PEMBAHASAN Efektivitas Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum) terhadap Bakteri Fusobacterium nucleatum secara In Vitro

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian eksperimental laboratorium secara in vitro ekstrak Jahe Merah terhadap Fusobacterium nucleatum dilakukan untuk membuktikan bahwa ekstrak Jahe Merah memiliki daya antibakteri dalam menghambat pertumbuhan Fusobacterium nucleatum .Penelitian ini menggunakan 200 gram serbuk simplisia yang diperkirakan cukup untuk mendapatkan ekstrak kental Jahe Merah untuk dilakukan pengujian aktivitas antibakteri terhadap Fusobacterium nucleatum.Dalam penelitian ini, ektraksi Jahe Merah dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol.Pelarut etanol adalah pelarut yang dapat melarutkan seluruh bahan aktif yang terkandung dalam suatu bahan alami, baik bahan aktif yang bersifat polar, semipolar maupun non polar, namun cenderung melarutkan zat aktif dengan tingkat kepolaran yang hampir mirip. Pembuatan ekstrak pada penelitian ini menggunakan pelarut etanol 96 karena dapat melarutkan minyak atsiri dan oleoresin yang bersifat non polar dengan lebih baik karena kandungan airnya yang lebih sedikit dibandingkan dengan etanol 70 minyak atsiri tidak larut dalam air. Etanol 96 juga tidak mengandung cukup molekul air yang akan mempercepat proses penguapan, sehingga tidak mengalami penetrasi ke dalam media agar untuk membunuh dan kontak dengan bakteri tidak mengintervensi kemampuan antibakteri Jahe Merah. 43 Selain itu, apabila merujuk ke penelitian sebelumnya yang membandingkan nilai rerata rendemen concrete minyak atsiri kulit jeruk mandarin yang diperoleh dengan menggunakan pelarut etanol, etil asetat, dan n-heksana, diperoleh bahwa rendemen menggunakan etanol 96 47,69 lebih tinggi dibandingkan dengan rendemen minyak atsiri kulit jeruk mandarin yang diperoleh dengan menggunakan pelarut etil asetat 8,26 dan n-heksana 3,34. 44 Penetapan konsentrasi yang digunakan pada penelitian ini didasarkan pada belum adanya penelitian sebelumnya yang menguji efektivitas ekstrak Jahe Merah terhadap bakteri Fusobacterium nucleatum, sehingga peneliti ingin menguji dengan Universitas Sumatera Utara rentang konsentrasi 0-100 sehingga ditetapkan konsentrasi yang diuji yaitu 100, 50, 25, 12,5, dan 6,25. Nutrient Agar NA merupakan suatu media yang berbentuk padat, yang merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia.Nutrient Agar NA merupakan suatu media yang mengandung sumber nitrogen dalam jumlah cukup yang dapat digunakan untuk budidaya bakteri dan untuk penghitungan mikroorganisme dalam air, limbah, kotoran dan bahan lainnya.Komposisi Nutrient Agar NA terdiri dari ekstrak daging sapi 3 gram, peptone 5 gram dan agar 15 gram. Formula ini tergolong relatif cocok digunakan pada bakteri Fusobacterium nucleatum yang memerlukan pepton dan ekstrak ragi untuk pertumbuhannya. 45 Metode dilusi merupakan metode yang dapat digunakan untuk mengetahui Konsentrasi Hambat Minimal KHM dan Konsentrasi Bunuh Minimal KBM suatu antibiotikantibakteri dalam menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri. Metode dilusi terdiri atas dua jenis yakni dilusi padat dan dilusi cair. Pada dilusi cair masing-masing konsentrasi antibakteri ditambahkan suspensi bakteri dalam Nutrient Broth . Pada dilusi padat, 1 ml campuran antibakteri dan bakteri pada media cair diambil untuk dilakukan pemeriksaan KBM pada media agar. Metode dilusi memungkinkan penentuan kualitatif dan kuantitatif dilakukan bersama-sama. KHM dapat membantu dalam penentuan tingkat resistensi dan dapat menjadi petunjuk penggunaan antimikroba. 46 Pada penelitian ini dilakukan metode dilusi karena dapat lebih mudah dilakukan perhitungan jumlah bakteri dan tidak terfokus pada bagian yang terdapat kertas cakram saja. Pada pengujian antibakteri setiap konsentrasi bahan coba dilakukan replikasi sebanyak 5 kali agar diperoleh hasil yang lebih akurat dan diketahui rata-rata jumlah bakteri yang tumbuh pada ekstrak Jahe Merah dalam berbagai konsentrasi. Hal ini dilakukan karena pada konsentrasi yang sama, jumlah bakteri yang tumbuh tidak sama. Faktor yang dapat menyebabkan perbedaan jumlah bakteri yang tumbuh antara lain adalah kondisi media yang berbeda dan subjektivitas peneliti dalam melakukan perhitungan jumlah koloni bakteri. Universitas Sumatera Utara Faktor yang menyebabkan tingginya aktivitas antibakteri yang dimiliki ekstrak Jahe Merah dapat dikarenakan oleh kandugan metabolit sekundernya.Pada studi yang dilakukan terhadap rimpang Jahe Merah, kandungan aktif yang terbanyak yaitu gingerol dan shogaol oleoresin. Saat dilakukan percobaan pada hewan coba, gingerol terbukti meningkatkan peristalsis dan memberikan efek analgesik, antipiretik, dan antibakteri yang baik. 13 Pada perusakan membran sitoplasma, ion H + dari senyawa gingerol akan menyerang gugus fosfat sehingga molekul fosfolipida akan terurai menjadi gliserol, asam karboksilat dan asam fosfat. Hal ini mengakibatkan fosfolipida tidak dapat mempertahankan bentuk membrane sitoplasma, sehingga membran sitoplasma bocor dan bakteri akan mengalami hambatan pertumbuhan dan bahkan kematian. 