Implementasi Sistem Kesimpulan Saran

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Bab ini membahas hasil penelitian yang dilakukan dari aplikasi digital watermarking dengan menggunakan metode 2D-Haar Wavelet Transform 2D-HWT dan Least Significant Bit LSB sesuai dengan spesifikasi penerapan yang telah dibahas pada Bab 3. Bab ini akan menjabarkan hasil dari aplikasi digital watermarking.

4.1. Implementasi Sistem

Dalam penelitian ini, aplikasi digital watermarking dibangun dengan menggunakan VB Visual Basic. 4.1.1 Konfigurasi Perangkat Keras Spesifikasi perangkat keras yang digunakan untuk membangun aplikasi ini dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Spesifikasi perangkat keras yang digunakan No. Jenis Komponen Komponen yang digunakan 1. Processor AMD Phenom II X6 1050T 2. Memory 8.00GB Dual-Channel DDR3 3. Kartu Grafis 1023MB NVIDIA GeForce GTX 550 Ti 4. Storage 223GB Crucial_CT240M500SSD1 ATA Device SSD 5. Resolusi Layar 1280 x 1024 pixel Universitas Sumatera Utara 4.1.2 Konfigurasi Perangkat Lunak Konfigurasi perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini, baik pada proses implementasi maupun pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Spesifikasi perangkat lunak yang digunakan No. Jenis Software Software yang digunakan 1. Sistem Operasi Microsoft® Windows 7 Ultimate 64-bit SP1 2. Image Editor Adobe Photoshop CS6 64-bit 3. Bahasa Pemrograman Visual Basic 4. Aplikasi Pemrograman Visual Studio 2013

