– 4.19 Analisis Regresi Linier Berganda

60 ������� ���� �� � ��� = Rentang Banyak Kelas Inerval Berdasarkan rumus tersebut maka panjang kelas interval adalah: ������� ���� �� � ��� = 5 − 1 5 = 0.8 Maka kriteria dari penilaian adalah sebagai berikut: Tabel 4.9 Interpretasi Nilai Rata-Rata Jawaban Responden Terhadap Keberhasilan Usaha Y Nilai Keterangan 1.00 – 1.79 Sangat Tidak Baik 1.80 – 2.59 Tidak Baik 2.60 – 3.39 Kurang Baik

3.40 – 4.19

Baik 4.20 – 5.00 Sangat Baik Sumber: Data Diolah 2016 Dari hasil jawaban responden dapat dilihat bahwa rata-rata jawaban responden mengenai keberhasilan usaha sebesar 3.90 baik yang artinya semua responden menyetujui bahwa untuk mencapai keberhasilan usaha pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor sangat diperlukan karakteristik dan pengetahuan kewirausahaan yang baik.

4.4 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dapat menggunakan model regresi linier berganda dalam menganalisis variabel –variabel, maka terlebih dahulu diuji syarat-syarat yang harus dipenuhi. Dengan kata lain menguji dengan model asumsi klasik, yakni sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 61

4.4.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. Model regresi yang baik adalah distribusi normal atau mendekati normal. Untuk melihat normalitas data menggunakan pendekatan histogram, grafik dan Kolmogorov-Smirnov.

1. Pendekatan Histogram

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer Kuesioner, SPSS for Windows, 2016 Gambar 4.2 Hasil Uji Regression Standartized Residual Pada Gambar 4.2 Hasil Uji Regression Standartized Residual pada histogram, terlihat bahwa variabel berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak miring ke kiri atau ke kanan dan membentuk pola lonceng. Universitas Sumatera Utara 62

2. Pendekatan Grafik

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer Kuesioner, SPSS for Windows, 2016 Gambar 4.3 Hasil Uji Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Pada output SPSS P-P Plot of Regression, bahwa data cenderung lurus mengikuti garis diagonal sehingga data dalam penelitian ini cenderung terdistribusi normal seperti terlihat pada Gambar 4.3.

3. Pendekatan Kolmogorv-Sminorv

Uji normalitas dengan grafik bisa saja berdistribusi normal, karena sifatnya lebih subjektif. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji normalitas secara statitistik dengan pendekatan Kolmogorov-Smirnov 1 sample KS. 
 Hasil uji normalitas dengan pendekatan Kolmogorov-Smirnovdapat dilihat sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 63 Tabel 4.10 Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 33 Normal Parameters a,b Mean ,0000000 Std. Deviation 2,07116862 Most Extreme Differences Absolute ,141 Positive ,141 Negative -,088 Test Statistic ,141 Asymp. Sig. 2-tailed ,093 c a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer Kuesioner, SPSS for Windows, 2016 Pada Tabel 4.10 terlihat bahwa nilai Asymp. Sig 2-tailed adalah 0.093 dan diatas nilai signifikansi 0,05 atau 5. Hal ini berarti residual data berdistribusi normal. Nilai Kolmogorov-Sminorv Z lebih kecil dari 1,97 berarti tidak ada perbedaan antara distribusi teoritik dan distribusi empiric atau dengan kata lain data dikatakan normal.

4.4.2 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama diantara anggota grup tersebut. Jika varians sama, dan yang seharusnya tidak terjadi maka dikatakan ada homokedastisitas, Universitas Sumatera Utara 64 sedangkan jika varians tidak sama dikatakan heterokedastisitas Situmorang Lufti , 2014. Gejala heterokedastisitas dapat dideteksi dengan dua cara yaitu: 1. Gejala Grafik Gejala heterokedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan grafik Scatterplot.Apabila data yang berbentuk titik-titik tidak membentuk suatu pola atau menyebar, maka model regresi tidak terkena heterokedastisitas. Kriteria pengambilan keputusan:  Jika diagram pencar yang ada membentuk pola-pola tertentu yang teratur maka regresi mengalami gangguan heterokedastisitas  Jika diagram pencar yang ada tidak membentuk pola-pola tertentu yang teratur maka regresi tidak mengalami gangguan heterokedastisitas. Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer Kuesioner, SPSS for Windows, 2016 Gambar 4.4 Scatter Plot Heterokedastisitas Universitas Sumatera Utara 65 Gambar 4.4 menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi keberhasilan usaha pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor, berdasarkan masukkan variabel Karakteristik dan Pengetahuan Kewirausahaan. 
 2. Analisis Statistik Kriteria keputusan:  Jika probabilitas 0,05 maka tidak mengalami gangguan heterokedastisitas  Jika probabilitas 0,05 maka mengalami gangguan heterokedastisitas Gejala heterokedastisitas dapat juga dideteksi melalui uji Glejser. Tabel 4.11 berikut akan menampilkan hasil uji heterokedastisitas dengan menggunakan uji Glejser. Tabel 4.11 Uji Glejser Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 4,871 1,799 2,708 ,011 KARAKTERISTIK -,054 ,119 -,130 -,450 ,656 PENGETAHUAN -,124 ,156 -,229 -,794 ,433 a. Dependent Variable: RES2 Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer Kuesioner, SPSS for Windows, 2016 Universitas Sumatera Utara 66 Pada Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa kolom Sig. pada tabel koefisien regresi untuk variabel independen adalah 0.656, 0.433, atau probabilitas lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi gangguan heterokedastisitas. Hal ini menunjukkan semua variabel independent yang terdiri dari karakteristik dan pengetahuan signifikan secara statisik mempengaruhi variabel dependent.

