- Kemudian setelah diterima, peneliti menjelaskan tujuan wawancara yang dilakukan adalah semata-mata untuk penelitian
- Peneliti mengajukan pertanyaan secara mendalam dan mencatat semua jawaban informan
5.7 Penyajian dan Analisa Data
Setelah mengadakan penelitian lapangan, maka tahapan selanjutnya adalah analisis dan penyajian data. Analisis yang dilakukan berdasarkan observasi dan
wawancara melalui daftar wawancara. Analisis data selanjutnya dilakukan dengan menelaah data secara kualitatif
Seluruh data yang diperoleh dari berbagai sumber melalui observasi dan wawancara dicatat dalam bentuk catatan lapangan. Data tersebut kemudian dibaca,
diteliti, dan ditelaah. Kemudian dilakukan kategorisasi dan perbandingan- perbandinan sebelum akhirnya menarik kesimpulan
DATA INFORMAN I Nama
: Ronal
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak ke : 2 dua dari tiga bersaudara
Usia :
16 Tahun
Agama :
Islam Suku
: Jawa
Pekerjaan :
Mengasong Usia Mulai Bekerja : 13 Tahun
Alamat : Jln Pintu Air VI No.23, Medan
Universitas Sumatera Utara
Klasifikasi Kasus : Anak Jalanan yang beraktifitas sebagai pengasong dengan
orang tua yang sudah berpisah
Pada saat penulis datang ke kawasan Simpang Pos Medan, tampak seorang anak laki-laki yang sedang mengasong yaitu berjualan barang dagangan seperti
rokok, tisu, mancis, permen dan minuman mineral. Beberapa saat penulis mengamati anak tersebut dari jarak yang tidak begitu jauh dari tempat dia
berjualan, setelah melihat anak tersebut tidak lagi sibuk dengan pekerjaannya penulis kemudian mencoba mendekati anak tersebut untuk memperkenalkan diri
dan berusaha melakukan pendekatan. Perkenalan pertama kali dengan anak tersebut awalnya terasa canggung dan
kaku, namun seiring berjalannya waktu dan penulis berusaha untuk seramah mungkin dalam berkomunikasi akhirnya suasana perbincangan dengan anak
tersebut bisa berjalan dengan baik. Informan I penulis bernama Ronal. Seorang anak laki-laki berkulit sawo matang, pertama jumpa dengan Informan I dia
memakai kaos oblong serta celana panjang, pada bagian dengkulnya sudah tampak koyak dengan membawa kotak berisi barang daggangan.
Ronal bekerja sebagai pengasong sudah tiga tahun lamanya, barang yang ia jual yaitu rokok, permen dan minuman mineral aqua. Ia bekerja semenjak duduk
di kelas 1 SMP, dan sekarang dia sudah tidak bersekolah lagi. Dijalanan Ronal bekerja selama 3 sampai 6 jam perharinya, ia mulai bekerja pada pukul 08.00 –
11.30 WIB pada siang hari ia pulang kerumah, karena jarak dari Simpang Pos ke rumahnya tidak terlalu jauh dan pada sore harinya ia muai bekerja lagi sampai jam
20.00 WIB. Menurut penuturan Ronal pagi dan sore adalah waktu dimana kendaraan banyak lewat di kawasan ini, bahkan bisa menimbulkan kemacetan.
Universitas Sumatera Utara
Situasi inilah yang dimanfaatkan Ronal untuk menjual barang daggangannya kepada pengendara kendaraan pribadi maupun umum seperti angkot.
Ketika penulis menanyakan alasan mengapa ia bekerja di jalanan Ronal mengatakan ia ingin bekerja dan mendapat penghasilan sendiri. Dengan bekerja
sebagai pengasong dijalanan dan mendapat penghasilan Ronal kemudian dapat menyisihkan atau memberi uang hasil kerjanya kepada keluarganya. Penghasilan
Ronal dalam bekerja 30.000 – 40.000. Disamping itu ia mengatakan tidak mau menjadi beban bagi ayahnya yang bekerja hanya sebagai tukang roti keliling,
sehingga ia ingin mandiri dengan mengasong dan memiliki penghasilan sendiri.
“aku nga mau ngerepotin bapak bang jadi aku ngasong biar dapat duit kan aku bisa memenuhi kebutuhanku sendiri, kadang kalo aku punya uang aku
kasih juga ke bapak untuk nambahin modal usahanya”
Menurut penuturan Ronal, ia pernah memberi uang kepada ayahnya sebesar 200.000 ribu, uang tersebut digunakan untuk menambahi modal usaha ayahnya.
Aktivitas Ronal dijalanan diketahui oleh ayahnya, sebelum turun kejalanan Ronal terlebih dahulu memberi tahu ayahnya jika ia ingin mengasong di jalanan, ia
menuturkan bahwa ayahnya memberikan keputusan sepenuhnya kepada dirinya. ayahnya hanya berpesan agar hati-hati dalam bekerja di jalanan mengingat kawasan
Simpang Pos merupakan jalan yang padat dengan aktivitas lalu lintas. Ronal merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara, ia tinggal bersama ayah
serta kedua saudaranya dengan mengontrak rumah. Dari tiga bersaudara tersebut hanya Ronal yang tidak bersekolah lagi, kakak serta adiknya masih sekolah Rini
yang merupakan kakak Ronal duduk di bangku kelas 3 SMA sedangkan Dani yang merupakan adik Ronal duduk di bangku kelas 5 SD. Ronal jika pulang dari
mengasong terkadang ia bermain dengan adiknya sedangkan kakanya sibuk
Universitas Sumatera Utara
mengerjai pekerjaan rumah tangga, bersih-bersih memasak dan sebagainya. Urusan rumah tangga menjadi pekerjaan kakak Ronal sehari-harinya hal ini dikarenakan
ayah dan ibu Ronal sudah lama berpisah, Ronal ngatakan bahwa Ibunya pergi begitu saja meninggalkan rumah dan tidak diketahui keberadaannya sampai
sekarang. Penulis merasakan ada perasan enggan pada diri Ronal untuk bercerita mengenai masalah keluarganya tersebut.
lingkungan rumahnya Ronal bergaul dengan anak tetangga yang seusianya mereka kebanyakan masih sekolah. Ronal mengaku ada sedikit perasaan minder
dengan teman-temannya akan tetapi dalam diri Ronal ada kebanggaan akan dirinya mengingat ia bekerja dan memiliki pendapatan sendiri sehingga mampu mandiri
memenuhi kebutuhannya seperti, membeli baju, hand phone, uang pulsa dan jajan ,
.Aktifitas Ronal bersama anak-anak di lingkungan lebih sering dilakukan untuk bermain bola.
