Hubungan persepsi pengemabangan karir dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomii Ahmad Dahlan Jakarta

(1)

HUBUNGAN PERSEPSI PENGEMBANGAN KARIR DENGAN

MOTIVASI BERPRESTASI MAHASISWA KELAS KARYAWAN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AHMAD DAHLAN

JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar

Sarjana Psikologi (S.Psi)

Ai Madinatussalamah 103070029076

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2011 M/1432 H


(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul HUBUNGAN PERSEPSI PENGEMBANGAN KARIR DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI MAHASISWA KELAS KARYAWAN SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AHMAD DAHLAN (STIE AD) JAKARTA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 September 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1(S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 12 September 2011 Sidang Munaqasyah

Dekan/ Pembantu Dekan/

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si

NIP. 130 885 522 NIP. 19561223 198303 2 001

Anggota :

Penguji I Penguji II

Dra Zahrotun Nihayah M.Psi Drs. Rachmat Mulyono,

M.Psi

NIP. 19620724 198903 001 NIP. 19650220 199903 1003


(3)

iii

Tak ada kemajuan tanpa perubahan.

Orang-orang yang tidak bisa mengubah pikirannya tak akan mengubah apapun (George Bernard Shaw)

“Bersungguh-sungguhlah kamu pada hal yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan Allah serta janganlah merasa lemah”


(4)

iv Persembahan

Karya ini ku persembahkan untuk Mamah dan Mbah tercinta (Hj. Enong Maswiyah dan Hj Umi Kulsum)

kepada suami dan anak ku terkasih (Dhon El furqon dan M Fardeen El Furqon) dan saudara-saudara ku tersayang

(teh Neneng n k’ Imam, Uyyidah, Emay, Abang, Emput, Ibnu)


(5)

v ABSTRAK

A) Fakultas psikologi

B) September 2011

C) Ai Madinatussalamah

D) Hubungan persepsi pengembangan karir dengan motivasi berprestasi

mahasiswa kelas karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan

(STIE AD) Jakarta

E) i – xiv + 75 (belum termasuk daftar pustaka dan lampiran)

Penilaian terhadap pengembangan karir yang positif mampu meningkatkan motivasi berprestasi mahasiswa, karena motif melatarbelakangi perilaku sebagai tujuan yang hendak dicapai, jenjang karir positif memerlukan keahlian dan keterampilan guna menunjang prestasi kerja.

Persepsi pengembangan karir merupakan penilaian individu terhadap peningkatan jenjang karir pada masa bekerja yang teridentifikasi melalui beberapa tahapan pencapaiannya. Dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki, subjek berharap bisa mengembangkan karirnya. Dimana keahlian dan ketrampilan didapat dari proses belajar di bangku kuliah. Motivasi berprestasi berperan penting dalam proses belajar, karena dapat meningkatkan kualitas diri yang dibutuhkan oleh individu yang hendak mengembangkan karirnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi pengembangan karir dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah probability sampling

dengan teknik sample random sampling sebanyak 101 subjek. Analisis data pada penelitian ini menggunakan korelasi product moment pada taraf signifikansi 0,01. Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala persepsi pengembangan karir yang didasarkan pada teori Davidoff (1981) yang coba peneliti adaftasikan dengan teori Handoko (2001) yang terdiri dari 68 item dengan angka reliabilitas 0,9561, dan menggunakan skala motivasi berprestasi berdasarkan pada teori Mc. Clelland (2005) yang terdiri dari 60 item dengan angka reliabilitas 0,9639.

Untuk memperoleh data yang mengungkap masalah dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan analisis regresi melalui program SPSS 11,5. jika dilihat dari


(6)

vi

tabel anova menunjukkan signifikansi 0,388 yang berarti tidak ada hubungan signifikan antara varibel IV dengan DV. Sedangkan dalam tabel r square sebesar 0,97 yang berarti kontribusi nilai IV terhadap DV hanya sebesar 0,97 % sedangkan sisanya sebesar 99,03 % berasal dari kontribusi variabel lain diluar variabel penelitian.

Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi pengembangan karir dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan.

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis memberikan saran agar mencantumkan lebih banyak indikator yang berkaitan dengan karyawan yang sedang melanjutkan kuliah, karena indikator pendukung lain dapat menentukan hasil penelitian yang diinginkan. Peneliti juga menyarankan agar lebih banyak menggunakan bahan pendukung teori persepsi yang akan diteliti sehingga indikator-indikator tambahan dalam teori dapat digunakan sebagai referensi.


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puja dan puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan izin dan ridhoNya penulis dapt menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantias tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad Saw yang selalu menjadi teladan bagi seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini selesai karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Jahja Umar Ph.D, dekan Fakultas Psikologi UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dra. Fadilah Suralaga M.Si, pembantu dekan bidang akademik Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mencurahkan perhatian dan pengertiannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs Rachmat Mulyono M.Si, Psi. Dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pemikiran untuk mengoreksi, membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan kepada penulis, selain itu juga mendorong penulis untuk terus berusaha dan banyak membaca hingga akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis dari awal perkuliahan hingga selesai skripsi ini. Para pegawai bidang akademik dan kemahasiswaan serta civitas akademika Fakultas Psikologi atas bantuannya selama perkuliahan sampai penulis menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Untuk orang tuaku terkasih ’buya dan mamah’ ( H Uyyid Abdul Murrid Bashri dan Hj. Enong Maswiyah Muchtar) yang telah memberikan limpahan doa bagi penulis. Ku haturkan pula rindu segenap hati untuk buya dan mamah.


(8)

viii

6. Untuk dua lelaki dalam kehidupanku, Dhon el furqon dan Maulana Fardeen el furqon, thanks for all.

7. Untuk keluarga besar Abuyya K.H Mohammad Bashri. Kadaung Bogor 8. Untuk keluarga Bpk Sulaiman Fauzi (mamah dan bapak di Menes

pandeglang), hatur nuhun kana sadaya rupina.

9. Untuk sahabat-sahabat Fatayat NU Ciptim, Fatayat NU Tangsel, PC NU Tangsel, dan Korps PMII Puteri Ciputat yang telah memberikan ruang kepada penulis untuk merasakan perjuangan berorganisasi.

10. Untuk sahabat seperjuangan (Syifa, Dwi’Chiwa, Dini, Ambar, Wiwi) dan sahabat-sahabat Fakultas Psikologi angkatan 2003 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan semoga pihak yang membantu penyelesain skripsi ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca

Jakarta, 12 September 2011


(9)

ix

PERNYATAAN

Assalamua’alaikum Wr.Wb.

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ai Madinatussalamah NIM : 103070029076

Mengatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Persepsi Pengembangan Karir dengan Motivasi Berprestasi Mahasiswa Kelas Karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan (STIE AD) Jakarta” adalah benar hasil karya saya sendiri dan tidak melakukan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang digunakan dalam skripsi ini sesuai dengan referensi yang terdapat dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 12 September 2011

Ai Madinatussalamah NIM : 103070029076


(10)

x DAFTAR ISI

Halaman Judul

Halaman Persetujuan Panitia Munaqasyah ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Persembahan ... iii

Motto ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vii

Pernyataan Bukan Plagiat ... ix

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Lampiran... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Pembatasan masalah ... 8

1.4 Perumusan masalah ... 9

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1.5.1 Tujuan penelitian ... 9

1.5.2 Manfaat penelitian ... 10

1.6 Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Motivasi Berprestasi ... 12

2.1.1 Definisi motivasi berprestasi ... 12


(11)

xi

2.1.3 Sumber-sumber motivasi berprestasi ... 19

2.1.4 Fungsi motivasi berprestasi ... 21

2.1.5 Karakteristik mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi ... 22

2.2 Persepsi Pengembangan Karir………... 26

2.2.1 Definisi Persepsi ... 26

2.2.2 Proses terjadinya persepsi ... 28

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi... 29

2.2.4 Definisi Pengembangan Karir... 33

2.2.5 Tahap-tahap pengembangan karir ... 35

2.3 Mahasiswa Kelas Karyawan. ... 37

2.4 Kerangka Berfikir... 38

2.5 Hipotesis... 41

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 43

3.1.1 Pendekatan penelitian ... 43

3.1.2 Metode penelitian ... 44

3.2 Variabel Penelitian... 44

3.2.1 Identifikasi variabel ... 44

3.2.2 Definisi konseptual variabel ... 45

3.2.3 Definisi operasional variabel ... 46

3.3 Subjek Penelitian ... 48

3.3.1 Karakteristik responden... 48

3.3.2 Populasi dan sampel... 49

3.3.3 Teknik pengambilan sampel... 49


(12)

xii

3.4.1 Metode dan instrumen pengumpulan data... 50

3.5 Prosedur Penelitian……...54

3.5.1 Prosedur persiapan penelitian ... .54

3.5.2 Prosedur pelaksanaan penelitian ... 55

3.5.3 Prosedur pengolahan data ... . 55

3.6 Teknik Analisa Data... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 85

4.2 Uji Hipotesis Penelitian ... 60

4.2.1 Uji hipotesis 1... 64

4.2.2 Uji hipotesis 2... 64

4.2.3 Uji hipotesis 3... 65

4.2.4 Uji hipotesis 4... 65

4.2.5 Uji hipotesis 5... 66

4.2.6 Uji hipotesis 6... 66

4.2.7 Uji hipotesis 7... 66

4.2.8 Uji hipotesis 8 ... 68

4.3 Hasil penelitian tambahan... 67

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Diskusi ... 72

5.3 Saran ... 74

5.3.1 Saran Teoritis ... 74

5.3.2 Saran Praktis ... 75 DAFTAR PUSTAKA


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue print persepsi pengembangan karir Tabel 3.2 Blue print motivasi berprestasi