4.4.3 Uji Multikolinieritas

Artinya variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinieritas dapat dilihat dari besarnya nilai tolerance dan VIF Variance Inflation Factor melalui program SPSS. Tolerance mengukur variabilitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai umum yang bisa dipakai adalah nilai tolerance 0,1 atau nilai VIF 5, maka tidak terjadi multikolinieritas Situmorang Lufti, 2008. Pengujian multikolinieritas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.12 Uji Multikolinieritas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 1,610 2,868 ,561 ,579 KARAKTERSTIK ,424 ,191 ,422 2,225 ,034 ,354 2,821 PENGETAHUAN ,530 ,249 ,405 2,132 ,041 ,354 2,821 a. Dependent Variable: KEBERHASILANUSAHA Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer Kuesioner, SPSS for Windows, 2016 Universitas Sumatera Utara 67 Tabel 4.12 menunjukkan bahwa nilai tolerance 0.354, 0.354 0,1 sedangkan nilai inflation factor VIF 2.821, 2.821 5. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas dalam penelitian ini tidak saling berkorelasi atau tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas, sehingga tidak mengandung multikolinearitas.

4.5 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda berfungsi untuk mengetahui pengaruh variabel bebas X 1 dan X 2 dengan variabel terikat Y pada pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor. Analisis regresi linier berganda menggunakan bantuan program SPSS for windows. Tabel 4.13 Hasil Metode Enter Variables EnteredRemoved a Model Variables Entered Variables Removed Method 1 PENGETAHUAN, KARAKTERISTIK b . Enter a. Dependent Variable: KEBERHASILANUSAHA b. All requested variables entered. Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer Kuesioner, SPSS for Windows, 2016 Tabel 4.13 menunjukkan bahwa variabel yang dimasukkan entered adalah variabel Karakteristik dan Pengetahuan. Tidak ada variabel independent yang dikeluarkan removed. Metode yang dipilih adalah metode enter. Universitas Sumatera Utara 68 Tabel 4.14 Hasil Regresi Linier Berganda Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 1,610 2,868 ,561 ,579 KARAKTERISTIK ,424 ,191 ,422 2,225 ,034 PENGETAHUAN ,530 ,249 ,405 2,132 ,041 a. Dependent Variable: KEBERHASILANUSAHA Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer Kuesioner, SPSS for Windows, 2016 Tabel 4.14 menunjukkan bahwa pada kolom unstandardized coefficients diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y = 1.160 + 0.424X 1 + 0.530X 2 + e Persamaan regresi linier berganda dapat diuraikan sebagai berikut: a. Konstanta sebesar 1.160, artinya apabila variabel Karakteristik dan Pengetahuan dianggap konstan, maka tingkat Keberhasilan Usaha pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor sebesar 1.160. b. Variabel Karakteristik mempunyai pengaruh yang positif terhadap Keberhasilan Usaha pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor dengan koefisien menunjukkan sebesar 0.424 yang berarti apabila Keberhasilan Usaha meningkat sebesar 1 satuan dengan menganggap faktor lain tetap maka akan dapat meningkatkan Keberhasilan Usaha pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor meningkat sebesar 0,424. c. Variabel Pengetahuan mempunyai pengaruh yang positif terhadap Keberhasilan Usaha pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor dengan Universitas Sumatera Utara 69 koefisien menunjukkan sebesar 0.530 yang berarti apabila Keberhasilan Usaha meningkat sebesar 1 satuan dengan menganggap faktor lain tetap maka akan dapat meningkatkan Keberhasilan Usaha pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor sebesar 0,530. Dari variabel-variabel tersebut penentuan variabel dominan dilakukan dengan menggunakan tabel print out coefficient dari data dengan menggunakan bantuan program SPSS Statistican Product and Service Solution for windows dengan memakai metode enter yang digunakan untuk melihat faktor mana yang paling dominan dalam Keberhasilan Usaha pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor. Dengan asumsi: apabila nilai standarized coefficient variabel bebas memiliki nilai tertinggi tingkat probabilitas yang paling signifikan, dan juga nilai signifikansi terkecil diantara variabel bebas lainnya. Kesimpulannya adalah kedua variabel bebas tersebut dominan berpengaruh terhadap variabel terikat. Berdasarkan tabel tersebut, dapat diperoleh nilai standarized coefficient variabel Karakteristik X 1 sebesar 0.424yang merupakan variabel bebas dengan nilai standarized coefficient terkecil dan variabel yang memiliki nilai signifikansi terbesar adalah variabel PengetahuanX 2 dengan nilai sebesar 0.530. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Pengetahuan X 2 merupakan variabel atau faktor yang dominan dalam mendorong Keberhasilan Usaha pedagang bakso di Kecamatan Medan Johor. Universitas Sumatera Utara 70

4.6 Uji Hipotesis