4.2. Pengujian Sistem

Pengujian sistem dilakukan untuk menguji apakah sistem yang dibangun sudah berjalan dengan baik dan benar serta sesuai dengan perancangan yang telah dilakukan sebelumnya. Beberapa langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 4.2.1 Pengujian 2D-Haar Wavelet Transformation Pada tahapan ini, dilakukan pengujian terhadap rumus matriks 2D-Haar Wavelet Transformation yang telah diaplikasikan dalam bahasa pemrograman Visual Basic. Hasil yang didapatkan dari proses transformasi dapat dilihat pada gambar 4.1. Hasil transformasi yang dilakukan sesuai dengan harapan. Citra asli berhasil ditransformasikan menjadi 4 sub-bands wavelet yakni LL, LH, HL dan HH. Percobaan pertama dapat dilihat pada gambar 4.1a dimana citra berhasil ditransformasi. Dilanjutkan dengan percobaan kedua dan ketiga gambar 4.1b dan gambar 4.1c juga berhasil dilakukan transformasi. Pada percobaan keempat gambar 4.1d juga berhasil dilakukan transformasi. Percobaan menggunakan citra yang memiliki ukuran panjang x lebar yang berbeda gambar 4.1e juga menghasilkan hasil yang memuaskan. Hasil pengujian secara lengkap dapat dilihat pada tabel 4.3 dimana percobaan menggunkan citra yang memiliki ukuran berbeda-beda membutuhkan waktu transformasi yang Universitas Sumatera Utara berbeda-beda pula. Waktu yang diperlukan untuk melakukan transformasi pada citra sangat tergantung pada ukuran pixel pada gambar. Semakin besar pixel-nya maka proses transformasi akan membutuhkan waktu lebih lama. Begitu juga sebaliknya semakin kecil pixel-nya maka proses transformasi akan berlangsung lebih cepat. Tabel 4.3 Hasil pengujian 2D-Haar Wavelet Transformation No. Nama Ekstensi Ukuran Citra Waktu Transformasi 1. Barbara.jpg 512 x 512px 0.811 detik 2. Carole Hersee.jpg 304 x 304px 0.281 detik 3. Lenna.png 512 x 512px 0.827 detik 4. usu small.bmp 107 x 107px 0.031 detik 5. duit.jpg 186 x 168px 0.093 detik Gambar 4.1a Hasil 2D-Haar Wavelet Transformation Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1b Hasil 2D-Haar Wavelet Transformation Gambar 4.1c Hasil 2D-Haar Wavelet Transformation Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1d Hasil 2D-Haar Wavelet Transformation Gambar 4.1e Hasil 2D-Haar Wavelet Transformation Universitas Sumatera Utara 4.2.2 Pengujian Least Significant Bit Pada tahapan ini, dilakukan pengujian terhadap metode Least Significant Bit dengan shifting bit diantara citra asli dan citra watermark. Hasil yang didapatkan sesuai harapan. Citra hasil penyisipan dapat dilihat pada gambar 4.2. Percobaan pertama dapat dilihat pada gambar 4.2a dimana citra watermark berhasil disisipkan ke dalam citra asli dan citra watermark dapat dilihat secara kasat mata. Percobaan kedua gambar 4.2b menunjukkan penyisipan berhasil dilakukan. Begitu pula dengan percobaan berikutnya gambar 4.2c juga menunjukkan hasil yang memuaskan. Pada gambar 4.2d dapat dilihat bahwa citra watermark berhasil disisipkan. Pada gambar 4.2e percobaan dilakukan menggunakan 2 citra dengan ukuran yang sama dan menghasilkan hasil yang cukup memuaskan. Hasil pengujian secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.4 dimana waktu penyisipan bergantung pada ukuran citra asli dan citra watermark tidak terlalu mempengaruhi waktu penyisipan. Gambar 4.2a Hasil Least Significant Bit Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2b Hasil Least Significant Bit Gambar 4.2c Hasil Least Significant Bit Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2d Hasil Least Significant Bit Gambar 4.2e Hasil Least Significant Bit Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 Hasil pengujian Least Significant Bit No. Nama Ekstensi Citra Asli Ukuran Citra Asli Nama Ekstensi Citra Watermark Ukuran Citra Watermark Waktu Penyisipan 1. Barbara.jpg 512 x 512px usu small.bmp 107 x 107px 0.577 detik 2. Carole Hersee.jpg 304 x 304px usu small.bmp 107 x 107px 0.172 detik 3. Lenna.png 512 x 512px usu small.bmp 107 x 107px 0.499 detik 4. Lenna.png 512 x 512px BinaryImage.jpg 325 x 270px 0.531 detik 5. Barbara.jpg 512 x 512px Lenna.png 512 x 512px 0.671 detik 4.2.3 Pengujian Proses Penyisipan Watermark Proses penyisipan watermark menggabungkan metode 2D-Haar Wavelet Transformation dan Least Significant Bit. Hasil yang diperoleh dari proses penyisipan watermark dapat dilihat pada gambar 4.3. Hasil yang diperoleh sesuai dengan harapan. Antara citra asli dengan citra hasil tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Pada gambar 4.3a tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Jika diperhatikan secara teliti pada gambar 4.3b, di bagian kiri atas citra hasil memiliki warna yang lebih gelap dibanding dengan citra asli. Ini menunjukkan bahwa citra watermark telah berhasil disisipkan ke dalam citra asli. Pada gambar 4.3c juga sulit menemukan perbedaan yang signifikan diantara kedua gambar. Begitu pula dengan gambar 4.3d dan gambar 4.3e tidak ditemukan perbedaan yang terlalu signifikan. Hasil pengujian menurut waktu penyisipan dapat dilihat pada tabel 4.5 dimana diperoleh bahwa waktu penyisipan bergantung pada ukuran citra asli dan ukuran citra watermark. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3a Hasil Proses Penyisipan Watermark Gambar 4.3b Hasil Proses Penyisipan Watermark Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3c Hasil Proses Penyisipan Watermark Gambar 4.3d Hasil Proses Penyisipan Watermark Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3e Hasil Proses Penyisipan Watermark Tabel 4.5 Hasil pengujian proses penyisipan watermark No. Nama Ekstensi Citra Asli Ukuran Citra Asli Nama Ekstensi Citra Watermark Ukuran Citra Watermark Waktu Penyisipan 1. Barbara.jpg 512 x 512px usu small.bmp 107 x 107px 2.013 detik 2. Carole Hersee.jpg 304 x 304px usu small.bmp 107 x 107px 0.749 detik 3. Lenna.png 512 x 512px usu small.bmp 107 x 107px 2.012 detik 4. Lenna.png 512 x 512px BinaryImage.jpg 325 x 270px 2.262 detik 5. Barbara.jpg 512 x 512px Lenna.png 512 x 512px 2.917 detik 4.2.4 Pengujian Proses Pengecekan Watermark Proses pengecekan watermark yang dilakukan tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Hal ini terjadi dikarenakan saat dilakukan proses rekonstruksi ulang citra Universitas Sumatera Utara yang telah ditransformasi dengan metode 2D-Haar Wavelet Transfromation modus invers ditemukan bahwa 4 sub-bands hasil transformasi wavelet yakni LL, HL, LH, dan HH memiliki peranan penting dalam melakukan rekonstruksi ulang citra. Penyisipan citra watermark hanya menempati sub-bands LL sehingga pada saat rekonstruksi ulang citra, citra watermark yang telah disisipkan terpecah bentuknya dan tidak dapat ditemukan dalam citra hasil. Jika penyisipan dilakukan pada 2 atau 3 sub- bands maka hasil yang didapatkan kurang lebih sama yakni citra watermark tidak dapat ditemukan dalam citra hasil. Sedangkan jika penyisipan dilakukan pada masing-masing 4 sub-bands, hasil yang akan diperoleh adalah hasil proses pengujian Least Significant Bit yaitu gambar 4.5. Hal ini membuktikan bahwa untuk melakukan rekonstruksi ulang citra secara sempurna maka ke 4 sub-bands harus memiliki nilai bit yang kurang lebih sama atau sesuai dengan perhitungan matematis matriksnya. Hasil pengecekan watermark yang tidak berhasil ini dapat dilihat pada gambar 4.7. Pada gambar 4.7a dan gambar 4.7e memiliki waktu deteksi dan hasil pengecekan yang sama. Begitu pula dengan gambar 4.7c dan gambar 4.7d memiliki waktu deteksi yang mendekati dan hasil pengecekan yang sama. Pada gambar 4.7b dapat dilihat bahwa hasil pengecekan tidak menemukan citra watermark. Gambar 4.4a Hasil Proses Pengecekan Watermark Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4b Hasil Proses Pengecekan Watermark Gambar 4.4c Hasil Proses Pengecekan Watermark Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4d Hasil Proses Pengecekan Watermark Gambar 4.4e Hasil Proses Pengecekan Watermark Universitas Sumatera Utara