Tabel 3.3 Nilai kategorisasi dalam jawaban

Tabel 3.4 Blue print skala persepsi pengembangan karir Tabel 3.5 Blue print motivasi berprestasi

Tabel 3.6 Hasil skala (try out) pengembangan karir Tabel 3.7 Hasil skala (try out) motivasi berprestasi Table 4.1 Jumlah subjek berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.2 Jumlah subjek berdasarkan latar belakang pendidikan Tabel 4.3 Jumlah subjek berdasarkan usia

Tabel 4.4 Uji korelasi IV dengan DV Tabel 4.5 Koefisien variabel IV dengan DV

Skema 4.5.1 Koefisien regresi IV dengan DV

Table 4.6 Model summary analisis regresi ke-8 IV Table 4.7 Anova Analisis regresi ke-8 IV


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Blue Print Skala Persepsi Pengembangan Karir 2. Blue Print Skala Motivasi Berprestasi

3. Skala Persepsi Pengembangan Karir (try out) 4. Skala Motivasi Berprestasi (try out)

5. Data Try Out IV 6. Data Try Out DV 7. Uji Reliabilitas IV 8. Uji Reliabilitas DV 9. Data Penelitian IV 10. Data Penelitian DV 11. Hasil Regresi ke-8 DV 12. Surat Keterangan Penelitian


(15)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap orang pasti menyetujui bahwa bekerja merupakan bentuk aktualisasi diri

yang dapat meningkatkan kepercayaan diri dan menentukan keseimbangan potensial

dalam diri individu, bahkan dengan bekerja akan meningkatkan pula harkat dan

martabatnya sebagai makhluk sosial yang membutuhkan penghargaan dari lingkungan

sekitar, sehingga orang-orang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak dan sesuai

dengan kemampuan yang mereka miliki.

Pada kenyataannya manusia selalu dihadapkan pada banyaknya jenis pekerjaan

yang menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak, pekerjaan yang tepat dan sesuai

dengan kemampuan tentu akan menghantarkan pada keadaan yang sesuai dengan

harapan.

Tiap individu yang menginginkan karir lebih baik melakukan pekerjaan dengan

gigih, tapi banyak pula yang santai, bahkan tidak sedikit orang yang tidak melakukan

pekerjaan apapun. Setiap individu berbeda-beda dalam melewati setiap detik dalam

kehidupannya. Perbedaan prilaku ini dilandaskan pada motif yang melatarbelakangi

individu atau disebut dengan motivasi, motivasi pada tiap individu mengakibatkan

perbedaan prilaku dalam menyikapi proses kehidupan yang dijalani.

Di satu waktu, dijumpai seorang penyapu jalanan yang bekerja bermandikan

keringat menyapu jalanan dari pagi buta sampai terbenam matahari. di tempat lain,

didapati seorang pemuda yang bekerja dengan giat di pagi hari dan menyelesaikan


(16)

2

yang berkumpul hanya untuk mempamerkan kemampuan berakrobat diatas motor

milik mereka.

Secara psikologis ada persoalan yang harus dipecahkan, kenapa dalam satu waktu

ada orang yang bekerja seperti penyapu jalanan, dan seorang pemuda yang bekerja

dan berusaha menyelesaikan kuliah, serta gerombolan pemuda yang berkumpul hanya

untuk berakrobat. Mengapa mereka melakukan perbuatan-perbuatan tersebut?, Apa

yang mempengaruhi mereka sehingga menimbulkan prilaku yang berbeda-beda?

motivasi yang timbul dari dalam diri seorang relatif berbeda, sehingga perilaku yang

tampak akan bermacam-macam tergantung dari motif yang melatarbelakanginya.

Sebagaimana definisi motif menurut Kartono dan Gulo (2000) bahwa motif adalah kontrol batiniah yang mendorong atau berbuat berdasarkan satu kebutuhan atau satu dorongan.

Setiap orang yang melakukan kegiatan dapat didasari oleh motif yang timbul dari

dalam diri dan dari lingkungan sekitar.

Begitupun dalam dunia kerja, terdapat pilihan dalam ranah pekerjaan, yaitu sektor

formal atau non-formal. Namun tentunya kedua sektor tersebut tetap saja

membutuhkan keahlian dan ketrampilan, bahkan sebagian perusahaan atau lembaga

pada saat ini mewajibkan karyawan atau pegawai dari kedua sektor tersebut memiliki

standar minimum berupa gelar sarjana strata satu, hal ini mencerminkan kualitas dan

mutu individu yang bekerja. sebagaimana teori pengembangan karir yang dikutip dari Handoko (2001), “Pengembangan karir merupakan upaya-upaya pribadi seorang karyawan untuk mencapai suatu rencana karir”


(17)

3

Dapat pula diartikan, manusia sebagai individu yang memiliki sifat ingin menjadi

lebih baik dari sebelumnya, mencoba untuk selalu berusaha melalui proses-proses

pencapaian yang diharapkan, dalam hal ini setiap karyawan menilai pengembangan

karir merupakan sekumpulan tujuan-tujuan pribadi untuk meningkatkan kesadaran,

pengetahuan dan kemampuan yang mempengaruhi arah dan kemajuan karir melalui

tingkatan-tingkatan tugas tertentu.

Karenanya setiap orang yang ingin berkembang dalam dunia kerja akan berusaha

mengikuti pelatihan atau pendidikan lanjutan yang bisa meningkatkan karirnya.

Dari pendidikan yang diperoleh, setiap orang dapat mengembangkan karirnya

sesuai dengan keinginan dan harapan yang dicita-citakan. Penilaian terhadap

pengembangan karir pun tidak hanya didapat dari pengalaman diri sendiri, akan tetapi

pengalaman orang lain yang berkaitan dengan peningkatan jenjang karir, dimana tiap

individu yang ingin meningkatkan karirnya dalam bekerja, maka yang harus

dilakukan adalah melalui proses pembelajaran peningkatan keterampilan yang didapat

di bangku kuliah, peningkatan keterampilan inilah yang dijadikan sebagai acuan

pengembangan karir yang dianjurkan pada setiap karyawan agar melanjutkan

pendidikan yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang digeluti.

Selain itu, keahlian karyawan akan dinilai berdasarkan dari prestasi kerja yang

telah dilakukan dimana titik awal pengembangan karir dimulai dari diri karyawan,

setiap orang bertanggung jawab atas pekerjaannya. Kegiatan paling penting untuk

memajukan karir adalah dengan prestasi kerja yang baik, karena hal ini mendasari

semua kegiatan pengembangan karir lainnya, dalam hal ini kemajuan karir tergantung


(18)

4

serta pengalaman melalui program pelatihan atau kursus-kursus dan penambahan

gelar. (Handoko, 2001).

Kebiasaan yang dilakukan setiap hari pun berperan penting dalam peningkatan

karir individu, kebiasaan mengerjakan tugas perusahaan dan kebiasaan mengerjakan

tugas kuliah yang seimbang menjadi syarat yang dapat meningkatkan karir individu

dengan cepat, karena terbiasa dalam pemilihan skala prioritas menentukan pula

pengembangan karir yang hendak dicapai.

Untuk mencapai tingkatan karir yang tinggi, tiap karyawan yang memutuskan

untuk melanjutkan pendidikan berharap mendapatkan ilmu dan keterampilan yang

sesuai dengan jenis pekerjaan yang mereka geluti, sehingga ilmu dan keterampilan

yang didapat menjadi batu loncatan untuk menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan yang

dibebankan oleh perusahaan. Walau pun sering ditemui karyawan yang melanjutkan

pendidikan hanya sebatas ingin mendapatkan ijazah S1 sebagai pemenuhan syarat dari

perusahaan yang bersangkutan, akan tetapi harapan untuk mendapatkan keahlian dari

bangku kuliah tentu menjadi modal utama untuk pengembangan karir itu sendiri.

Selain itu keinginan untuk memiliki kemampuan yang menunjang karir menjadi

bagian penting dalam mempersepsikan pengembangan karir, hal ini dipengaruhi oleh

keinginan-keinginan agar dapat diterima secara sosial, karena manusia sebagai

makhluk sosial tentu menginginkan kehidupan yang layak dan dapat membahagiakan


(19)

5

Dalam dunia kerja orang saling berkompetensi untuk mendapatkan pekerjaan

yang lebih baik, oleh karena itu setiap orang dituntut untuk meningkatkan keahlian

masing-masing. Asumsi diatas menjadi motivasi setiap orang untuk melanjutkan

pendidikan lebih tinggi, dalam hal ini peningkatan keterampilan yang didapatkan dari

bangku kuliah.

Motivasi yang timbul dari diri sendiri menjadi dorongan untuk menyelesaikan

tugas kuliah dan tugas pekerjaan dengan maksimal, sehingga pengembangan karir pun

semakin mudah dicapai, namun motivasi yang timbul dari lingkungan sekitar pun

akan menjadi dorongan karena lingkungan sekitar menjadi acuan agar menjadi

individu yang diterima secara sosial.