“kalo pas aku lagi nga ngasong teman-teman ngajak aku main bola bang, di lapangan nga jauh dari rumah kami”
Ronal berbicara dengan bangga mengatakan bahwa ia mahir dalam bermain bola, sehingga ia sering mendapat ajakan dari teman-temannya untuk bermain
bersama mereka, ia juga mengatakan terkadang mereka dalam bertanding bermain bola melakukan taruhan, nominalnya bisa sampai 50.000 ribu dalam satu kali
pertandingan. Pergaulan Ronal dengan temannya sesama anak jalanan tergolong baik
namun ia mengatakan bahwa sesekali pernah juga mengalami pertengkaran dengan temannya di jalanan, pertangkaran ini dimulai ketika temannya meminjam uang
sebesar 30.000 ribu, namun hampir satu minggu temannya tidak membayar pinjaman tersebut. Ronal mengatakan bahwa temannya selalu mengelak dan
Universitas Sumatera Utara
mencari-cari alasan untuk tidak membayar ketika saat ditagih. Kontak fisik diantara merekapun hampir terjadi jika teman-teman yang lain tidak melerai mereka, setelah
kejadian tersebut Ronal mengatakan pada esok harinya temanya langsung membayar pinjamannya tersebut.
“Aku pernah bang, berantam sama kawanku, Adi namanya dia kemaren minjam uang samaku 30.000 ribu udah hampir seminggu nga di bayar-bayar
sama dia, asal ditagih banyak kali alasannya kumarahin, dia malah bentak- bentak aku, jadi berantamlah kami
” Aktivitas Ronal dalam mengasong di jalanan haruslah dilakukan dengan hati-
hati mengingat jalanan tersebut adalah padat lalu lintas, banyak kendaraan yang lewat pada setiap harinya. Menurut penuturan Ronal ia pernah di tabrak oleh becak
bermotor sampai terjatuh memang tidak sampai luka, akan tetapi Ronal kemudian menegur tukang becak tersebut mendengar teguran dari Ronal, tukang becak
kemudian marah dan memaki-maki dirinya.
“Aku pernah di tabrak sama tukang becak, memang kemaren itu lampu merahnya udah nyala bang, jadi aku mau jualan eh ada tukang becak nga
ngerem pas aku lewat jadi aku tertabraklah, aku rasa waktu itu dia mau nerobos lampu merah”
Pendapatan Ronal dalam mengasong jika dirata-ratakan sebesar 30.000- 40.000 ribu per harinya. Namun ia mengatakan pendapatannya pernah mencapai
50.000 ribu dalam satu hari, akan tetapi hanya sesekali saja ia pernah mendapatkan uang sebesar itu dalam mengasong. Sebelum bekerja sebagai pengasong ternyata
Ronal dulunya adalah seorang pengamen. Hasil tabungannya pada saat mengamen dijadikannya sebagai tambahan modal untuk mengasong. Menurut penuturan Ronal
menjadi seorang pengamen tidak sesulit mengasong, dengan hanya bermodalkan
Universitas Sumatera Utara
gitar ia sudah bisa mencari uang. Gitar yang ia gunakan adalah gitar sewaan yang disewa seharga Rp10.000 ribu perharinya. Pada saat bekerja sebagai pengasong,
Ronal awalnya hanya menjualkan barang dagangan milik orang lainpemilik modal yaitu orang yang sama yang menyewakan gitar kepadanya. Seiring berjalannya
waktu sekarang Ronal memiliki dagangan asongannya sendiri dagangannya itu dia peroleh dari hasil tabungannya selama ia bekerja.
Uang yang ia peroleh dalam mengasong, ia tabung sebesar 10.000 ribu selebihnya dipakai untuk memenuhi kebutuhanya sendiri dan keluarganya,
terkadang juga diberikan kepada adik yang masih sekolah kelas 5 SD sebesar 3.000 ribu, dan kakak yang duduk di kelas 2 SMA sebesar 5.000 ribu sebagai tambahan
uang jajan mereka untuk sekolah. Ronal juga memberi upah kepada kakanya karena telah mencucikan pakaiannya sehari-hari. Jika kakaknya mencuci pakaiannya
Ronal memberikan uang 10.000 ribu untuk kakanya tersebut sedangkan untuk urusan dapur Ronal mengatakan pernah memberi kakaknya uang untuk membeli
beras.
“Waktu itu beras kami abis bang, bapak belum pulang dari jualan jadi aku kasih aja uangku sama kakak 30.000 ribu untuk beli beras biar bisa dia masak”
Kebutuhan akan pakaian, Ronal mengatakan sudah dapat membeli pakaiannya sendiri tanpa meminta uang kepada orang tuanya. Pakaian yang ia beli
dapat berupa pakaian yang baru maupun bekas, akan tetapi Ronal lebih sering membeli pakaian bekas atau monza di pasar tradisional. Pakaian yang dibeli Ronal
terkadang tidak hanya untuk dirinya sendiri, jika ia memiliki uang pakaian untuk adiknya pun ia beli juga. Sedangkan untuk masalah pendidikan, karena ia tidak
bersekolah lagi Ronal hanya membantu untuk memenuhi kebutuhan sekolah kakak
Universitas Sumatera Utara
dan adiknya seperti membelikan perlengkapan alat-alat tulis untuk kedua saudaranya tersebut.
ANALISA KASUS
Ronal beraktifitas dijalan sebagai pengasong selama tiga tahun, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan sekoahnya sehingga Ronal hanyalah anak
yang bertamatkan SMP. Keputusan Ronal untuk bekerja dikarenakan keinginannya untuk dapat hidup mandiri dan tidak membebani orang tuanya, terlebih dua
saudaranya masih sekolah. Dengan bekerja ia juga mempunyai kesempatan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya disamping kebutuhannya sendiri. Ronal adalah
anak ke dua dari tiga bersaudara, ayahnya hanya bekerja sebagai tukang roti keliling sedangkan ibunya telah lama pergi dari rumah dan keberadaanya tidak di
ketahui. Kehidupan sosial Ronal dilakukannya dengan baik, hal ini dapat dilihat dari
interaksinya dengan angota keluarga tidak memiliki kendala, mereka dapat hidup rukun tidak hanya itu, Ronal juga memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
keluarganya dan ikut berperan serta dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam pergaulannya dengan teman memang ada sedikit perselisihan, ia pernah bertengkar
dengan temanya sesama anak jalanan dikarenakan masalah uang. Jika dilihat dari kondisi ekonominya Ronal dapat menghasilkan 30.000-40.000 ribu per harinya,
tapi jika ia beruntung terkadang ia mendapat penghasilan sebesar 50.000 ribu. Uang tersebut sebagian disisihkan untuk di tabung sebanyak 15.000 ribu selebihnya
digunakan untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarga seperti membeli baju, beras, perlengkapan tulis untuk kakak yang duduk di kelas 2 SMA dan adik di kelas
5 SD.
Universitas Sumatera Utara
Keinginan Ronal untuk dapat mandiri menjadi motivasi dirinya untuk menjalani pekerjaannya, dengan keinginan itulah Ronal yang tadinya seorang
pengamen dengan menyewa gitar dan kemudian menjual barang dagangan milik orang lain sekarang ia telah memiliki bagarang dagangannya sendiri yang
didapatkan dari hasil tabungannya selama ia bekerja.
DATA INFORMAN II Nama
: Jonatan
Sinaga Jenis Kelamin
: Laki-laki Anak ke
: 3 tiga dari empat bersaudara Usia
: 13
Tahun Agama
: Kristen
Protestan Suku
: Batak
Pekerjaan :
Mengamen Usia Mulai Bekerja : 11 Tahun
Alamat :
Jln Cinta
Karya, Medan
Klasifikasi Kasus : Anak Jalanan yang beraktifitas sebagai pengamen dan tidak
memiliki ayah
Hari kamis sekitar pukul 15.00 WIB penulis kembali datang ke kawasan Simpang Pos Medan, dilokasi tersebut dari kejauhan penulis melihat seorang anak
dengan memakai baju kemeja lengan panjang yang kelihatan sudah agak usang dan memakai topi dengan membawa gitar. Tak lama penulis mengamati anak tersebut
dalam beraktifitas, akhirnya penulis mendapatkan kesempatan untuk berkenalan dengan anak tersebut. Informan II penulis bernama Jonatan seorang anak laki-laki
Universitas Sumatera Utara
yang beraktifitas sebagai pengamen. Jonatan merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara ia sudah bekerja dijalanan selama satu tahun.
Jonatan tinggal bersama ibunya dan ke tiga saudaranya sedangkan ayahnya sudah lama meninggal sekitar empat tahun yang lalu. Ibu Jonatan bekerja sebagai
penjual pakaian bekas monza dan tukang kredit baju di pasar tradisional Kwala Bekala. Jonatan memiliki satu orang kakak dan satu orang abang serta adik laki-
laki, kakak Jonatan bekerja di rumah makan dan abangnya bekerja di tempat pencucian mobil sedangkan adiknya masih duduk di bangku kelas 2 SD. Dalam
beraktifitas sebagai pengamen jonatan bekerja 3-4 jam, Ia mengamen mulai pukul 14:00 WIB sampai dengan 19:00 WIB namun tidak setiap harinya ia mengamen
terkadang ia membantu ibunya berjualan di pasar, menurut penuturan Jonatan ibunya mengetahui aktifitasnya dijalanan dan saat penulis bertanya bagaimana
tanggapan ibunya Jonatan mengatakan ibunya tidak setuju ia mengamen di jalanan, ibunya ingin ia membantu berjualan dipasar.
“ mamak nga setuju bang aku ngamen, dia mau aku bantu-bantu dia
jualan di pajak tapi tetap ngamen aja aku bang, ya kalo lagi nga ngamen aku bantu mamak jualan jadi dia nga marahin aku”
Semasa hidup, ayah Jonatan hanya seorang buruh bangunan yang pekerjaannya tidak tetap, hanya menunggu adanya borongan bangunan, pada saat
itu abang Jonatan yang membantu ayahnya dalam bekerja, tetapi saat ayahnya meninggal dunia beban ekonomi semakin berat karena yang mencari nafkah
hanyalah ibunya. Dari peristiwa tersebut kakak dan abang Jonatan memilih untuk bekerja, hal inilah yang kemudian memotivasi Jonatan untuk bekerja.
Saat penulis menanyakan hubungan Jonatan dengan saudara-saudarannya, ia menjawab hubungan mereka baik-baik saja namun interaksi dengan kakak dan
Universitas Sumatera Utara
abangnya tidak terlalu sering terjadi karena mereka bekerja dari pagi hingga malam hari, jonatan lebih sering melakukan interaksi dengan adiknya yang masih SD,
terkadang ia juga mengantarkan adiknya tersebut ke sekolah sebelum ia pergi mengamen hal ini ia lakukan jika ibunya sudah pergi ke pasar untuk berjualan
karena biasanya ibunya yang mengantar adiknya tersebut. Dalam pergaulannya jonatan hanya memiliki teman sesama anak jalanan terkadang dalam mengamen
mereka membentuk kelompok kecil dua dampai tiga orang akan tetapi Jonatan mengatakan lebih nyaman jika mengamen sendiri karena pendapatannya tidak
dibagi dan dapat dinikmati sendiri. dalam pergaulannya Jonatan mengatakan tidah pernah bertengkar dengan teman-temannya dan ia juga tidak pernah menerima
perlakuan kasar dari orang dewasa disamping itu kegiatan mengelem yang pada umumnya dilakukan oleh anak jalanan seusiannya tidak ia lakukan.
“Kadang aku ngamen berdua sama kawan bang, biar musiknya lebih rame jadi lagunya lebih enak, aku maen gitar kawanku maen kricingan. Tapi
aku lebih enak ngamen sendiri karena duitnya sama aku semua bang, nga di bagi-bagi lagi ama kawan”
Pendapatan Jonatan dalam mengamen rata-rata 20.00-30.000 ribu dalam satu hari, jika tidak beruntung Jonatan minimal bisa mendapatkan hanya 10.000
ribu. Uang tersebut dipakai hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri seperti membeli pakaian, makan, dan bermain game online terkadang ia menyisihkan uang
pendapatannya sebesar 15.000 ribu dari hasil mengamen untuk ditabung di celengan miliknya. untuk memenuhi kebutuhan sandang seperti pakaian Jonatan
membeli pakaian dari ibunya, namun tentu dengan setengah harga mengingat ibunya adalah penjual pakaian bekas monza. Sedangkan untuk kebutuhan makan
siang terkadang Jonatan membelinya di warung hal ini dilakukan jika ia bekerja di
Universitas Sumatera Utara
jalanan, sedangkan untuk sarapan dan makan malam Jonatan makan di rumah. Disela-sela pekerjaannya ternyata Jonatan terkadang meluangkan waktu untuk
bermain game online di warnet yang juga dekat dengan kawasan Simpang Pos, di warnet tersebut biasannya Jonatan bermain selama 3 jam dengan biaya 7.000 Ribu,
tak jarang di warnet tersebut ia berjumpa dengan teman-temanya yang merupakan anak jalanan juga.
