52
b. Data skunder dalam penelitian ini diperoleh dari literatur-literatur yang du
dapatkan dari perpustakaan Lingkungan Universitas Sumaterara Utara, media elektronik dan Internet.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data Primer Untuk mendapatkan data primer, dalam penelitian ini dilakukan dengan
wawancara merupakan proses tanya jawab secara langsung yang ditujukan terhadap informan di lokasi penelitian dengan menggunakan panduan atau pedoman
wawancara. Wawancara dengan melakukan komunikasi secara langsung untuk mendapatkan informasi secara mendalam dengan mengeksplorasi pertanyaan-
pertanyaan pada informasi dengan mengacu pada interview guide yang telah dirumuskan peneliti, sehingga data yang diperoleh dari hasil wawancara tersebut
merupakan data pendukung bagi terlaksananya penelitian. 2.
Data Sekunder Data sekunder merupakan semua data yang diperoleh melalui studi
kepustakaan yaitu pengumpulan data dari buku-buku referensi, jurnal yang sesuai dengan objek kajian penelitian serta berkaitan dengan permasalahan dalam hal ini
mengenai akan dijadikan sebagai panduan dalam melakukan penelitian. Ada beberapa bentuk atau tipe wawancara yang lazim digunakan dalam penelitian studi kasus,
diantaranya adalah: Pertama, tipe wawancara open ended, artinya dengan teknik wawancara mendalam, dimana peneliti dapat bertanya kepada responden tentang
Universitas Sumatera Utara
53
fakta-fakta suatu peristiwa yang akan diteliti di samping opini mereka mengenai peristiwa yang ada. Kedua, tipe wawancara terfokus, dimana responden
diwawancarai dalam waktu yang pendek. Dan wawancara ketiga adalah tipe wawancara yang memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih terstruktur. Jadi
peneliti memakai tipe wawancara terstruktur karena ini semua sesuai situasi dan kondisi saat proses wawancara.
F. Teknik analisis data
Data yang di peroleh di lapangan dalam penelitian ini dalam bentuk data kualitatif. Analisis data yang dilakukan bersifat interpretatif yaitu berupa interpretasi
yang bertujuan untuk mencapai pengertian dari apa yang di temukan di lapangan dengan mengunakan pemikiran logis dan disajikan dalam bentuk deskriptif analisis
yang merupakan ciri-ciri pendekatan kualitatif.Analisis data dilakukan dengan pengorganisasian data yang terkumpul berupa hasil wawancara dalam bentuk catatan,
rekaman wawancara, dokumen atau arsip resmi gambar atau foto sebagai dokumentasi, kemudian diurutkan dan dikelompokkan dalam kategori-kategori
tertentu sehingga dapat dengan mudah diinterprestasikan dan dipahami. Langkah selanjutnya adalah menginterprestasikan data dengan mengunakan metode analisis
etik dan emik. Analisis emik artinya data digambarkan menurut apa adanya sebagaimana digambarkan oleh subjek penelitian atau informan. Sedangkan analisis
etik artinya suatu upaya untuk menggambarkan data berdasarkan interpretasi peneliti.
Universitas Sumatera Utara
12
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah pembangunan merupakan masalah yang kompleks. Kompleksitas itu misalnya dari sisi manajemen berarti perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi. Dari sisi bidang yang yang harus dibangun juga memiliki aspekkehidupan yang sangat luas. Aspek kehidupan itu mencakup kehidupan politik,
ekonomi,sosial dan budaya serta pertahanan dan keamanan. Dalam manajemen pemerintahan yang otoriter yang sentralistis, dalam realitas masyarakat lebih
diposisikan sebagai obyek pembangunan. Ketika kini pemerintahan yang demokratis yang hendak dikembangkan,maka ada perubahan posisi masyarakat yang semula
lebih diposisikan sebagai obyek pembangunan menjadi subyek pembangunan. Memposisikan masyarakat sebagai subyek dalam pembangunan agar bersifat efektif
perlu dicarikan berbagai alternatif strategi pemberdayaan masyarakat. Pilihan strategi yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat.
Makalah ini lebih memfokuskan pada paparan tawaran berbagai strategi pemberdayaan masyarakat.
Pemerintah Desa untuk lebih memberdayakan masyarakat dan mengoptimalkan sumberdaya yang yang ada baik itu sumberdaya dari desa sendiri maupun dari luar.
Salah satu sumberdaya dari luar desa adalah alokasi dana dari Pemerintah Daerah dalam ujud Alokasi Dana Desa. Alokasi Dana desa mengandung makna bahwa desa
memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sesuai dengan kewenangan asli maupun yang diberikan, yang menyangkut peranan pemerintah desa
Universitas Sumatera Utara
13
sebagai penyelenggara pelayanan publik di desa dan sebagai pendamping dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah yang melibatkan
masyarakat di tingkat desa. Untuk melaksanakan kewenangan tersebut, pemerintah desa memiliki sumber-sumber penerimaan yang digunakan untuk membiayai
kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam mendukung proses pelaksanaan pembangunan di setiap desa adalah adanya
kepastian keuangan untuk pembiayaannya. Siti M, 2009 : 2
Sejak diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 1 Ayat 3, 5,6,7,8,9 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud
dengan: 3. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 5.Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
6.Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7.Desentralisasi adalah penyerahanwewenang pemerintahan oleh Pemerintah
kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
14
8.Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah danatau kepada instansi vertikal
di wilayah tertentu. 9. Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah danatau
desa dari pemerintah provinsi kepada kabupatenkota danatau desa serta dari pemerintah kabupaten kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
12. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati
dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam maksud dari Undang-Undang tersebut maka daerah diberi keleluasaan
untuk menekankan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan serta dengan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Undang-
Undang ini sebagai landasan hukum bagi tiap daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat. Masyarakat diberi peran yang lebih besar dalam pembangunan daerah. Selain
itu masyarakat dituntut berkreativitas dan berinovasi dalam mengelola potensi daerah serta memprakarsai pembangunan daerah. F.Desa,2007:3
Sejalan dengan perkembangan kemampuan rakyat dalam pembangunan dan berkurangnya campur tangan pemerintah pusat terhadap daerah, maka pembangunan
seharusnya diarahkan untuk merubah kehidupan rakyat menjadi lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
15
Perencanaan dan implementasi pembangunan seharusnya merupakan usaha untuk memberdayakan rakyat sehingga mereka mempunyai akses terhadap sumber-sumber
ekonomi. Model pembangunan yang melibatkan masyarakat dapat juga disebut dengan model pembangunan partisipatif. Pelaksanaan pembangunan partisipatif
merupakan konsekuensi logis dari tuntutan reformasi dan keterbukaan yang diinginkan oleh masyarakat sejak tumbangnya rejim orde baru, yang juga didukung
oleh prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang tertuang dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mengamanatkan pentingnya
dilaksanakan otonomi daerah, demokratisasi, partisipasi masyarakat serta desentralisasi kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan
di tingkat daerah. F.Desa,2007 : 4 Oleh karena itu diperlukan upaya penguatan perdesaan yang menempatkan desa
sebagai basis desentralisasi. Hal ini penting karena tiga alasan, yaitu : 1. Sebagian besar masyarakat Indonesia hidup di dalam komunitas pedesaan.
2. Komunitas pedesaan itu terkelompok ke dalam satuan masyarakat hukum yang memiliki pemerintahan yang otonom.
3.Desentralisasi di tingkat desa akan meningkatkan fungsi pemerintahan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.
Meskipun Desa seharusnya menjadi basis desentralisasi dan mampu menjalankan peran sebagai self governing community, kebanyakan Desa menghadapi
masalah yang akut. Pertama : Desa memiliki APBDES yang kecil dan sumber pendapatannya sangat tergantung pada bantuan yang sangat kecil pula. Kedua :
Kesejahteraan masyarakat desa rendah sehingga susah bagi Desa mempunyai
Universitas Sumatera Utara
16
Pendapatan Asli Desa PADes yang tinggi. Ketiga : Masalah itu diikuti oleh rendahnya Dana Operasional Desa untuk menjalankan pelayanan. Keempat : Tidak
kalah penting bahwa banyak program pembangunan masuk ke desa, tetapi hanya dikelola oleh Dinas. Program semacam itu mendulang kritikan bahwa program
tersebut tidak memberikan akses pembelajaran bagi Desa dan program itu bersifat top down sehingga tidak sejalan dengan kebutuhan Desa dan masyarakatnya.
Dalam penggunaan Alokasi Dana Desa, memerlukan adanya perencanaan,pelaksanaan,pengawasan, dan pertanggungjawaban terhadap
penggunaannya. Perencanaan pembangunan desa tidak terlepas dari perencanaan pembangunan dari kabupaten atau kota, sehingga perencanaan yang dibuat tersebut
bisa tetap selaras. Pelaksanaan pembangunan desa harus sesuai dengan yang telah direncanakan dalam proses perencanaan dan masyarakat, bersama aparat
pemerintahan juga berhak mengetahui dan melakukan pengawasan terhadap jalannya pembangunan desa Alokasi Dana Desa harus digunakan dan di alokasikan
sebagaimana mestinya sesuai dengan undang-undang dan ketentuan yang berlaku yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia. S. Ainul, 2009 : 3
Namun dalam penggunaan alokasi dana desa ini rawan terhadap penyelewengan yang dilakukan oleh pihak–pihakyang dipercaya untuk mengelola
Alokasi Dana Desa. Selain diperlukan adanya peningkatan kinerja aparatur pemerintaha desa dan Badan Pengawas Desa, jugadibutuhkan adanya peran dari
masyarakat untuk ikut dalam mengawasi penggunaan anggaran yang didapat dari pemerintah pusat.
Universitas Sumatera Utara
17
Turunnya berbagai bantuan tersebut belum ditindak lanjuti dengan manajemen program yang tepat. Untuk menciptakan keberdayaan dan kemandirian masyarakat,
tidak cukup dengan stimulan dana saja. Semestinya stimulan dana tersebut dibarengi dengan kemampuan manajemen dan pengorganisasian yang baik. kelemahan yang
perlu dikoreksi secara mendasar seperti : 1.
Pemberdayaan yang berindikasi KKN. 2.
Masih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi makro 3.
Kebijakan yang terpusat. 4.
Lebih bersifat karikatif. 5.
Memposisikan masyarakat sebagai obyek. 6.
Cara pandang kemiskinan yang diorientasikan pada ekonomi. 7.
Bersifat sektoral. 8.
Kurang terintegrasi. 9.
Tidak berkelanjutan atau mengesampingkan faktordaya dukung lingkungan.
Gerakan pembangunan selama ini sering kali bias kepentingan politik. Atmosfir semacam itu berdampak pada pelayanan publik yang tidak merata. Ada desa yang
selalu mengalir dengan lancar proyek-proyek dari tahun ke tahun, atau bahkan bisa bertumpuk beberapa proyek secara bersamaan, namun ada desa yang sama sekali
tidak pernah tersentuh proyek tersebut. Kondisi semacam ini di samping menciptakan kecemburuan antar masyarakat
juga membangun rasa enggan, apatis, bahkan kebencian pada pemerintah bagi desa
Universitas Sumatera Utara
18
yang tidak pernah kebagian proyek tersebut. Selain itu, beban pembangunan bisa dikatakan lebih besar di kota daripada desa. F.Desa,2007:2.
Alokasi Dana Desa dimaksudkan untuk membiayai program Pemerintahan Desa dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat desa. Sedangkan tujuan dari Alokasi Dana Desa adalah: 1.
Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa
sesuai kewenangannya. 2.
Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara parti
sipatif sesuai dengan potensi desa. 3.
Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa.
4. Mendorong peningkatan swadaya gotong-royong masyarakat desa.
Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten untuk Desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan
daerah yang diterima oleh kabupaten. Pemberian Alokasi Dana Desa merupakan stimulus bagi kemandirian masyarakat desa dalam melakukan pembangunan di
wilayahnya. Berdasarakan latar belakang yang telah dijelaskan diatas bermaksud untuk meneliti mengenai pemerdayaan masyarakat tentang alokasi dana desa, maka
peneliti memberi judul “ Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Alokasi Dana Desa Studi di desa Makmur Jaya Kecamatan Bagan Sinembah
Kabupaten Rokan Hilir’’
Universitas Sumatera Utara
19
B. Rumusan Masalah