Validitas Reliabilitas Analisis Data

dapat memberikan informasi yang memadai untuk menjawab pertanyaan penelitian Sastroasmoro, 2011. Pada penelitian ini, untuk menilai tingkat pengetahuan dan tingkat tindakan pencegahan mahasiswa tentang blepharoptosis akibat penggunaan lensa kontak, dipilih mahasiswa yang pernah memakai lensa kontak sehingga dapat memberi keterangan yang lebih akurat. Sampel Populasi yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. i. Kriteria Inklusi - Mahasiswa FK USU yang sedang atau pernah memakai lensa kontak - Mahasiswa FK USU yang bersedia mengisi kuesioner ii. Kriteria Eksklusi - Responden menolak berpartisipasi dalam mengisi kuesioner

4.4. Teknik Pengumpulan Data A. Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan alat ukur kuesioner yang telah diuji validasi dan realibilitas sebelumnya.

B. Prosedur Pengambilan Data

1. Mempersiapkan alat dan bahan terlebih dahulu, yakni alat tulis dan lembar kuesioner yang telah diuji validasi dan reabilitasinya 2. Meminta persetujuan responden apakah bersedia menjadi subjek penelitian responden mengisi informed-consent 3. Apabila responden bersedia, meminta responden untuk mengisi lembar kuesioner sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka 4. Mengumpulkan semua hasil pemeriksaan 5. Mencatat semua hasil pemeriksaan 6. Menghitung hasil pemeriksaan menggunakan alat hitung SPSS 7. Menyimpulkan hasil pemeriksaan

4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Suatu alat ukur harus memiliki kriteria validitas dan reliabilitas.

1. Validitas

Universitas Sumatera Utara Teknik yang digunakan untuk mengetahui validitas angket menggunakan rumus Pearson Product Moment, setelah itu dilihat penafsiran dari indeks korelasinya r tabel . Rumus Pearson Product Moment : Keterangan : � xy : koefisien korelasi ∑� : Jumlah skor item ∑� : Jumlah skor total N : jumlah responden Pengujian validitas dengan bantuan program SPSS For Windows menghasilkan nilai korelasi dan signifikansi.

2. Reliabilitas

Untuk mencari reliabilitas angket digunakan rumus Alpha Cronbach: Keterangan : � 11 : realibilitas instrument k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal Arikunto, 2006

4.5. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

Data dari setiap responden akan dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti, dengan bantuan program statistik. Kemudian, data diolah dengan menggunakan analisis bivariatanalitik. Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan ; yaitu Universitas Sumatera Utara 1. editing tahap pertama yaitu pemeriksa nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, 2. coding tahap kedua yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa, 3. entry tahap ketiga yaitu melakukan proses data dengan cara meng-entry kuesioner ke paket program komputer agar data dapat dianalisis. 4. cleaning tahap keempat yaitu memeriksa kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

2. Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data yang akan dilakukan adalah analisis bivariat, yaitu analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini menggunakan Uji Chi Square karena untuk mengetahui hubungan antara data kategorik dengan data kategorik. Universitas Sumatera Utara BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara USU. Universitas yang beralamat di Jalan Dr. T. Mansyur No.9, Medan ini merupakan salah satu universitas terbaik di Pulau Sumatera. Universitas ini diresmikan pada tanggal 20 November 1957 oleh Dr. Ir. Soekarno sebagai universitas negeri ketujuh di Indonesia dan merupakan universitas pertama di Pulau Sumatera yang mempunyai Fakultas Kedokteran. Fakultas ini berlokasi di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru dengan batas wilayah: a. Batas Utara : Jalan dr. Mansyur, Padang Bulan b. Batas Selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU c. Batas Timur : Jalan Universitas, Padang Bulan d. Batas Barat : Fakultas Psikologi USU Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik seluas 100 Ha yang berada di tengahnya. Fakultas ini memiliki berbagai ruangan yaitu kelas kuliah dan tutorial, ruang administrasi, ruang laboratorium, ruang skills lab, ruang seminar, perpustakaan, pendopo, mushola, kedai mahasiswa, ruang PEMA, ruang POM, kantin, kamar mandi, tempat fotokopi, dan parkir. Fakultas ini menerima mahasiswa baru lebih dari 400 orang dengan setiap tahunnya yang dapat masuk melalui jalur PMP, UMB, Kemitraan, UMB-SPMB, SNMPTN, Mandiri, dan Internasional dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pihak universitas.