“Sebelum ngamen kadang-kadang aku maen Poin BlankPB dulu bang di warnet, nga jauhnya dari sini, aku maen paling paket tiga jam”
Disala-sela wawancara penulis dengan informan II, Jonatan meminta izin kepada penulis untuk melanjutkan aktifitasnya mengamen. Pada saat Informan II
melakukan aktifitasnya penulis disapa oleh orang tua separuh baya yang bekerja sebagai tukang becak yang sedang istrirahat sembari menunggu penumpang, bapak
tersebut ternyata memperhatikan saya ketika sedang mewawancarai Informan II dan tertarik untuk mengetahui apa sebenarnya yang saya lakukan. Maka sayapun
memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan saya melakukan kegiatan wawancara, Anto merupakan nama dari Bapak tersebut yang merupakan tentangga
dari Jonatan dan merupakan teman dari mendiang ayahnya. Menurut penuturan bapak Anto, Jonatan sering dimarahi oleh ibunya dikarenakan ia tidak mau sekolah.
Tidak lama penulis berbincang-bincang dengan bapak Anto, Jonatan kembali dengan tersenyum membawa uang ribuan yang bergulung-gulung didalam
botol aqua kecil yang di rekatkan di ujung gitarnya, setelah dihitung ternyata jumlahnya ada 5.000 rupiah. Saat penulis bertanya mengenai pendidikan Jonatan
mengatakan tidak sekolah lagi ia hanya sempat duduk di bangku kelas satu SMP setelah itu berhenti, menurut penuturan Jonatan sepertinya ia sudah menikmati
bekerja di jalan dan mendapatkan penghasilan sendiri sehingga Jonatan memiiki
Universitas Sumatera Utara
pemikiran bahwa ingin melakukan kegiatan yang menurutnya lebih menguntungkan dari pada bersekolah. Ia pun mengaku bahwa ibunya juga sering
memarahi dia agar mau pergi ke sekolah. Jonatan merasa bisa lebih mandiri karena tidak lagi meminta uang jajan kepada orang tuanya
ANALISA KASUS
Jonatan beraktifitas dijalan sebagai pengamen selama satu tahun, ia merupakan anak yatim ayahnya sudah meninggal dan ibunya menjadi tulang
punggung keluarga dari keterangan diatas keluarga Jonatan merupakan keluarga yang mandiri karena mayoritas anggota keluarga memiliki pekerjaan seperti ibu,
kakak, serta abang dan Jonatan kecuali adiknya yang masih SD. Jonatan merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara. Keinginan mendapatkan penghasilan dan
nyaman dengan pekerjaan yang ia lakukan membuat Jonatan menomor duakan pendidikannya sehingga ia berhenti dari sekolahnya.
Interaksi sosial Jonatan tergolong biasa-biasa saja, tidak ada konflik yang menimbulkan pertengkaran, baik di keluarganya maupun di lingkungan
pergaulannya dengan teman-temannya. Di dalam keluarga Jonatan jarang berinteraksi dengan kakak dan abangya di karenakan kegiatan pekerjaan mereka
yang membuat waktu mereka dirumah hanya sedikit yaitu pada malam hari. Disamping pekerjaannya mengamen Jonatan masih membantu ibunya dalam
berjualan di pasar serta menjaga adiknya yang masih SD, bahkan ia juga memberi perhatian kepada adiknya dengan mengantarkannya ke sekolah.
Pendapatan Jonatan dalam bekerja sebesar 20.000-30.000 per harinya, uang tersebut sebagian di tabung sisanya di alokasikan untuk memenuhi kebutuhannya
Universitas Sumatera Utara
sendiri seperti jajan, membeli baju, makan siang ketika bekerja di jalanan dan menikmati hiburan seperti bermain game online di warnet sedangkan untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga Jonatan tidak berpartisipasi.
DATA INFORMAN III Nama
: Jhon
Putra Pardede
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak ke : 2 dua dari empat bersaudara
Usia :
17 Tahun
Agama :
Kristen Protestan
Suku :
Batak Toba
Pekerjaan :
Mengasong Usia Mulai Bekerja : 14 Tahun
Alamat : Jln Jamin Ginting. Medan
Klasifikasi Kasus : Anak Jalanan yang beraktifitas sebagai pengasong dengan
kondisi keluarga yang kurang harmonis
Pada hari senin, pukul 13.00 WIB penulis kembali ke Kawasan Simpang Pos Medan guna mencari anak jalanan yang akan menjadi informan ke tiga penulis.
Pada saat menelusuri persimpangan penulis melihat Ronal yang merupakan informan I sedang menjualkan barang dagangannya, sekilas ia juga melihat penulis
dan tersenyum setelah lampu lalulintas berwarna hijau Ronal kemudian mendekati penulis dan kamipun saling tegur sapa. Saat kami bertegur sapa mendekatlah
seorang anak sekilas bekerja sebagai pengasong seperti Ronal merekapun
Universitas Sumatera Utara
berbincang-bincang. Melihat anak tersebut penulis kemudian meminta Ronal untuk memperkenalkan penulis kepada anak tersebut.