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini membahas tentang kesimpulan dari metode yang diajukan untuk digital watermarking pada bagian 5.1, serta pembahasan saran-saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya pada bagian 5.2.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penerapan metode 2D Haar Wavelet Transformation 2D-HWT dan Least Significant Bit LSB dalam melakukan proses digital watermarking, didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Metode 2D-Haar Wavelet Transformation sangat mudah diaplikasikan dalam melakukan transformasi terhadap citra. Citra yang telah ditransformasi dengan modus forward sebanyak berapa kali pun dapat direkonstruksikan kembali dengan modus invers. 2. Penyisipan invisible watermark sulit dilakukan dikarenakan Metode Least Significant Bit tidak dapat digunakan sebanding dengan metode 2D-Haar Wavelet Transformation .

5.2. Saran

Pada penelitian selanjutnya, dapat dilakukan penyisipan watermark dengan metode selain Least Significant Bit LSB agar penyisipan dapat berlangsung dengan baik dan tidak mengalami redundansi yang diakibatkan oleh transformasi citra secara 2D Haar Wavelet Transformation 2D-HWT. Penggunaan wavelet lain juga lebih disarankan karena Haar Wavelet hanya mampu menyimpan data integer ke integer. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini merupakan pembahasan tentang teori-teori penunjang serta penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan citra digital, watermarking, wavelet transform, serta Least Significant Bit.

2.1 Citra Digital