5.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Jumlah responden dalam studi ini adalah sebanyak 84 responden yang berumur 17-23 tahun dengan karakteristik berdasarkan jenis kelamin dan tahun angkatan. Karakteristik responden yang dipilih adalah mahasiswa FK USU angkatan 2012, 2013, 2014 yang memakai lensa kontak. Universitas Sumatera Utara

5.3. Hasil Penelitian

Setelah melakukan pengumpulan data maka dilakukan pengolahan data dan analisa data. Adapun hasil dari pengolahan data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

5.3.1. Karakteristik responden

Distribusi frekuensi jenis kelamin responden dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Pengguna Lensa Kontak Pada tabel 5.1. ditunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa yang memakai lensa kontak adalah perempuan, yaitu sebanyak 71 orang 84,5. Sementara jumlah responden pria sebanyak 13 orang 15,5. Sementara Distribusi frekuensi tahun angkatan responden dapat dilihat pada tabel 5.2. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tahun Angkatan Responden Pengguna Lensa Kontak Tahun Angkatan Jumlah orang Persentase 2012 29 34,5 2013 29 34,5 2014 26 33,0 Total 84 100,0 Pada tabel 5.2. ditunjukkan bahwa berdasarkan tahun angkatan, diketahui bahwa mahasiswa angkatan 2012 yang memakai lensa kontak sebanyak 29 orang 34,5 , mahasiswa angkatan 2013 juga sebanyak 29 orang 34,5, sedangkan hanya terdapat 26 orang 31 mahasiswa angkatan 2014 yang memakai lensa kontak. Jenis Kelamin Jumlah orang Persentase Laki-laki 13 15,5 Perempuan 71 84,5 Total 84 100,0 Universitas Sumatera Utara

5.3.2. Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU angkatan 2012, 2013, 2014 tentang