Informan III penulis bernama Jhon Putra Pardede, ia merupakan anak ke dua dari empat bersaudara, Johanes tidak tinggal bersama kedua orang tuannya ia
mengekost bersama temannya tidak jauh dari kawasan Simpang Pos yaitu masih berada di sekitar Jln Jamin Ginting. Jhon sudah beraktifitas di jalanan selama tiga
tahun, ia dalam bekerja berpindah-pindah tempat banyak persimpangan lampu merah menjadi lokasi pekerjaannya seperti Simpang Titi Kuning, Simpang Pos,
Simpang Kampus, dan Simpang Iskandar Muda. alasan Jhon bekerja mengasong di jalanan adalah karena diajak oleh temannya dan keinginan untuk mendapatkan
uang. Awalnya Johanes bekerja di simpang Titi Kuning akan tetapi lama-kelamaan anak Punk mendominasi persimpangan tersebut sehingga ia dan teman-temannya
berpindah ke simpang Pos. Dari penuturan Jhon ia merasa tidak nyaman dengan keberadaan anak Punk di persimpangan tersebut mereka cinderung kasar, karena
mayoritas usianya lebih dewasa dibandingkan dengan dirinya dan teman-temannya
“Aku dulu ngasong di Simpang Titi Kuning bang, tapi pas disana udah banyak anak Punk aku pindah ke Simpang Pos. nga enak sama orang itu banyak
yang sok berkuasa ”
Aktivitas Jhon di jalanan diketahui oleh kedua orang tuannya dan mereka tidak melarang, merekapun merasa tidak keberatan karena jika ia tidak sekolah lagi
lebih baik jhon bekerja. Pendidikan Jhon hanya sampai kelas 2 SMA, Jhon mengaku ia Drop Out dari sekolahnya karena jarang masuk dikarenakan ia lebih
memilih bekerja. Saat ditanya mengenai hubungannya dengan orang tuanya, Jhon tersenyum ia dengan sinis menjawab:
Universitas Sumatera Utara
“Males aku sama mereka bang, berantam saja kerjaannya. Nga betah pun aku tinggal sama orang tu”
Lebih lanjut penulis bertanya mengapa ia menjawab seperti itu, ternyata menurut penuturan Jhon, ayah dan ibunya sering bertengkar hal ini dikarenakan
ayah Jhon yang pengangguran, ibunya selalu menegur agar ayahnya mau mencari pekerjaan. Sebenarnya ayah Jhon dulu adalah supir angkutan umum namun ketika
pengeliatannya terganggurabun ayahnya tidak lagi membawa mobil angkutan, sudah satu tahun lamanya ayahnya tidak bekerja lagi. Disamping pengangguran
ternyata ayah Jhon sering berjudi di warung daerah rumahnya sedangkan ibu Jhon membuka usaha rantangan atau katring. Setiap kali Jhon ingin melerai pertengkaran
mereka, ia selalu di marahi serta mendapat makian dari ayahnya. Mendengar penjelasan Jhon mengenai situasi keluargannya penulis
kemudian mengerti mengapa Jhon memilih untuk ngekost bersama temannya, tetapi terkadang ia juga pulang kerumah sekedar melihat kondisi ibu dan kedua
adik-adiknya, hampir setahun Jhon mengekost baru dua kali ia sempatkan untuk pulang kerumah orang tuannya yang berada di daerah Dilitua. Abang Jhon sudah
tidak tinggal lagi bersama kedua orang tuannya, karena merantau dan bekerja di salah satu pabrik di Batam sudah hampir lima tahun ia bekerja disana. Sedangkan
kedua adiknya masih SD, saat dia pulang kerumah Jhon memberi mereka tambahan uang jajan masing-masing 3.000 ribu ketika hendak pergi kesekolah.
Interaksi terhadap teman sebaya, Jhon hanya bergaul dengan sesama anak jalanan saja, memang Kost yang ditinggali olehnya dihuni orang-orang yang
berbeda latar belakang, ada yang bekerja dan juga dari kalangan mahasiswa akan tetapi Jhon merasa kurang nyaman berteman dengan mereka terlebih dari kalangan
mahasiswa, menurut Jhon mereka lebih memandang sebelah mata terhadap anak
Universitas Sumatera Utara
jalanan yang mengekost di sana. Menurut penjelasan Jhon ada empat orang yang bekerja di jalanan mengekost di tempat tersebut, termasuk dirinya yang paling
muda di antara mereka berempat.
“Pernah bang mereka kehilangan Laptop, terus dituduhnya kami yang mengambil padahal kami nga ada ngambil, lantaran kami ini kerja di jalanan
jadi mereka langsung nuduh kami yang nyuri”
Modal awal Jhon dalam mengasong berasal dari abangnya, ia meminta uang kepada abangnya sebesar 300.000 ribu, dari uang tersebut ia kemudian membeli
perlengkapan untuk di jual seperti beberapa bungkus rokok dengan berbagai merek, permen, tisu, dan minuman mineral. Pendapatan Jhon dalam bekerja rata-rata
30.000 - 40.000 ribu dalam satu hari, uang tersebut digunakanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari yaitu untuk makan, membeli keperluan mandi,
pakaian, rokok, dll. Jhon sudah hampir satu tahun mengekost di jalan Jamin Ginting dalam hal membayar uang kost Jhon patungan dengan temannya yaitu
sebesar 400.000 ribu, berarti Jhon perbulannya menyisihkan pendapatannya sebesar 200.000 untuk membayar uang kost sedangkan untuk uang listrik ia membayar
40.000 ribu. Kebutuhan akan pakaian Jhon mengatakan lebih sering membeli pakaian
bekas monza ketimbang pakaian baru hal ini dilakukannya untuk menghemat pendapatannya dalam bekerja.
“Aku beli pakaian monza bang, di pajak Simpang Kwala masih bagus- bagusnya pakaiannya ketimbang beli baru kan mahal”
Universitas Sumatera Utara
ANALISIS KASUS
Jhon beraktifitas di jalan sebagai pengasong selama tiga tahun, keluarga Jhon merupakan keluarga yang tidak harmonis hal ini dikarenakan sering terjadinya
pertengkaran antara ayah dan ibunya. Ketidak harmonisan ini membuat Jhon tidak betah tinggal dirumahnya sehingga ia memutuskan untuk mengekost. Adanya
ajakan teman membuat Jhon turun ke dunia jalanan bekerja sebagai pengasong, tentu hal ini sudah ia perhitungkan resiko dan keuntungan yang ia peroleh jika ia
bekerja di jalanan. Interaksi Jhon dengan keluarganya kurang baik hal ini dapat dilihat dari
situasi keluarga yang kurang harmonis, ditambah kepergian Jhon dari rumah membuat ia jarang berinteraksi dengan anggota keluarganya terutama kepada kedua
adiknya, akan tetapi kepedulian terhadap kedua adik-adiknya masih bisa ditunjukkan oleh Jhon dengan memberi tambahan uang jajan untuk mereka
sekolah. Dengan tidak tinggal bersama kedua orang tuannya Jhon menjadi anak yang mandiri berusaha dan bekerja untuk menafkahi dirinya sendiri.
Pergaulan Jhon untuk teman sebayanya hanya dikalangan anak jalanan, disamping itu ia juga bergaul dengan orang yang lebih dewasa dari dirinya. setiap
malam minggu mereka selalu bermain kartu dengan bertaruh uang di warung dekat kostnya tak jarang ia juga bermain dengan bapak-bapak tukang becak, tukang
parkir dan orang dewasa lainnya. Jika dilihat dari kondisi ekonominya pendapatan Jhon sekitar 30.000-40.000 ribu dalam satu hari, maka dalam satu bulan Jhon dapat
mengumpulkan uang sebesar 900.000-1.200.000 uang tersebut digunakan membayar uang kost, listrik, perlengkapan mandi, rokok, makan dan pakaian
sisanya ia tabung untuk membeli barang dagangan jika stok dagangannya sudah habis.