47 Selain oleoresin, minyak atsiri merupakan senyawa kimia yang mampu menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri dengan merusak membran plasma bakteri, merusak sistem kerja sel, dan menyebabkan lisis pada sel bakteri.Selain itu, struktur 3 dimensi protein terganggu sehingga menyebabkan protein terdenaturasi. Setelah mengalami denaturasi, deret asam amino pada bakteri tetap utuh namun tidak dapat lagi melakukan fungsinya. 48 Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa ekstrak Jahe Merah mampu membunuh bakteri Fusobacterium nucleatum dengan KBM sebesar 25 sedangkan pada konsentrasi 12,5 dan 6,25 masih tumbuh bakteri pada media perbenihan namun jumlah koloninya sudah lebih sedikit dari jumlah koloni pada kontrol, maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak Jahe Merah Zingiber officinale Roscoe var. Rubrum memiliki aktivitas antibakteri terhadap Fusobacterium nucleatum. Penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian Irene terhadap bakteri yang dapat menyebabkan mortalitas pada kultur perikanan, disimpulkan bahwa Jahe Merah berpengaruh terhadap pertumbuhan Aeromonas hydrophila dan Konsentrasi Hambat Minimal KHM ekstrak Jahe Merah terhadap Aeromonas hydrophila dengan analisis probit program statistik komputer adalah pada konsentrasi 7.971. Konsentrasi Bunuh Minimal KBM ekstrak Jahe Merah terhadap Aeromonas hydrophilaadalah pada konsentrasi 31.849.Kemudian media yang digunakan yaitu TSA Tripticase Universitas Sumatera Utara Soy Agar yang mengandung kasein, agar, kedelai, NaCl, dan darah manusia. Perhitungan KHM nya juga menggunakan alat spektrofotometer. 47 Pada penelitian ini, analisis KHM dan KBM terakhir menggunakan program komputer SPSS dengan menu analisis probit, dan larutan pengencernya menggunakan Tween 20 Polysorbate 20, sementara pada penelitian ini digunakan larutan DMSO. 47 Analisis probit digunakan untuk mengetahui konsentrasi yang efektif terhadap variabel yang diuji dan tidak harus diantara konsentrasi yang diuji tersebut. Pada penelitian ini, peneliti menetapkan nilai KHM dan KBM hanya menggunakan metode visual.Sementara dari segi larutan pengencer, Tween 20 memiliki kelebihan karena merupakan surfaktan non ionik sehingga aman untuk diaplikasi pada kulit, namun warnanya sedikit kuning. Sementara DMSO Dimethyl Sulfoxide yang digunakan dalam penelitian ini memiliki warna jernih seperti air, tidak memiliki aktivitas antibakteri, dan dapat menyatu dengan senyawa polar maupun non polar. 49 Sedangkan pada penelitian Zainal Arifin untuk menguji aktivitas antibakteri Jahe Merah terhadap terhadap Staphylococcus aureus, Eschericia coli, dan Candida albicans ditemukan Kadar Bunuh Minimum KBM masing-masing sebesar 5, 3, dan 5.Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian Zainal Arifin dapat dikarenakan karena perbedaan media dilusi yang dipakai, dimana penelitian ini menggunakan media Nutrient Agar, sementara penelitian Zainal Arifin menggunakan media Mueller Hinton MH dan Saboroud Dextrose Agar SDA. 50 Media Mueller Hinton MH mengandung kasein, ekstrak sapi, dan zat pati. 51 Sedangkan media SDA mengandung pepton, dextrosa, agar, dan air. 52 Bakteri yang digunakan juga berbeda, dimana setiap bakteri memiliki karakteristik virulensi dan sensitivitas yang berbeda terhadap suatu antibakteri. Pada penelitian Hertiani terhadap Streptococcus mutans, standar Mc Farland yang digunakan adalah 2.0 Mc Farland, sementara yang digunakan dalam penelitian ini adalah standar 0,5Mc Farland. Proses penentuan nilai KHMnya juga menggunakan alat microplate reader buatan Jepang dan kontrol yang berbeda pula. Kontrol positif pada penelitian Hertiani merupakan media dan produk obat kumur komersial, sedangkan kontrol negatif nya menggunakan sel bakteri dan Universitas Sumatera Utara media.Microplate reader merupakan salah satu alat pengukur fluoresensi gelombang cahaya pada microplate. Alat ini dapat menampung 96 microplate dalam sekali waktu dan juga dapat mengukur pada sampel dengan volume yang kecil. 53 Penelitian Hertiani menggunakan media yang sama dengan penelitian ini yaitu Nutrient Broth . Nilai KHM dan KBM yang kecil kemungkinan dikarenakan jenis bakteri yang digunakan adalah bakteri gram positif, sementara dalam penelitian ini yang digunakan adalah bakteri gram negatif. Perbedaan sensitivitas antara bakteri gram positif dan gram negatif dikarenakan bakteri gram negatif memiliki membran terluar yang mengandung porin dan lapisan lemak yang berfungsi sebagai dinding pembatas bersifat hidrofobik, sedangkan bakteri gram negatif tidak memiliki membran terluar. 54 Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN