13
Gambar 9 Teknik penanaman mangrove pada tapak berbatuberkerikil dengan cara gerombol
cluster
.
Gambar 10 Teknik penanaman pada tapak berbatuberkerikil dengan lubang besar dan diberi lumpur.
e. Tapak tertimbun pasir pasca tsunami Kusmana
et al.
2009b
Tapak tertimbun pasir terjadi akibat gelombang laut yang besar atau tsunami. Pasca terjadinya tsunami selain menghancurkan berbagai sarana
prasarana di tepi pantai juga sering menyisakan timbunan pasir yang luas dan tebal. Dalam rangka rehabilitasi dan penanaman mangrove di kawasan ini
diperlukan usaha mengurangi timbunan pasir sebelum penanaman.
Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan telah mencoba menanam mangrove pada areal yang
tertimbun pasir pasca tsunami di Aceh dengan cara menggunakan
polybag
berukuran besar, pembuatan parit, dan lubang tanam berukuran besar yang diisi dengan lumpur. Walaupun pengaruhnya terhadap pertumbuhan anakan belum
diperoleh, namun ada indikasi anakan mangrove dapat tumbuh secara baik dengan perlakuan tersebut.
polybag Lubang tanam yang lebar dan dalam
pasir
14
0.5 – 0.6 m
pasir
parit atau lubang yang diisi dengan lumpur
bibit mangrove
Polibag berukuran besar
pasir
Prinsip yang dipakai dalam penanaman mangrove pada tapak tertimbun pasir sama halnya dengan tapak berbatu berkerikil yaitu menggali, memindahkan
dan mengganti pasir yang ada di lubang tanaman dengan lumpur. Bentuk-bentuk penanaman pada tapak yang tertimbun pasir dapat dilihat pada Gambar 11 dan
Gambar 12.
Gambar 11 Teknik penanaman mangrove pada tapak tertimbun pasir dengan mengganti lubang tanam dengan lumpur atau menggunakan
polybag
berukuran besar.
Gambar 12 Teknik penanaman mangrove tertimbun pasir dengan cara penggalian parit-parit yang diisi lumpur.
f. Tapak dengan air tergenang dalam dan diam Kusmana
et al.
2009b
Tapak tanaman mangrove pada air tergenang dalam dan diam tidak berarus deras umumnya terdapat pada kawasan hutan mangrove yang mengalami
degradasi seperti bekas tambak, bekas galian atau bekas saluran. Kedalaman air bervariasi yang umumnya lebih dari 1.5 m sampai 3 m. Lokasi bekas galian
tersebut dapat ditemukan di dekat pantai yang terkena pasang-surut harian atau jauh dari pantai yang tidak tidak terjangkau oleh pasang surut pantai sehingga
tingkat salinitas air genangan bervariasi.
Teknik rehabilitasi pada tapak dengan air tergenang dalam dan tidak berarus deras ini dengan menggunanakan sistem guludan bambu. Teknik guludan
bambu ini dikembangkan oleh Kusmana
et al.
2005a untuk merehablitasi mangrove tergenang air dalam di sekitar Tol Sedyatmo, wilayah Jakarta Utara.
Hasil penanaman mangrove dengan teknik guludan bambu tersebut berhasil