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan (STIE AD) Jakarta membuka

program kelas karyawan yang diperuntukkan bagi mahasiswa bekerja yang

bermaksud menyelesaikan pendidikan strata satu. Sebagian mahasiswa yang kuliah di

kampus ini termotivasi untuk berprestasi agar dapat meningkatkan karir yang sedang

mereka jalani. Hal ini terlihat dari semangat diri dalam menyelesaikan tugas-tugas

yang berkaitan dengan proses perkuliahan, tidak hanya diwajibkan untuk menyusun

karya ilmiah baik berupa skripsi atau kajian literatur berbentuk makalah, tapi dalam

hal ini mahasiswa mampu memenuhi kewajiban jadwal perkuliahan, tugas harian,

serta praktek lapangan yang telah ditentukan pihak kampus.

Disadari atau tidak, persepsi pengembangan karir inilah yang dimungkinkan


(20)

6

Sebelum mengajukan judul skripsi ini, penulis melakukan wawancara pada

mahasiswa kelas karyawan Sekolah Tinggi Ilmu ekonomi Ahmad Dahlan yang

dilaksanakan pada tanggal dua dan sembilan Februari 2011, dimana hasilnya dapat

diasumsikan beberapa hal yang menjadi pencetus motivasi berprestasi pada

mahasiswa kelas karyawan, diantaranya : keinginan untuk mendapatkan ijazah S1,

keinginan untuk mendapatkan gelar sarjana, keinginan untuk membahagiakan orang

tua/keluarga, keinginan untuk meningkatkan karir, keinginan untuk memiliki

pekerjaan yang layak, keinginan untuk dihargai oleh lingkungan karena menyandang

gelar sarjana, dan lain sebagainya. Walaupun terdapat berbagai alasan, nyatanya

persepsi pengembangan karir menjadi salah satu poin tertinggi dari hasil wawancara

yang dilakukan, sedangkan motivasi berprestasi yang timbul pada setiap mahasiswa

tentunya berbeda tergantung dari motif yang dimiliki.

Dari beberapa asumsi yang didapat, penulis mengindikasikan adanya gambaran

persepsi pengembangan karir pada setiap mahasiswa kelas karyawan yang memiliki

motivasi berprestasi tinggi, akan tetapi penulis menyadari kesimpulan yang benar

harus didasari dengan penelitian yang sesuai prosedur, dalam hal ini penulis tertarik ingin meneliti “Hubungan Persepsi Pengembangan Karir dengan Motivasi Berprestasi MahasiswaKelas Karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan Jakarta” Penulis pun menambahkan tiga variabel pengikut yang dianggap memiliki hubungan

terhadap motivasi berprestasi, yaitu; usia, jenis kelamin dan latar belakang


(21)

7 1.2 Identifikasi Masalah

Sesuai dengan tema pada penelitian ini, yakni “Persepsi Pengembangan Karir dengan Motivasi Berprestasi Mahasiswa Kelas Karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan Jakarta”, maka kemungkinan muncul beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut :

1. Adakah hubungan persepsi pengembangan karir dengan motivasi berprestasi

mahasiswa kelas karyawan Sekolah Tinggi Ilmu ekonomi?

2. Adakah hubungan latar belakang pendidikan dengan motivasi berprestasi

mahasiswa kelas karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan?

3. Adakah hubungan jenis kelamin dengan motivasi berprestasi mahasiswa

kelas karyawan Sekolah Tinggi Ilmu ekonomi Ahmad Dahlan?

4. Adakah hubungan usia dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas

karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan?

1.3 Pembatasan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan tidak terlalu meluas, maka peneliti memberikan

pembatasan masalah, adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Teori motivasi berprestasi didasarkan pada teori McClelland (dalam

Mangkunegara, 2005) yang terbagi menjadi enam karakteristik mahasiswa

yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, diantaranya; memiliki tingkat

tanggung jawab yang tinggi, berani mengambil dan memikul resiko, memiliki

tujuan yang realistik, memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang

untuk merealisasikan tujuan, memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam

semua kegiatan yang dilakukan, mencari kesempatan untuk merealisasikan


(22)

8

2. Teori persepsi pengembangan karir yang didasarkan pada teori Davidoff

(1981), menurut teori ini persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

pengalaman, tabiat (habitual), harapan (expectation), keinginan dan motivasi. 3. Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa yang mengikuti program kelas

karyawan jurusan Akuntansi dan Manajemen perbankan.

1.4 Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

”Apakah ada hubungan antara persepsi pengembangan karir dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa kelas karyawan?”

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui hubungan antara

perkembangan karir dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan.

1.5.2 Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

a. manfaat teoritis

Menjadi masukan dalam perkembangan teori mengenai persepsi dan

motivasi berprestasi, sehingga menambah khazanah Psikologi lebih


(23)

9 b. manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk meningkatkan

motivasi berprestasi serta memahami arti persepsi pengembangan karir

pada mahasiswa khususnya Fakultas Psikologi dan mahasiswa

diberbagai perguruan tinggi lainnya.

1.6 Sistematika Pembahasan

Untuk dapat menghasilkan penulisan penelitian yang baik, maka disusunlah

sistematika penulisan penelitian sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Penjelasan singkat yang menggambarkan latar belakang masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan

manfaat penelitian.

Bab II : Kajian teori

Teori yang akan digunakan sebagai landasan penelitian, adalah

teori-teori yang akan diambil antara lain: teori-teori tentang motivasi

berprestasi, teori tentang persepsi, teori pengembangan karir, serta

pengertian mahasiswa kelas karyawan dan kerangka berpikir.

Bab III : Metode penelitian

Permasalahan penelitian, kemudian pendekatan yang digunakan yaitu

pendekatan kuantitatif, karakteristik subjek penelitian, prosedur

pemilihan subjek, alat pengumpulan data, prosedur pengumpulan


(24)

10 Bab IV : Presentasi dan analisis data

Menerangkan tentang subjek umum penelitian, Proses dan hasil

pengolahan hasil penelitian dengan teknik analisis regresi

Bab V : Kesimpulan, diskusi dan saran

Bab ini berisi kesimpulan yang merupakan jawaban permasalahan

yang dikemukakan. Pembahasan berdasarkan hasil diskusi yang telah

diperoleh serta keterbatasan-keterbatan penelitian. Dari kesimpulan

dan diskusi diajukan saran-saran, baik yang bersifat teoritis maupun


(25)

11 BAB 2

KAJIAN TEORI

2.1 Motivasi Berprestasi

2.1.1 Definisi motivasi

Motivasi mempunyai peranan penting didalam kehidupan manusia, karena motif

merupakan dasar seseorang melakukan sesuatu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000) Motivasi berasal dari kata motif.

motif didefinisikan sebagai alasan atau sebab seseorang melakukan sesuatu. Perilaku

yang disebabkan oleh dorongan dari dalam diri yang didasari pada alasan tertentu.

Chaplin (2001) mengatakan bahwa istilah motivasi diartikan sebagai satu variabel

penyelenggara yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu didalam

organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan

tingkah laku menuju sasaran. motivasi juga diartikan sebagai keseluruhan dorongan,


(26)

12

Suryabrata (2001) mengemukakan bahwa motif adalah keadaan dalam pribadi

seorang yang mendorong diri untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna

mencapai suatu tujuan.

Menurut Gerungan (2004) motif merupakan dorongan, keinginan, hasrat, dan

tenaga penggerak lainnya yang berasal dalam diri individu untuk melakukan sesuatu

dimana motif memberikan tujuan dan arah terhadap tingkah laku.

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Purwanto (2004) yang mendefinisikan

motif sebagai suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang

menyebabkan orang tersebut mau bertindak atau melakukan sesuatu. Sedangkan

motivasi merupakan suatu usaha yang disadari untuk mempengeruhi tingkah laku

seseorang agar tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu sehingga akan mencapai

hasil atau juga tujuan tertentu.

Davidoff (1988) mengatakan bahwa motif atau motivasi menunjukkan suatu

keadaan dalam diri seseorang yang berasal dari akibat suatu kebutuhan, motif inilah

yang mengaktifkan atau membangkitkan perilaku yang biasanya tertuju pada

pemenuhan kebutuhan.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa motif adalah dorongan


(27)

13

dan motivasi memiliki arti yang sama, tetapi motivasi biasanya dilakukan dengan

dorongan yang berdasarkan pada tujuan individu.

Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi (energi)

yang menggerakkan dalam diri individu yang terarah untuk mencapai suatu tujuan.

Motivasi ini muncul dari dua dorongan, yaitu dorongan dari dalam diri individu dan

juga dorongan dari luar diri individu.

Dalam hal ini, motivasi diartikan sebagai segala daya yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu, biasa juga sebagai rangsangan, dorongan atau pembangkit

tenaga sehingga terjadinya tingkah laku (Sarlito, 2002).

Woolfolk (2004), mengatakan bahwa motivasi adalah kegiatan individu yang

bersifat membangun, langsung, dan menimbulkan tingkah laku yang terdiri dari

kebutuhan (need), minat (interest), kesenangan (enjoyment), ganjaran (reward), dan hukuman (punishment).

Menurut Kartono & Gulo (2000) juga memberikan definisi serupa dimana

motivasi bisa diartikan sebagai kecenderungan untuk melakukan sesuatu, sikap atau

perilaku yang dipengaruhi oleh kebutuhan serta diarahkan kepada suatu tujuan yang


(28)

14

Definisi-definisi motivasi yang disebutkan diatas, menggambarkan individu yang

memiliki motivasi tinggi akan melakukan sekuat tenaga guna melalui proses-proses

berprestasi itu sendiri. Gambaran tentang perkembangan karir setelah mendapatkan

gelar sarjana akan meningkatkan semangat juang serta mampu mengarahkan tujuan

yang hendak dicapai dari setiap tindakan yang diambil pada keadaan yang sedang

terjadi atau yang akan terjadi, dalam hal ini motivasi sebagai penggerak akan

mencerminkan tingkah laku individu yang sesuai dengan harapan dan dapat mencapai

tujuan dengan maksimal.