Blepharoptosis Akibat Pemakaian Lensa Kontak Tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU tentang Blepharoptosis Akibat Pemakaian Lensa Kontak dapat dilihat pada tabel 5.3 sebagai berikut: Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa FK USU tentang Blepharoptosis Akibat Pemakaian Lensa. Kategori Pengetahuan Jumlah orang Persentase Baik 48 57,1 Sedang 31 36,9 Rendah 5 6,0 Total 84 100,0 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 84 responden, mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 48 orang 57,1, 31 orang 36,9 berpengetahuan sedang, dan minoritas berpengetahuan kurang sebanyak 5 orang 6. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah tingkat pendidikan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka seseorang tersebut akan lebih mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula menyelesaikan hal-hal baru tersebut. Notoatmodjo, 2007. Dengan demikian, distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan tahun angkatan dapat dilihat pada tabel 5.4 sebagai berikut : Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa FK USU tentang CLIP berdasarkan Tahun Angkatan Tingkat Pengetahuan Total Baik Sedang Buruk Tahun Angkatan 2012 18 9 2 29 2013 17 11 1 29 2014 13 11 2 26 Total 48 31 5 84 Universitas Sumatera Utara Pada tabel 5.4. ditunjukkan bahwa berdasarkan tahun angkatan, diketahui bahwa mahasiswa angkatan 2012 bermayoritas memiliki pengetahuan baik dengan jumlah responden sebanyak 18 orang 21,4 , mahasiswa angkatan 2013 juga bermayoritas memiliki pengetahuan baik dengan jumlah responden sebanyak 17 orang 20,2 , sedangkan hanya terdapat 13 orang 15,4 mahasiswa angkatan 2014 yang memiliki pengetahuan baik. Tabel 5.5 Distribusi jumlah orang yang menjawab dengan benar tiap pertanyaan pengetahuan dari 84 orang responden No. Pertanyaan N Persentase 1 Definisi blepharoptosis 74 88,1 2 Faktor resiko blepharoptosis 68 81 3 Gejala blepharoptosis 39 46,4 4 Kerentanan pemakai lensa kontak dengan blepharoptosis 68 81 5 Komplikasi blepharoptosis 39 46,4 6 Tata laksana blepharoptosis 65 77,4 7 Tujuan pengobatan blepharoptosis 50 59,5 8 Prognosis blepharoptosis 71 84,5 9 Penyebab blepharoptosis 58 69 10 Hubungan lensa kontak dengan blepharoptosis 71 84,5 11 Hubungan lensa kontak dengan blepharoptosis 42 50 12 Mekanisme Lensa kontak menyebabkan Hubungan lensa kontak dengan blepharoptosis 69 82,1 Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan bahwa pertanyaan yang paling banyak dapat dijawab responden dengan benar adalah pertanyaan nomor satu dengan sebanyak 74 orang 88,1, sedangkan pertanyaan yang paling sedikit dapat Universitas Sumatera Utara dijawab responden dengan benar adalah pertanyaan nomor tiga dan nomor lima dengan jumlah responden 39 orang 46,4. Tingkat Tindakan Pencegahan mahasiswa FK USU tentang Blepharoptosis Akibat Pemakaian Lensa Kontak dapat dilihat pada tabel 5.6 sebagai berikut: Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tindakan Pencegahan Mahasiswa FK USU tentang Blepharoptosis Akibat Pemakaian Lensa Kategori Tindakan Jumlah orang Persentase Baik 28 33,3 Sedang 50 59,5 Kurang 6 7,1 Total 84 100,0 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 84 responden terdapat 28 orang 33,3 yang melakukan tindakan pencegahan secara baik, sementara 50 orang 59,5 melakukan tindakan pencegahan dengan skor cukup, sedangkan hanya 6 orang 7,1 yang melakukan tindakan pencegahan dengan skor kurang. Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tindakan Pencegahan Mahasiswa FK USU tentang CLIP berdasarkan Tahun Angkatan Tindakan Pencegahan Total Baik Sedang Kurang Tahun Angkatan 2012 8 18 3 29 2013 9 17 3 29 2014 9 11 26 Total 26 46 6 84 Pada tabel 5.7. ditunjukkan bahwa berdasarkan tahun angkatan, diketahui bahwa mahasiswa angkatan 2012 bermayoritas memiliki tindakan sedang dengan jumlah responden sebanyak 18 orang 21,4 , mahasiswa angkatan 2013 juga bermayoritas memiliki tindakan sedang dengan jumlah responden sebanyak 17 orang 20,2 , sedangkan hanya terdapat 11 orang 13,1 mahasiswa angkatan 2014 yang memiliki tindakan sedang. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.8 Distribusi jumlah orang yang melakukan tindakan pencegahan dengan benar dari 84 orang responden No. Pertanyaan N Persentase 1 Tujuan penggunaan lensa kontak 57 67,9 2 Cara pakai lensa kontak 76 90,6 3 Cara simpan lensa kontak 79 94 4 Cairan yang dipakai untuk lensa kontak 77 91,7 5 Cara simpan lensa kontak 65 77,4 6 Waktu penggunaan lensa kontak 71 84,5 7 Cara pakai lensa kontak 49 58,3 8 Cara menjaga kesehatan mata ketika memakai lensa kontak 77 91,7 9 Tindakan memeriksa mata secara teratur 24 28,6 10 Lama memeriksakan mata secara teratur yang tepat 16 19 11 Cara simpan lensa kontak 34 40,5 12 Cara simpan lensa kontak 23 27,4 Berdasarkan tabel 5.8 didapatkan bahwa tindakan benar yang paling banyak dilakukan responden adalah tindakan nomor tiga dengan sebanyak 79 orang 94, sedangkan tindakan benar yang paling sedikit dilakukan responden adalah tindakan nomor sepuluh dengan jumlah responden 16 orang 19.

5.3.5. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan

Hubungan tingkat pengetahuan dengan tindakan pencegahan mahasiswa FK USU angkatan 2012, 2013, dan 2014 tentang blepharoptosis akibat pemakaian lensa kontak dapat dilihat pada tabel 5.5 sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Mahasiswa FK USU Angkatan 2012, 2013, dan 2014 tentang Blepharoptosis Akibat Pemakaian Lensa Kontak Tindakan Pencegahan Total Baik Sedang Kurang Tingkat Pengetahuan Baik 19 25 4 48 Sedang 9 20 2 31 Rendah 5 5 Total 28 50 6 84 Berdasarkan tabel diatas diketahui dari 84 orang, responden dengan pengetahuan baik, tindakan baik sebanyak 19 orang 22,6, tindakan kurang 4 orang 4,8, dan tindakan sedang 25 orang29,7, sedangkan pada responden dengan pengetahuan rendah terdapat tindakan sedang sebanyak 5 orang5,9, dan tidak ada yang berpengetahuan baik maupun kurang. Pada kelompok responden dengan pengetahuan sedang, tindakan baik sebanyak 9 orang10,7, tindakan kurang sebanyak 2 orang2,4, dan tindakan sedang sebanyak 50 orang59,5. Hasil Chi square pada tingkat kepercayaan 95, α 0,05 df = 4, diperoleh tingkat kesalahan 0,306 lebih besar dari 0,05 P 0,306 P 0,05. Artinya Hipotesis Nol Ho = gagal ditolak dengan kata lain Ho = diterima. Artinya : Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan pencegahan mahasiswa FK USU angkatan 2012, 2013, 2014 tentang blepharoptosis akibat pemakaian lensa kontak.

5.4. Pembahasan

5.4.1. Karakteristik responden

Dari hasil penelitian, diperoleh rata-rata pengguna lensa kontak di FK USU mayoritas merupakan perempuan. Hal ini menyerupai penelitian Hadiwijaya 2013 yang menyatakan mayoritas responden yang menggunakan lensa kontak adalah perempuan yaitu 106 orang 94,6 dan 6 orang 5,4. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan data menurut National Eye Institute pada tahun 2012 yang Universitas Sumatera Utara menyatakan prevalensi mayoritas pengguna lensa kontak merupakan perempuan, yaitu sebanyak 67

5.4.2. Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU tentang Blepharoptosis

Akibat Pemakaian Lensa Kontak Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah pendidikan Notoatmojo, 2003. Pendidikan merupakan sarana untuk mendapatkan informasi sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang semakin banyak pula informasi yang didapatkan. Pada penelitian ini, pendidikan responden berdasarkan tahun angkatan. Dari penelitian, didapati tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU tentang blepharoptosis akibat pemakaian lensa kontak secara keseluruhan tanpa memperhatikan tahun angkatan adalah bermayoritas berpengetahuan baik dengan jumlah sebanyak 48 orang 57,1. Padahal pada penelitian ini, peneliti memperkirakan ada sedikit perbedaan pada pengetahuan mahasiswa tahun angkatan 2012 berbanding mahasiswa tahun angkatan 2013 dan 2014 karena mereka telah diberi Blok Special Sense System. Namun setelah diberi kuesioner dan diproses dengan SPSS, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara mahasiswa tahun angkatan 2012, 2013, dan 2014 tabel 5.4. Hal ini mungkin disebabkan meskipun mahasiswa tahun angkatan 2013 dan 2014 merupakan mahasiswa FK USU yang belum mempelajari bahan oftalmologi Blok Special Sense System, namun sebagian besar dari mereka telah mempelajari bidang ilmu dasar kedokteran di tahun awal perkuliahan, misalnya anatomi, histologi, dll, sehingga pengetahuan mereka tentang dasar oftalmologi serta salah satu penyakit yang berkaitan dengannya, yakni blepharoptosis juga mayoritas baik. Sementara itu, pada tabel distribusi jumlah responden dalam menjawab pertanyaan pengetahuan dengan benar tabel 5.5, didapatkan pertanyaan pengetahuan dengan jumlah responden menjawab paling sedikit adalah pada pertanyaan nomor tiga dan pada pertanyaan nomor lima yaitu dengan jumlah responden 39 orang 46,4. Pertanyaan nomor tiga yang merupakan pertanyaan tentang gejala blepharoptosis menunjukkan bahwa responden kurang mengetahui tentang gejala yang timbul akibat penggunaan lensa kontak yang tidak tepat, yang Universitas Sumatera Utara seharusnya menjadi tanda-tanda yang harus diperhatikan dan tidak boleh dibiarkan apabila mereka memakai dan menyimpan lensa kontak secara tidak tepat, terlebih lagi ptosis tak dapat sembuh sendiri dan dapat menyebabkan mata hilang fungsinya karena tertutup oleh ptosis palpebrae, yang akan berakhir ke kebutaan. Hal ini sangat berdampak efeknya mengingat mata merupakan organ penting dalam mendapatkan kualitas hidup yang baik. Berikutnya, pada pertanyaan nomor lima yang merupakan pertanyaan tentang komplikasi blepharoptosis menunjukkan minimnya pengetahuan mahasiswa tentang dampak yang akan diakibatkan oleh penggunaan lensa kontak yang tidak tepat tersebut. Walaupun pada beberapa poin pertanyaan responden tidak begitu mengerti tetapi secara keseluruhan cukup banyaknya responden yang berpengetahuan baik tentang CLIP tabel 5.5, seperti pada pertanyaan nomor sepuluh yang merupakan pertanyaan signifikan pada penelitian ini menunjukkan terdapat 71 orang 84,5 yang mengetahui tentang adanya hubungan pemakaian lensa kontak yang salah dalam menginduksi terjadinya blepharoptosis. Pemaparan diatas menunjukkan kesesuaian dengan penelitian Kiat yamg dilakukan pada tahun 2013 yang menyatakan tingkat pengetahuan tentang lensa kontak pada mahasiswa FK USU tahun angkatan 2012 bermayoritas baik.

5.4.3. Tingkat Tindakan Pencegahan Mahasiswa FK USU angkatan 2012, 2013, 2014 tentang

Blepharoptosis Akibat Pemakaian Lensa Kontak Dari penelitian yang dijalankan, hanya terdapat 28 orang 33,3 melakukan tindakan pencegahan dengan baik dilihat secara keseluruhan tanpa memperhatikan tahun angkatan. Hal ini menunjukkan masih kurangnya tindakan yang dilakukan mahasiswa dalam mencegah blepharoptosis melalui pemakaian lensa kontak yang tepat. Sementara itu bila ditinjau menurut tahun angkatan, persentase orang yang melakukan tindakan pemakaian lensa kontak yang tepat sebaliknya menurun seiring dengan semakin tingginya tahun angkatan tabel 5.7. Pada tabel distribusi jumlah responden melakukan tindakan dengan benar tabel 5.5, didapatkan hanya 57 responden 67,8 dari 84 responden yang menggunakan lensa kontak secara tepat indikasi, yaitu untuk menanggulangi Universitas Sumatera Utara kelainan refraksi mata. Wawancara peneliti kepada beberapa responden terkait alasan menggunakan lensa kontak adalah untuk alasan coba-coba. Hal ini juga diperparah dengan tidak adanya tindakan memeriksa mata secara rutin ke dokter mata, yang dapat dilihat dari hanya 24 responden 28,6 yang memeriksakan matanya ke dokter mata secara rutin. Padahal menurut American Optometric Association bahwa jika ingin melakukan perawatan mata sedang setelah menggunakan lensa kontak atau mengalami efek sampingkomplikasi akibat dari penggunaan lensa kontak, maka sebaiknya pengguna lensa kontak memeriksakannya ke dokter mata. Hal ini juga sesuai dalam Wardani 2009 yang menyatakan harus dilakukan pemeriksaan mata secara berkala setiap 1 tahun atau sebelum 1 tahun bila terdapat keluhan. Salah satu faktor terjadinya reaksi inflamasi pada adalah penggunaan lensa kontak ketika tidur. Sebanyak 71 responden 84,5 mengerti dan tidak menggunakan lensa kontak ketika tidur maupun berenang. Sebanyak 15 mahasiswa mengaku kadang-kadang tidak melepas lensa kontak disebabkan lupa atau malas. Mahasiswa yang memakai lensa kontak saat tidur lebih rentan terhadap komplikasi mata yang disebabkan kontak lensa pada kornea pada jangka waktu yang lama akan mengakibatkan anoxia kornea yang akan berakhir ke peradangan mata. Sementara itu, sebanyak 76 responden 90,6 selalu mencuci tangan sebelum menyentuh dan memasang lensa kontak. Ini berdasarkan American Optometric Association bahwa mencuci tangan sebelum menggunakan dan melepaskan lensa kontak, dan melepaskan lensa kontak ketika mandiberenang adalah sebagai prevensi untuk tidak terjadi komplikasi akibat penggunaan lensa kontak. Selain itu, masih berdasarkan American Optometric Association, membersihkan lensa kontak dengan jari-jari tangan dengan rutin, membilas lensa kontak dengan air bersih, dan menyimpannya di kotak penyimpanan merupakan perawatan lensa kontak yang benar. Penggantian tempat lensa kontak ini penting mengingat bisa timbulnya peradangan pada mata bila tempat lensa kontak tidak steril, dimana peradangan merupakan salah satu penyebab blepharoptosis. nusantara, 2008. Sebanyak lebih dari 50 responden melakukan tindakan Universitas Sumatera Utara tersebut. Disini terdeskripsi meskipun tingkat tindakan yang kurang baik dari responden secara keseluruhan, contoh tindakan kurang baik tersebut adalah terlihat hanya 23 responden 27,4 yang melakukan penggantian tempat lensa kontak secara teratur, namun terdapat beberapa poin dimana responden ada melakukan tindakan pencegahan dengan tepat.

5.4.4. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan

Menurut teori, semakin bagus pengetahuan, maka akan semakin bagus tindakan. Namun dari hasil statistik penelitian melalui chi-square dengan degree of freedom df didapatkan nilai x 2 dalam tabel df=4 adalah 4,827 dengan tingkat kepercayaan 0,05 95. Dan hasil x 2 hitung 4,827 x 2 tabel 9,49 dengan nilai p= 0,3060,05 artinya Hipotesis Nol Ho gagal ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan pencegahantentang blepharoptosis akibat pemakaian lensa kontak. Kemungkinan ini adalah karena hasil pengetahuan mahasiswa yang mayoritas berpengetahuan baik, tidak diikuti tindakan baik yang seharusnya dilakukan mahasiswa. Hal ini dapat terlihat dari hanya 28 responden 33,3 yang melakukan tindakan pencegahan dengan benar, sementara terdapat 48 responden 57,1 yang berpengetahuan baik. Meskipun pengetahuan knowledge merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behavior Notoatmodjo, 2003, namun pengetahuan bukanlah satu-satunya faktor dalam membentuk tindakan. Untuk mewujudkan terjadinya suatu tindakan, diperlukan domain- domain lain yang mendukung terjadinya tindakan tersebut, yakni sikap, fasilitas lingkungan, pendukung support dari pihak lain, dll. Pada kasus ini, tidak berkesinambungnya nilai pengetahuan dengan tindakan responden mungkin diakibatkan oleh belum terbentuknya sikap untuk menjaga kesehatan mata atau lingkungan responden yang tidak mendukung untuk terbentuknya sikap tersebut. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian, maka kesimpulan yang diperoleh adalah: 1. Tidak ada hubungan yang bermakna positif secara statistik antara tingkat pengetahuan dengan tindakan pencegahan mahasiswa FK USU tentang CLIP yang diperoleh melalui data kuesioner. 2. Sebagian besar mahasiswa FK USU angkatan 2012, 2013, 2014 yang memakai lensa kontak memiliki pengetahuan baik nilai 9-12 tentang CLIP yaitu sebanyak 48 orang 57,1. 3. Sebagian besar mahasiswa FK USU angkatan 2012, 2013, 2014 yang memakai lensa kontak memiliki kebiasaan memakai lensa kontak yang bermayoritas sedang yaitu sebanyak 50 orang 59,5.

6.2. Saran

1. Bagi Responden