Data cuaca Modul Basis Data

56 Desain model arsitektur sistem supervisori kontrol pengendalian gulma dibangun dengan mengadopsi desain sistem supervisori kontrol untuk rumah tanaman yang dirancang oleh Seminar 2006. Hasil dan Pembahasan Sistem supervisori yang dibangun memiliki dua fungsi utama. Fungsi pertama adalah sebagai sistem konsultasi sebelum melakukan kegiatan penyemprotan off farm, fungsi kedua adalah sebagai pengontrol kegiatan penyemprotan yang melibatkan beberapa agen on farm. Secara garis besar cara kerja sistem supervisori adalah semua masukan fakta yang ada pada objek akan diproses dengan mesin inferensi dengan berlandaskan pada modul pengetahuan yang dimiliki untuk menentukan metode terbaik bagi kegiatan pengendalian gulma secara presisi. Modul Basis Pengetahuan Modul pengetahuan sistem supervisori terdiri dari :

1. Modul Basis Data

Modul basis data adalah modul yang berisi basis data tentang cuaca, jenis tanaman dan gulma, jenis herbisida dan karakteristiknya.

a. Data cuaca

Kegagalan pengendalian gulma tidak hanya disebabkan oleh kesalahan dalam mengidentifikasi jenis gulma maupun kepadatan serangan. Kondisi cuaca seperti angin, suhu, kelembaban relatif dan curah hujan mempengaruhi efektivitas aplikasi penyemprotan dan potensi pemborosan oleh run-off dan drift. Sehingga perlu diketahui dampak dari kondisi cuaca pada aplikasi penyemprotan dan bagaimana mengubah metode aplikasi untuk menyesuaikan kondisi cuaca, meningkatkan akurasi dan mengurangi pemborosan. Faktor-faktor cuaca yang berpengaruh pada efektifitas penyemprotan antara lain : a.1. Angin Bentuk rupa bumi, vegetasi, dan bangunan buatan manusia mempengaruhi sifat aliran udara di permukaan tanah. Lokasi jatuhnya partikel cairan yang disemprotkan akibat pengaruh angin 57 sangat bervariasi. Arah angin menentukan apakah perjalanan tetesan menuju sasaran atau melawan arah angin menuju daerah yang tidak diinginkan seperti permukaan air terbuka, tanaman sensitif atau area aktivitas manusia. Kecepatan angin mempengaruhi jarak tempuh tetesan sebelum sampai pada target. Penyemprotan hanya bisa dilakukan bila arah angin konsisten dan kecepatan angin antara 2-15 kmjam Jason, 2009. Kecepatan angin 0-2 kmjam dapat menyebabkan pergeseran uap di mana tetesan halus tetap tergantung di udara, rentan terhadap penguapan dan drift setelah penyemprotan selesai dilakukan. Kondisi kecepatan angin 0-2 kmjam dapat diamati secara visual dengan memperhatikan asap suatu pembakaran, dimana asap bergerak lurus secara vertikal. Kondisi kecepatan angin ideal adalah 3,2-9,6 kmjam. Kecepatan angin yang lebih tinggi dari 9.6 kmjam menimbulkan risiko yang paling jelas berupa drift yang menyebabkan hasil semprotan tidak jatuh di sekitar atau di atas target semprot. Pada kondisi dimana kecepatan angin antara 15-20 kmjam diperlukan peralatan tambahan berupa air assist yang bekerja dengan cara menghembuskan udara ke arah target semprot. Penggunaan air assist menyebabkan perubahan arah semprot yang diakibatkan oleh kecepatan angin di lingkungan dapat dikurangi. Pendugaan tentang jarak dan arah jatuhnya penyemprotan dapat disimulasikan dengan DRIFTSIM, yaitu simulator yang dibangun oleh Universitas Ohio. Parameter yang dijadikan input meliputi kecepatan angin, kecepatan semburan penyemprotan, suhu udara, kelembaban udara, tinggi penyemprotan, dan ukuran partikel semprotan. Gambar 18 menunjukkan tampilan hasil simulasi dari program DRIFTSIM. Panduan penyemprotan pada berbagai kecepatan angin ditampilkan pada Tabel 7. Pada tabel tersebut dijelaskan mengenai deskripsi angin, tanda-tanda visual dan rekomendasi penyemprotan yang harus dilakukan. Tabel 7 selanjutnya menjadi referensi bagi pembuatan rule dengan parameter kecepatan angin 58 sebagai penentu. Rekomendasi bisa berupa anjuran untuk tidak melakukan penyemprotan pada saat tertentu maupun melakukan penyemprotan dengan kondisi yang disarankan. Tabel 7. Panduan penyemprotan pada berbagai kecepatan angin Perkiraan