Menurut Mc Clelland (1987) motivasi berprestasi adalah :

What should be involved in the achievement motive is doing something better for its own sake, for the intrinsic satisfaction of doing something better.

Atau dapat pula diartikan, motivasi berprestasi merupakan proses pembangkitan

gerak dalam diri seseorang yang menggerakkan orang tersebut untuk melakukan

sesuatu tindakan sehingga dapat dicapai hasil sebaik-baiknya, lebih baik dari hasil

yang pernah dicapai sebelumnya. Dalam pendidikan, motivasi berprestasi ini

seringkali dinamakan mengejar keunggulan.

Mahasiswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, sudah tentu akan

berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil yang diharapkan. Pernyataan ini

senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Mc Clelland (dalam Munandar, 2000),


(29)

15

ialah para wirausaha yang berhasil, ini dikarenakan kebutuhan akan pencapaian

terhadap target yang diharapkan dalam berwirausaha menjadikannya memiliki

karakteristik-karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi. Sebaliknya ia

tidak menemukan adanya manajer dengan kebutuhan untuk berprestasi yang tinggi.

Dimana pada dasarnya setiap orang yang memiliki dorongan yang kuat untuk

berhasil, lebih mengejar prestasi belajar layaknya imbalan terhadap keberhasilan.

Seorang yang memiliki motivasi tinggi akan bergairah untuk melakukan sesuatu lebih

baik dan lebih efisien dibandingkan hasil sebelumnya.

Atkinson (dalam Djaali, 2007) mengemukakan bahwa diantara kebutuhan hidup

manusia, terdapat kebutuhan untuk berprestasi, yaitu dorongan untuk mengatasi

hambatan, melatih kekuatan, dan berusaha untuk melakukan suatu pekerjaan yang

sulit dengan cara yang baik dan secepat mungkin, atau dengan perkataan lain usaha

seseorang untuk menemukan atau melampaui standar keunggulan. Menurut Atkinson

seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi umumnya harapan akan

suksesnya selalu mengalahkan rasa takut akan mengalami kegagalan. Ia selalu merasa

optimis dalam mengerjakan setiap apa yang dihadapinya, sehingga setiap saat selalu

termotivasi untuk mencapai tujuannya.

Kesimpulan yang peneliti coba ungkapkan dari beberapa pengertian motivasi

berprestasi di atas, bahwasanya mahasiswa yang bekerja akan memiliki motivasi

berprestasi di bangku kuliahnya karena memiliki motif atau dorongan yang kuat

dalam pencapaian pengembangan karirnya. Dimana motivasi berprestasi sangat


(30)

16

hendak dicapai, karena dengan memiliki motivasi berprestasi, akan ada dorongan

berkesinambungan yang mampu menggerakkan prilaku positif dalam pencapaian

kebutuhannya

2.1.2 Aspek-aspek motivasi berprestasi

Individu dapat dikatakan mempunyai motivasi berprestasi jika dilihat dari

kemampuannya serta usahanya guna mencapai suatu tujuan. Setiap usaha yang

dilakukan akan berbeda-beda sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai individu.

Woodworth & Marquis (dalam Shaleh, 2004) menggolongkan motivasi menjadi

tiga macam, yaitu:

a. Motivasi organis, yaitu motivasi yang berkaitan dengan kebutuhan biologis,

seperti makan, minum, kebutuhan bergerak dan beristirahat dan lain sebagainya.

b. Motivasi darurat, yaitu motivasi yang berkaitan dengan dorongan untuk

menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas,dorongan untuk berusaha,

dorongan untuk mengejar dan bergerak cepat. Motivasi ini timbul jika situasi

menuntut timbulnya kegiatan yang cepat dari dalam diri individu, tapi didasarkan

pada perangsang dari luar.

c. Motivasi objektif, yaitu motivasi yang diarahkan kepada tujuan tertentu disekitar

kita, motif ini mencakup; kebutuhan untuk eksplorasi diri dan sekitar, manipulasi,

menaruh minat. Motivasi ini timbul karena dorongan untuk menghadapi dunia luar


(31)

17

Sedangkan Woolfolk (2004) mengklasifikasikan motivasi menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri individu

yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar, dalam hal ini muncul

berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekadar atribut dan

seremonial belaka.

Menurut Djamarah (2002) motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi

aktif atau berfungsi tanpa perlu dirangsang dari luar. Hal ini dikarenakan dalam diri

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Pendapat senada juga dikemukankan oleh Suryabrata (2001) dan Purwanto

(2004), yang menjelaskan bahwa motivasi intrinsik adalah suatu motif yang sudah

berada dalam diri inidivdu tanpa adanya rangsangan dari luar.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi eksintrik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu yang

juga mendorongnya untuk melakukan suatu kegiatan belajar.

Djamarah (2002) dan Purwanto (2004) mengemukakan bahwa pada dasarnya

motivasi ekstrinsik terjadi apabila individu melakukan sesuatu yang disebabkan oleh

adanya rangsangan dari luar. Pada motivasi ekstrinsik ini seseorang melakukan

aktifitas berdasarkan pada nilai yang terkandung dalam objek yang menjadi sasaran


(32)

18 2.1.3. Sumber-sumber motivasi berprestasi

McClelland (dalam Shaleh, 2006) menyatakan bahwa timbulnya tingkah laku

dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam diri setiap individu. konsep

motivasi ini lebih dikenal dengan “socialmotives theory”, adapun kebutuhan yang

dimaksud menurut teori sosial ini terbagi kedalam tiga macam, yaitu:

a. Kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement)

Yaitu kebutuhan untuk mencapai sukses, yang berdasarkan pada standar

kesempurnaan (kualitas) diri seseorang. Kebutuhan ini berhubungan erat

dengan pekerjaan, mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai

prestasi tertentu

b. Kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation)

Yaitu kebutuhan akan kehangatan dan dorongan (motivasi) dari orang lain.

Kebutuhan ini mengarahkan tingkah laku untuk mengadakan hubungan secara

akrab dengan orang lain.

c. Kebutuhan untuk berkuasa (need for power)

Yaitu kebutuhan untuk menguasai dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan

ini menyebabkan orang yang bersangkutan tidak atau kurang memperdulikan

(skeptis) terhadap perasaan orang lain.

Motivasi berprestasi memiliki sumber yang berada dalam ruang lingkup aspek – aspek motivasi yang telah dijelaskan diatas, dalam hal ini sumber motivasi berprestasi


(33)

19

adalah bagian dari identifikasi yang dianggap perlu untuk mengetahui sejauhmana

individu memiliki motivasi terhadap sesuatu hal yang sedang dilakukannya.

Sedangkan Woolfolk (2004) membagi sumber motivasi menjadi dua macam

sesuai dengan aspek motivasi intrinsik dan ekstrinsik, yaitu :

a. Sumber motivasi intrinsik meliputi kebutuhan (need), minat (interest), kesenangan(enjoyment), dan rasa ingin tahu (curiosity).

Dalam motivasi intrinsik tidak perlu lagi ada reward dan punishment bagi seseorang untuk melaksanakan aktifitasnya, karena dorongan yang muncul murni

berasal dari dalam diri individu.

b. Sumber motivasi ekstrinsik meliputi imbalan (reward), tekanan sosial (social pressure), dan penghindaran diri dari hukuman (punishment).

Motivasi ekstrinsik memerlukan penguatan dari luar diri individu, yang sifatnya

didasarkan pada peraturan yang telah baku, sehingga individu berusaha untuk

menghindari hal atau keadaan yang tidak diharapkan.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi sebagai

sesuatu yang berperan penting, dimana motivasi merupakan penggerak individu


(34)

20

dengan bentuk pencapaian prestasi akan dihadapi secara maksimal oleh individu jika

memiliki dua macam motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsik) dan juga luar

diri individu (ekstrinsik).

2.1.4 Fungsi motivasi berprestasi

Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi

seorang mahasiswa yang disebut dengan motivasi untuk berprestasi (motivasi

berprestasi). Bila seorang mahasiswa memiliki motivasi yang baik dalam

mengerjakan tugas kuliah maka mahasiswa tersebut akan menunjukkan usaha yang

baik pula. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang optimal dan didasari oleh

motivasi, maka seorang mahasiswa akan dapat memunculkan prestasi yang baik

tentunya.

Salah satu fungsi motivasi adalah untuk meraih prestasi, Mc Clelland (1987)

merumuskan tiga motivasi berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang salah satunya

adalah motivasi berprestasi, seperti yang sudah dijelaskan peneliti di atas.

Selanjutnya sehubungan dengan hal tersebut, ada tiga fungsi motivasi menurut

Sardiman (2007), yaitu:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang

melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari

setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus


(35)

21

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus

dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

2.1.5 Karakteristik mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi

Menurut Mc Clelland (dalam Mangkunegara, 2005) menyatakan bahwa

mahasiswa yang mempunyai dorongan prestasi yang tinggi memiliki karakteristik

sebagai berikut :

1. Mempunyai dorongan yang kuat yang berbeda dengan orang lain.

Mahasiswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan selalu

mencari informasi atau cara-cara dan ide-ide terbaru yang tentunya

berbeda dengan orang lain agar dapat melakukan tugas/pekerjaan secara

lebih baik.

