Komponen Bioaktif Deskripsi Histologis, Komponen Bioaktif dan Aktifitas Antioksidan pada Daun Mangrove Api-api (Avicennia marina)

perendaman yang dilakukan disebut maserasi. Tahap selanjutnya adalah tahap pemisahan yang terdiri dari penyaringan dan evaporasi. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan residu bahan dan pelarut yang telah mengandung senyawa bioaktif. Pemisahan pelarut dengan senyawa bioaktif yang terikat dilakukan dengan evaporasi sehingga pelarut akan menguap dan diperoleh senyawa hasil ekstraksi. Hasil ekstrak yang diperoleh akan tergantung pada beberapa faktor antara lain kondisi alamiah senyawa tersebut, metode ekstraksi yang digunakan, ukuran partikel sampel, kondisi dan waktu penyimpanan, lama waktu ekstraksi, dan perbandingan jumlah pelarut terhadap jumlah sampel Darusman et al. 1995

2.5 Komponen Bioaktif

Bentuk metabolit sekunder menunjukkan sejumlah molekul yang sedikit penting terhadap tanaman dan memiliki peranan utama dalam perlindungan tanaman dari tekanan lingkungan atau dalam pengontrolan pertumbuhan tanaman Harborne 1999. 2.5.1 Terpenoidsteroid Terpenoid atau isoprenoid dicirikan dengan biosintesis dari isopentenil dan dimetilalil pirofosfat dan sifatnya yang secara umum lipofilik. Terpenoid adanya di kelenjar trikoma daun, di pucuk exudates dan kayu damar. Secara kimia, terpenoid pada dasarnya hidrokarbon tidak jenuh siklik, dengan derajat keragaman oksigenasi dalam kelompok pengganti yang dilekatkan terhadap kerangka karbon utama. Terpenoid dikelompokkan berdasarkan jumlah 5-atom karbon C 5 Harborne 1999. Monomer aktif dari isoprenoid adalah isopentenilpirofosfat IPP yang digunakan untuk membangun monoterpen C 10 , sesquiterpen C 15 , dan diterpen C 20 Edwards dan Gatehouse 1999. Terpenoid memiliki potensi anti-inflamasi tidak hanya in-vivo pada sel hewan, tetapi juga ex-vivo. Beberapa terpenoid bertindak sebagai hormon tanaman yang mengatur fungsi fisiologis yang berbeda dan metabolit sekunder lainnya berperan dalam pertahanan dan perlindungan tumbuhanhewan dari patogen Heras et al. 2003. Subklasifikasi terpenoid dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Subklasifikasi terpenoid Kelas terpenoid Deskripsi Monoterpenoid Volatil, unsur minyak esensial Iridoid Lakton yang berasa pahit, biasanya dalam bentuk glikosidik Sesquiterpenoid Sesquiterpen lakton Diterpenoid Triterpenoid saponin Steroid saponin Kardenolid dan bufadienolid Fitosterol Cucurbitacin Nortriterpenoid Triterpenoid lainnya Karotenoid Unsur minyak esensial yang tinggi titik didihnya Karakteristik dari famili Compositae Asam dammar dan giberelin Glikosida hemolitik Glikosida hemolitik Racun bagi jantung dan toxin Unsur-unsur membran Pahit, terutama Cucurbitaceae Limonoid dan Quassinoid Lupanes, hapanes, ursanes, dsb Pigmen kuning hingga merah Sumber : Harborne 1999 Komponen terpenoid yang menunjukkan aktivitas insektisidal adalah steroid. Bentuk steroid dapat berupa komponen kardenolid dan saponin yang dapat melawan herbivora mamalia. Kardenolid berasa pahit dan sangat beracun serta dapat menyebabkan penyakit jantung. Saponin merupakan komponen yang dapat larut di dalam air dan lemak, serta memiliki sifat seperti sabun Scott 2008. Struktur beberapa terpenoida dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Beberapa terpenoid dan alkaloid steroid Robinson 1995 2.5.2 Alkaloid dan metabolit nitrogen lainnya Alkaloid merupakan basa-basa organik yang memiliki sebuah atom nitrogen sebagai bagian dari srukturnya, biasanya terkait ke dalam suatu sistem siklik lima atau enam karbon. Distribusi alkaloid terbatas pada tumbuhan tingkat tinggi, sekitar 20 dari spesies angiospermae. Metabolit-nitrogen juga terbatas di alam. Keterbatasan distribusi metabolit ini disebabkan oleh ketersediaan unsur dari metabolit ini juga terbatas. Metabolit-nitrogen merupakan turunan dari satu atau lebih asam amino protein Harborne 1999. Metabolit-nitrogen lainnya yang berperan penting adalah glukosinolat, cianogenik glikosida, dan asam amino non-protein. Bentuk lebih lanjut dari metabolit-nitrogen adalah betalain, pigmen tanaman. Asam amino lisin, ornitin, fenilalanin, tirosin, triptofan, dan histidin merupakan sumber N dari mayoritas alkaloid pada tanaman Edwards dan Gatehouse 1999. Alkaloid biasanya diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut alkohol yang bersifat asam lemah HCl 1M atau asam asetat 10, kemudian diendapkan dengan amoniak pekat. Pemurnian selanjutnya dilaksanakan dengan ekstraksi pelarut ekstraksi cair-cair. Adanya alkaloid pada ekstrak nisbi kasar dapat diuji dengan menggunakan berbagai pereaksi alkaloid Harborne 1987. Klasifikasi alkaloid dan metabolit-nitrogen lainnya dapat dilihat Tabel 3. Tabel 3 Klasifikasi alkaloid dan metabolit-nitrogen lainnya pada tanaman Metabolit Metabolit Alkaloid: 11. Pirolizidin 1 Amaryllidaceae 12. Quinolin 2 Betalain 13. Quinolizidin 3 Diterpenoid kadang beracun 14. Steroidal 4 Indol 15. Tropana 5 Isoquinolin kelompok terbesar alkaloid Asam amino non-protein 6 Likopodium Amina 7 Monoterpen Cianogenik glikosida 8 Sesquiterpen Glukosinolat 9 Peptida Purin dan Pirimidin termasuk kafein pada kopi dan teh 10 Pirolidin dan piperidin Sumber : Harborne 1999 Struktur beberapa senyawa alkaloid Robinson 1995 dapat dilihat pada Gambar 6 berikut. Gambar 6. Beberapa penggolongan alkaloid Robinson 1995 2.5.3 Metabolit fenol Komponen fenol merupakan metabolit sekunder dengan molekul dasar dari beragam jenis senyawa adalah struktur fenol yang merupakan kelompok hidroksil pada sebuah cincin aromatik. Komponen fenol menunjukkan beragam fungsi bagi tanaman termasuk pertahanan dari herbivor dan patogen, penyerapan cahaya, penarik pollinator, penghambat pertumbuhan dari tanaman pesaing, dan simbiosis dengan bakteri penyedia nitrogen Wildman 2001. Fenol turut andil dalam biosintetis dari fenilalanin, merupakan salah satu dari tiga asam amino protein yang dibentuk dari sedoheptulosa melalui jalur shikimate. Asam p-hidroksisinamik dibentuk dari fenilalanin melalui deaminasi dan p-hidroksilasi, yang menempati peranan sentral dalam pembentukan beragam kelas dari fenol tanaman Harborne 1999. Flavonoid merupakan kelompok polifenol yang paling dikenal, memiliki rangka karbon yang sama dengan flavon atau 2-fenilbenzopiron dan terdiri dari 4000 struktur. Flavonoid dapat ditemukan di sebagian besar tanaman dan sama dengan struktur fenilpropanoid dan asam hidroksibenzoat Harborne 1999. Flavonoid adalah turunan dari chalcones yang dibentuk dari shikimate dan prekursor asetat Edwards dan Gatehouse 1999. Sebagian besar karakteristik dari fenolik adalah kemampuan untuk mengionisasi. Beberapa polifenol memiliki kelompok catechol dan karena itu memiliki kemampuan untuk mengkelat ion logam divalen atau trivalen. Beberapa antosianin menjadi pengkelat terhadap magnesium atau besi. Fenol dengan substitusi o- atau p-dihidroksi dapat teroksidasi sesuai dengan quinon dan beberapa p-quinon Harborne 1999. Klasifikasi bagian-bagian fenolik dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Klasifikasi bagian-bagian fenolik Subkelas Deskripsi Subkelas Deskripsi Antosianin Pigmen merah hingga biru pada bunga Lignan Umumnya ada pada kayu dan kulit kayu Antoklors Pigmen kuning pada bunga: chalcones dan aurones Fenol dan asam fenolik Beberapa asam yang umum pada tanaman Benzofuran Ada pada tumbuhan tingkat tinggi Fenolik keton Ada pada buah hop dan pakis Tabel 4 lanjutan Chromones Kelompok kecil dari zat pengobatan Fenilpropanoid Strukturnya banyak, tersebar luas Kumarin Lebih dari 700 struktur, tersebar luas pada tanaman Quinonoid Benzoquinon, naphthoquinon dan anthraquinon Minoritas flavonoid Flavanon dan dihidroflavonol Stilbenoid Termasuk dihidrofenantrin Flavon dan flavonol Struktur banyak, terutama dalam kombinasi glikosidik Tanin Kental dan dapat dihidrolisis Sumber : Harborne 1999 Struktur dari beberapa metabolit fenolik di tanaman Robinson 1995 dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Beberapa senyawa aromatik fenol sederhana Robinson 1995 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011-Juni 2011. Sampel berupa daun tanaman mangrove Api-api A. marina diambil dari daerah Belanakan Kabupaten Subang, Jawa Barat. Penelitian bertempat di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku, Laboratorium Bioteknologi Hasil Perairan 1, Laboratorium Bioteknologi Hasil Perairan 2, Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil Perairan, Laboratorium Proling Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Laboratorium Mikroteknik Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Laboratorium Mikrobiologi Terpadu Fakultas Kedokteran Hewan.

3.2 Bahan dan Alat