kecepatan angin pada 0.5-1.0 m dpl Deskripsi Tanda-tanda visual Rekomendasi penyemprotan Kurang dari 2 kmjam Tenang calm Asap rokok bergerak vertikal Hindari penyemprotan 2 - 3 kmjam Hembusan angin ringan light air Arah angin dapat dilihat dari hembusan asap rokok Tidak disarankan penyemprotan 4 - 6 kmjam Angin sepoi- sepoi light breeze Daun bergemirisik, hembusan angin dapat dirasakan pada wajah Kondisi ideal untuk penyemprotan boom sprayer, menggunakan tekanan tinggi dan volume rendah seperti droplet kecil 7 - 10 kmjam Hembusan angin sepoi- sepoi ringan gentle breeze Daun dan ranting secara teratur bergerak Cocok untuk penyemprotan menggunakan boom sprayer dengan droplet ukuran cukup besar 11 - 14 kmjam Hembusan angin sepoi- sepoi sedang moderate breeze Ranting-ranting mulai bergerak; debu terlihat terbang atau menerbangkan kertas Cocok untuk penyemprotan menggunakan droplet nosel ukuran besar dan aplikasi volume tinggi 80-120 Lha, menyudutkan arah nosel dan menurunkan posisi ketinggian boom sprayer 15 - 20 kmjam Hembusan angin segar fresh breeze Tanaman semak mulai bergoyang atau membentuk gelombang pada genangan air Kurang cocok untuk penyemprotan Di atas 20 kmjam Angin kencang strong breeze Cabang ukuran besar bergoyang. Kabel listrik bergoyang. Jangan menyemprot Sumber: http:www.agric.wa.gov.auPC_93684.html?s=1001 59 a.2. Suhu dan Kelembaban relatif Penyemprotan yang baik dilakukan pada kondisi suhu rendah dan kelembaban tinggi. Atau tidak melakukan penyemprotan bila kelembaban relatif adalah kurang dari 40 persen dan suhu udara di atas 25 ° C agar dapat mengurangi kemungkinan melayang yang diakibatkan oleh inversi suhu atau penguapan, juga meningkatkan deposisi target dan cakupan Jason, 2009. Kondisi panas dan kering meningkatkan drift karena tetesan cepat menguap dan menjadi tetesan halus, uap atau partikel herbisida terkonsentrasi. Kondisi penyemprotan optimum adalah awal pagi setelah malam mendung. a.3. Curah hujan Curah hujan dapat memiliki dua efek sekaligus, yaitu efek positif dan negatif pada penyemprotan. Beberapa produk bekerja dengan baik ketika air hujan membawa mereka ke dalam tanah setelah aplikasi, tetapi tidak cukup jauh untuk masuk ke permukaan air sebelum bahan aktif bekerja dan teruarai. Tergantung pada ketahanan produk herbisida terhadap kelunturan, hujan yang terjadi segera setelah aplikasi juga bisa melunturkan produk dari daun dan mengurangi tingkat efektivitas herbisida. Kata kunci yang berkaitan dengan cuaca adalah bahwa cuaca tidak dapat dirubah, tetapi dengan informasi cuaca yang akurat dapat dilakukan penyemprotan dengan lebih efektif dan efisien. 60 Gambar 18. Tampilan output hasil simulasi DRIFTSIM sumber : Zhu et al 2011. Rule-rule pengambilan keputusan berdasarkan kondisi cuaca adalah: 1. Rule-rule untuk parameter Kecepatan Angin WV - Bila WV 2, maka tidak melakukan penyemprotan - Bila 2 ≤ WV ≤ 3, maka lakukan penyemprotan dengan air assist, dengan ukuran droplet sedang. - Bila 4 ≤ WV ≤ 6, maka gunakan ukuran droplet halus - Bila 7 ≤ WV ≤ 10, maka gunakan ukuran droplet sedang - Bila 11 ≤ WV ≤ 14, maka gunakan ukuran droplet besar - Bila 15 ≤ WV ≤ 20, maka lakukan penyemprotan dengan air assist, dengan ukuran droplet besar - Bila WV20 , maka tidak melakukan penyemprotan 2. Rule-rule untuk parameter Kelembaban Relatif RH - Bila RH 40, maka lakukan penyemprotan dengan air assist, dengan ukuran droplet besar. - Bila 40 ≤ RH 60, maka lakukan penyemprotan dengan droplet sedang. 61 - Bila 60 ≤ RH 80, maka lakukan penyemprotan dengan droplet halus. - Bila RH 80, maka lakukan penyemprotan dengan air assist, dengan ukuran droplet sedang. 3. Rule-rule untuk parameter Suhu Udara SU - Bila SU 15, maka lakukan penyemprotan dengan droplet halus. - Bila 15 ≤ SU 20, maka lakukan penyemprotan dengan droplet sedang. - Bila 20 ≤ SU 25, maka lakukan penyemprotan dengan droplet besar. - Bila SU25, maka lakukan penyemprotan dengan air assist, dengan ukuran droplet besar.

b. Data jenis gulma