2. Melakukan hal-hal yang lebih baik, berupa tujuan yang realistik,

mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan senantiasa

melihat tujuan yang akan dicapai jika memutuskan untuk mengerjakan

sesuatu.

3. Mencari kesempatan-kesempatan dalam menjalankan rencana

(tahapan-tahapan berprestasi) yang diprogramkan. Dalam mengerjakan tugas atau

pekerjaan, mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi akan menentukan

prioritas guna rencana-rencana yang hendak dicapai dalam mengerjakan

tugas, seperti memilih tim yang lebih mumpuni dalam bidangnya.

4. Lebih menyukai tugas atau pekerjaan yang memiliki tanggung jawab


(36)

22

mempunyai keinginan yang kuat untuk mengambil tanggung jawab pribadi

atas suatu hasil capaian dari melakukan suatu tugas atau menemukan

pemecahan suatu permasalahan tugas/pekerjaannya.

5. Memilih tugas atau pekerjaan yang memiliki resiko yang sedang

(moderate), berupa tujuan yang tidak terlalu sulit dicapai dan juga tujuan yang terlalu mudah dicapai. Jika seorang mahasiswa tujuannya adalah

untuk mengerjakan tugas secara lebih baik. Maka ia akan memilih tugas

dengan tingkat kesulitan menengah (moderat) atau berjarak tengah (intermediate distance) karena kemungkinan untuk sukses cukup besar. 6. Memanfaatkan dan memperhatikan umpan balik tentang perbuatannya.

Mempunyai keinginan kuat untuk memperoleh umpan balik (feedback) yang cepat terhadap kinerja dan prestasinya. Mahasiswa seperti ini sangat

ingin tahu seberapa baik tugas kuliah dan pekerjaan yang telah

dilakukannya.

Seorang yang memiliki motivasi berprestasi lebih tertarik pada pencapaian

prestasi tanpa bantuan orang lain, namun tidak berarti bahwa individu yang memiliki

motivasi berprestasi kemudian menjadi antisosial. Karena dalan hal ini, ia

berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain sejauh bisa digunakan atau

dimanfaatkan untuk mencapai tujuan.

Individu dengan motivasi berprestasi tidak akan membebankan tanggung jawab

atas kesuksesan atau kegagalan pada orang lain, karena ia sangat memperhatikan


(37)

23

Penjelasan diatas dapat mewakili pengertian bahwa motivasi berprestasi adalah

proses pembangkitan gerak dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan

sehingga dapat mencapai hasil sebaik-baiknya. Bila dikaitkan dengan mahasiswa,

maka melakukan suatu tindakan yang dimaksud adalah menyelesaikan tugas-tugas

kuliah, sedangkan mencapai hasil yang sebaik-baiknya adalah memperoleh hasil

belajar di setiap mata kuliah yang lebih baik dari hasil yang pernah dicapainya atau

dicapai oleh orang lain sebelumnya.

Mendapatkan nilai yang baik merupakan bentuk keseriusan mahasiswa terhadap

diri sendiri dan sebagai bentuk aktualisasi diri dalam pencapaian proses belajar.

Sedangkan motivasi berprestasi sebagai pendorong, memiliki peranan sangat penting

bagi seorang yang hendak mendapatkan nilai yang baik dalam menyelesaikan

tugas-tugasnya. Tentu motivasi berprestasi menjadikannya bersemangat dalam melakukan

beberapa tahapan guna menyelesaikan persyaratan mendapatkan gelar sarjana dengan

nilai yang baik, semisal membuat tugas-tugas perkuliahan seperti karya tulis

(makalah), menyusun skripsi yang mewajibkan setiap mahasiswa mencari berbagai

literatur untuk referensi penguatan teori yang akan digunakan, melakukan bimbingan

skripsi terhadap dosen pembimbing dan melakukan penelitian lapangan yang akan

diuji secara validitas dan reliabilitasnya. Tahapan-tahapan ini tentunya membutuhkan

motivasi berprestasi untuk mendapatkan nilai yang baik.

Persepsi pengembangan karir pada setiap individu tentunya relatif berbeda, karena

nilai suatu obyek didasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi itu


(38)

24

Anggapan akan peningkatan karir yang positif setelah menjadi sarjana, merupakan

bagian dari penilaian individu pada satu obyek dalam hal ini perkembangan dalam

karirnya.

Karena persepsi pengembangan karir yang positif akan meningkat seiring dengan

mendapatkan gelar inilah, setiap mahasiswa akan serta-merta termotivasi untuk

mendapatkan nilai yang baik.

2.2 Persepsi Pengembangan Karir

2.2.1 Definisi Persepsi

Santrock (2002), menyatakan bahwa persepsi adalah interpretasi berdasarkan

pengalaman terhadap suatu peristiwa atau objek tertentu dan juga apa yang akan

diinderakan atau dirasakan.

Menurut Davidoff (1988), persepsi didefinisikan sebagai proses yang

mengorganisir dan menggabungkan data-data indra kita (pengindraan) untuk

dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita,

termasuk sadar akan diri sendiri; persepsi merupakan proses yang antara satu orang

dengan orang lain sifatnya berbeda (individualistik) daripada yang diperkirakan


(39)

25

Walgito (dalam Shaleh, 2004), menyatakan bahwa persepsi adalah proses yang

menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera untuk dikembangkan

sedemikian rupa sehingga dapat menyadari keadaan disekelilingnya.

Saleh (2004), mengungkapkan bahwa persepsi juga dapat diartikan sebagai

kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap

satu objek rangsangan.

Lain halnya dengan penjelasan Desiderato (1976), yang mengatakan bahwa “perception is the experience of objects, event, or relationship obtained by extracting information from and interpreting sensation”

Yang berarti persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Robbins (2001) mengatakan bahwa persepsi merupakan proses dimana individu

mengorganisasikan dan menginterpretasikan impresi sensorisnya supaya dapat

memberi arti kepada lingkungan sekitarnya.

Dari beberapa definisi di atas, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa

persepsi merupakan suatu proses mengetahui, mengenali atau memaknai suatu objek

yang ada dilingkungannya melalui pengamatan selektif, penggabungan,

pengorganisasian, dan penginterpretasian sensasi dengan bantuan alat indera,

berdasarkan pengalaman, kebiasaan(habitual), harapan (expectation), keinginan, dan motivasi. Dengan kata lain persepsi akan mengarahkan individu pada tingkah laku


(40)

26

yang sesuai dengan penilaiannya dan pengharapannya terhadap objek tertentu dan

lingkungan sekitarnya.

2.2.2 Proses terjadinya persepsi

Seseorang dalam mempersepsikan sesuatu tidak terjadi begitu saja, tetapi ada

unsur yang menyebabkan terjadinya suatu proses persepsi.

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan.

Penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat

penerima, yaitu alat indera. Pada umumnya, stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf

ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses selanjutnya merupakan proses

persepsi. Proses penginderaan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima

stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera, kemudian diorganisasikan,

diinterpretasikan, sehingga menyadari tentang apa yang diinderanya itu. (Davidoff,

1988)

Sedangkan proses terjadinya persepsi dalam sistem sensori sampai pada otak

diklasifikasikan menjadi beberapa tahapan, hal ini dikemukakan oleh Davidoff (dalam

Shaleh, 2004) yaitu; deteksi (pengenalan), transaksi (pengubahan diri dari satu energi kebentuk energi yang lain), transmisi (penerusan) dan pengolahan informasi.

Dimana .proses tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama, dapat kita fahami


(41)

27

kemudian hasil penginderaan tersebut diproses sehingga timbullah makna tentang

objek tersebut.

Hal ini akan digunakan oleh individu yang bersangkutan untuk menentukan

reaksi apa yang sesuai yang akan diambil oleh dirinya.

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Robbins (2001) mengemukakan ada tiga faktor yang mempengaruhi

pembentukan ataupun perusakan persepsi seorang individu, yang berdampak pada

terjadinya perbedaan persepsi diantara individu yang satu dengan yang lainnya

terhadap hal yang sama. Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Pelaku persepsi, merupakan tokoh sentral yang mempengaruhi pembentukan

persepsi, karena dalam mempersepsikan suatu objek pelaku persepsi

dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya.

2. Target atau objek yang dipersepsikan, karakteristik-karakteristik dari objek

yang diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan oleh pelaku

persepsi.

3. Situasi saat persepsi terjadi, unsur-unsur yang ada dalam lingkungan seperti

waktu, keadaan sosial dan keadaan saat suatu kejadian terjadi, dapat

mempengaruhi konteks dari suatu objek yang diamati oleh pelaku persepsi.

Sedangkan menurut Shaleh dan Wahab (2004), ada beberapa faktor yang


(42)

28 1. Perhatian yang selektif

Individu hanya memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu

saja. Dengan demikian, objek-objek atau gejala yang lain tidak akan tampil

dimuka sebagai objek pengamatan.

2. Ciri-ciri rangsang

Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih menarik

perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar diantara yang kecil;

yang kontras dengan latar belakangnya, dan intensitas rangsangnya paling

kuat.

3. Nilai dan kebutuhan individu

Setiap orang memiliki penilaian berbeda terhadap suatu objek, hal ini

disebabkan karena penilaian didasarkan pada pengamatan yang dilakukan

dari sisi berbeda, persepsi dipengaruhi pula oleh kebutuhan individu secara

internal maupn eksternal.

4. Pengalaman individu

Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang

mempersepsikan dunianya.