Universitas Sumatera Utara
INFORMAN IV
Nama :
Ridwan Jenis Kelamin
: Laki-laki Anak ke
: pertama dari empat bersaudara Usia
: 16
Tahun Agama
: islam
Suku :
jawa Pekerjaan
: Mengasong
Usia Mulai Bekerja : 13 tahun Alamat
: Jln
Cinta Karya
Klasifikasi Kasus : Anak Jalanan yang beraktifitas sebagai pengasong dan tidak
memiliki ayah
Hari kamis, pukul 14.00 WIB penulis kembali ke kawasan Simpang Pos untuk mencari anak jalanan yang akan di jadikan sebagai Informan ke IV. Pada
siang hari itu penulis bertemu dengan seorang teman yang bernama Dani pekerjaannya sebagai pengasong, Dani mungkin dikategorikan sebagai anak
jalanan yang sudah dewasa karena umurnya sudah 23 tahun, Dani adalah merupakan anak jalanan yang dulunya merupakan bimbingan yayasan KKSP, ia
merupakan salah satu personil grup musik yang dibina oleh lembaga tersebut, Bambooes merupakan nama grup musik mereka, pada saat penulis melaksanakan
praktikum lapangan di lembaga tersebut disanalah penulis berkenalan dengan Dani, kamipun berbincang-bincang karena sudah lama tidak bertemu, penulis
mengutarakan keinginan untuk mencari informan IV kepada Dani, ia pun segera
Universitas Sumatera Utara
mencari dan kebetulan mendapatkan seorang anak laki-laki. Dani kemudian mempertemukan penulis dengan temannya tersebut.
Ridwan merupakan nama dari Informan IV penulis, Pekerjaan sebagai pengasong sudah ditekuni oleh Ridwan semenjak tiga tahun yang lalu barang yang
Ia jual yaitu rokok, tisu, permen dan minuman mineral aqua. Ridwan beraktifitas di jalanan selama 3-7 jam dalam satu hari, menurut penuturanya pada saat pagi dan
sore hari merupakan waktu yang ia sukai dalam bekerja hal ini dikarenakan waktu tersebut merupakan waktu dimana keadaan kawasan Simpang Pos padat arus
lalulintas. Pukul 07.00-10.00 WIB ia mulai bekerja kemudian pulang kerumah untuk istirahat, jika ibunya pergi untuk bekerja Ridwan menjaga adiknya dan kios
bensin eceran yang mereka jual di depan rumahnya. Pukul 15.00 WIB Ridwan kembali ke Simpang Pos untuk mengasong dan pukul 19.00 WIB ia pulang ke
rumah. Alasan Ridwan untuk bekerja sebagai pengasong adalah untuk membantu orang tuanya. Ridwan merupakan anak pertama dari empat bersaudara ia memiliki
satu adik perempuan dan dua adik laki-laki, kedua adiknya masih sekolah di bangku SD sedangkan adiknya yang paling bungsu belum sekolah karena masih
berusia 3 tahun . Ia tinggal bersama ibunya di sebuah rumah yang mereka sewa, sedangkan ayah Ridwan telah meninggal dunia ketika ia masih SMP.
Aktifitas Ridwan sebagai pengasong diketahui oleh ibunya dan ketika penulis bertanya apa tanggapan ibunya, Ridwan hanya dinasehati oleh ibunya agar
hati-hati dalam bekerja dan jangan mengikuti pergaulan anak jalanan yang menjurus pada perbuatan negatif. Ibu Ridwan bekerja sebagai tukang cuci dan
penjual bensin eceran di rumahnya, penghasilan yang tidak menentu dari pekerjaan ibunya, membuat Esron berinisiatif untuk bekerja sebagai pengasong guna mencari
Universitas Sumatera Utara
uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Setiap pulang mengasong Ridwan selalu memberi uang sebesar 15.000 ribu kepada orang tuannya
“kasian mamak bang, sendirian nyarik uang untuk kami, ngga tega aku ngeliatnya, jadi ngasonglah aku biar bisa bantu-bantu mamak nyarik uang”
Hubungan Ridwan dengan ibu serta ketiga adiknya menurutnya baik-baik saja, tidak pernah terjadi permasalahan yang sampai menimbulkan konflik. Ia
mengaku sangat menyayangi keluarganya tersebut tetapi ia juga merasa rindu akan sosok ayah yang sudah lama meninggal. Ridwan juga terkadang membantu ibunya
untuk menjaga adiknya yang paling bungsu jika ibunya pergi untuk bekerja, setelah ibunya selesai dan pulang barulah Ridwan pergi mengasong
Pergaulan Ridwan dengan teman-temannya di jalanan dapat berjalan dengan baik, ia mengaku jika ada perselisihan tidak sampai menimbulkan perkelahian bisa
di selesaikan dengan damai, Ridwan dalam pergaulan di jalanan tidak melakukan
hal-hal yang negatif seperti yang di pesankan oleh ibunya, judi, minuman keras, obat-obatan terlarang ia hindari dalam melakukan pergaulan di jalanan. Menurut
Ridwan hal-hal tersebut hanya akan menghambur-hamburkan uang yang telah didapatkannya. Ridwan tidak memiliki teman sebaya yang bukan anak jalanan hal
ini dikarenakan di lingkungan rumahnya hanya ada beberapa anak yang seusiannya dan bersekolah, ia mengatakan mereka duduk di bangku SMA. Interaksi yang
terjadi dengan anak sebayanya tersebut hanya sekedar bertegur sapa dan ketika mereka datang untuk membeli bensin yang ia jual.
Pendapatan Ridwan
dalam bekerja adalah 30.000-50.000 ribu, pendapatan ini ia hasilkan dari berjualan rokok, permen, tisu dan minuman mineral aqua.
