dalam Iklan Sosialisasi World Cup 2010... 65 

15 Tampilan Terhadap Iklan... 66 

16 Perasaan Terhadap Iklan... 67 

17 Minat Setelah Menyaksikan Iklan... 67 

18 Berkeyakinan Untuk Menonton World Cup 2010... 68 

19 Kata-kata dan Bahasa Dalam Iklan Sosialisasi World Cup 2010... 69 

20 Model Dalam Iklan Sosialisasi World Cup 2010... 70 

21 Pemahaman Terhadap Makna Gambar... 70 

22 Tampilan Iklan Terhadap Perhatian Responden... 72 

23 Hubungan Antara Makna Yang Terkandung dan Keputusan Untuk Menonton World Cup 2010... 73 


(11)

xi   

No. Gambar Halaman

1 Model Teori AIDDA... 16 

2 Model Teoritis... 18 

3 Model Teori AIDDA... 41 


(12)

iv 

Penelitian ini berjudul Tayangan Iklan Sosialisasi World Cup 2010 dan Minat Menonton. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara Pengaruh iklan sosialisasi World Cup 2010 di RCTI dan Global TV terhadap Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa FISIP USU.

Teori yang digunakan adalah, Komunikasi Massa, Media Televisi, Minat , Iklan dan Teori AIDDA. sebuah studi korelasional yaitu studi yang bertujuan untuk melihat sejauhmana variabel tayangan iklan sosialisasi berpengaruh terhadap minat menonton.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP USU Medan angkatan 2007 sampai dengan 2009, yang berjumlah 2040 orang. Untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10 % dan selang kepercayaan 90% maka diperoleh sampel sebanyak 95 orang. Sementara teknik penarikan sampel menggunakan purposive sampling.

Adapun uji hipotesa menggunakan rumus rank Spearman melalui program SPSS 17.0, diperoleh hasil rs = 0,687 dengan signifikansi 0,01. Sesuai dengan Kaidah Spearman yaitu rs>0, maka hipotesis yang diterima adalah Ha yaitu terdapat hubungan antara Tayangan Iklan Sosialisasi World Cup 2010 di RCTI dan Global TV dan Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa FISIP USU. Berdasarkan koefisien korelasi dengan menggunakan skala Guilford, di mana hasilnya 0,687 ini berarti hasil tersebut berada pada skala 0,40-0,70, hal ini menunjukkan adanya hubungan yang cukup berarti antara Tayangan Iklan Sosialisasi World Cup 2010 di RCTI dan Global TV dan Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa FISIP USU. Kemudian berdasarkan perhitungan indeks korelasi, diperoleh hasil Kp 47%, itu artinya pengaruh tayangan iklan sosialisasi world cup 2010 terhadap minat menonton dalah 47%. dan besarnya pengaruh Tayangan Iklan Sosialisasi World Cup 2010 terhadap Minat Menonton adalah 47%.


(13)

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Semangat olahraga di antara kalangan mahasiswa FISIP USU tidak dapat dipungkiri cukup aktif atau hidup, hal ini terlihat dari seringnya FISIP USU mengadakan FISIP CUP yaitu pertandingan olah raga sepak bola antar Fakultas. Sepak bola di Indonesia sangat digemari karena olah raga ini sangat merakyat di kalangan masyarakat Indonesia. Terbukti Indonesia seringnya mengadakan Liga Indonesia. Liga Indonesia adalah kompetisi sepak bola antar klub di Indonesia. Liga Indonesia diselenggarakan oleh PT. Liga Indonesia dan Badan Liga Amatir (BLA) yang berada di bawah PSSI. Terdapat lima tingkatan liga terdiri dari; liga super, divisi utama, divisi satu, divisi dua dan divisi tiga. Liga super merupakan liga yang mempunyai tingkatan tertinggi dari keempat liga lainnya di Indonesia. Di samping liga ini adalah liga terpanas dalam bidang persepakbolanya tetapi juga terpanas dalam segi tawurannya.

Fanatisme dalam persepakbolaan di Indonesia memang sangat berlebihan dan bersifat lokal bukan secara universal. Inilah yang mengakibatkan munculnya permusuhan antara pendukung tim satu dengan tim yang lain. Berbeda dengan liga Eropa seperti halnya Inggris. Fanatisme lebih bersifat universal akibat meratanya pemain tim nasional inggris di berbagai klub liga Inggris, dan juga di dukung dengan prestasi yang diraih oleh tim nasional mereka.


(14)

Piala Dunia sepak bola atau sering disingkat sebagai piala dunia saja (nama resmi: Piala Dunia FIFA) adalah kompetisi terpenting dalam dunia internasional. Diselenggarakan oleh Fédération Internationale de Football

Association

adalah turnamen babak final piala dunia dan paling banyak ditonton di dunia. 

Piala Dunia bukanlah kejuaraan sepak bola internasional pertama. Sepak bola bernama Piala Sir Thomas Lipt mereka yang paling prestisius ke turnamen tersebut nam

Ide melahirkan kejuaraan sepak bola dunia tercetus pada

Konggres

FIFA dan presiden persatuan sepak bola Perancis tersebut. Setahun kemudian, FIFA secara resmi mempersiapkan sebuah kejuaraan bernama World Cup yang akan berlangsung setiap empat tahun. Pada kongres FIFA

peserta kongres menjadi tuan rumah piala dunia pertama menyingkirkan ambisi


(15)

Di Indonesia piala dunia 2010 yang berlangsung di Afrika Selatan akan disiarkan langsung oleh dua stasiun televisi nasional yaitu RCTI dan Global TV. Pemegang hak siar Piala Dunia 2010, yakni RCTI dan Global TV bekerjasama dengan Elektronik Entertainment berjanji akan menyiarkan seluruh pertandingan. Untuk membuka euforia siaran di penyisihan grup, maka RCTI akan menayangkan gambaran pembagian grup pada 4 desember 2009 lalu. Sementara Global TV akan menyiarkan acara gala penghargaan pemain terbaik FIFA.

Untuk kuota siaran di penyisihan grup RCTI akan menayangkan 29 pertandingan, sementara Global TV akan menayangkan 18 pertandingan secara live dan 12 pertandingan seru sejak babak 16 besar semuanya ditayangkan RCTI. Sementara pada babak semifinal dan final akan disiarkan oleh keduanya. Di piala dunia kali ini, khalayak atau pemirsa dapat menyaksikan siaran pertandingan sejak pukul 18.30 WIB untuk pertandingan pertama dan pada pukul 21.00 WIB untuk pertandingan kedua dan pada pukul 00.00 WIB untuk pertandingan ketiga. Selain menu utama siaran langsung pertandingan, kedua stasiun TV ini juga sudah mempersiapkan beberapa program pendukung yang dimulai sejak Desember lalu. Maraknya kegiatan sepak bola ini telah diekspose lewat media televisi. Demikian pula dengan pertandingan sepak bola dunia, sekarang ini sudah semarak disiarkan melalui iklan di RCTI dan Global TV. Setiap hari masing-masing televisi ini menayangkan kira-kira 4 kali iklan world cup 2010.

Iklan begitu akrab dengan kehidupan kita. Iklan ini tersebar di berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik seperti media televisi. Mulai dari bangun tidur,


(16)

selama beraktifitas di rumah, di tempat kerja, sampai kita pulang lagi kerumah dan tidur, ada banyak iklan yang kita saksikan di media massa tersebut. Iklan tersebut disajikan dengan begitu menarik sehingga mempengaruhi dan membuat kita tertarik. Iklan memang dirancang untuk menarik perhatian publik, dengan tujuan agar mereka melakukan sesuatu atau membeli sesuatu yang ditawarkan terlebih-lebih iklan di televisi.

Televisi adalah salah satu media yang paling digemari oleh masyarakat Indonesia dan bahkan dunia. Fungsi televisi sama dengan fungsi media lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi. Selain itu, televisi juga merupakan salah satu media yang efektif untuk beriklan. Hal ini karena iklan televisi mempunyai karakteristik khusus yaitu kombinasi gambar, suara dan gerak. Oleh karena itu pesan yang disampaikan melalui televisi sangat menarik perhatian penonton. Model iklan juga sangat menarik perhatian khalayak. Para pembuat iklan yang semakin kreatif, hal ini menjadikan makin bervariasinya tayangan iklan dan bisa menjadi hiburan tersendiri. Melalui periklanan dengan media tertentu baik itu media cetak, radio dan televisi, diharapkan konsumen akan mengetahui, mendengar, membaca dan melihat produk yang ditawarkan. Selanjutnya konsumen akan memperhatikan, memahami, menafsirkan dan merespon iklan tersebut dan pada akhirnya menimbulkan minat. Minat konsumen ini merupakan akibat penilaian konsumen terhadap unsur-unsur yang ada di dalam iklan, apakah itu penyajiannya, pesan iklan atau gambar iklan. Selanjutnya penilaian itu melibatkan emosi atau perasaan tertentu dalam diri konsumen terhadap iklan tersebut. Untuk sampai pada suatu respon minat sebagai pengaruh dari iklan, konsumen mengalami dari beberapa


(17)

proses yaitu mengetahui isinya, mengingat pesannya, mempunyai citra yang baik pada iklan itu, mempunyai minat untuk membeli dan akhirnya membuat keputusan untuk membeli produk yang diiklankan.

Demikian pula dengan tayangan iklan world cup 2010. Iklan ini menarik

perhatian khalayak atau penonton karena kombinasi warna, suara dan “gerak lambat” yang ditampilkan sehingga lebih terasa dramatis dan mengesankan. Peneliti berasumsi bahwa iklan tersebut dapat menggugah minat orang untuk menonton, apalagi acara world cup yang ditayangkan pada 11 juni sampai dengan 11 juli 2010, bertepatan

dengan selesainya UAS di lingkungan USU termasuk FISIP, sehingga memungkinkan bagi mahasiwa untuk menonton secara penuh dan puas, acara kompetisi piala dunia yang diselenggarakan sekali dalam empat tahun tersebut.

Iklan world cup yang berdurasi sekitar 35 detik menceritakan rasa sportifitas

di antara pemain sepak bola, hal ini digambarkan dengan pemain sepak bola Paolo Di Canio yang fair play, ini dapat dilihat pada saat dia menggolkan bola. Dalam iklan

tersebut terkandung pesan yakni “ Bukan tentang menang atau kalah”, tetapi menjunjung tinggi fair play.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah mahasiswa aktif FISIP USU 2007 sampai dengan 2009, sebab mahasiswa FISIP USU adalah mahasiswa yang gemar olahraga sepak bola terbukti dengan seringnya mahasiswa FISIP USU mengadakan pertandingan olah raga sepak bola di FISIP CUP.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh tayangan Iklan sosialisasi “World Cup 2010” di RCTI dan Global TV


(18)

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

“Sejauhmanakah hubungan antara Pengaruh iklan sosialisasi “World Cup

2010” di RCTI dan Global TV terhadap Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa FISIP USU”.

I.3. Pembatasan masalah

Untuk menghindari terlalu luasnya ruang lingkup penelitian maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Penelitian ini untuk mengetahui sejauhmanakah hubungan antara Pengaruh iklan sosialisasi World Cup 2010 di RCTI dan Global TV terhadap Minat

Menonton di Kalangan Mahasiswa FISIP USU

2. Objek penelitian ini adalah mahasiswa aktif FISIP USU stambuk 2007-2009.

I.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui iklan sosialisasi World Cup 2010

2. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh iklan World Cup 2010 terhadap mahasiswa FISIP USU stambuk 2007-2009

I.5. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan memperkaya sumber bacaan di lingkungan FISIP USU , khususnya Ilmu Komunikasi.


(19)

2. Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukan bagi praktisi media massa khususnya televisi

3. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis mengenai peranan media massa dalam masyarakat.

I.6. Kerangka Teori

Nawawi (1997:39-41) mempertegas bahwa kerangka teori merupakan mempertegas bahwa kerangka teori merupakan landasan dan kerangka berfikir yang berguna sebagai pendukung pemecahan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian disoroti. Dalam penelitian ini landasan teori yang digunakan adalah teori-teori mengenai Komunikasi Massa, Media Televisi, Minat , Iklan dan Teori AIDDA.

I.6.1. Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi dengan menggunakan media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas radio dan televisi yang siarannya ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop (Effendy, 1992:13).

Gerbner menyatakan bahwa; komunikasi massa adalah produksi dari distribusi yang berlandaskan teknolgi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Sedikit berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Bittner; bahwa komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang.( dalam Rakhmat, 1998:188)


(20)

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi massa merupakan komunikasi yang ditujukan kepada banyak orang yang berbeda-beda dengan menggunakan saluran-saluran media massa sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Fungsi komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (dalam Nurudin, 2004:62) antara lain :

1. To Inform (Menginformasikan)

Fungsi informasi adalah fungsi yang paling penting dalam komunikasi massa. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi ini adalah berita-berita yang disajikan.

2. To Entertaint (Memberi hiburan)

Fungsi hiburan adalah fungsi di mana media elektronik menduduki posisi paling tinggi dibanding dengan fungsi lainnya, karena masyarakat kita menjadikan televisi sebagai media hiburan.

3. To Persuade (Membujuk)

Fungsi persuasif adalah fungsi mempengaruhi khalayak untuk dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat kabar. 4. Transmission of the Culture (Transmisi Budaya)

Transmisi budaya adalah salah satu fungsi komunikasi yang paling luas, meskipun paling sedikit diperbincangkan. Transmisi budaya tak dapat dielakkan selalu hadir untuk berbagai bentuk komunikasi yang mempunyai dampak pada penerimaan individu.

Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi antarpesona dan komunikasi kelompok. Perbedaannya terdapat pada komponen-komponen yang terlibat di dalamnya, dan proses berlangsungnya komunikasi tersebut. Karakteristik komunikasi massa (dalam Effendy, 2003:81) adalah sebagai berikut:

1. Komunikator Terlembagakan

Komunikator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang tetapi kumpulan orang-orang atau gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga.

2. Komunikasi dalam Komunikasi Massa Bersifat Anonim dan Heterogen

Komunikan pada komunikasi massa bersifat heterogen dan pada komunikasi massa komunikator tidak mengenal komunikan (anonim) karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.


(21)

Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang atau satu sekelompok masyarakat tertentu tetapi pesan-pesan yang ditujukan pada khalayak yang plural.

4. Komunikasinya Berlangsung Satu Arah

Salah satu ciri kelemahan komunikasi massa adalah komunikasi yang bersifat satu arah karena komunikator dan komunikan tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun di antara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya yang terjadi dalam komunikasi antarpersona.

5. Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakkan

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan komunikasi lainya adalah, jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. Keserempakan media massa itu ialah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah, contohnya acara televisi yang ditayangkan oleh stasiun televisi setiap harinya, ditonton oleh jutaan pemirsa. Mereka secara serempak pada waktu yang sama menonton acara-acara di televisi.

6. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada komunikasi antarpersonal, unsur hubungan sangat penting. Sebaliknya pada komunikasi massa, yang penting adalah isi. Pada komunikasi antarpersonal, pesan yang disampaikan atau topik yang dibicarakan tidak perlu menggunakan sistematika tertentu. Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.

7. Stimulasi Alat Indra Terbatas

Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indera bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada siaran radio dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran. Sedangkan komunikasi antarpersonal yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat indera pelaku komunikasi, komunikator dan komunikan, dapat digunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat, mendengar secara langsung, bahkan mungkin merasa.

8. Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (Indirect)

Umpan balik atau feedback merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan.

Umpan balik sebagai respon mempunyai volume yang tidak terbatas pada komunikasi antarpersonal, contohnya kernyitan mata, gerak bibir, posisi tubuh, intonasi suara dan gerakan lainnya yang dapat diartikan. Umpan balik ini bersifat langsung (direct feedback) atau umpan balik yang bersifat segera (immediate feedback) (dalam Effendy, 2003:81).


(22)

I.6.2. Media Televisi

Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision yang memiliki arti masing-masing jauh (tele) dan tampak

(vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh.

Penemuan televisi telah melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh para ilmuwan akhir abad 16 dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh James Clark Maxwell dan Heinrich Hertz, serta penemuan Marconi pada tahun 1890. Paul Nipkow dan William Jenkins melalui eksperimennya menemukan metode pengiriman gambar melalui kabel (Effendy, 1989:37). Televisi sebagai pesawat transmisi dimulai pada tahun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jenkins. Pada tahun 1928 General Electronics Company mulai menyelenggarakan acara siaran televisi secara regular. Pada tahun 1939 Presiden Fanklin D Roosevelt tampil di layar televisi. Sedangkan siaran televisi komersil di Amerika dimulai pada 1 September 1940 (dalam Ardianto, 2004:135)

Menurut Effendy yang dimaksud dengan televisi adalah siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dari ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah. Komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan serempak dalam komunikannya yang heterogen ( dalam Effendy, 1986:21).

Televisi merupakan salah satu dari sejumlah media massa yang ada sekarang ini, di mana media massa yang satu ini memiliki daya tarik yang cukup kuat dibandingkan media massa yang lain. Disebabkan adanya unsur kata-kata, musik, serta sound efek media televisi mampu menarik perhatian khalayak lebih baik. Selain itu televisi juga memiliki keunggulan lainnya yaitu unsur visual berupa gambar hidup


(23)

yang dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pemirsanya, maka televisi memiliki kemampuan yang lebih menonjol dibandingkan media massa lainnya.

Acara televisi atau program televisi merupakan acara-acara yang ditayangkan oleh dan berdasarkan isi. Format teknis merupakan format-format umum yang menjadi acuan terhadap bentuk program televisi seperti talk show, dokumenter, film, kuis,

musik, instruksional dan lain-lain, sedangkan berdasarkan isi yakni program televisi berbentuk berita dan non berita. Program televisi berbentuk non berita dapat dibedakan antara lain berupa program hiburan, drama, olahraga, dan agama. Sedangkan untuk program televisi berbentuk berita secara garis besar dikategorikan ke dalam hard news atau berita-berita mengenai peristiwa penting yang baru saja

terjadi dan soft news yang mengangkat berita bersifat ringan.

I.6.3. Iklan

Kleppner menyatakan bahwa iklan atau advertising berasal dari bahasa latin,

advere berarti mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain (Liliweri,

1992:17). Institut Praktisi Periklanan Inggris mendefinisikan istilah periklanan sebagai berikut: periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif, yang diarahkan kepada pada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya semurah-murahnya (Jefkins, 1998:5). Masyarakat Periklanan Indonesia mendefinisikan iklan sebagai segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat (Khasali, 1995:11)


(24)

Media iklan terbagi atas dua, yaitu:

1. Media lini atas (above the lini media), merupakan bentuk media primer yang terdiri dari : radio, surat kabar, majalah, papan luar (billboard) dan televisi 2. Media lini bawah (below the lini media), merupakan bentuk media sekunder

yang terdiri dari : pameran, leafleat, brosur, poster dan stiker (Khasali, 1995 : 23)

Fungsi iklan di televisi mempunyai karakteritistik khusus yaitu kombinasi gambar, suara dan gerak. Dengan karakteristik tersebut mempunyai berbagai keunggulan dibanding dengan media iklan lain. Ada beberapa keunggulan tersebut seperti kesan yang realistis yang visual dan merupakan kombinasi warna-warna, suara dan gerakan, maka iklan di televisi tampak hidup dan nyata. Kelebihan ini tidak dimiliki oleh media lain. Dengan kelebihan tersebut maka para pengiklan dapat menunjukkan dan memamerkan kelebihan atau keunggulan produknya secara detail. Tidak dapat dipungkiri bahwa kedudukan iklan di televisi sangat tinggi di masyarakat, terbukti dengan penghasilan terbesar dari stasiun televisi yaitu dengan beriklan.