Disamping itu masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi proses persepsi,


(43)

29

berlangsung, dan ini merupakan faktor eksternal. Stimulus dan lingkungan sebagai

faktor eksternal dan individu sebagai faktor internal berinteraksi dalam individu

mengadakan persepsi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yang telah disebutkan diatas, sesuai

dengan teori Davidoff (1988) yang menyatakan beberapa aspek dapat mempengaruhi

persepsi, didalamnya mencakup proses yang banyak sekali melibatkan kegiatan

kognitif serta kondisi psikis individu yang mempengaruhi persepsi. Aspek-aspek

tersebut adalah:

1. Pengalaman

Pengalaman sangat mempengaruhi bagaimana individu mempersepsikan satu

objek. Dengan pengalaman yang pernah terjadi sebelumnya, individu akan

secara langsung dapat menilai objek yang dilihatnya. Individu juga dapat

menginterpretasikan suatu objek dengan persepsi yang diambil dari

pengalaman orang lain.

2. Tabiat atau kebiasaan

Dalam pembentukan persepsi suatu objek, individu dipengaruhi oleh

karakteristik pribadinya, tabiat (habitual) merupakan faktor yang dapat mempengaruhi proses persepsi karena tabiat atau kebiasaan merupakan

pengulangan terhadap suatu objek yang dipersepsikan.

3. Harapan atau ekspektasi

Individu memiliki penilaian berbeda terhadap suatu objek, karena dipengaruhi


(44)

30

pengalaman merupakan kehendak yang diharapkan terwujud dikemudian hari

memberikan kontribusi terhadap penilaian suatu objek sehingga individu dapat

memilah objek mana saja yang akan di ambil untuk pencapaian harapannya.

4. Keinginan

Unsur-unsur yang ada dalam lingkungan dan keadaan sekitar individu dapat

mempengaruhi persepsi, salah satu unsur tersebut adalah keinginan-keinginan

secara psikologis dan fisiologis yang dilandaskan pada keadaan sosial.

5. Motivasi

Persepsi dipengaruhi pula oleh kebutuhan individu secara internal maupun

ekternal, dimana motivasi dapat mempengaruhi persepsi didasarkan pada

kebutuhan masing-masing individu, karena dengan motif yang

melatarbelakangi keberadaan pelaku dapat menentukan persepsi pada suatu

objek.

Sarwono (2000) mengemukakan bahwa persepsi dipengaruhi oleh perhatian,

harapan, kebutuhan, dan kepribadian tiap-tiap orang, sehingga persepsi seringkali

dipandang bersifat subjektif. Karena itu tidak mengherankan jika seringkali terjadi

perbedaan paham yang disebabkan oleh perbedaan antara dua orang terhadap satu

objek.

Persepsi merupakan proses yang rumit dan aktif, perlu penjelasan mendalam agar


(45)

31

sendiri. Setiap orang dapat mempersepsikan satu objek yang sama secara berbeda,

sebab persepsi sangatlah subjektif. Persepsi bukanlah cerminan dari realitas. Hal

tersebut dapat dilihat dari ketidakmampuan indra kita memberi respon dari

lingkungan. Manusia juga sering mempersepsikan rangsang-rangsang yang

sebenarnya tidak ada.

Hal tersebut dibuktikan dengan kemampuan otak kita untuk mengubah

serangkaian gambar diam menjadi bergerak seperti pemutaran film. Persepsi juga

sangat dipengaruhi oleh harapan, keinginan, dan motivasi (Davidoff, 1988). Pengaruh

harapan sangatlah dipengaruhi oleh kebiasaan, pengalaman serta penilaian seseorang

terhadap objek tersebut.

2.2.4 Definisi pengembangan karir

Menurut Hasibuan (1993) pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan

kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan

pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan pelatihan. Karir adalah urutan-urutan posisi

yang diduduki oleh seseorang selama jangka waktu hidupnya,

Menurut Handoko (2001), pengembangan mempunyai ruang lingkup lebih

luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan,


(46)

32

Setiap manusia dalam hidupnya pasti akan mengalami suatu masa perkembangan.

Begitu juga halnya dengan karir seseorang dalam pekerjaannya. Dengan melakukan

pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan diharapkan mampu berprestasi dan

berkompetisi dalam dunia kerja.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan

merupakan suatu proses untuk memperbaiki dan meningkatkan seluruh potensi yang

ada pada diri mahasiswa yang bekerja sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan

melalui pendidikan dan latihan.

Istilah karir telah digunakan untuk menunjukkan orang-orang pada masing-masing peranan atau status mereka. Handoko (2001) menyatakan, bahwa istilah karir

dalam literatur ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan perilaku (behavioral science) pada umumnya mengggunakan tiga pengertian, yakni:

1. Karir sebagai suatu urutan promosi atau pemindahan (transfer) lateral kejabatan-jabatan yang lebih menuntut tanggung jawab atau ke lokasi-lokasi

yang lebih baik, dalam atau menyilang hirarki hubungan kerja selama

kehidupan kerja seseorang.

2. Karir sebagai penunjuk pekerjaan-pekerjaan yang membentuk suatu pola

kemajuan yang sistematik dan jelas.

3. Karir sebagai sejarah pekerjaan seseorang, atau serangkaian posisi yang


(47)

33

Karir merupakan kemajuan seseorang dalam profesi atau pilihan bidang pekerjaan

tertentu. Kemajuan yang dimaksudkan disini adalah peningkatan keberadaan subjek di

dalam sebuah organisasi yang bergerak pada jenis atau pilihan usaha tertentu. Karir

mencakup dua aspek, yakni aspek individual dan sosial; bukan semata-mata

berpindahnya seseorang dari satu posisi atau jenis pekerjaan ke posisi atau jenis

pekerjaan yang lain, akan tetapi perpindahan tersebut didasarkan pada hasil penilaian

bahwa seseorang mengalami perkembangan yanag mengikuti pola baku atas sejumlah

kesanggupan mengkoordinasi dan mengembangkan lingkup tugas yang semakin

majemuk.

Dari beberapa uraian pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa karir

merupakan perkembangan kemajuan dalam pekerjaan atau jabatan yang dipegang

seseorang yang menuju kepada peningkatan tanggung jawab, status, kekuasaan, dan

ganjaran, selama jangka waktu hidupnya.

Dari pengertian pengembangan dan karir yang telah diuraikan di atas, dapat

penulis tarik benang merah pengembangan karir melalui pendapat Handoko (2001),

pengembangan karir merupakan upaya-upaya pribadi seorang karyawan untuk

mencapai suatu rencana karir. dimana pengembangan karir merupakan sekumpulan

tujuan-tujuan pribadi untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan kemampuan

yang mempengaruhi arah pada kemajuan karir melalui tingkatan-tingkatan tugas


(48)

34 2.2.5 Tahap-tahap pengembangan karir

Gibson (dalam Suhendra dan Hayati, 2006) menerangkan bahwa seseorang pada

umumnya bergerak melalui empat tahapan karir, yaitu:

1. Tahap penetapan (18-24 tahun), terjadi pada permulaan karir.selama tahap

ini, individu membutuhkan dan mencari dukungan dari orang lain, terutama

para manajer.

2. Tahap kemajuan (25-39 tahun), merupakan tahap bergerak dari suatu

pekerjaan ke pekerjaan lain, baik di dalam maupun di luar organisasi.

promosi dan peningkatan dalam pekerjaan dengan tanggung jawab dan

peluang untuk membuat keputusan secara mandiri, merupakan karakteristik

tahap ini.

3. Tahap pemeliharaan (40-54 tahun), terjadi bila individu telah mencapai

batasan kemajuan dan berkonsentrasi pada pekerjaan yang dilakukan. Tahap

ini ditandai oleh usaha untuk memantapkan hasil yang telah dicapai, yang

merupakan periode kreatif karena individu telah memuaskan banyak

kebutuhan psikologis dan finansial yang menonjol dalam tahap-tahap

sebelumnya.

4. Tahap kemunduran (55-65 tahun), adalah sautu titik sebelum pensiun yang

sesungguhnya, individu tersebut memasuki masa kemunduran.

Selama berada dalam tahap ini, individu dapat mempunyai peluang untuk

mengalami perwujudan jati diri melalui aktivitas yang mungkin tidak dapat

dilakukan pada saat masih bekerja. Lama waktu berlangsungnya tahapan ini

bervariasi bagi tiap individu, akan tetapi pada umumnya setiap orang


(49)

35

Pada usia 18-24 tahun (tahap penetapan) dan 25-39 tahun (tahap kemajuan)

dianggap sebagai awal permulaan karir dan penetapan pada jenis pekerjaan yang

diinginkan serta mencari celah dalam peningkatan karir yang cirikan sebagai tahap

bergerak dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, baik di dalam maupun di luar

perusahaan atau lembaga yang dianggap mampu mengembangkan karirnya. Kedua

pengertian ini sesuai dengan identifikasi mahasiswa yang mengikuti program kelas

karyawan yang berusia rata-rata berada pada tahap penetapan dan tahap kemajuan.

Persepsi pengembangan karir merupakan gambaran yang dinyatakan sebagai

jenjang lebih tinggi dalam hal pekerjaan yang ditekuni, seorang yang memberikan

penilaian terhadap pengembangan karir yang positif akan menimbulkan usaha atau

tingkah laku untuk mencapai peningkatan itu sendiri. Salah satu usaha peningkatan

tersebut adalah dengan melakukan pendidikan berkelanjutan atau kuliah, karena

dengan kuliah tidak hanya mendapatkan gelar strata satu saja, tapi menambah

keahlian yang diharapkan dapat pula meningkatkan karir karyawan.

2.3 Mahasiswa kelas karyawan

Menurut Sarwono (1976), mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia 18-30

tahun.

Tampaknya definisi Sarwono, sesuai dengan rata-rata usia mahasiswa kelas


(50)

36

Menurut peraturan pemerintah RI no 30 tahun 1990 tentang pendidikan tinggi,

mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi

tertentu.

Mahasiswa kelas karyawan adalah mahasiswa yang kuliah pada program kelas

karyawan, perkuliahan yang diadakan pada hari Sabtu dan minggu, mulai pukul

07.30-19.30 WIB. Penempatan dan jadwal kuliah kelas karyawan dipisahkan dengan

kelas reguler, hal ini dikarenakan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ahmad Dahlan

Jakarta memberikan media pada mahasiswa yang bekerja atau memiliki kegiatan lain

untuk mengikuti program kelas karyawan yang tidak diadakan pada hari kerja.

2.4 Kerangka Berfikir

Mampu menyelesaikan kuliah tepat waktu dengan nilai yang bagus adalah proses

belajar individu untuk mencapai aktualisasi diri yang sesuai dengan cita-cita luhur

setiap mahasiswa, dengan nilai yang bagus maka mahasiswa tidak hanya akan

mendapatkan gelar sarjana tapi harapan untuk mengembangkan karir yang lebih cepat.

Bekerja adalah salah satu kegiatan yang dapat memberikan kesenangan,

kebahagiaan dan makna khusus. Bekerja merupakan salah satu hal yang penting

dalam kehidupan manusia. Dengan bekerja, setiap individu dapat memenuhi

kebutuhannya, mengaktualisasikan diri serta diterima baik dimasyarakat. Setiap

individu yang bekerja tentu mengharapkan pengembangan dalam dunia kerjanya,


(51)

37

tapi pengembangan karir akan dilihat juga dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh

individu tersebut.

Persepsi pengembangan karir dianggap sebagai indikator yang mempengaruhi

motivasi berprestasi, karena dengan persepsi pengembangan karir, mahasiswa akan

berupaya mendapatkan nilai yang baik dan mampu menyelesaikan kuliahnya tepat

waktu.

Motivasi berprestasi memiliki peranan penting dalam proses pencapaian hasil

belajar setiap mahasiswa, karena tanpa motivasi berprestasi tidak akan ada proses

belajar yang berjalan secara optimal, mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi

yang tinggi akan menghindari keadaan atau hal yang tidak sesuai dengan yang

diharapkan, yang bersifat menghambat proses menyelesaikan kuliah itu sendiri.

Mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi tentu akan

menyeimbangkan prilaku yang berkenaan terhadap diri dan keadaan yang terjadi,

dalam hal ini memiliki kemampuan menilai, menentukan keputusan dan tingkah laku

yang diharapkan serta tidak melanggar norma yang ada serta mencoba memenuhi

kebutuhan pangan dan sandangnya, tanpa mengganggu proses perkuliahan yang

sedang dilakukan. Sedangkan mahasiswa yang memiliki persepsi pengembangan karir

yang positif tentu motivasi berprestasi pun akan tinggi, sebaliknya jika persepsi

pengembangan karir mahasiswa tersebut rendah maka akan rendah pula motivasi


(52)

38

Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan tiga variabel pengikut yang akan

dijadikan sebagai variabel independen, dimana tiga variabel ini adalah bagian

demografis yang dapat memiliki hubungan terhadap motivasi berprestasi mahasiswa

kelas karyawan. Ketiga variabel tersebut adalah; jenis kelamin, usia dan latar

belakang pendidikan

Kerangka berpikir dari penelitan ini dapat digambarkan sebagai berikut;

Skema Kerangka Berpikir

2.5 Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Adapun

hipotesis penelitian yang akan diukur dalam penelitian ini, yaitu:

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara variabel pengalaman dengan motivasi

berprestasi mahasiswa kelas karyawan Pengalaman

Tabiat/kebiasaan

Harapan/expectation

Keinginan

Persepsi Pengembangan

Karir

Motivasi Berprestasi

motivasi Pendidikan

Jenis kelamin


(53)

39

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel pengalaman dengan

motivasi berprestasi mahasiwa kelas karyawan

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara variabel tabiat/kebiasaan dengan

motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan.

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel tabiat/habitual dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan.

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara variabel harapan/expectation dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan.

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel harapan/expectation

dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan.

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara variabel keinginan dengan motivasi

berprestasi mahasiswa kelas karyawan.

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel keinginan dengan

motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara variabel motivasi dengan motivasi

berprestasi mahasiswa kelas karyawan

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel motivasi dengan motivasi

berprestasi mahasiswa kelas karyawan

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara variabel usia dengan motivasi

berprestasi mahasiswa kelas karyawan

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel usia dengan motivasi


(54)

40

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara variabel latar belakang pendidikan

dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan.

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel latar belakang pendidikan

dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara variabel jenis kelamin dengan motivasi

berprestasi mahasiswa kelas karyawan

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel jenis kelamin dengan

motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara variabel usia dengan motivasi

berprestasi mahasiswa kelas karyawan

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel usia dengan motivasi


(55)

41 BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah metode atau teknik yang berisi standar-standar dan

prinsip-prinsip yang digunakan sebagai pedoman penelitian. Dalam bab ini akan

diuraikan tentang pendekatan penelitian dimana berisi tentang jenis metode penelitian

yang digunakan, pengumpulan data yaitu metode dan instrumen serta prosedur

pengumpulan data.

3.1 Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

pendekatan kuantitatif. Karena pendekatan kuantitatif dapat menghasilkan signifikansi

perbedaan kelompok atau hubungan antar variabel yang diteliti.

Menurut Alsa (2003) Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang bekerja

dengan angka, datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, peringkat / frekuensi)

dianalisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis

penelitian yang bersifat umum dan kemudian melakukan prediksi bahwa suatu

variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain. Pada dasarnya, pendekatan

kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis)


(56)

42

hipotesis nihil. Dengan pendekatan kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan

kelompok atau hubungan antar variabel yang diteliti.

3.1.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan

jenis penelitian korelasional. Menurut Gay (dalam Sevilla, dkk. 1993) metode

penelitian deskriptif adalah sebagai suatu kegiatan yang meliputi pengumpulan data

dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan

pada suatu waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian.

Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin meneliti apakah terdapat

hubunganpersepsi pengembangan karir dengan motivasi berprestasi Mahasiswa kelas

karyawan. Sedangkan penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk

menentukan tingkat hubungan variabel-variabel dalam suatu populasi (Arikunto,

2002).

3.2 Variabel Penelitian 3.2.1 Identifikasi variabel

Variabel penelitian adalah suatu sifat yang dapat memiliki berbagai macam nilai,

menyangkut segala sesuatu yang menjadi objek penelitian (Sevilla, 1993). Menurut

Kerlinger (2000), terdapat dua jenis variabel penelitian, yaitu variabel bebas

(Independent Variable) dan Variabel terikat (Dependent Variable). .

Adapun variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah sebagai


(57)

43

1. Variabel terikat (Dependent Variable) : Motivasi Berprestasi

2. Variabel bebas (Independent Variable) : Persepsi Pengembangan Karir, usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan.

3.2.2 Definisi konseptual variabel

1. Motivasi berprestasi adalah hasrat yang timbul untuk melakukan

tahapan-tahapan maksimal dalam perkuliahan sebagai usaha demi mendapatkan prestasi

dan gelar sarjana yang diharapkan.

2. Persepsi pengembangan karir adalah bagaimana mahasiswa kelas karyawan

memberi penilaian mengenai pengembangan karir berdasarkan apa yang

dipersepsikan oleh penilai sebagai karakteristik positif atau negatif sesuai

dengan harapan masing-masing.

3. Usia adalah satuan waktu yang mengukur keberadaan suatu benda atau

makhluk, usia yang dimaksud dapat diukur berdasarkan kematangan biologis.

Dalam hal ini adalah umur mahasiswa yang bersangkutan.

4. Jenis kelamin adalah perbedaan anatomi dan fisik antara laki-laki dan

perempuan.

5. Latar belakang pendidikan adalah jenjang pendidikan yang telah dilalui sebelum

memasuki pendidikan sarjana strata satu, klasifikasi latar belakang pendidikan

adalah SMA dan D3.

3.2.3 Definisi operasional variabel

Definisi operasional melekatkan arti pada suatu konstruk atau variabel dengan


(58)

44

mengukur konstruk atau variabel itu. Dimana definisi operasional merupakan

spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur suatu variabel atau memanipulasikannya

(Kerlinger, 2000). Adapun definisi operasional dalam penilitian ini, diantaranya:

1. Motivasi berprestasi adalah skor yang diperoleh dari skala motivasi berprestasi

yang didasarkan pada teori yang dikemukakan oleh Mc Clelland (dalam

Mangkunegara, 2005) yang terdiri dari 60 item

2. Persepsi pengembangan karir adalah skor yang diperoleh dari skala persepsi

pengembangan karir yang didasarkan pada teori Davidoff (1988) yang

diadaptasi dengan teori Handoko (2001) yang terdiri dari 68 item

3. Usia adalah skor yang diperoleh dari identitas subjek yang peneliti cantumkan

dalam kolom biodata pada kuesioner yang dibagikan pada subjek.

4. Jenis kelamin atau gender adalah skor yang diperoleh dari identitas subjek

yang peneliti cantumkan dalam kolom biodata pada kuesioner yang dibagikan

kepada subjek.

5. Latar belakang pendidikan adalah skor yang diperoleh dari identitas subjek

yang peneliti cantumkan dalam kolom biodata pada kuesioner yang dibagikan

kepada subjek.

Berdasarkan pemaparan definisi dari setiap variabel tersebut di atas, peneliti

memaparkan blue Print indikator-indikator dari kedua variabel tersebut pada tabel 3.1 dan tabel 3.2 berikut ini :


(59)

45 Tabel 3.1

Blue Print Persepsi Pengembangan Karir

No Faktor Indikator

1. Pengalaman  Penilaian pengembangan karir yang

didapat dari orang lain

 Penilaian pribadi tentang pengembangan karir

2. Tabiat atau kebiasaan  Kegiatan yang bersifat individu

 Kebiasaan mengerjakan tugas

 Kebiasaan mengikuti perkuliahan dan menjalankan pekerjaan

3. Harapan atau

ekspektasi

 Harapan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak

 Menjadi sarjana dengan nilai yang bagus

 Mendapatkan keahlian dari bangku kuliah

4. Keinginan  Membahagiakan orang lain

 Mendapatkan kehidupan yang layak

 Dapat diterima secara sosial

 Memiliki kemampuan yang menunjang karir

5. Motivasi  Dorongan dalam diri


(1)

70 BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Bab ini memaparkan tentang kesimpulan hasil penelitian, diskusi tentang penelitian serta saran praktis dan saran untuk penelitian selanjutnya.

5.1. Kesimpulan

Hasil yang diperoleh dari pengolahan data dengan menggunakan analisis regresi menyatakan bahwa :

1. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara variabel pengalaman dengan motivasi berprestasi, dimana nilai p > 0, 05 (nilai p = 0, 682). 2. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara variabel kebiasaan

dengan motivasi berprestasi, dimana nilai p > 0, 05 (nilai p = 0, 408). 3. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara variabel harapan dengan

motivasi berprestasi, dimana nilai p > 0,05 (nilai p = 0, 920).

4. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara variabel keinginan dengan motivasi berprestasi, dimana nilai p > 0,05 (nilai p = 0,705). 5. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara variabel motivasi

terhadap motivasi berprestasi, dimana nilai p > 0,05 (nilai p = 0,324). 6. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara variabel latar belakang

pendidikan dengan motivasi berprestasi, dimana nilai p > 0,05 (nilai p = 0, 320).


(2)

71

7. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara variabel usia terhadap motivasi berprestasi, dimana nilai p > 0,05 (nilai p = 0,595).

8. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara variabel jenis kelamin dengan motivasi berprestasi, dimana nilai p > 0,05 (nilai p = 0,837).

Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi pengembangan karir dengan motivasi berprestasi mahasiswa kelas karyawan STIE Ahmad Dahlan Jakarta.

5.2. Diskusi

Hasil pengujian dengan menggunakan Product Moment dari Pearson menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi pengembangan karir dengan motivasi berprestasi, dimana hasil dari two tailed-test menunjukkan 0,009 < 0,01. Demikian pula hasil yang peneliti gunakan dengan analisis regresi dalam penelitian ini, setiap variabel independen yang diregresikan dengan dependen variabel menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan. Hasil regresi kedelapan variabel menunjukkan signifikansi sebesar 0,388 (> 0,05), yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antar variabel IV terhadap DV. Begitu pun dengan nilai r square yang terdapat dalam tabel proporsi varian sebesar 0,97 (>0,05) yang berarti tidak ada hubungan signifikan antar varian IV terhadap DV. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sofiah (2010), yang meneliti tentang pengaruh persepsi jenjang karir terhadap motivasi menyelesaikan kuliah pada mahasiswa Fakultas Ilmu Keguruan Jurusan Matematika UNMA (Universitas Mathla’ul Anwar Banten) yang menyatakan tidak adanya pengaruh yang signifikan


(3)

72

antara persepsi jenjang karir terhadap motivasi menyelesaikan kuliah, hal ini dikarenakan sampel yang digunakan belum tentu terdorong untuk menyelesaikan kuliah hanya karena memiliki persepsi jenjang karir yang baik, kemungkinan sampel juga tidak bertujuan untuk mengharapkan jenjang karir setelah menyelesaikan kuliahnya, karena memiliki motif yang berbeda walaupun memilih Fakultas ilmu keguruan. Hal ini peneliti akui bahwa memilih sampel yang belum tentu bekerja dilembaga formal atau pun non formal menjadi tolok ukur signifikansi variabel yang peneliti lakukan. Latar belakang pekerjaan dan lamanya waktu bekerja tentu menjadi bagian terpenting yang harusnya bisa diteliti juga sehingga mendapatkan hasil yang dimungkinkan akan berbeda dari hasil penelitian ini. Sampel yang notabene peneliti gunakan adalah mahasiswa yang belum tentu memiliki pekerjaan atau berstatus karyawan walaupun sampel mengikuti program kelas karyawan. Dengan demikian nilai signifikansi pada penelitian yang telah dilakukan saat ini berbeda dengan penelitian-penelitian pada umumnya, dikarenakan penelitian dengan sampel mahasiswa program kelas karyawan baru pertama kali dilakukan.

5.3 Saran

Melalui analisis seluruh proses dan isi dari laporan, peneliti merasa masih banyak kekurangan yang harus dilengkapi agar penelitian ini menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa saran yang dapat diberikan peneliti untuk selanjutnya dapat digunakan bagi yang akan menggunakan topik atau pendekatan yang sama, antara lain:


(4)

73 5.3.1 Saran Teoritis

1. Karena peneliti tidak menambahkan variabel yang mungkin memiliki pengaruh secara langsung dengan motivasi berprestasi seperti status sosial ekonomi, budaya, intelegensi, jenis pekerjaan dan emosi diri, diharapkan pada penelitian selanjutnya menggunakan variabel-variabel yang lebih banyak agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan penelitian yang hendak dicapai.

2. Jika ada yang ingin melakukan penelitian dengan tema yang sama, penulis menyarankan agar menggunakan teori persepsi dan definisi karyawan dari beberapa bahan bacaan yang lebih variatif agar dapat menemukan variabel-variabel pendukung yang bisa dijadikan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

3. Mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian dengan semaksimal mungkin, baik materi, teori, waktu, dan instrumen yang digunakan.

5.3.2 Saran praktis

1. Kepada mahasiswa yang mengikuti program kuliah kelas karyawan agar memiliki kontrol diri/menyeimbangkan waktu dan fikiran dalam menghadapi tugas kuliah dan tugas pekerjaan, karena akan berpengaruh terhadap prestasi yang hendak diraih.

2. Kepada pihak kampus yang menyediakan program kelas karyawan agar memberikan persyaratan kepada mahasiswa yang hendak mengikuti kuliah pada program kelas karyawan sebagai karyawan atau pegawai tetap di perusahaan atau lembaga, sehingga benar-benar memiliki status pekerja yang memahami rutinitas atau aktivitas dalam bekerja dan kuliah.


(5)

74

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian, suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT.Rineka Cipta Arikunto, S. (2007). Manajemen penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Azwar, S. (2008). Penyusunan skala psikologi. Jakarta: Pustaka Pelajar

Chaplin.J. P. (1994). Kamus lengkap psikologi (Terj.) Kartini Kartono. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Davidoff, L. L. (1988). Psikologi suatu pengantar, alih bahasa Mari Juniati. Edisi kedua jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Djamarah, S. B (2002). Psikologi belajar, Jakarta : Rineka Cipta

Echols, J.M and Shadily, M. (1993). Kamus inggris-indonesia. Jakarta : Gramedia.

Goble, G F. (1993) Mazhab ketiga, psikologi humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta: Kanisius.

Hasibuan, M. S. P. (1993). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta : CV. Haji Masagung Handoko, T. H. (2001). Latihan dan pengembangan SDM. Jogjakarta: UGM Press

Munadi, I (2010). New born muslim. Jakarta : Elex Media Komputindo Mc Clelland. (1987). Human Motivation. New Jersey: Prentice Hall. Inc. Kartini, K dan Dali G. (2000). Kamus psikologi. Bandung : CV. Pionir Jaya.

Kerlinger, F. N. (2000). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mangkunegara. (2005). Perilaku dan budaya organisasi. Jakarta: PT Bulan Bintang Munandar. (2001). Evaluasi kinerja SDM. Jakarta : PT. Bulan Bintang

Purwanto, N (2004). Psikologi pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Robins, S. P. (2001). Organizational behavioral. Ninth Edition. New Jersey: Prentice Hall. Inc.

Sarwono, W. S. (2000). Pengantar psikologi umum. Jakarta : PT. Bulan Bintang.

Santrock, J. W. (2007). Psikologi pendidikan, Terjemahan oleh: Tri Wibowo B.S., Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Saleh, A. (2004). Pengantar psikologi umum. Jakarta: Kencana Press.

Shaleh, A dan Wahab, A. M (2004). Psikologi suatu pengantar dalam perspektif islam. Jakarta : Prenada Media.

Sevilla. (1993). Pengantar metode penelitian. Jakarta: Gramedia


(6)

75

Schunk, Pintrich, Meece. (2002) Motivation in education: theory, research and application. ed 2. Ohio: Pearsson education.

Shofiah. (2010) Pengaruh persepsi jenjang karir terhadap motivasi menyelesaikan kuliah mahasiswa Fakultas Ilmu Keguruan Jurusan Matematika UNMA Banten. Skripsi. Universitas Mathal’ul Anwar Menes Pandeglang Banten.

Woolfolk, A. (2004). Educational psychology. Edisi kesepuluh. US: Ohio State University.