Basis Peralatan Input-Output dan Aktuator

71 b. Aplikasi Pertanian Presisi berbasis Sensor Praktek pertanian presisi berbasis sensor secara real time belum digunakan dalam skala lapangan. Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan penggunaan metode pertanian presisi berbasis sensor, terutama yang berkaitan dengan teknologi aplikator cairan. Tujuan aplikasi berbasis sensor sama dengan tujuan penyemprotan dengan basis lain, yaitu melakukan penyemprotan dengan presisi tinggi berdasarkan pengamatan real time, menjaga mutu produk dari kontaminasi obat-obatan pertanian, penghematan penggunaan bahan dan minimalisasi pencemaran lingkungan akibat penggunaan obat- obatan yang berlebihan. Jenis teknologi yang di digunakan adalah perangkat sensor yang bekerja secara real time, VRT yang dilengkapi dengan aktuator yang bekerja sesuai dosis dari data pengamatan langsung. Cara kerja metode aplikasi berbasis sensor didasarkan pada pembacaan kondisi lapangan oleh sensor secara real time. Data kondisi lahan diolah untuk menentukan dosis aplikasi yang harus dilakukan. Posisi di lahan biasanya dideteksi berdasarkan data dari alat pencatat jarak tempuh odometer. Data kecepatan operasi dan dosis diolah untuk menentukan nilai aktivasi aktuator dan lama aktivasi yang harus dilakukan. Ciri lain dari metode ini adalah peralatan bekerja per satuan luasan tanah yang kecil untuk memperoleh kinerja yang lebih teliti. Pengambilan keputusan tingkat teknologi VRT yang akan digunakan ditentukan berdasarkan rule-rule kondisi cuaca dan hasil perhitungan kebutuhan kapasitas kerja.

4. Basis Peralatan Input-Output dan Aktuator

Basis peralatan input-output dan aktuator berisi informasi yang berkaitan dengan peralatan input dan output serta aktuator yang dapat dipasangkan pada konfigurasi alat penyemprot. Peralatan Input antara lain : alat penerima sinyal GPS, kamera visi, alat pendeteksi jarak tempuh. 72 Peralatan Output antara lain : berbagai jenis nozzle, komponen mikrokontroler dan jenis aktuator, konsol tampilan antar muka dan kontrol penyemprotan. Pengetahuan mengenai penentuan jenis nozzle diperoleh dengan melakukan uji penyemprotan di lapangan. Pemilihan jenis nozzle ditentukan berdasarkan kebutuhan debit semprot yang nilainya diperoleh dari data kecepatan maju peralatan , volume penyemprotan, dan jarak antar nozzle dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Vol Semprot lha = F x 600 S x A 5 Keterangan : F : Debit penyemprotan per nozzle lmenit S : Kecepatan traktor kmjam A : Jarak antar nozzle m 600 : Unit pengkonversi Tabel 8. Volume penyemprotan teoritis pada berbagai jenis nozzle dan beberapa kecepatan maju traktor. Warna nozzle Jenis nozzle Tekanan psi Debit per nozzle lmenit Kecepatan laju traktor kmjam Sudut semprot derajat 4 5 6 Volume penyemprotan lha Orange 110-UF-01 80 mesh 15 0.26 78 62 52 110 30 0.37 111 89 74 115 40 0.39 117 94 78 120 Hijau 110-UF- 015 80 mesh 15 0.38 114 91 76 110 30 0.51 153 122 102 115 40 0.59 117 142 118 120 Kuning 110-UF-02 50 mesh 15 0.47 141 113 94 110 30 0.68 204 163 136 115 40 0.77 231 185 154 120 Biru 110-UF-03 50 mesh 15 0.76 228 182 152 110 30 1.05 315 252 210 115 40 1.19 357 286 238 120 sumber : Operators Manual. Maquinas Agricolas Jacto S.A. Brasil 73 Modul Dialog Modul dialog adalah antarmuka yang menghubungkan aplikasi dengan pengguna dalam bentuk tampilan program. Modul dialog terdiri dari beberapa bagian utama, yaitu : - Menu manajemen data Menu manajemen data berisi tampilan untuk melakukan manajemen data tanaman pokok, gulma, herbisida, cuaca dan lahan, peralatan VRT. - Menu Konsultasi Menu Konsultasi berisi sub-menu input data dan sub-menu keputusan hasil konsultasi - Menu Gallery Menu Gallery berisi sub-menu untuk melihat berbagai jenis peralatan aplikator cairan, dan sub-menu tentang berbagai jenis gulma - Menu Multi Agen Menu Multi Agen berisi agen-agen yang terlibat dalam kegiatan pengendalian gulma dan agen simulasi DRIFTSIM. - Menu Visualisasi Simulasi Menu visualisasi simulasi berisi simulasi komputasi paralel dengan metode pipeline dan simulasi pendeteksian kepadatan serangan gulma pada eriode pasca tumbuh. Berikut ini adalah tampilan antarmuka program dari tampilan awal, menu input, sampai tampilan hasil konsultasi. Gambar 28. Tampilan menu manajemen data 74 Dialog dibuat sesederhana mungkin dengan input yang kebanyakan berbentuk combo box, sehingga pengguna dapat dengan mudah melakukan konsultasi dengan memilih nilai parameter yang telah disediakan dan terhindar dari melakukan kesalahan dalam memasukkan data input. Gambar 29. Tampilan menu input data konsultasi Pada kasus dimana kegiatan pengendalian gulma dilakukan pada kondisi cuaca normal, sistem supervisori kontrol akan merekomendasikan penggunaan teknologi boom sprayer tanpa air assist Gambar 30. Sedangkan pada kondisi dimana kecepatan angin besar 15-20 kmjam sistem akan merekomendasikan penggunaan teknologi air assist untuk menghindari terjadinya drift akibat kecepatan angin yang besar atau arah angin yang berubah-ubah Gambar 31. Apabila kondisi cuaca sangat ekstrim, misalnya kecepatan angin 20 kmjam , turun hujan , arah angin yang sangat cepat berubah , kelembaban udara sangat rendah dan suhu udara sangat tinggi maka sistem supervisori kontrol akan merekomendasikan untuk tidak melakukan kegiatan penyemprotan Gambar 32. Kecepatan angin yang besar dan arah angin yang berubah-ubah akan membuat drift yang besar dimana terjadi turbulensi semprotan yang mengakibatkan partikel hasil penyemprotan tidak efektif 75 jatuh di sasaran yang dituju. Kelembaban yang sangat rendah dan suhu yang terlalu tinggi akan mengakibatkan banyak partikel penyemprotan cepat menguap di udara sebelum sampai ke tanaman, dan partikel yang telah sampai ke tanaman tidak dapat bekerja efektif karena akan segera menguap. Gambar 30. Tampilan hasil konsultasi dengan saran tanpa penggunaan teknologi non air assist. Gambar 31. Tampilan hasil konsultasi dengan saran penggunaan teknologi air assist. Apabila kondisi serangan gulma terjadi tidak merata diperlukan metode pengendalian gulma yang mampu bekerja dengan membedakan kondisi 76 kepadatan serangan dan jenis gulma. Sistem supervisori kontrol akan merekomendasikan penggunaan sistem multi agen yang bekerja secara paralel. Gambar 33 menunjukkan hasil konsultasi dimana sistem supervisori merekomendasikan penggunaan sistem multi agen. Gambar 32. Tampilan hasil konsultasi dengan saran tidak melakukan penyemprotan karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan. Gambar 33. Tampilan hasil konsultasi dengan saran penggunaan sistem multi agen untuk perlakuan penyemprotan beragam. 77 Contoh kasus pengendalian gulma dengan sistem multi agen dilakukan dengan menggunakan data input luas lahan 200 ha dan lama pengerjaan 2 hari. Berdasarkan data tersebut sistem supervisori menampilkan nilai hasil perhitungan sebagaimana ditampilkan pada Gambar 33, yaitu dengan mempekerjakan 5 unit sistem dengan kecepatan maju 6 kmjam dan jenis nozzle yang harus digunakan adalah nozzle berwarna biru dengan kode 110-UF-03 yang mampu melewatkan herbisida dengan debit semprotan 0.78 lmenit. Simpulan 1. Sistem supervisori yang dibangun memiliki dua fungsi utama. Fungsi pertama adalah sebagai sistem konsultasi sebelum melakukan kegiatan penyemprotan off farm, fungsi kedua adalah sebagai pengontrol kegiatan penyemprotan yang melibatkan beberapa agen on farm. 2. Fungsi sistem supervisori sebagai sistem konsultasi adalah memberikan rekomendasi untuk kegiatan penyemprotan. Metode pengambilan keputusan sistem supervisori dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor yang berpengaruh pada kegiatan penyemprotan, antara lain ; waktu pelaksanaan penyemprotan praolah atau pascatumbuh, luas lahan, jumlah jam kerja tersedia, jenis tanaman yang dibudidayakan, jenis gulma, kerapatan serangan gulma, jenis herbisida, cuaca, berbagai jenis teknologi penyemprotan. 3. Sistem kontrol supervisori untuk pengendalian gulma dengan metode perlakuan presisi melibatkan beberapa agen dalam bentuk komputasi cerdas. Sistem multi tersebut terdiri dari : agen penangkap citra, agen filterisasi, agen pendeteksi tanaman, agen penentu kepadatan serangan, dan agen penentu dosis aplikasi. 78

5. IDENTIFIKASI JENIS TANAMAN