BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bedah Mayat Otopsi
Otopsi secara bahasa berarti pengobatan penyakit dengan jalan memotong atau mengiris bagian tubuh manusia yang sakit atau operasi. Dalam bahasa arab dikenal dengan
istilah Jirahah atau amaliyah bil al jirahah yang berarti melukai, mengiris atau operasi pembedahan. Bedah mayat oleh dokter Arab dikenal dengan istilah at tashrih jistul al mauta.
Dalam bahasa inggris dikenal istilah autopsy yang berarti pemeriksaan terhadap jasad orang yang mati untuk mencari sebab-sebab kematianya.
Dalam terminologi ilmu kedokteran otopsi atau bedah mayat berarti suatu penyelidikan atau pemeriksaan tubuh mayat, termasuk alat-alat atau organ tubuh dan
susunanya pada bagian dalam setelah dilakukan pembedahan dengan tujuan menentukan sebab kematian seseorang, baik untuk kepentingan ilmu kedokteran maupun menjawab
misteri suatu tindak kriminal.
Otopsi juga dikenal sebagai pemeriksaan post-mortem atau obduction adalah pemeriksaan tubuh orang mati dan dilakukan terutama untuk menentukan penyebab kematian
,untuk mengidentifikasi atau menggolongkan tingkat negara penyakit bahwa seseorang mungkin memiliki , atau untuk menentukan apakah pengobatan medis atau bedah tertentu
telah efektif . Di lembaga-lembaga akademik , otopsi terkadang juga diminta untuk tujuan pengajaran dan penelitian . Otopsi forensik otopsi dengan implikasi hukum dan dilakukan
untuk menentukan apakah kematian adalah kecelakaan , pembunuhan , bunuh diri , atau peristiwa alam . Kata otopsi berasal dari kata Yunani autopsia : melihat dengan mata
sendiri. Otopsi dilakukan oleh ahli patologi , dokter yang telah menerima pelatihan khusus dalam diagnosis penyakit dengan pemeriksaan cairan tubuh dan jaringan.
2.2 PEMBAGIAN OTOPSI
Berdasarkan tujuannya, otopsi terbagi atas : 1. Otopsi Anatomi, dilakukan untuk keperluan pendidikan mahasiswa fakultas kedokteran.
Bahan yang dipakai adalah mayat yang dikirim ke rumah sakit yang setelah disimpan 2 x 24 jam di laboratorium ilmu kedokteran kehakiman tidak ada ahli waris yang
mengakuinya. Setelah diawetkan di laboratorium anatomi, mayat disimpan sekurang- kurangnya satu tahun sebelum digunakan untuk praktikum anatomi. Menurut hukum,
hal ini dapat dipertanggungjawabkan sebab warisan yang tak ada yang mengakuinya menjadi milik negara setelah tiga tahun KUHPerdata pasal 1129. Ada kalanya,
seseorang mewariskan mayatnya setelah ia meninggal pada fakultas kedokteran, hal ini haruslah sesuai dengan KUHP perdata pasal 935. 1,2,3
2. Otopsi Klinik, dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga terjadi akibat suatu penyakit. Tujuannya untuk menentukan penyebab kematian yang pasti, menganalisa
kesesuaian antara diagnosis klinis dan diagnosis postmortem,pathogenesis penyakit, dan sebagainya. Otopsi klinis dilakukan dengan persetujuan tertulis ahli waris, ada
kalanya ahli waris sendiri yang memintanya.
3. Otopsi ForensikMedikolegal, dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga meninggal akibat suatu sebab yang tidak wajar seperti pada kasus kecelakaan,
pembunuhan, maupun bunuh diri. Otopsi ini dilakukan atas permintaan penyidik sehubungan dengan adanya penyidikan suatu perkara. Tujuan dari otopsi medikolegal
adalah :
Untuk memastikan identitas seseorang yang tidak diketahui atau belum jelas.
Untuk menentukan sebab pasti kematian, mekanisme kematian, dan saat
kematian.
Untuk mengumpulkan dan memeriksa tanda bukti untuk penentuan identitas benda penyebab dan pelaku kejahatan.
Membuat laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta dalam bentuk visum
et repertum.
2.3 OTOPSI MEDIKOLEGAL