Secara garis besar terdapat dua (2) jenis iklan, yaitu iklan standar atau biasa juga disebut iklan komersil dan iklan layanan masyarakat. Iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk memperkenalkan barang maupun jasa untuk konsumen melalui media. Sedangkan iklan layanan masyarakat adalah jenis iklan yang bersifat non profit. Pada umumnya iklan layanan masyarakat bertujuan memberikan informasi atau penerangan serta pendidikan kepada masyarakat dalam rangka pelayanan dengan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi serta bersikap positif terhadap iklan yang ditayangkan. Pada penelitian ini, iklan tayangan world cup

2010 adalah termasuk dalam iklan standar. Sesuai dengan tujuan iklan standar adalah merangsang minat dan motif para konsumen.


(25)

Fungsi iklan menurut Alo Liliweri (1998) yang dikutip dari beberapa sumber (dalam Kurniawati, 2006:8) seperti Wright (1978), S.W Dunn (1978) dan Bover (1976) dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Fungsi pemasaran

Fungsi pemasaran adalah fungsi untuk menjual informasi tentang barang, jasa maupun gagasan melalui media.

2. Fungsi komunikasi

Fungsi komunikasi adalah upaya memberi penerangan dan informasi tentang produk, memberi pesan yang berbau pendidikan, menciptakan pesan yang bersifat menghibur dan mempengaruhi khalayak untuk dekat dan selalu membeli dan memakai produk secara teratur.

3. Fungsi pendidikan

Melalui iklan orang dapat belajar sari yang dibacanya, ditonton maupun didengar. Khalayak dapat mengkonsumsi produk yang sesuai untuk merek dan merek dapat memperbaiki gaya hidup menjadi lebih baik. 4. Fungsi ekonomi

Keuntungan ekonomis yang diperoleh khalayak melalui iklan adalah mereka lebih mudah mengakses produk yang dibutuhkan yang bisa menjadikan khalayak efisien dari segi biaya.

5. Fungsi sosial

Dalam fungsi sosial iklan membantu menggerakkan perilaku khalayak untuk lebih baik (Kurniawati, 2006:8).

Membicarakan pesan (message) dalam proses komunikasi, tidak bisa lepas

dari apa yang disebut simbol dan kode, karena sebuah pesan yang dikirimkan kepada penerima terdiri dari atas rangkaian simbol dan kode. Di dalam iklan, pengemasan pesan harus dapat menimbulkan daya tarik emosional bagi komunikan, sehingga pesan yang disampaikan dapat membangkitkan emosi positif yang akan menimbulkan minat khalayaknya.

I.6.4. Pesan

Pesan adalah informasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Untuk mewujudkan komunikasi efektif, dapat didukung dengan faktor-faktor The 7C’s Communication, yang meliputi:


(26)

a) Credibility, yaitu memulai komunikasi dengan kepercayaan. Oleh karena itu, untuk membangun kepercayaan berawal dari kinerja, baik pihak komunikator maupun pihak komunikan akan menerima pesan tersebut berdasarkan keyakinan yang dapat dipercaya begitu juga tujuannya.

b) Context, yaitu suatu program komunikasi mestinya berkaitan dengan lingkungan hidup atau keadaan sosial yang bertentangan dengan dan seiring dengan keadan tertentu dan memperhatikan partisipatif.

c) Content, pesan itu mempunyai arti bagi audiensnya dan memiliki kecocokan dengan sistem nilai-nilai yang berlaku bagi orang banyak dan bermanfaat d) Clarity, menyusun pesan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan

mempunyai persamaan arti antara komunikator dengan komunikan

e) Continuity and consistency, komunikasi tersebut merupakan proses yang tidak ada akhirnya yang memerlukan pengulangan-pengulangan untuk mencapai tujuan, serta isi pesan atau materi harus konsisten dan tidak membingungkan. f) Channel, yaitu media yang digunakan dalam proses komunikasi yang terjadi g) Capability, yaitu kemampuan khalayak terhadap pesan yang melibatkan

berbagai faktor adanya sesuatu kebiasaan membaca atau menyerap ilmu pengetahuan dan sebagainya (Ruslan, 1997:72-74)

I.6.5. Minat

Apabila seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat akan menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu yang menarik minatnya. Minat akan semakin bertambah jika disalurkan dalam suatu kegiatan. Jenis minat dapat dibedakan yakni, minat spontan dan minat terpola. Minat spontan adalah minat yang tumbuh secara spontan dari dalam diri seseorang tanpa dipengaruhi dari pihak luar. Sedangkan minat terpola adalah minat yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh dan kegiatan yang berencana (dalam Rachman, 1985:16)

Minat merupakan kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada suatu produk tertentu. Sedangkan Poerwadarminto (1995), mendefinisikan minat sebagai kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu, gairah keinginan. Dalam melakukan segala kegiatan, individu sangat dipengaruhi oleh minat


(27)

terhadap kegiatan tersebut sehingga dengan adanya minat yang cukup besar akan mendorong seseorang untuk lebih mencurahkan perhatiannya.

I.6.6. Teori AIDDA

Teori AIDDA disebut A-A Procedure atau from attention to action

procedure , yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm. Menurut Effendy ( 2003:304)

AIDDA adalah akronim dari kata-kata attention (perhatian), interest (minat), Desire

(hasrat), Descision (keputusan), Action ( tindakan/kegiatan). Adapun keterangan dari

elemen-elemen dari model ini adalah:

1. Perhatian (Attention) : Keinginan seseorang untuk mencari dan melihat

sesuatu

2. Ketertarikan (Interest) : Perasaan ingin mengetahui lebih dalam tentang

suatu hal yang menimbulkan daya tarik bagi konsumen

3. Keinginan (Desire) : Kemauan yang timbul dari hati tentang sesuatu

yang menarik perhatian

4. Keputusan (Decision) : Kepercayaan untuk melakukan sesuatu hal

5. Tindakan (Action) : Suatu kegiatan untuk merealisasikan keyakinan dan


(28)

Gambar 1 Model Teori AIDDA

Attention

Interest

Desire

Decision

Action

(Sumber Effendy 2003) Konsep AIDDA ini adalah proses psikologis dari diri khalayak. Berdasarkan konsep AIDDA agar khalayak membaca dan melakukan action apa yang dianjurkan

pihak penyusun berita atau tajuk artikel, maka pertama-tama mereka harus dibangkitkan perhatiannya ( attention) sebagai awal suksesnya komunikasi. Apabila

perhatian komunikasi telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest), yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari

perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan

komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi komunikator belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision),

yakni keputusan untuk melakukan tindakan (action) sebagaimana diharapkan


(29)

Inti dari model AIDDA adalah rangkaian proses menyusun penyampaian pesan yang mampu membangkitkan, menggugah rasa tertarik khalayak sehingga timbul keinginan untuk menonton hingga tindakan untuk menonton.

I.7. Kerangka Konsep

Di dalam setiap penelitian sosial, seorang peneliti harus terlebih dahulu menetapkan variabel-variabel penelitian sebelum memulai pengumpulan data. Hal ini tertuang dalam kerangka konsep dengan menetapkan variabel akan memudahkan si peneliti untuk melaksanakan penelitiannya.

Kerangka konseptual merupakan definisi yang dipakai untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial ataupun fenomena alami (Singarimbun, 1989:17).

Adapun kerangka konsep yang dikemukakan dalam penelitian adalah : 1. Variabel bebas atau independen variabel (x)

Variabel bebas adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor di dalamnya yang akan mempengaruhi atau menentukan adanya variabel yang lain (Nawawi, 1991:42). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah iklan Sosialisasi “World Cup 2010 yang ditayangkan di RCTI dan Global TV”

2. Variabel terikat atau Dependen variabel (y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala dengan unsur atau faktor di dalamnya yang ada yang adanya ditentukan atau dipengaruhi oleh adanya variabel-variabel lain (Nawawi, 1991:42). Variabel terikat dalam terikat dalam penelitian ini adalah Minat Menonton Mahasiswa FISIP USU


(30)

3. Karakteristik Responden

Karakteristik Responden yaitu nilai-nilai yang dimiliki oleh individu-individu yang membedakan dengan individu lain.

I.8. Model Teoritis

Gambar 2 Model Teoritis

I.9. Operasional Variabel

Operasionalisasi adalah upaya membuat konsep-konsep yang telah dikelompokkan dalam variabel agar dapat diteliti dengan rinci, maka diperlukan suatu operasionalisasi variabel-variabel yaitu sebagai berikut :

Tayangan iklan Sosialisasi World Cup

2010

Minat Menonton Mahasiswa


(31)

Tabel 1

Operasional Variabel

VARIABEL BEBAS VARIABEL OPERASIONAL 1. Variabel Bebas (X)

Tayangan iklan sosialisasi World Cup 2010

2. Variabel Terikat (Y)

Minat Menonton Mahasiswa

3. Karakteristik Responden

Mahasiswa FISIP USU

1. Credibility

2. Context

3. Content

4. Clarity

5. Continuity and consistency

6. Channel

7. Capability

1. Perhatian (Attention)

2. Ketertarikan (Interest)

3. Keinginan (Desire)

4. Keputusan (Decision)

5. Tindakan (Action)

- Usia

- Jenis kelamin - Jurusan

I.10. Defenisi Operasional

Menurut Singarimbun yang dimaksud dengan definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberikan bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel. Dalam penelitian ini variabel-variabel dapat didefinisikan adalah sebagi berikut:


(32)

1. Variabel Bebas: Tayangan Iklan Sosialisasi World cup 2010 di RCTI dan Global

TV

Credibility adalah memulai komunikasi dengan membangun kepercayaan Context adalah komunikasi harus sesuai dengan kehidupan sosial

Content adalah pesan harus mempunyai arti/manfaat Clearity adalah pesan disusun dalam bahasa sederhana

Continuity dan Consistency adalah proses komunikasi yang tidak pernah berakhir dan harus ada pengulangan

Channel adalah media yang digunakan sebagai saluran untuk menyampaikan isi pesan

Capability adalah kemampuan khalayak dalam mencerna isi pesan. 2. Variabel Terikat: Minat Menonton

 Perhatian (Attention) adalah keinginan seseorang untuk mencari dan melihat sesuatu.

 Ketertarikan (Interest) adalah perasaan ingin mengetahui lebih dalam tentang suatu hal yang menimbulkan daya tarik bagi konsumen

 Keinginan (Desire) adalah kemauan yang timbul dari hati tentang sesuatu yang menarik perhatian.

 Keputusan (Decision) adalah kepercayaan untuk melakukan sesuatu hal  Tindakan (Action) adalah suatu kegiatan untuk merealisasikan keyakinan dan


(33)

3. Variabel Antara: Karateristik Responden

 Jenis Kelamin adalah, jenis kelamin pria atau wanita dari responden  Usia adalah, usia atau umur responden dalam penelitian ini

 Jurusan adalah, jurusan program studi yang dipilih responden.

I.11. Hipotesa Penelitian

Menurut Champion (1981, dari Rakhmat, 1984:14 ) hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai penelitian tersebut mengumpulkan data. Karenanya hipotesis adalah pernyataan sementara mengenai hal-hal yang oleh peneliti ingin didukung atau ditolak.

Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat hubungan antara Tayangan Iklan sosialisasi “World Cup 2010”

Terhadap Minat Menonton Mahasiswa FISIP USU

Ha: Terdapat hubungan antara Tayangan Iklan sosialisasi “World Cup 2010”

Terhadap Minat Menonton Mahasiswa FISIP USU

         


(34)

22 

URAIAN TEORITIS

II.1. KOMUNIKASI MASSA

II.1.1. Pengertian Komunikasi Massa

Setiap aspek komunikasi adalah bermedia (mediated), dan interaksi bermedia

berbeda dengan interaksi personal. Pertama, potensi masukan yang di indera penerima lebih terbatas. Kedua, penerima pesan bermedia mempunyai sedikit kontrol sama sekali atas sumber-sumbernya yakni umpan balik sangat terbatas (Tubbs and Moss, 2005:198).

Banyak definisi tentang komunikasi massa yang telah dikemukakan para ahli komunikasi massa, namun pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Rakhmat menyebutkan “ komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Ardianto, 2004:6).

Menurut Little John, komunikasi massa adalah suatu proses di mana organisasi media memproduksi pesan-pesan dan mengirimkannya kepada publik. Melalui proses ini diharapkan sejumlah pesan yang dikirimkan akan digunakan dan dikonsumsi oleh audiens (Dalam Nurudin, 2004:4).

Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukan oleh ahli komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner, komunikasi adalah produksi dan distribusi


(35)

23 


(36)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa yang modern (media cetak dan elektronik) dalam penyampaian informasi, yang ditujukan kepada sejumlah khalayak (komunikan) yang tersebar, heterogen dan anonim sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (dalam Ardianto, 2004:4).

II.1.2. Proses Komunikasi Massa

Gejala umum yang dapat dilihat dari suatu proses adalah bahwa proses merupakan suatu peristiwa yang berlangsung secara kontinyu, tidak diketahui kapan mulainya dan kapan akan berakhirnya. Dalam operasionalnya, proses memerlukan berbagai komponen (elemen) penunjang. Demikian pula dengan komunikasi pada hakikatnya merupakan suatu proses, berlangsungnya komunikasi sudah pasti memerlukan berbagai komponen (elemen). Pengertian komponen di sini adalah bagian-bagian yang terpenting dan mutlak harus ada pada suatu keseluruhan atau kesatuan.

Scrahmm mengatakan bahwa untuk berlangsungnya suatu kegiatan komunikasi, minimal diperlukan tiga komponen yaitu source, message, dan

destination atau komunikator, pesan, komunikan. Apabila salah satunya dari ketiga

komponen tersebut tidak ada, maka komunikasi tidak dapat berlangsung. Namun demikian, selain ketiga komponen tersebut masih terdapat komponen lainya yang berfungsi sebagai pelengkap. Artinya, jika komponen tersebut tidak ada, maka tidak akan berpengaruh terhadap komponen lainnya. Oleh karena itu, komponen-komponen utama (komunikator pesan komunikan) mutlak harus ada pada proses komunikasi, baik itu komunikasi antarpersona, komunikasi kelompok maupun komunikasi massa.


(37)

Komponen pada proses komunikasi antar persona atau komunikasi kelompok mudah diketahui. Namun apabila komunikasi tersebut dilakukan melalui media massa maka komponen maupun prosesnya tidak akan sesederhana sebagaimana pada proses bentuk komunikasi yang lainnya.

Pengertian proses komunikasinya dikenal dengan media cetak (press), media

auditif (radio), media visual (gambar, lukisan) atau media audio visual (televisi dan

film). Yang dimaksud dengan media di sini adalah alat yang dapat digunakan untuk mencapai massa (sejumlah orang yang tidak terbatas). Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa komunikasi massa merupakan suatu proses yang melukiskan bagaimana komunikator menggunakan teknologi media massa secara proporsional guna menyebarluaskan pesannya melampui jarak untuk mempengaruhi khalayak dalam jumlah yang banyak.

Proses komunikasi haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran atau pengertian, antara komunikator dan komunikan yang terlebih dahulu dalam proses komunikasi tersebut memberikan makna dalam pesan-pesan tersebut. Laswell memberikan formula yang merupakan analisis komunikasi untuk menerangkan proses komunikasi yaitu: “who says what in which chanell to whom

with what effect” (dalam Ardianto, 2004:29).

Paradigma Laswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:

a) Who (siapa): komunikator, orang yang menyampaikan pesan dalam proses komunikasi massa, bisa perorangan atau mewakili suatu lembaga, organisasi maupun instansi. Segala masalah yang bersangkutan dengan unsur “siapa” memerlukan analisis kontrol (control analysis) yaitu yang merupakan subdivisi dari riset lapangan


(38)

b) Says what (apa yang dikatakan): pernyataan umum, dapat berupa ide, informasi, opini, pesan dan sikap, yang sangat erat kaitannya dengan masalah analisis pesan

c) In which chanell (melalui saluran apa): media komunikasi atau saluran apa yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan komunikasi. Dalam hal ini dapat digunakan primary technique, secondary technique, direct communication atau indirect communication

d) To whom (kepada siapa): komunikan atau audience yang menjadi sasaran komunikasi. Kepada siapa pernyataan tersebut ditujukan, berkaitan dengan masalah penerima pesan. Dalam hal ini diperlukan adanya analisis khalayak (audiences analysis)

e) With what effect (dengan efek apa): hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan umum itu pada sasaran yang dituju. Berkaitan dengan efek ini diperlukan adanya analisis efek (dalam Ardianto, 2004:29)

II.1.3. Model Komunikasi Massa

Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi mengungkapkan, bahwa untuk lebih memahami fenomena komunikasi perlu menggunakan model-model komunikasi. Model adalah repsentasi suatu fenomena, baik nyata maupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut. Sebagai alat untuk menjelaskan fenomena komunikasi, model mempermudah penjelasan tersebut. Hanya saja model tersebut sekaligus mereduksi fenomena komunikasi; artinya, ada nuansa komunikasi lainnya yang mungkin terabaikan dan tidak terjelaskan oleh model tersebut. Menurut Sereno dan Mortensen, model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Model komunikasi merepresentasikan secara abstrak ciri-ciri penting dan menghilangkan perincian komunikasi yang tidak perlu dalam dunia nyata.

Adapun fungsi model komunikasi menurut Gordon Wiseman dan Larry Barker adalah melukiskan proses komunikasi, menunjukkan hubungan visual, dan membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi.


(39)

Dengan mempelajari model komunikasi, menurut Devito, ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh, yaitu :

1. Model memiliki fungsi mengorganisasikan, artinya model dapat mengurutkan satu sistem dengan sistem lainnya serta dapat memberikan gambaran yang menyeluruh.

2. Model membantu menjelaskan, artinya tanpa model, informasi tersebut dapat menjadi sangat rumit

3. Dengan model dimungkinkan adanya perkiraan hasil atau jalannya suatu kejadian. (Ardianto, 2004:67)

Model dapat dijadikan sebagai suatu dasar bagi pernyataan kemungkinan terhadap berbagai alternatif dan karenanya dapat membantu membuat suatu hipotesis suatu penelitian. Komunikasi dengan menggunakan media massa dalam tahun terakhir ini banyak mendapat penelitian dari para ahli disebabkan semakin majunya teknologi di bidang media massa. Penelitian tersebut menghasilkan teori komunikasi massa, di antaranya beberapa model seperti di bawah ini :

a. Model Jarum Hipodermik (Hypodermic needle model)

Secara harafiah hypodermic berarti “di bawah kulit”. Dalam

hubungannya dengan komunikasi massa. Istilah hypodermic needle model

mengandung anggapan dasar bahwa media massa menimbulkan efek yang kuat terarah, segera dan langsung itu adalah sejalan dengan pengertian perangsang tanggapan (stimulus response) yang mulai dikenal sejak penelitian ilmu jiwa 1930-an.


(40)

Media massa digambarkan sebagai jarum hipodermik raksasa yang mencotok massa komunikan yang pasif. Elihu Katz mengatakan, bahwa model tersebut terdiri dari:

1. Media yang sangat ampuh yang mampu memasukkan ide pada benak yang tidak berdaya.

2. Massa komunikan yang terpecah-pecah, yang terhubungkan dengan media massa, tetapi sebaliknya komunikan tidak terhubungkan satu sama lain.

b. Model Komunikasi Satu Tahap (One step flow model)

Model komunikasi satu tahap menyatakan bahwa saluran media massa berkomunikasi langsung dengan massa komunikan tanpa berlalunya suatu pesan tersebut tidak mencapai semua komunikan dan tidak menimbulkan efek yang sama pada setiap komunikan.

Model komunikasi satu tahap adalah model jarum hipodermik yang dimurnikan, tetapi model satu tahap mengakui, bahwa:

1. Media tidak mempunyai kekuatan yang hebat

2. Aspek pilihan dari penampilan, penerimaan, dan pemahaman dalam ingatan yang

selektif mempengaruhi suatu pesan.

3. Untuk setiap komunikan terjadi efek yang berbeda.

Selanjutnya model satu tahap memberi keleluasaan kepada saluran komunikasi massa untuk memancarkan efek komunikasi secara langsung.

c. Model komunikasi dua tahap (two step flow model)

Konsep komunikasi dua tahap ini dari (dalam Effendy, 2003:85) Lazarsfeld, Berelson, dan Gaudet (1948) yang berdasarkan penelitiannya menyatakan bahwa ide-ide sering kali datang dari radio dan surat kabar yang ditangkap oleh pemuka


(41)

pendapat (opinion leaders) dan dari mereka ini berlalu menuju penduduk yang kurang

giat.

Penelitian terhadap model ini selain menimbulkan keuntungan, juga telah menjumpai kekurangan. Pada dasarnya model ini tidak memberikan penjelasan yang cukup. Lajunya komunikasi dengan massa komunikan pada kenyataannya lebih rumit daripada keterangan-keterangan mengenai teori dua tahap tersebut. Apa yang diketahui tentang proses komunikasi massa ternyata terlalu mendetail untuk diterangkan dengan satu kalimat saja. Meskipun demikian, dari penelitian komunikasi timbul dua keuntungan dari hipotesis tersebut, yaitu:

1. Suatu pemusatan kegiatan terhadap kepemimpinan opini dalam komunikasi massa.

2. Beberapa perbaikan dari komunikasi dua tahap, seperti komunikasi satu tahap dan komunikasi ganda.

d. Model komunikasi tahap ganda (multi step flow model)

Model ini menggabungkan semua model yang telah dibicarakan terlebih dahulu. Model banyak tahap ini didasarkan pada fungsi penyebaran yang berurutan yang terjadi pada kebanyakan situasi komunikasi. Ini tidak mencakup jumlah tahap secara khusus, juga tidak khusus bahwa suatu pesan harus berlangsung dari komunikator melalui saluran media massa. Model ini menyatakan bahwa bagi lajunya komunikasi dari komunikator kepada komunikan terdapat jumlah “relay” yang

berganti-ganti. Beberapa komunikan yang lainnya terpindahkan dari sumbernya beberapa kali. Jumlah tahap yang pasti dalam proses ini bergantung pada maksud tujuan komunikator, tersedianya media massa dengan kemampuan untuk


(42)

menyebarkannya, sifat dari pesan, dan nilai pentingnya pesan bagi komunikan ( dalam Effendy, 2003:83)

II.1.4. Karakteristik Komunikasi Massa

Seseorang yang menggunakan media massa sebagai alat untuk melakukan kegiatan komunikasinya perlu memahami karakteristik komunikasi massa, yakni seperti diuraikan di bawah ini:

a. Komunikasi massa bersifat umum

Pesan yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang. Benda-benda tercetak, film, radio dan televisi apabila dipergunakan untuk keperluan pribadi dalam lingkungan organisasi yang tertutup, tidak dapat dikatakan komunikasi massa.

b. Komunikan bersifat heterogen

Perpaduan antara jumlah komunikan yang besar dalam jumlah komunikasi massa dengan keterbukaan dalam memperoleh pesan-pesan komunikasi, erat sekali hubungannya dengan sifat heterogen komunikan. Massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang orang yang heterogen yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam dalam kondisi yang sangat berbeda, dengan kebudayaan yang beragam , berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mempunyai pekerjaan yang berjenis-jenis maka oleh karena itu mereka berbeda pula dalam kepentingan, standar hidup dan derajat kehormatan, kekuasaan dan pengaruh.

c. Media massa menimbulkan keserempakan

Yang dimaksudkan dengan keserempakkan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. Radio dan televisi dalam hal ini melebihi media tercetak , karena yang terakhir dibaca pada waktu yang berbeda dan lebih selektif.

d. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non-pribadi

Dalam komunikasi massa, hubungan antara komunikator dan komunikan bersifat non-pribadi, karena komunikan yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator. Sifat non-pribadi ini timbul disebabkan teknologi dari penyebaran yang massal dan sebagian lagi dikarenakan syarat-syarat bagi peranan komunikator yang bersifat umum (dalam Effendy, 2003: 81)


(43)

II.1.5. Fungsi Komunikasi Massa

Komunikasi tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita atau pesan, tetapi juga pertukaran berita dan pesan, tetapi juga sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai pertukaran data, fakta dan ide. Karena itu komunikasi massa dapat berfungsi untuk:

a. Informasi

Kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data, fakta dan pesan, opini, komentar, sehingga orang bisa mengetahui keadaan yang terjadi di luar dirinya apakah itu dalam daerah atau internasional

b. Sosialisasi

Yakni menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan bagaimana orang bersikap sesuai nilai-nilai yang ada, serta bertindak sebagai anggota masyarakat secara efektif

c. Motivasi

Mendorong orang untuk mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang mereka baca, lihat dan dengar lewat media massa

d. Bahan Diskusi

Menyediakan informasi sebagai bahan diskusi untuk mencapai persetujuan dalam hal perbedaan pendapat mengenai hal-hal yang menyangkut orang banyak

e. Pendidikan

Membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah maupun di luar sekolah. Juga meningkatkan kualitas penyajian materi yang baik, menarik dan mengesankan

f. Memajukan Kebudayaan

Media massa menyebarluaskan hasil-hasil kebudayaan melalui pertukaran program siaran radio dan televisi, atau bahan tercetak seperti buku dan penerbitan-penerbitan lainnya. Pertukaran ini akan memungkinkan peningkatan daya kreativitas guna memajukan kebudayaan nasional masing-masing negara, serta mempertinggi kerjasama hubungan antar negara

g. Hiburan

Media massa telah menyita banyak waktu luang untuk semua golongan usia dengan difungsikan sebagai alat hiburan dalam rumah tangga. Sifat estetikanya yang dituangkannya dalam bentuk lagu, lirik dan bunyi maupun gambar dan bahasa, membawa orang pada situasi menikmati hiburan seperti halnya kebutuhan pokok lainnya


(44)

Banyak bangsa di dunia dewasa ini diguncang oleh kepentingan-kepentingan tertentu karena perbedaan etnis atau ras. Komunikasi seperti satelit dapat dimanfaatkan untuk menjembatani perbedaan-perbedaan itu dalam memupuk dan memperkokoh persatuan bangsa. (Cangara, 2006:57).

II.2. TELEVISI

Televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele (bahasa

Yunani) yang berarti jauh, dan visi (videre-bahasa Latin) berarti penglihatan.

Dengan demikian televisi yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan

melihat jauh. Melihat jauh di sini diartikan dengan, gambar suara yang diproduksi di

suatu tempat (studio televisi) dapat dilihat dari tempat “lain” melalui sebuah perangkat penerima (televisi set). Kehadiran televisi di dunia merupakan perkembangan teknologi khususnya teknologi elektronika sejak abad 19 dan berlanjut pada abad 20, dan nampaknya akan terus berlanjut pada abad-abad berikutnya, sehingga perkembangan televisi siaran juga akan ditentukan oleh perkembangan teknologi elektronika itu sendiri. (dalam Wahyudi, 1986:49). hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Pada tahun 1883-1884 ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan gagasan mahasiswa Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkow, untuk mengirim gambar melalui udara dari satu tempat ketempat lain. Akhirnya Nipkow sendiri diakui sebagai bapak televisi (dalam Kuswandi, 1996:6). Istilah televisi sendiri baru dicetuskan pada tanggal 25 Agustus 1900 di kota Paris, yang saat itu di kota tersebut berlangsung pertemuan para ahli bidang elektronika dari berbagai negara.

Dengan demikian televisi di sini diartikan televisi siaran yang dapat dilakukan melalui transmissi atau pancaran dan dapat juga disalurkan melalui kabel (televisi kabel). Dalam sistem transmissi/pancaran, gambar dan suara yang dihasilkan


(45)

oleh kamera elektronik diubah menjadi gelombang elektromagnetik dan selanjutnya ditransmissikan melalui pemancar. Gelombang elektromagnetik ini diterima oleh sistema antenna yang menyalurkan ke pesawat penerima (pesawat televisi). Di pesawat televisi gelombang elektromagnetik itu diubah kembali menjadi gambar dan suara yang dapat dinikmati di layar televisi (dalam Wahyudi, 1986:49).

Kegiatan penyiaran melalui media televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan Pesta Olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan stasiun (station call) hingga

sekarang. Stasiun televisi swasta.TVRI yang berada di bawah Departemen Penerangan pada saat itu, kini siarannya dapat menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia yang berjumlah sekira 210 jiwa. Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan televisi siarannya lainnya, yakni Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) yang

bersifat komersil. Secara berturut-turut berdiri stasiun televisi, Surya Citra Televisi

(SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Andalas Televisi (ANTV), Indosiar,

Tv7, Lativi, Metro Tv, Trans TV, Global TV, dan televisi-televisi daerah seperti

Bandung TV, JakTV, Bali TV, dan lain-lain.

Menurut (Ardianto, 2004:137) televisi memiliki sejumlah karakteristik televisi yaitu:

a. Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi khalayak televisi dapat melihat gambar bergerak tetapi tidak berarti gambar lebih penting daripada kata-kata karena, keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis.

b. Berpikir dalam Gambar

Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama, adalah visualisasi (visualization), yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses visualisasi, pengarah acara harus berusaha menunjukkan objek-objek


(46)

tertentu menjadi gambar yang jelas dan menyajikannya sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna. Objek tersebut manusia, benda, kegiatan, dan lain sebagainya.

Tahap kedua dari proses berpikir dalam gambar adalah penggambaran (picturization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.

c. Pengoperasian Lebih Kompleks

Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan banyak orang. Untuk menayangkan acara siara berita yang dibawakan oleh dua orang pembaca berita saja dapat melibatkan 10 orang. Mereka terdiri dari produser, pengrah acara, pengarah teknik, pengarah studio, pemandu gambar, dua atau tiga juru kamera, juru video, juru audio, juru rrias, juru suara, dan lain-lain (dalam Ardianto, 2004:137).

Televisi sebagai media massa mempunyai kekuatan , yaitu: a. Efisiensi biaya

Televisi sebagai media yang paling efektif untuk menyampaikan pesan-pesan komersialnya. Salah satu keunggulannya adalah kemampuan menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas. Jutaan orang menonton televisi dengan sangat teratur. Televisi menjangkau khalayak sasaran yang dapat dicapai oleh media lainnya, tetapi juga khalayak yang tidak terjangkau oleh media cetak. Jangkauan massal ini menimbulkan efisiensi biaya untuk menjangkau setiap kepala.

b. Dampak yang kuat

Keunggulan lainnya adalah kemampuannya menimbulkan dampak yang kuat terhadap konsumen, dengan tekanan pada sekaligus dua indera : penglihatan dan pendengaran. Televisi juga mampu menciptakan kelenturan bagi pekerjaan-pekerjaan kreatif dengan mengombinasikan gerakan, kecantikan, suara, warna, dan humor.

c. Pengaruh yang kuat

Akhirnya, televisi mempunyai kemampuan yang kuat untuk mempengaruhi persepsi khalayak sasaran. Kebanyakan masyarakat meluangkan waktunya di muka televisi, sebagai sumber berita, hiburan, dan saran pendidikan. Kebanyakan calon pembeli lebih “percaya” pada perusahaan yang mengiklankan produk di televisi daripada yang tidak sama sekali. Ini cerminan bonafid pengiklan.

Sedangkan Kelemahan televisi sebagai media massa, yaitu: a. Biaya yang Besar

Kelemahan yang paling serius dalam beriklan di televisi adalah biaya absolute yang sangat ekstrem untuk memproduksi dan menyiarkan siaran komersil. Sekalipun biaya untuk menjangkau setiap kepala adalah rendah, biaya absolute dapat membatasi niat pengiklan. Biaya produksi, termasuk biaya pembuatan film dan honorarium artis yang


(47)

terlibat, bisa menghabiskan jutaan rupiah. Belum lagi penyiarannya yang harus diulang-ulang pada jam-jam siaran utama.

b. Khalayak yang tidak selektif

Sekalipun berbagai teknologi telah diperkenalkan untuk menjangkau sasaran yang lebih selektif, televisi tetap sebuah media yang tidak selektif, segmentasinya tidak setajam surat kabar atau majalah. Jadi iklan-iklan yang disiarkan di televisi memiliki kemungkinan menjangkau pasar yang tidak tepat.

c. Kesulitan teknis

Media ini juga tidak luwes dalam pengaturan teknis. Iklan-iklan yang telah dibuat tidak dapat diubah begitu saja jadwalnya, apalagi menjelang jam-jam penyiarannya (dalam Kasali, 1995:121)

Mengenai kelemahan televisi ini Drs. Willy Karamoy menulis:

1. Televisi merupakan medium transitory, begitu terlihat begitu pula ia menghilang, terbatas oleh waktu dan tak dapat diulangi (kecuali dengan menggunakan alat yang khusus

2. Untuk perlengkapan dalam penyiarannya memerlukan biaya yang besar, serta pesawat penerimanya masih merupakan barang yang mewah di negara-negara sedang berkembang (dalam Wahyudi, 1986:3)

II.3. IKLAN

Iklan yang berasal dari bahasa Latin yaitu Advertere (Advertising)

yang berarti mengoperkan pikiran dan gagasan ke pihak lain (Liliweri, 1992:17). Masyarakat periklanan Indonesia mendefinisikan iklan sebagai segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat (dalam Kasali, 1995:11).

II.3.1. Bentuk-bentuk Iklan di Televisi

Bentuk-bentuk iklan di televisi sangat tergantung pada bentuk siarannya, yaitu:

a. Pensponsoran

Banyak acara televisi yang penayangannya dan pembuatannya dilakukan atas biaya sponsor atau pengiklan. Pihak sponsor bersedia membiayai seluruh biaya produksi plus fee untuk televisi. Sponsor


(48)

telah memberi dampak yang kuat pada pemirsa, khususnya karena peranan pengiklan, yang benar-benar menjaga mutu dan isi program serta siaran sponsornya.

b. Partisipasi

Bentuk partisipasi pada iklan televisi ini agak berbeda dengan bentuk sebelumnya, namun akan dapat mengurangi beban biaya dan risiko. Melalui iklan sepanjang 15, 30, atau 60 detik, iklan disisipkan di antara satu atau beberapa acara (spots). Pengiklan dapat membeli waktu tersedia, baik atas acara yang tetap maupun tidak tetap. Pendekatan ini juga lebih fleksibel dalam arti dapat memilih jangkauan pasar, khalayak sasaran, jadwal, dan anggaran. Meski demikian, dampak bentuk ini tidak sekuat bentuk pensponsoran, dan pihak pengiklan tidak dapat mengontrol isi dan mutu program yang bersangkutan. Sedangkan waktu yang tersedia untuk dipilih biasanya sudah habis dibeli oleh pengiklan besar. Akibatnya pengiklan kecil hanya memperoleh jam sisa yang menurut penelitian pengiklan besar tidak efektif.

c. Spot Announcements

Bentuk ketiga dari siaran komersil di televisi adalah Spot Announcements, ada yang mengacu pada pengertian bahwa announcements iklan tersebut ditempatkan pada pergantian acara. Iklan spot 10, 20, 30, atau 30 60 detik dijual oleh stasiun-stasiun, baik untuk pengiklan lokal ataupun nasional. Pengiklan lokal biasanya memanfaatkan bentuk iklan ini.

d. Public serviceAnnouncements

Adalagi bentuk iklan layanan masyarakat yang ditempatkan di tengah-tengah suatu acara. Iklan ini biasanya dimuat atas permintaan pemerintah atau suatu LSM (lembaga swadaya masyarakat) untuk menggalang solidaritas masyarakat atas suatu masalah. Misalnya, masalah ketertiban lalu lintas, kebersihan sungai, konsumerisme, dan lain-lain (dalam Kasali, 1995:120).

II.3.2. Jenis Iklan

Secara garis besar terdapat dua jenis iklan, yaitu iklan standar atau biasa juga disebut iklan komersil dan iklan layanan masyarakat. Iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk memperkenalkan barang maupun jasa untuk konsumen melaui media. Tujuan iklan ini adalah merangsang minat dan motif para pembeli.

Iklan layanan masyarakat adalah jenis iklan yang bersifat non profit. Umumnya iklan layanan masyarakat adalah jenis bertujuan memberikan informasi


(49)

atau penerangan serta pendidikan kepada masyarakat dalam rangka pelayanan dengan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi serta bersikap positif terhadap iklan yang ditayangkan.

Beberapa pembagian iklan yang lebih spesifik, yaitu:

a. Iklan Tanggung Jawab Sosial adalah iklan yang bertujuan menyebarkan pesan-pesan, yang bersifat informatif, penerangan, pendidikan agar membentuk sikap masyarakat sehingga lebih bertanggung jawab terhadap masalah sosial tertentu. Jenis iklan ini masih dibagi lagi atas iklan anjuran dan iklan penggambaran sosial. Iklan anjuran adalah iklan yang pesan-pesannya telah jelas menganjurkan secara tegas kepada masyarakat tentang suatu tindakan tertentu. Sementara itu, iklan penggambaran sosial adalah iklan yang pesan-pesannya jelas memberikan gambaran tentang peristiwa ataupun kejadian yang akan berakibat pada suatu keadaan tertentu.

b. Iklan Bantahan diajukan guna membantah dan memperbaiki citra suatu produk yang namanya sudah tercemar di kalangan masyrakat akibat suatu informasi yang tidak benar. Perusahaan dapat mengajukan iklan lewat penasehat hukumnya untuk tidak membantah ketidakbenaran informasi itu.

c. Iklan pembelaan pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan iklan bantahan. Hanya saja, iklan ini dimaksudkan untuk membela kebenaran suatu produk jasa maupun ide tertentu.

d. Iklan Perbaikan adalah iklan yang memperbaiki pesan-pesan tentang suatu produk tertentu yang terlanjur salah dan disebarluaskan melaui media massa. Jenis iklan ini seperti ini misalnya terlihat dalam iklan untuk memperbaiki isi iklan yang sama tentang suatu produk pada edisi terbitnya suatu media beberapa waktu sebelumnya.

e. Iklan Keluarga adalah iklan yang pesan-pesannya merupakan pemberitahuan tentang terjadinya suatu peristiwa kekeluargaan kepada keluarga/khalayak lainnya (dalam Kurniawati, 2006:9)

II.3.3. Manfaat Iklan

Periklanan dewasa ini merupakan usaha bisnis yang besar. Iklan melibatkan pembelanjaan dana dalam jumlah besar ditangani dengan hati-hati dan efisien. Periklanan adalah sebuah metode yang dipergunakan di tengah-tengah masyarakat dengan tujuan seperti:


(50)

 Bagi bisnis komersil, untuk barang dan jasa

 Bagi rekrutmen untuk mendapatkan karyawan baru

 Bagi pemerintah untuk meberi informasi kepada masyrakat o Iklan juga bermanfaat dalam jasa keuangan, industry hiburan,

inforamasi perjalanan wisata/ibadah, informasi pendidikan, informasi produk kesehatan atau untuk pembelian dan penjualan barang pribadi.

Sedangkan bagi konsumen, iklan juga bermanfaat untuk:

 Menumbuhkan kesadaran, iklan membantu agar sesuatu dikenal

 Menumbuhkan atau membangun sikap-sikap yang diinginkan o Membangun identitas merek, iklan membantu menanamkan

citra atau ciri- ciri tertentu terhadap produk

o Menumbuhkan permintaan akan produk (dalam Kurniawati, 2006:12)

II.4. PESAN

Membicarakan pesan (message) dalam proses komunikasi, tidak bisa lepas

dari apa yang disebut simbol dan kode, karena sebuah pesan yang dikirimkan kepada penerima terdiri dari atas rangkaian simbol dan kode. Pesan yang sampaikan harus dapat dipahami serta terstruktur dengan baik agar khalayak dapat memahaminya dengan baik.

Pesan menurut teori Cutlip dan Center yang dikenal dengan The 7C’s

Communication, yang meliputi:

h) Credibility, yaitu memulai komunikasi dengan kepercayaan. Oleh karena itu, untuk membangun kepercayaan berawal dari kinerja, baik pihak komunikator maupun pihak komunikan akan menerima pesan tersebut berdasarkan keyakinan yang dapat dipercaya begitu juga tujuannya.

i) Context, yaitu suatu program komunikasi mestinya berkaitan dengan lingkungan hidup atau keadaan sosial yang bertentangan dengan dan seiring dengan keadan tertentu dan memperhatikan partisipatif.

j) Content, pesan itu mempunyai arti bagi audiensnya dan memiliki kecocokan dengan sistem nilai-nilai yang berlaku bagi orang banyak dan bermanfaat


(51)

k) Clarity, menyusun pesan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan mempunyai persamaan arti antara komunikator dengan komunikan

l) Continuity and consistency, komunikasi tersebut merupakan proses yang tidak ada akhirnya yang memerlukan pengulangan-pengulangan untuk mencapai tujuan, serta isi pesan atau materi harus konsisten dan tidak membingungkan.

m) Channel, yaitu media yang digunakan dalam proses komunikasi yang terjadi

n) Capability, yaitu kemampuan khalayak terhadap pesan yang melibatkan berbagai faktor adanya sesuatu kebiasaan membaca atau menyerap ilmu pengetahuan dan sebagainya (dalam Ruslan, 1997:72-74).

II.5. MINAT

Pengertian minat adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. Minat merupakan dari dalam dan tampak dari luar sebagai gerak-gerik. Dalam menjalankan fungsinya minat berhubungan erat dengan pikiran dan perasaan. Manusia memberi corak dan menentukan, sesudah itu memilih dan mengambil keputusan disebut keputusan hati. Adapun proses minat terdiri dari:

a. Motif (alasan, dasar, pendorong)

b. Perjuangan motif. Sebelum mengambil keputusan pada batin terdapat beberapa motif yang bersifat luhur dan rendah dan di sini harus dipilih.

c. Keputusan. Inilah yang sangat penting yang berisi pemilihan antara motif-motif yang ada dan meninggalkan kemungkinan yang lain, sebab tak mungkin seseorang mempunyai macam-macam keinginan pada waktu yang sama. d. Bertindak sesuai dengan keputusan yang diambil (dalam Purwanto, 1998:60).

Banyak orang tidak mengerti arti sebenarnya istilah “minat” (interest).

Akibatnya, mereka sering mengacaukannya dengan apa yang tepatnya dapat disebut suatu “kesenangan” (whim). Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong

orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Inilah kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minat pun berkurang. Sebaliknya, kesenangan merupakan minat yang sementara, ia berbeda dari minat bukan dalam kualitas melainkan dalam ketetapan (persistence) karena minat


(52)

memuaskan kebutuhan yang penting dalam kehidupan seseorang (dalam Hurlock, 2009:114).

Sedangkan menurut Rachman pengertian minat ada dua , yaitu:

a. Minat spontan adalah minat yang tumbuh secara spontan dalam diri seseorang tanpa dipengaruhi (dengan sengaja atau langsung) dari pihak luar, dan

b. Minat terpola adalah minat yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh dan kegiatan yang berencana atau terpola terutama kegiatan belajar mengajar baik di sekolah maupun di luar sekolah (dalam Rachman, 1985:16).

Menurut (dalam Poerwadarminta, 1985:650) minat adalah kesukaan dari kecenderungan- kecenderungan yang terarah secara intensif kepada suatu objek yang dianggap penting.

Sedangkan menurut (dalam M. As’ad, 1991:54) mendefinisikan minat suatu sikap yang membuat seseorang senang terhadap suatu objek, situasi dan ide-ide tertentu.

Dari definisi di atas, dapat dikatakan bahwa minat adalah sikap yang menimbulkan perhatian, rasa ingin tahu dan hasrat untuk melakukan sesuatu dalam diri seseorang yang muncul akibat adanya objek tertentu.

II.6. Teori AIDDA

Teori AIDDA disebut A-A Procedure atau from attention to action procedure ,

yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm. Menurut Effendy ( 1992:89) AIDDA adalah akronim dari kata-kata attention (perhatian), interest (minat), Desire (hasrat),

Descicion (keputusan), Action ( tindakan/kegiatan). Adapun keterangan dari


(53)

1. Perhatian (Attention) : Keinginan seseorang untuk mencari dan

melihat sesuatu

2. Ketertarikan (Interest) : Perasaan ingin mengetahui lebih dalam tentang

suatu hal yang menimbulkan daya tarik bagi konsumen

3. Keinginan (Desire) : Kemauan yang timbul dari hati tentang sesuatu yang

menarik perhatian

4. Keputusan (Decision) : Kepercayaan untuk melakukan sesuatu hal

5. Tindakan (Action) : Suatu kegiatan untuk merealisasikan keyakinan dan

ketertarikan terhadap sesuatu

Gambar 3 Model Teori AIDDA

Attention

Interest

Desire

Decision

Action


(54)

Konsep AIDDA ini adalah proses psikologis dari diri khalayak. Berdasarkan konsep AIDDA agar khalayak membaca dan melakukan action apa yang dianjurkan pihak penyusun berita atau tajuk artikel, maka pertama-tama mereka harus dibangkitkan perhatiannya (attention) sebagai awal suksesnya komunikasi. Apabila

perhatian komunikasi telah terbangkitkan, hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat (interest), yang merupakan derajat yang lebih tinggi dari

perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan

komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi komunikator belum berarti apa-apa, sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision),

yakni keputusan untuk melakukan tindakan (action) sebagaimana diharapkan

komunikator (dalam Effendy, 2003:305).

Inti dari model AIDDA adalah rangkaian proses menyusun penyampaian pesan yang mampu membangkitkan, menggugah rasa tertarik khalayak sehingga timbul keinginan untuk menonton hingga tindakan untuk menonton.

               


(55)

43 

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode korelasional, yaitu metode yang berusaha untuk meneliti sejauhmana variasi pada suatu variabel yang berhubungan dengan variasi-variasi pada variabel (Rakhmat, 2004:7)

III.2. Deskripsi Lokasi Penelitian

III.2.1. Sejarah FISIP Universitas Sumatera Utara

Sesuai dengan SK Mendikbud RI No. 0535/0/83 tahun 1983 tentang jenis dan jumlah jurusan pada fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU memiliki 6 (enam) jurusan yaitu:

1. Jurusan Sosiologi

2. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 3. Jurusan Antropologi

4. Jurusan Ilmu Administrasi negara 5. Jurusan Ilmu Komunikasi

6. Jurusan MKDU

Jurusan MKDU akhirnya diputuskan untuk diserahkan pengelolaannya di luar FISIP USU dengan pertimbangan bahwa jurusan tersebut bukan suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan mengelola mata kuliah yang termasuk pada Mata Kuliah Dasar Umum. Sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat serta pemerintah daerah dan didukung oleh ketersediaan staf pengajar yang dibutuhkan,


(56)

FISIP USU dengan SK Dikti No. 108/DIKTI/Kep/2001 tanggal 30 April 2001 menambah satu program studi baru yaitu Ilmu Politik. Dengan demikian, hingga saat ini ada 6 (enam) jurusan yang berada di bawah naungan FISIP USU.

Namun demikian keenam jurusan tersebut tidak di buka sekaligus. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan pemerintah daerah serta tenaga pengajar yang dibutuhkan sesuai dengan bidangnya. Oleh karenanya pada tahun ajaran 1983/1984 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU hanya membuka 2 (dua) jurusan saja yaitu:

1. Jurusan Ilmu Komunikasi

2. Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Pemilihan Jurusan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU dilakukan pada Semester VII. Keadaan ini berlangsung sampai pada tahun ajaran 1986/1987, baru pada tahun ajaran 1987/1988 pemilihan jurusan dilakukan langsung pada saat calon mahasiswa mendaftarkan diri pada SIPENMARU (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru).

Dalam proses pengembangannya pada tahun 1994-1997 Jurusan Ilmu Komunikasi membuka 2 (dua) Program Studi yaitu: Program Studi Public Relations/Humas dan Program Studi Jurnalistik/Komunikasi Massa.

Pada tahun ajaran ini mahasiswa diwajibkan memilih program studi Humas atau program studi Jurnalistik pada saat mereka sudah duduk pada semester IV.

Berdasarkan SK Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi No. 002 tahun 1997/1998 Program Studi Sarjana Ilmu Komunikasi FISIP USU ditetapkan mendapat hasil akreditasi dengan peringkat dan nilai akreditasi yang dicapai adalah B (511).


(57)

Mulai tahun ajaran 2000/2001 masa bakti Ketua Jurusan ditetapkan menjadi 4 (empat) tahun yang sebelumnya setiap masa bakti hanya 3 (tiga) tahun.

Pada tahun ajaran 2001/2002, berdasarkan surat keputusan Rektor No. 2162/J05/TU/2001 Jurusan Ilmu Komunikasi membuka Program Ektensi Ilmu Komunikasi. Setelah berhasil membuka Program Extensi, pada tahun ajaran 2004/2005 Jurusan Ilmu Komunikasi membuka Program Reguler Mandiri.

Pada Tahun 2004 Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi kembali menyatakan bahwa Program Studi Sarjana Ilmu Komunikasi FISIP USU terakreditasi dengan peringkat: Akreditasi A (Baik Sekali). Sertifikat akreditasi program studi sarjana ini berlaku 5 (lima) tahun sejak tanggal 7 Mei 2004 sampai dengan 7 Mei 2009.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No. 56 tahun 2003 tanggl 11 November 2003 tentang penetapan USU sebagai Badan Hukum Milik Negara dan keputusan Wali Amanat USU No. 1/SK/MWA/1/2005 tanggal 8 Januari 2005 tentang Anggaran Rumah Tangga USU Jurusan dirubah menjadi Departemen. Maka Jurusan Ilmu Komunikasi sekarang berganti nama menjadi Departemen Ilmu Komunikasi.


(58)

Gambar 4

Denah Kampus Padang Bulan USU

Sumber: http://www.usu.ac.id/lokasi-kampus.html

III.2.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU), Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Kampus USU Medan, Sumatera Utara, Indonesia.


(1)

Wiradono. Sunardian. 2006. Matikan TV- mu. Resist Book. Yogyakarta.

Sumber Lain :

( Maret 2010.

29 Maret 2010

( Diakses pada tanggal 29 Maret 2010.

( Diakses tanggal 10 April 2010

( tanggal 10 April 2010

( 10 April 2010

(

tanggal 10 April 2010


(2)

LAMPIRAN

                                       


(3)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168

LEMBARAN CATATAN BIIMBINGAN SKRIPSI

NAMA : Ida Rosliani Sitanggang NIM : 080922067

PEMBIMBING : Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A

No Tanggal Pertemuan Pembahasan

1 30 Maret 2010 ACC Judul Proposal 2 31 Maret 2010 Penyerahan Proposal 3 7 Maret 2010 Perbaikan Proposal 4 15 April 2010 Seminar Proposal

5 19 April 2010 Perbaikan seminar Proposal 6 10 Mei 2010 Penyerahan Bab I

7 14 Mei 2010 Perbaikan Bab I, Penyerahan Bab II, III dan Kuesioner

8 18 Mei 2010 ACC Bab I, II, III dan Kuesioner 9 31 Mei 2010 Penyerahan Bab IV

10 02 Juni 2010 Penyerahan Perbaikan Bab IV dan V 11 07 Juni 2010 Penyerahan Bab I, II, III, IV, dan V

12 08 Juni 2010 Penyerahan Perbaikan Bab I, II, III, IV, dan V 13 09 Juni 2010 ACC Bab I, II, III, IV dan V

Catatan:

Minimal pertemuan 6 (enam) kali untuk setiap pembimbing

Medan, Juni 2010

(Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A) NIP: 196208281986012001


(4)

SKOR MENTAH TAYANGAN IKLAN DAN SOSIALISASI WORLD CUP DAN MINAT MENONTON

41 14 15

42 17 15

43 16 14

44 17 17

45 16 16

46 20 19

47 20 18

48 19 14

49 16 13

50 22 20

51 19 15

52 16 16

53 15 16

54 14 11

55 17 20

56 20 21

57 16 13

58 20 21

59 12 11

60 16 11

61 14 10

62 16 18

63 22 21

64 20 19

65 16 14

66 14 13

67 14 16

68 14 9

69 14 12

70 18 14

71 17 25

72 15 14

73 19 15

74 16 12

75 15 13

76 17 16

77 10 7

78 20 19

79 16 21

No.

Resp. Total Total

1 24 21

2 13 7

3 10 12

4 17 12

5 17 11

6 15 14

7 11 13

8 12 10

9 15 15

10 15 12

11 15 15

12 17 14

13 11 14

14 17 12

15 18 16

16 21 17

17 11 14

18 14 12

19 16 12

20 16 16

21 16 17

22 14 13

23 12 15

24 17 19

25 14 15

26 18 17

27 17 12

28 16 18

29 13 10

30 14 13

31 17 15

32 20 15

33 13 17

34 8 7

35 16 16

36 23 16

37 15 11

38 18 15


(5)

80 14 13

81 14 10

82 11 13

83 11 13

84 14 10

85 14 10

86 22 21

87 22 21

88 14 13

89 14 13

90 22 21

91 22 21

92 22 21

93 22 21

94 16 21

95 16 21

     

                       


(6)

BIODATA

I. Data Pribadi

Nama : Ida Rosliani Sitanggang Tempat Tanggal Lahir : Blok X, 16 Febuari 1984

Alamat : Jl. Bunga Kenanga No. 16A, Medan Agama : Kristen Protestan

II. Pendidikan

1. SD NEGERI 104312 Dolok Masihul, Serdang Bedagai, 2. SLTP Al Washliyah 03 Dolok MasihulSerdang Bedagai, 3. SMU NEGERI 1 Dolok Masihul

4. D-III Perpustakaan USU 5. Ilmu Komunikasi FISIP USU

III.Nama Orang Tua

1. Ayah : B. Sitanggang 2. Ibu : B. Sagala

IV.Nama Saudara

1. Parlindungan Sitanggang. SE. Ak 2. Junifer Sitanggang

3. Nelly Wati Sitanggang. A.Md 4. Edy Surya Sitanggang


Dokumen yang terkait

Pembawa Acara Dan Minat Menonton (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Pembawa Acara Radio Show Tv One Terhadap Minat Menonton Mahasiswa FISIP USU)

5 82 84

Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya Dan Minat Menonton (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya di SCTV terhadap Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 38 116

Program Dahsyat di RCTI dan Gaya Hidup (Studi Korelasional Tentang Program Dahsyat di RCTI Terhadap Gaya Hidup di Kalangan Mahasiswa/i FISIP USU)

2 48 103

Motivasi Menonton Dan Tayangan Just Alvin Di Metro TV (Studi Korelasional tentang Pengaruh Tayangan Just Alvin di Metro TV Terhadap Motivasi Menonton Mahasiswa FISIP USU )

2 45 118

Iklan BlackBerry dan Minat Beli (Studi Korelasional Hubungan Tayangan Iklan BlackBerry di Televisi terhadap Minat Beli Mahasiswa FISIP USU)

4 59 123

Efektifitas Pembawa Acara Talkshow di Televisi dan Minat Menonton Mahasiswa (Studi Korelasional tentang Hubungan Efektifitas Pembawa Acara Talkshow Tukul Arwana dengan Minat Menonton Tayangan Sejenis di Kalangan Mahasiswa FISIP USU)

1 45 135

Positioning Brand Dan Minat Beli (Studi Korelasional Pengaruh Iklan Positioning Brand AXE Apollo di RCTI Terhadap Minat Beli Mahasiswa FISIP USU)

1 57 138

Positioning Brand Dan Minat Beli (Studi Korelasional Pengaruh Iklan Positioning Brand AXE Apollo di RCTI Terhadap Minat Beli Mahasiswa FISIP USU)

0 14 138

Cover Positioning Brand Dan Minat Beli (Studi Korelasional Pengaruh Iklan Positioning Brand AXE Apollo di RCTI Terhadap Minat Beli Mahasiswa FISIP USU)

0 0 14

Abstract Positioning Brand Dan Minat Beli (Studi Korelasional Pengaruh Iklan Positioning Brand AXE Apollo di RCTI Terhadap Minat Beli Mahasiswa FISIP USU)

0 0 2