Dalam menjual barang dagangannya Ridwan memerlukan modal sebesar 302.000 untuk mendapatkan uang tersebut Ridwan meminjam uang pamannya sebesar
Universitas Sumatera Utara
200.000 ribu kekurangan 102.000 ribu Ia menggunakan uang tabungannya. Uang 302.000 ribu digunakan untuk membeli 20 bungkus rokok dengan berbagai merek
seperti, Djarum Super, Gudang Garam, Sempoerna, dan Djisamsoe dengan harga rata-rata 12.000 ribu satu bungkus, 5 tisu wajah dengan harga 20.000, 1 kardus
minuman mineral Aqua 37.000 ribu, dan 1 bungkus permen dengan harga 5.000 ribu. Pendapatan terbesar berasal dari penjualan rokok dan minuman mineral, untuk
rokok ia menjual 4 batang seharga 5.000 dan satu botol aqua seharga 2.500. Disamping memberi uang kepada ibunya sebesar 15.000 ribu setiap kali Ia
mengasong Ridwan juga dapat memenuhi kebutuhan dirinya tanpa meminta lagi kepada orang tua seperti uang untuk membeli pakaian, hand phone, uang pulsa, dan
menikmati hiburan seperti bermain game online di warnet. Keluarga Ridwan, menurutnya dalam hal pemenuhan kebutuhan akan
makanan tidak mengalami kesulitan yang besar, Ia beserta keluarga dapat makan tiga kali dalam satu hari, untuk memenuhi kebutuhan pangan terkadang ibu Ridwan
meminta uang untuk membeli sembako, Ridwan kemudian memberi uang sebesar 30.000 ribu, uang tersebut untuk membeli telur, mie instan, dan sayur-sayuran
“Kadang kalo ibu mau belanja dia minta uang sama aku bang, kalo aku lagi punya duit ya aku kasihlah 30.000 ribu. ibu nga setiap hari minta uang
untuk belanja bang paling seminggu sekali”
Kebutuhan akan pakaian Ridwan mengatakan sudah dapat memenuhinya, dengan pendapatan dan uang yang Ia tabung di celengan sebesar 5.000 ribu setiap
hari, Ia tidak lagi meminta uang kepada orang tua. Baju yang Ia beli ada yang kondisi baru dan ada juga dengan kondisi bekas monza. Untuk hari tertentu
seperti hari raya Idhul Fitri Ia membeli baju baru bersama-sama adik dan ibunya berbelanja di pasar. Untuk berbelanja pakaian Ridwan mengeluarkan uang sebesar
Universitas Sumatera Utara
\300.000 ribu, uang tersebut digunakan untuk membeli bajunya serta menambahi uang untuk membeli baju adik-adiknya.
“Waktu Hari Raya aku sama mamak dan adik-adik pergi ke sambu untuk belanja pakaian, aku beli pakaian satu setel 150.000 ribu, terus aku kasih juga
ke mamak uang 150.000 ribu untuk beli baju adik”
Ridwan tinggal bersama keluarganya di sebuah rumah kontrakan, menurut penuturan Ridwan uang sewa rumah mereka sebesar 450.000 per bulannya dan
biaya listri sekitar 50.000 setiap bulan utuk kebutuhan air mereka menggunakan air sumur. Untuk biaya perumahan Ridwan menanggung uang listrik setiap bulan, hal
ini tentu sangat membantu ibunya dalam menanggung beban ekonomi keluarganya
“Kalo untuk biaya rumah aku cuman ngasih duit ke mamak 50.000 ribu bang, uang itu untuk bayar listrik”
Pendidikan Ridwan hanya sampai tamat SMP, Ia memutuskan untuk tidak melanjut ke jenjang yang lebih tinggi di karenakan hanya ingin bekerja untuk
mencari uang dan tidak memberatkan ibunya dikarenakan masih ada dua lagi adiknya yang masih bersekolah, yaitu adik perempuan kelas 6 SD dan adik laki-laki
kelas 3 SD. Setiap kali mereka pergi kesekolah Ridwan sering memberi mereka uang jajan tambahan sebesar 2.000 per orang, disamping pemberian ibunya yang
juga 2.000 maka kedua adiknya tersebut mendapat uang saku sebesar 4.000 per orangnya. Untuk biaya alat-alat tulis Ridwan juga pernah memberi ibunya uang
sebesar 30.000 ribu untuk membeli buku dan alat-alat tulis yang akan digunakan oleh kedua adiknya tersebut.
Universitas Sumatera Utara
ANALISA KASUS
Ridwan merupakan anak jalanan yang beraktifitas sebagai pengasong, ia tinggal dengan ibu beserta ketiga saudaranya sedangkan ayahnya sudah meninggal.
keinginan untuk membantu ibunya dalam memikul beban ekonomi keluarga menjadi motivasinya untuk bekerja. Ridwan bekerja menghabiskan waktu 3-7 jam
dalam satu hari dengan waktu tersebut Ia dapat memperoleh pendapatan sebesar 30.000 – 50.000 ribu, setiap kali Ridwan pulang mengasong Ia memberi uang
kepada ibunya sebesar 15.000 ribu dari pendapatan yang telah di peroleh. Dengan bekerja Ridwan dapat menjadi anak yang mandiri dan tidak membebani ibunya,
Ridwan dapat memenuhi kebutuhannya seperti membeli baju, hand phone, uang pulsa, dan menikmati hiburan seperti bermain game online di warnet.
Kebutuhan akan pangan keluarga Ridwan tidak mengalami kesulitan yang besar untuk memenuhi kebutuhan mereka, terkadang Ridwan memberi uang kepada
ibunya sebesar 30.000 ribu untuk membeli telur, mie instan, dan sayur-sayuran. Untuk memenuhi kebutuhan sandang Ridwan sudah dapat membeli pakaiannya
sendiri. Ia pernah menghabiskan uang sebesar 300.000 ribu untuk membeli pakaian dirinya beserta ketiga adiknya. Untuk urusan perumahan Ridwan membayar uang
listrik sebesar 50.000 setiap bulan sedangkan untuk keperluan sekolah adik-adiknya Ia memberi tambahan uang jajan sebesar 2.000 dan untuk membeli buku tulis
sebesar 30.000 ribu Hubungan Ridwan dengan ibu serta ketiga adiknya menurutnya baik-baik
saja, tidak pernah terjadi permasalahan yang sampai menimbulkan konflik. Ia mengaku sangat menyayangi keluarganya tersebut tetapi ia juga merasa rindu akan
sosok ayah yang sudah lama meninggal. Ridwan juga terkadang membantu ibunya
Universitas Sumatera Utara
untuk menjaga adiknya yang paling bungsu jika ibunya pergi untuk bekerja, setelah ibunya selesai dan pulang barulah Ridwan pergi mengasong
INFORMAN V
Nama :
Sandy Jenis Kelamin
: Laki-laki Anak ke
: 3 dua dari tiga bersaudara Usia
: 12
Tahun Agama
: islam
Suku :
Jawa Pekerjaan
: Mengamen
Usia Mulai Bekerja : 12 Tahun Alamat
: Jln Pintu Air IV, Medan Klasifikasi Kasus
: Anak Jalanan yang beraktifitas sebagai pengamen dan masih bersekolah
Hari kamis, saat penulis mewawancarai Informan IV ternyata Dani telah mengajak satu lagi temannya untuk dikenalkan kepada penulis, ketika Infoman IV
melanjutkan pekerjaannya, penulis berkanalan dengan anak tersebut dan menjelaskan maksud dan tujuan penulis ia pun bersedia menjadi Informan V.
Sandy merupakan nama anak tersebut, dikarenakan penulis masih terfokus pada Informan IV maka penulis meminta kesediaan Sandy untuk dapat berjumpa pada
esok harinya dan Ia menyanggupi permintaan penulis.
Universitas Sumatera Utara
Hari jumat, pukul 14.00 WIB penulis datang kembali ke kawasan Simpang Pos guna bertemu Informan V, hampir satu jam penulis menunggu di tempat yang
sudah ditentukan sebelumnya, akhirnya Informan V datang menghampiri penulis. Informan V penulis bernama Sandy, ia merupakan anak ke tiga dari tiga
bersaudara. Sandy tinggal bersama kedua orang tuannya dan kedua saudarannya, ayah Sandi bekerja di bengkel las dan ibunya berjualan jajanan tahu keliling. Sandy
memiliki satu orang abang yang bekerja di bengkel sepeda motor sedangkan kakaknya masih duduk di kelas 1 SMA
Waktu yang dihabiskan oleh Sandy untuk beraktifitas di jalanan adalah 2-3 jam dalam satu hari, aktifitas mengamen dilakukan ketika saat selesai pulang
sekolah, ia mulai mengamen pada saore hari pukul 15:00 WIB. Menurut penuturan Sandy, ia masih bersekolah dan duduk di bangku kelas 5 SD di sekolah
dekat lingkungan rumahnya sedangkan dalam beraktifitas sebagai pengamen ia jalani masih sekitar 4 bulanan. Saat penulis bertanya apa yang menjadi alasannya
mengamen di jalanan, Sandy mengatakan awalnya ia hanya coba-coba dan ikut - ikut teman
“Aku ngamen di jalanan untuk main-main aja bang, cuman nyarik uang jajan ketimbang di rumah bosan nga ngapa-ngapain, cuman modal kricingan
aja aku dah bisa dapat duit”
Aktifitas Sandy di jalan di ketahui oleh kedua orang tuanya, berbeda dengan ayah Sandy yang memperbolehkan ia mengamen, menurut penuturan Sandy ibunya
kurang setuju dengan aktifitasnya di jalanan karena khawatir akan keselamatannya, tetapi seiring berjalannya waktu ibunya tidak lagi melarang ia beraktifitas.
Hubungan Sandy dengan kedua orang tuannya tergolong baik, meski dengan ayah yang bekerja di bengkal las membuat ayahnya bekerja dari pagi sampai sore hari
Universitas Sumatera Utara
sedangkan ibunya juga begitu karena berjualan jajanan tahu sehingga tidak banyak waktu yang dihabiskan untuk saling berinteraksi dengan Sandy. Akan tetapi
menurut Sandy hubungan dengan kakaknya sangat akrab, kakaknya sering membantu mengerjakan PR, Sandy merasa beruntung karena kakanya masih
bersekolah dan duduk di kelas 1 SMA sehingga masih bisa membantu ia dalam hal pelajaran sedangkan abang Sandy sudah bekerja di bengkel sebagai montir
sehingga juga jarang berinteraksi dengan abanya tersebut. Menurut penuturan Sandy dalam hal pergaulan dengan Sesama anak jalanan
Ia tidak terlalu akrab dikarenakan ia masih tergolong baru di jalanan tetapi menurutnya ada beberapa teman bermain se-usianya, mereka terkadang mengamen
dengan membentuk kelompok dengan 3 orang. Sedangkan untuk teman sebaya yang bukan anak jalanan Sandy hanya mempunyai teman-teman yang ada
disekolahnya menurut Sandy ada beberapa teman yang mengetahui jika ia mengamen tetapi ada juga yang tidak tahu.
“Kalo aku ngamen kadang sama teman, si Andi dan Wanson. Orang itu kawan sekelas ku bang, kami kadang main-main sama karena rumah orang itu
nga jauh dari rumah ku bang”
Pendapatan Sandy dalam mengamen sebesar 10.000-20.000 ribu dalam satu hari, menurut penuturan Sandy tidak mengamen setiap hari. Dalam seminggu
terkadang ia mengamen sebanyak 3-4 kali. Uang tersebut Ia pakai untuk jajan dan bermain game online ataupun play station. uang yang Sandy peroleh saat
mengamen ternyata tidak selamanya ia habiskan untuk jajan dan bermain. Sandy juga menyisihkan uang tersebut untuk di simpan di celengan miliknya, dari uang
tabungan tersebut ia bisa membeli sepatu baru dengan harga 70.000 ribu untuk sekolah.
Universitas Sumatera Utara
“Uang hasil ngamen aku tabung juga bang, kalo dapat 20.000 ribu aku simpan 10.000 ribu, tapi kalo dapatnya 10.000 abis buat jajan dan maen Plays
Station sama Game Online”
ANALISIS KASUS
Sandy merupakan anak jalanan yang beraktifitas sebagai pengamen dan masih bersekolah, ia duduk di bangku kelas 5 SD. Sandy tiggal bersama kedua
orang tuannya dan kedua saudaranya. Ayah Sandy bekerja di bengkel las sedangkan ibunya bekerja sebagai penjual jajanan tahu keliling sedangkan abang
sandy sudah bekerja di bengkel sepeda motor abang Sandy merupakan tamatan dari SMK sedangkan kakaknya masih sekolah di bangku kelas 1 SMA
Sandy mengamen menghabiskan waktu di jalanan 2-3 jam dalam satu hari dan memperoleh pendapatan 10.000-20.000 ribu dalam satu hari, ia tidak
mengamen setiap hari dalam satu minggu ia mengamen 3-4 kali. Aktifitas dalam mengamen hanya dilakukan oleh Sandy untuk mendapatkan uang jajan tambahan
untuk ia bermain. Dengan mengamen dan uang yang ia simpan Sandy dapat membeli sepatu baru untuk sekolah dengan harga 70.000 ribu
Hubungan Sandy dengan kedua orang tuannya tergolong baik, meski jarang berinteraksi dikarenakan ayah dan ibu yang sibuk bekerja akan tetapi hubungan
dengan kakaknya sangat akrab, kakaknya sering membantu mengerjakan PR, Sandy merasa beruntung karena kakanya masih bersekolah dan duduk di kelas 1
SMA sehingga masih bisa membantu ia dalam hal pelajaran sedangkan abang Sandy sudah bekerja di bengkel sebagai montir sehingga juga jarang berinteraksi
Universitas Sumatera Utara
dengan abanya tersebut. Untuk pergaulan dengan Sesama anak jalanan Ia tidak terlalu akrab dikarenakan ia masih tergolong baru di jalanan meski sudah ada
beberapa orang yang ia kenal di jalanan. Sedangkan interaksi dengan teman sebaya yang bukan anak jalanan hanya dapat dilakukan di lingkungan sekolahnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan