KAJIAN TEORI Perumusan Masalah

Charles Scaefer keteladanan terdapat isyarat-isyarat non-verbal yang berarti dan menyediakan suatu contoh yang jelas ditiru. Menurut Nur Uhbiyanti dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam menuliskan bahwa metode yang cukup besar pengaruhnya dalam mendidik anak adalah metode pemberian contoh dan teladan. 5 Jadi keteladanan adalah mendidik anak dengan cara memberikan contoh yang baik uswah hasanah agar dijadikan panutan baik dalam berkata, bersikap dan dalam semua hal yang mengandung kebaikan. Sehingga pendidikan Islam yang diajarkan mempengaruhi anak untuk meniru kebaikan yang diajarkan. Selain itu, keteladan akan memunculkan kepribadian yang peka dalam menjalankan ketaatan. Hal ini disebabkan anak melihat orang-orang yang sekitarnya adalah pribadi yang dikagumi dan diidolakan. Anak tidak akan terpengaruh dengan tokoh fiktif yang dihadirkan oleh media televisi, karena ayah dan ibunyalah menjadi panutan anak dalam kesolehan. Dengan demikian proses pendidikan akan berjalan dengan penuh makna jika kedisiplinan dalam ibadah misalnya, akan terlihat dari orang tuanya yang bersegera salat saat mendengar adzan. Ayahnya segera bergegas pergi ke mesjid untuk melaksanakan solat berjamaah. Ibu segera menghentikan segala aktivitas untuk menunaikan kewajiban dengan penuh kerelaan. Hal ini akan menjadikan anak begitu antusias meniru kebiasaan tersebut, terlebih jika pendidikan keteladanan ini diberlakukan sejak anak usia dini. Sebab anak akan memiliki kemampuan untuk mencerap pemahaman lebih kuat dan membekas. Sehingga orang tua diharapkan untuk selalu memberikan apresiasi positif kepada anak, baik melalui pujian maupun melalui teladan yang baik. Keteladanan dalam pendidikan adalah metode yang paling menyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk akhlak pada diri anak. Hal ini dikarenakan pendidikan keteladanan merupakan metode mudah dalam pandangan anak, yang akan ditiru dalam tindakannya, bahkan akan terpatri dalam jiwa dan perasaannya dan tercermin dalam ucapan dan perbuatannya. 6 5 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung:Pustaka Setia, 1999, hal. 117 6 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2004, cet. V, h. 174 Pendidikan Islam memiliki metode yang khas dalam menerapkan konsep ideal yang diajarkan dalam proses pendidikannya. Ajarannya bersumber dari kekuatan dalil yakni al- Qur‟an dan as-Sunnah. Sebab proses pendidikan yang dilakukan bertujuan untuk terwujudnya suatu ketaatan dalam diri seorang muslim terhadap aturan Islam. Melalui keteladanan anak akan belajar dari perbuatan yang berkesan di dalam diri anak. Sehingga ia akan cenderung mengingat sesuatu yang mempengaruhi jiwanya. Anak akan mudah melupakan yang didengarkannya dan dilihatnya. Namun tidak dengan sesuatu yang berkesan di hatinya. Oleh karena itu keteladanan adalah metode utama dalam pendidikan. Sehingga bagi orang tua yang menginginkan anaknya terbaik, maka ia harus menjadikan yang terbaik terlebih dahulu. 7 Dalam pendidikan Islam, metode keteladan ini lebih banyak diberikan dalam berbagai bentuk tindakan. Alasannya, keimanan seseorang disebut berhasil guna, jika diikuti dengan praktek pengamalan baik dalam kegiatan „ubudiyah’ maupun dalam muamalah diantara manusia. 8 Sehingga buah dari ilmu adalah pengamalan keshalihan. Anak-anak memiliki konsep tentang dunia di mana ia hidup dan bertumbuh terdiri dari ide-ide yang diasosiasikannnya dengan obyek orang dan kegiatan-kegiatan yang terdapat di sekitarnya. 9 Sehingga anak-anak cenderung menjadikan keadaan sekitar menjadi bahan belajar. Peristiwa yang dialami, perkataan yang didengar, dan sikap yang ia terima dari orang-orang yang ada di sekitarnya akan tercermin dalam kepribadiannya. Dengan demikian, mendidik dengan memberikan contoh adalah salah satu cara yang paling banyak meninggalkan kesan. 10 Karena teladan ini menjadi 7 Saiful falah, Parents Power “Membangun karakter Anak melalui Pendidikan Keluarga, Jakarta: epublika, 2014, h. 246 8 Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung:CV Pustaka Setia, 2001, cet. II, h. 182 9 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: BUmi Aksara, 2011, cet ke-5, h. 44 10 Ibrhim Amini, Agar Tak Salah Mendidik, Jakarta: Al-Huda, 2006, cet. 1, h. 307 magnet yang menarik perhatian untuk diikuti oleh anak disebabkan ia melihat figur yang menjadi sumber utama yang mengajarkan kebaikan. Keteladanan merupakan cara utama di samping cara yang lainnya dalam pendidikan Islam, yang dapat dijadikan sebagai media pendidikan, yang dapat secara efektif membentuk kepribadian anak didiknya menjadi manusia yang berakhlak mulia. Keteladanan sering juga disebut dengan suri teladan. Dalam Al- Qur‟an telah digambarkan dengan kata uswah yang diberi sifat di belakangnya, seperti hasanah yang berarti baik, sehingga terdapat ungkapan uswatun hasanah yang berarti suri teladan yang baik. 11 Pendidikan Islam adalah pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya yaitu al- Qur‟an dan as-Sunnah. Karena itu pendidikan Islam berupa pemikiran dan teori pendidikan yang dibangun dari sumber-sumber tersebut. 12 Selain dengan dua sumber yakni al- Qur‟an dan as-Sunnah, juga mengikuti pendapat ulama, warisan sejarah Islam. 13 Adanya keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang sangat berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spirit, dan etos sosial anak. Hal ini karena pendidik adalah figur terbaik dalam pandangan anak, yang tindak tanduk, sopan santunnya, disadari atau tidak akan ditiru anak. Pendapat Al- Ghazali, dalam kitab Ihya „Ulumuddin” sendiri telah menyejajarkan para pendidik dengan deretan para nabi, sebagaimana ditulis: “Makhluk Allah yang paling utama di atas bumi adalah manusia yang paling utama adalah hatinya. Sedangkan seorang pendidik sibuk memperbaiki, membersihkan, menyempurnakan dan mengarahkan hati agar selalu dekat kepada Allah. Maka mengajarkan ilmu adalah ibadah dan pemenuhan khalifah Allah, bahkan merupakan tugas kekhilafahan Allah yang paling utama.” 11 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, h. 95 12 Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi, Beginilah seharusnya Mendidik Anak, Jakarta: Darul Haq, 2007, cet ke-5, h. 131 13 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997, h. 95 Dalam kaitannnya dengan metode keteladanan dalam mendidik, Abdurrahman An-Nahlawi menjelaskan macam-macam metode lain yang digunakan dalam pendidikan Islam sebagai berikut: 1 Metode dialog Qur‟ani dan Nabawi Metode dialog adalah pembicaaran antara dua belah pihak atau lebih yang dilakukan melalui Tanya jawab dan di dalamnya terdapat kesatuan topik dan tujuan pembicaraan oleh pendidik kepada anak didik. Dialog merupakan jembatan yang menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain. bentuk dialog yang terdapat dalam al- Qur‟an dan as-Sunnah sangat variatif. Namun, bentuk yang paling penting adalah dialog khitabi seruan Allah dan ta‟abbudi penghambaan terhadap Allah, dialog deskriptif, dialog naratif, dialog argumentatif, serta dialog nabawiyah. 2 Metode melalui kisah-kisah Qur‟ani dan Nabawi Metode kisah adalah metode pendidikan Islam dengan cara menyampaikan kisah-kisah al- Qur‟an dan nabawi oleh pendidik dengan tujuan untuk membiaskan dampak psikologi dan edukasi yang baik, dan konstan, dan cenderung mendalam. Pendidikan dengan kisah dapat memggiring anak didik pada kehangatan perasaan, kehidupan, da kedinamisan jiwa yang mendorong manusia untuk mengubah perilaku dan mempernbaharui tekadnya selaras dengan tuntutan, pengarahan, penyimpulan, dan pelajaran yang dapat diambil dari kisah terssebut. 3 Mendidik melalui perumpamaan Mendidik melalui perumpamaan adalah media pendidikan Islam yang mnjelaskan dan menhyikapkan hakikat sesuatu sifat sesuatu dan keadaan sesuatu yang tidak dijelaskan. Penyingkapan yang paling dalam ialah pendeskripsian makna-makna logis melalui gambar konkrit atau sebaliknya. 4 Mendidik melalui keteladanan Mendidik melalui keteladanan adalah proses pendidikan denga memberikan figur teladan di hadapan anak didik.kurikulum pendidikan yang sempurna telah dibuat dengan rancangan yang jelas bagi perkembangan manusia melalui sistematisasi bakat, psikologis, emosi, mental, dan potensi manusia. Namuntidak dipungkiri jika timbul masalah bahwa kurikulum seperti itu masih memerlukan pola pendidikan yang realististis yang dicontohkanoleh seornag pendidik melaui perilaku dan metode pendidikan yang diperlihatkan kepada anak didik dambil tetap berpegang pada landasa, metode, dan tujuan kurikulum pendidikan Islam. 5 Mendidik melalui Praktik dan perbuatan Mendidik melalui Praktik dan perbuatan adalah metode pendidikan Islam yang dihadirkan melalui adanya tuntutan untuk mengarahkan segala perilaku, naluri, dan pola kehidupan menuju perwujudan etika dan syariat ilahiah secara nyata. Dalam hal ini pendidikan sebagai sarana untuk mewujudkan syariat ilahiah yang ideal ke dalam perilaku praktis yang memadukan perwujudan runtutan manusia. 6 Mendidik melalui pemberian Ibrah dan nasihat Mendidik melalui pemberian Ibrah dan nasihat adalah pendidikan yang disampaikan dengan memberikan gambaran peristiwa dan kisah dalam al- Qur‟an dengan tujuan unyuk mengambill pelajaran dari suatu peristiwa yang dikabarkan dalam al- Qur‟an. Hal ini dimaksudkan agar manusia mengantarkan dirinya dari suatu pengetahuan yang terlihat menuju sesuatu yang tidak terlihat, atau jelas merenung da berpikir. Adapan melalui Penyampaian nasehat dalam proses pendidikan diakukan agar melembutkan hati dan mendorong untuk beramal. 7. 7. Mendidik melalui targhib dan tarhib Mendidik melalui targhib dan tarhib adalah model mendidik dengan memberikan janji kesenangan dan ancaman bagi anak dalam menjalankan proses pendidikan. Targhib adalah janji yang dosertai bujukan dan rayuan untuk menunda kenikmatan, kelezatan dan kemaslahatan. Namun penundaan itu bersifat pasti, baik, dan murni serta dilakukan melalui amal saleh atau pencegahan diri dari yang membahayakan. Sedangkan tarhib adalah metode pendidikan Islam dilakukan dengan cara memberikan ancaman atau intimidasi melalui hukuman yang disebabkan oleh terlaksananya sebuah dosa, kesalahan atau perbuatan yang telah dilarang Allah. 14 14 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Maysarakat, … , h. 205 Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan metode targhib dan tarhib adalah sebagai berikut : a Jangan menghukum ketika marah, karena pemberian hukuman ketika marah akan lebih bersifat emosional yang dipengaruhi nafsu shaithaniyah. Penyampaian nasehat dalam proses pendidikan diakukan agar melembutkan hati dan mendorong untuk beramal b Jangan sampai menyakiti perasaan dan harga diri anak atau orang yang kita hukum c Jangan sampai merendahkan derajat dan martabat orang yang bersangkutan, misalnya dengan menghina atau mencaci di depan orang lain. 15 2. Dasar keteladanan Manusia pada dasarnya diberikan kemampuan untuk meniru dan mengikuti dalam bertingkahlaku. Terlebih bagi anak yang masih memerlukan arahan dan petunjuk dalam berbuat sesuatu. Anak akan melihat dan mengamati segala bentuk sikap yang dia temui. Dalam ajaran Islam Allah swt, sebagai peletak manhaj langit sekaligus sebagai mukjizat bagi hamba-hamba piliahan-Nya. Seorang Rasul yang diutus untuk menyampaikan risalah langit kepada umay haruslah disifati dengan kesempurnaan jiwa, akhlak dan akal yang tinggi. Sehingga orang-orang dapat menjadikannya rujukan, mengikutinya, belajar, dan mencontohmya dalam kemuliaan dan ketinggian akhlak. Karenanya Allah mengutus Nabi Muhammad saw untuk menjadi teladan yang baik sepanjang sejarah untuk muslimin dan seluruh umat manusia. 16 Allah swt berfirman: 15 Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,, 2005, h. 21 16 Abdullah Nashih „Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, Solo: Insan Kamil, 2013, cet ke-2, h. 516                   Artinya: Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.Q.S. al-Ahzab : 21 Allah swt telah meletakkkan pada pribadi Muhammad saw gambaran sempurna tentang manhaj metode Islam. Hal ini bertujuan agar beliau menjadi gambaran hidup yang kekal dengan keagungan dan kesempurnaan akhlak untuk generasi-generasi setelahnya . 17 Penjelasan mengenai ayat di atas adalah bukti yang jelas bahwa Rasulullah Saw sebagai pendidik memberikan teladan yang nyata kepada sahabatnya pada perang Ahzab. Dalam perang Ahzab Rasulullah SAW, memberikan contoh keteguhan dan kekuatan dalam kebaikan. Rasul menggali parit dengan pacul lalu mengangkut debu dan tanah dengan alat pikul. 18 Demikian teladan yang diajarkan Rasulullah, maka dapat dipastikan adanya kekuatan yang muncul dalam jiwa para sahabat melihat kesungguhan rasul-Nya. Keadaan yang membawa semangat juang tinggi yang akan berpengaruh ke dalam jiwa-jiwa kaum muslimin. Kekuatan keimanan yang akan mewarnai jiwa umat Islam akan pentingnya menggelorakan semangat, rela berkorban, yakin dan memiliki jiwa perkasa. Dalam hal ini Rasulullah sebagai pemimpin dan pendidik memberikan contoh dalam perbuatan nyata bukan hanya berbentuk perintah kepada para sahabatnya dalam bersungguh-sungguh menggali parit sebagai benteng pertahanan kaum muslimin. Oleh karena itu suah seharusnya pendidik mencontohkan ssikap nyata dalam menjalankan kebaikan. Bukan sebaliknya 17 Abdullah Nashih „Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, …, h. 517 18 Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2003, jilid ke 9, h.240 memberikan perintah dan intruksi belaka. Tidak diiringi dengan sikap langsung dan bersegera dalam menjalankannya. Sebab bisa beraujung pada kemalasan dan sikap acuh anak saat mendengar kebaikan. Dikarenakan orang tuanya sebagai pendidik tidak mengamalkan secara langsung dengan perbuatan. Adanya pendidikan Islam yang bersumber dari al- Qur‟an dan Sunnah Rasulullah saw, metode keteladanan tentunya didasarkan kepada kedua sumber tersebut. Dalam al- Qur‟an keteladanan diistilahkan dengan kata “uswah”, kata ini terulang sebanyak tiga kali dalam dua surat, yaitu:                   Artinya: Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. Q.S Al-Ahzab : 21             …..  Artinya: Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: ,,,. Q.S Al-Mumtahanah : 4                       Artinya: Sesungguhnya pada mereka itu Ibrahim dan umatnya ada teladan yang baik bagimu; yaitu bagi orang-orang yang mengharap pahala Allah dan keselamatan pada hari kemudian. dan Barangsiapa yang berpaling, Maka Sesungguhnya Allah Dia- lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji . Q.S al-Mumtahanah : 6 Ketiga ayat tersebut memperlihatkan bahwa kata “uswah” selalu digandengkan dengan sesuatu yang positif “hasanah” dan digambarkan mengenai suasanan yang menyenangkan. Rasulullah SAW, sebagai pembawa risalah Islam juga sebagai teladan yang baik bagi umatnya. Beliau dalam berbagai kesempatan selalu terlebih dahulu mempraktekkan semua ajaran yang disampaikan Allah SWT, sebelum menyampaikan kepada umatnya. Sehingga tidak ada celah bagi orang-orang yang tidak senang untuk membantah dan menuduh bahwa Rasulullah saw, hanya pandai bicara. Praktek “uswah” ternyata menjadi pemikat, umat yang menjauhi semua larangan yang disampaikan dan mengamalkan semua tuntutan yang diperintahkan oleh Rasulullah saw, seperti melaksanakan salat, puasa, nikah dan lain-lain. 19 3. Macam-macam Pemberian Keteladanan Abdurrahman an-Nahlawi telah mengemukakan bahwa pola pengaruh keteladanan berpindah kepada peniru melalui beberapa bentuk, dan yang paling penting ada dua hal, yaitu pemberian pengaruh keteladanan langsung yang tak disengaja, dan pemberian pengaruh keteladanan langsung yang disengaja. a. Pemberian pengaruh secara spontan Abdurrahman an-Nahlawi di sini menjelaskan bahwa pengaruh yang tersirat dari sebuah keteladanan akan menentukan sejauhmana seseorang memiliki sifat yang mampu mendorong orang lain untuk meniru dirinya, baik dalam keunggulan ilmu pengetahuan, kepemimpinan, atau ketulusan dan sebagainya. Dalam kondisi yang demikian, terjadi secara langsung tanpa disengaja. Dan ini berarti bahwa setiap orang yang ingin dijadikan panutan oleh orang lain harus senantiasa mengontrol perilakunya, dan menyadari bahwa dia akan diminta 19 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Balai Pustakam 1995, cet 1 h. 117-119 pertanggungjawaban di hadapan Allah atas segala tindak-tanduk yang diikuti atau ditiru oleh orang-orang yang mengaguminya. 20 . b. Keteladanan secara sengaja Pemberian Pengaruh Keteladanan langsung yang disengaja, Misalnya; seorang pendidik menyampaikan model bacaan yang diikuti oleh anak didiknya. Seorang imam membaguskan shalatnya untuk mengajarkan shalat yang sempurna. Ketika berjihad, seorang panglima tampil di depan barisan untuk menyebarkan ruh keberanian, pengorbananm dan tampil ke garis depan dalam diri para tentara 21 Rasulullah telah menggunakan teknik keteladanan langsung ini dalam berbagai kesempatan. Ketika Rasulullah mengajarkan shalat kepada kaum Muslim, beliau naik ke tempat yang tinggi sehingga bisa terlihat oleh semua orang. Kemudian Rasulullah bersabda: Artinya : Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku Bahkan bisa dikatakan, seluruh kehidupan Rasulullah SAW adalah penjelasan terhadap syariah Islam. Maka ketika Aisyah ra. Ingin menerangkan akhlak Rasulullah SAW, dengan ungkapan terbaiknya “Akhlaknya adalah al- Qur‟an” 22 Berbagai contoh praktis keteladanan dalam perilaku-perilaku mulia yang diterapkan kepada anak-anak, dalam kehidupan dan pertumbuhannya diantaranya sebagai berikut: a. Mendidiknya agar terbiasa berwudhu setiap kali bangun tidur, dan bukan hanya mencuci muka saja. b. Mendidiknya agar terbiasa tidur segera setelah shalat isya. Tidak boleh dibiarkan terlambat tidur agar anak bisa bangun tepat waktu shalat shubuh. c. Mendidiknya agar terbiasa menerima tamu. 20 Abdurrahman an-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insanim 2004 , cet ke-4,h. 265 21 Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat ,…, h. 266 22 M.Rawwas Qal‟ah ji, Biografi Nabi SAW “Menyibak Tabir Kepribadian Rasul Muhammad SAW”, Dahran: Mahabbah Pustaka, 1986, h.168 d. Melatihnya agar bisa berbelanja berbagai kebutuhan rumahnya. e. Membiasakannya untuk berjamaah shalat di mesjid tepat pada waktunya. f. Bila memiliki anak perempuan, maka harus dibiasakan untuk memakai hijab. g. Membiasakan untuk melakukan puasa sunnah. h. Membiasakan untuk makan dan minum dengan tangan kanan. 23 Dalam memberikan keteladanan dalam proses pendidikan anak, maka sepatutnya pendidik memperhatikan kelebihan dan kekarangan metode pendidikan ini. Agar dalam penerapannya dijalnkan dengan pertimbangan yang baik. Sehingga orang tua akan sangat berhati-hati dalam memberikan percontohan dala kehidupan sehari-hari. Karena tingkah lakunya dilihat dan diperhatikan anak. Diantara kelebihan metode keteladanan, adalah: 24 1 Akan memudahkan anak didik dalam menerapkan ilmu yang dipelajarinya. 2 Agar memudahkan pendidik dalam mengevaluasi hasil berlajarnya. 3 Agar tujuan pendidikan lebih terarah dan tercapai dengan baik. 4 Bila keteladanan dalam lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat baik, maka akan tercipta situasi yang baik bagi anak. 5 Terciptanya hubungan harmonis antara pendidik dan peserta didik. 6 Secara tidak langsng pendidik dapat menerapkan ilmu yang diajarkannya. 7 Mendorong pendidik untuk selalu berbuat baik karena akan dicontoh. adapun kekurangan metode keteladanan adalah: Pertama, jika figur yang dicontoh tidak baik, akan cenderung untuk mengikuti tidak baik. Kedua, jika teori tanpa praktek akan menimbulkan verbalisme. 23 Muhammad sa‟id Mursi, Melahirkan Anak Masya Allah, Jakarta: Cendikia, 2001, cet ke-1, h. 142 24 Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat , …, h. 122 4. Pengertian Orang Tua Orang tua adalah ayah dan ibu kandung, atau orang yang dianggap tua atau dituakan cerdik, pandai, ahli dan sebagainya, atau orang-orang yang dihormati dan disegani. Dalam Islam orang tua ditempatkan pada posisi tertinggi sehubungan dengan kasih sayang dan ketulusan oleh anak-anak mereka. Di beberapa ayat dalam al- Qur‟an menempatkan kasih sayang pada orang tua langsung setelah keimanan kepada Allah. 25 Adapun fungsi orang tua dalam keluarga menurut Zakiyah Darajat diantaranya: 1. Pendidik yang harus memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan terhdap anggota keluarga yang lain dalam kehidupannya. 2. Pemimpin keluarga yang harus mengatur kehidupan anggota. 3. Contoh yang merupakan tipe ideal di dalam kehidupan dunia. 4. Penanggung jawab di dalam kehidupan baik yang bersifat fisik dan material maupun mental spiritual keseluruhan anggota keluarga. 26 Jadi keteladanan orang tua dalam mendidik anak adalah memberikan contoh yang baik uswah hasanah melalui peran orang tua sebagai pendidik utama dalam keluarga dalam mengajarkan kebaikan. Sehingga bisa dijadikan contoh yang akan ditiru dan diikuti anak sebagai cara yang efektif dalam membentuk kepribadian anak. 5. Peran orang tua dalam mendidik anak Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama. Utama karena pengaruh mereka amat mendasar dalam perkembangan kepribadian anaknya. Pertama karena orang tua adalah orang pertama dan paling banyak melakukan kontak dengan anaknya. Jika dilihat dari ajaran Islam, anak adalah amanat dari Allah SWT yang akan dimintai pertanggungjawabannya. sebagaimana di dalam al- Qur‟an ialah ayat yang menjelaskan agar setiap orang menjaga dirinya dan anggota keluarganya dari siksa neraka. 27 25 Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Hadis, Jakarta: UIN Press, 2005, cet ke- 1, h.233 26 Zakiyah Darajat dkk, Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, Jakarta: Bulan Bintang, 1987, h.183 27 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT. Remaha Rosda Karya, 1997, cet ke-3, h. 135                        Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Q.S At-Tahrim : 6 Oleh karena itu tugas mulia yang dijalankan oleh orang tua dalam upaya membentuk kerpribadian anak menuju kedewasaaan dengan bekal dasar yang kuat dalam diri anak merupakan hal terpenting. Sehingga dasar yang telah terbentuk yakni pendidikan Islam merupakan dasar utama yang menjadikan anak akan teguh dalam menjalani kehidupan serta menjaga diri dari kebinasaan dunia dan terhindar dari siksa neraka. Sedangkan dalam ayat lain Allah SWT berfirman :                  Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.Q.S Al-Nahl : 78 Dalam ayat tersebut Allah SWT menjelaskan bahwa setiap manusia yang terlahir dalam keadaan dengan tidak mengetahui apapun. Diawali dengan ayat- ayat sebelumnya berkenaan mengenai bukti-bukti kekuasaan-Nya. Besarnya nikmat dan keluasan ilmu Allah SWT. Kemudian di ayat ini Allah SWT, memberikan berbagai nikmat yang diberikan kepada manusia, yang juga termasuk dari nuansa rahasia-rahasia Allah yang tersembunyi. Misalnya nikmat tempat tinggal, ketenangan dan keteduhan di rumah-rumah dan lain-lain. 28 Atas dasar inilah maka orang tua merupakan pendidik pertama yang akan mengajarkan sekaligus memberikan pengarahan dan teladan baik. Agar anak memiliki lingkungan keluarga yang mendidiknya mengenal Islam. Meneladani keshalihan kepada anak akan memiliki pengaruh yang besar. Orang tua memiliki kewajiban mengajarkan keutamaan menjalankan syariat dan memupuk keimanannya agar terpancar kepribadian yang mulia dihadapan anak. Sebab keteladanan orang tuanya pengaruh yang dominan dalam jiwa anak. Sebagaimana dalam hadis dapat kita cermati sabda nabi SAW, yang berbunyi Artinya : “Tidak seorang pun dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah suci maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, atau Nasrani, dan Majusi. H.R Muslim Anak akan melihat, mendengar dan mengamati sikap orang tuanya. Sebab secara lansung anak sejak lahir berinteraksi dekat bersama ayat dan ibunya. Apapun sikap yang ditujukan orang tuanyalah yang akan menjadi gambaran anak dalam berbuat. Secara umum orang tua mempunyai tiga peranan terhadap anak: 1. Merawat fisik anak, agar anak tumbuh kembang dengan baik. 2. Proses sosialisasi anak, agar anak belajar menyesuaikan diri terhadap lingkungan. 3. Kesejahteraan psikologis dan emosional anak. 29 Dalam hal ini maka peran orang tua memberikan keteladanan merupakan sebuah bekal penting atas pendidikan anak. Sehingga pada saat anak tumbuh di 28 Sayyid Qutb , Tafsir Fi Zhiilalil Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2003, jilid 7, h. 199 29 Lubis Salam, Keluarga Sakinah, Surabaya: Terbit Terang,t,th, h. 76 lingkungan masyarakat ia dapat beradaptasi dan diterima oleh lingkungan sekitarnya. Baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Pada dasarnya, perilaku anak akan terlihat pada kelakuan orang tuanya. Jika orang tua memperlakukan anak-anak dengan baik dalam syariat Allah, mereka akan menjadi anak berbakti kepada orang tuanya. Sebaliknya jika orang tuanya salah dalam mendidik anak-anaknya, maka janganlah berharap anak-anak akan berbakti kepadanya. 30 Misalnya anak yang diajarkan dengan kedisiplinan menjalankan syariat Allah seperti shalat, menutup aurat, sopan santun dalam ucapan maupun perbuatan dan menjaga pergaualannya secara Islami. Maka anak akan terbentuk menjadi pribadi yang takut menjalankan keburukan dan dekat pada ketaatan kepada Allah SWT. Sebaliknya jika orang tuanya mencontohkan kemalasan ibadah, sikap angkuh, perkataan yang buruk dan sikap yang melanggar syariat Islam. Maka anak secara langsung akan mengikuti keburukan yang diperlihatkan oleh pendidiknya dalam hal ini ayah dan ibunya. Jika dalam menjalankan aktiviitas sehari-hari di dalam rumah sikap yang dicerminkan ayah dan ibunya adalah berkata kasar dan bersikap buruk. Hal demikian pula yang akan ditiru oleh anak-anaknya. Orang tua yang mampu mmberikan keteladanaan ketaatan dan kebaikan dalam perbuatan dan perkataan akan menjadi inspirasi kesolihan bagi anaknya. Meskipun tidak bisa dipungkiri, anak akan menemui tantangan lain yakni berupa media sosial dan lingkungan. Namun setidaknya anak sudah dibekali kebaikan sehingga akan menjadi modal awal ia bersosialisasi dengan lingkungannya. Idealnya seorang pendidik keluarga yakni dalam hal ini adalah orang tua, selain mampu memberikan keteladanan, juga tetap mengawasi dan memberikan pengarahan terhadap segala macam aktivitas anaknya. Tidak memberikan kebebasan sepenuhnya sebab bagaimana pun anak tetap membutuhkan bimbingan dari orang tuanya. Banyak alasan mengapa pendidikan agama di rumah tangga adalah paling penting. Alasan pertama, pendidikan di tiga tempat pendidikan 30 M.Thalib, 40 Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Anak, Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 1993, cet ke-6, h. 65 lainnyamasyarakat, rumah ibadah, sekolah frekuensinya rendah. Pendidikan di masyarakat hanya berlangsung beberapa jam saja setiap minggu, di rumah ibadah seperti di mesjid juga hanya sebentar, terlebih di sekolah hanya dua jam pelajaran setiap minggu. Alasan kedua, inti pendidikan Islam ialah penanaman iman. Penanaman iman itu hanya mungkin dilakukan secara maksimal dalam kehidupan sehari-hari dan hanya mungkin dilakukan di rumah. 31 Orang tua yang saleh merupakan contoh suri teladan yang baik bagi perkembangan jiwa anak yang sedang tumbuh, karena pengaruh mereka sangat besar sekali dalam pendidikan anak. Apabila orang tua sudah berperilaku dan berakhlak baik, taat pada Allah, menjalankan syariat Islam, dan berjuang sepenuhnya di jalan Allah serta memiliki jiwa sosial, maka dalam diri anak pun akan mulai terbentuk dan tumbuh dalam ketaatan pula dan megikuti apa yang telah dicontohkan orang tuanya dalam perilaku sehari-hari. Seperti disebutkan dalam al- Qur‟an 32          Artinya :”sebagai satu keturunan yang sebagiannya turunan dari yang lain. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” Q.S Ali-Imran ; 34 Anak akan selalu melihat apa yang tengah dilakukan kedua orang tuanya. Dan secara perlahan mulai meniru dan berlaku seperti mereka. Hingga jika mereka mendapatkan kedua orang tuanya berlaku jujur, maka hal itu akan membentuk mereka untuk menjadi orang yang jujur pula. Rasulullah menganjurkan agar ornag tua hndaklah menjadi suri tauladan dalam berakhlak yang benar di tengah pergaulan mereka dengan anak-anak. Seorang anak akan memperhatikan sikap orang tuanya. Hal ini terjadi pada seorang anak sahabat Nabi Saw, yaitu Abdullah Ibnu Abi Bakrah. Ia senantiasa memperhatikan doa-doa 31 M.Thalib, 40 Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Anak , …, h.134 32 M. Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Bandung: al-Bayan, 2000, cet ke- 5, h. 65 ayahnya. Kemudian ia bertanya tentang doa itu, maka ayahnya pun menjawab dan memberikan penjelasan terhadap apa yang dia lakukan. Wahai ayah, aku mendengar setiap pagi engkau berdoa: “Ya Allah, lindungilah aku dan pendengaranku, ya Allah lindungilah aku dan penglihatanku dan tiada Tuhan kecuali Engkau.”. Kemudian Ayah mengulanginya setiap pagi dan petang. Dalam hal ini maka orang tua ditutut untuk menerapkan segala perintah Allah dan sunnah Rasulullah, baik akhlak maupun perbuatannya. 33 Dengan memberikan tampilan cara memuliakan anak, maka anak akan dapat memahami apa yang dimaksud orang tuanya. Tampilan dari orang tua tersebut akan menjadi sumber teladan. Sumber ini merupakan sumber utama bagi anak untuk mendapatkan keteladanan. Merekalah yang pertama kali menanmkan nilai-nilai pada sang anak. Apabila orang tua menginginkan sang anak tumbuh dalam kejujuran, amanah, menjauhi dari perbuatan yang tidak diridhoi agama, kasih sayang, maka hendaknya mereka memberikan teladan yang baik dari diri mereka sendiri. 34 6. Tanggung Jawab orang tua dalam keluarga Menurut Hasan Ayub keluarga ialah suatu kumpulan manusia dalam kelompok kecil yang terdiri atas suami, istri dan anak. Terwujudnya masyarakat Islam dimulai dari keberadaan keluarga yang menerapkan aturan Islam seutuhnya melalui pembinaan dan penataan keluarga melalui pendekatan nilai-nilai Islam secara terus-menerus dalam kehidupan keluarga. 35 Proses pendidikan Islam merupakan proses membina generasi Islam agar dapat terikat dengan syariat Allah SWT dan rasul-Nya. Maka dibutuhkan langkah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam upata menginternailsasikan konsep Islam dalam tatanan praktek. Agar dapat diikuti dan dijadikan uswatun hasanan contoh yang baik bagi anak. Selain membutuhkan figur yang berperan melakukan 33 Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, Malng: UIN Malang Press, 2008, h. 291 34 Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, ter. Saifullah Kamalie dan Hery Noer Ali Bandung: As- syifa‟, 1988, h. 5 35 Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung: Rosda Karya, 2012, h.213 pengajaran dan pendidikan ini, maka sebuah kewajiban bagi seorang pendidik untuk mengemban tanggung jawabnya dengn baik. Adanya peran keluarga adalah basis awal pengembangan pendidikan bagi anak. Islam memandang bahwa orang tua memiliki tanggung jawab dalam mengantarkan anak-anaknya untuk bekal kehidupan baik kehidupan duniawi maupun ukhrowi. Dalam keluarga anak adalah orang pertama yang masuk sebagai peserta didik. Oleh karena itu dalam berinteraksi orang tua harus mampu menampilkan pola perilaku yang positif, karena dapat menstimulus anak. Terutama dalam etika bicara, bertingkah laku dan sebagainya. Karena anak akan mensugesti, meniru dan mendemonstrasikan apa yang dilihat. Maka orang tua harus menjalankan ajaran agama dengan baik dan benar, yang dimulai dari kehidupn interaksional dalam keluarga. 36 Keberadaan orang tua sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak jiwa sosial dan mental anak. Perkataan dan kebiasaan orang tua akan mejadi bahan pembelajaran yang akan benar-benar diamati dan dititu Seorang anak dilahirkan dalam keadaan berkekurangan dan kebergantungan di dalam segala hal. Karena itu apabila orang tua tidak melaksanakan tanggung jawabnya pasti anak tidak bisa hidup dengan arahan yang baik. Dengan demikian orang tua tidak bisa mengelak dari tanggung jawab ini. 37 Imam Al- Ghozali mengatakan, “Anak adalah amanat di tangan kedua orang tuanya. Hatinya yang suci adalah mutiara yang masih mentah. Mutiara ini dapat condong kepada segala sesuatu. Apabila dibiasakan dan diajarkan dengan kebaikan, maka dia akan tumbuh dalam kebaikan itu. Dampaknya kedua orang tuanya akan hidup berbahagia di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu Rasulullah SAW, melimpahkan tanggung jawab pendidikan anak kepada kedua orang tua sebagai tanggung jawab yang sempurna. Dari Ibnu Umar ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : 36 Fatah Yasin, Dimensi- dimensi Pendidikan Islam, …, h. 220-221 37 Syahminan Zaini, Prinsip-prinsip Dasar konsepsi Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1986, h.133 Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut.\ Aku menduga Ibnu Umar menyebutkan: Dan seorang laki-laki adalah pemimpin atas harta bapaknya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atasnya. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya .HR. Bukhari”. 38 Menurut Jalaluddin Usman Said menyebutkan tanggung jawab keluarga terhadap anaknya adalah: Pertama, mencegah kemungkaran dan selalu mengkontruksikan hal-hal yang baik. Kedua, memberikan arahan dan binaan, untuk selalu berbuat baik. Ketiga, beriman dan bertakwa kepada Allah swt. 39 Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya bukan hanya sebatas memenuhi kebutuhan secara materi, dengan memfasilitasi anak dengan segala kebutuhan makan, berpakaian dan memberikan saran dan prasarana pendidikan yang canggih. Namun hal yang terpenting adalah kesadaran orang tua dalam menunaikan amanah Allah SWT dengan sungguh-sungguh yakni mendidik anak sesuai konsep pendidikan Islam. Menjadikan akidah Islam sebagai sumber ajaran, dan prinsip dalam menentukan kebaikan dan keburukan. Serta memberikan pembiasaan sikap sesuai dengan ajaran Islam yang berlandaskan pada aturan Allah SWT dan teladan Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. 38 Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Prophetic Parenting Cara Nabi Mendidik Anak, Yogyakarta:Pro-U Media, 2009, h. 46-47 39 Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, …, h. 206 7. Urgensi keteladanan orang tua dalam mendidik anak Pentingnya penggunaan keteladanan uswah dalam pendidikan Islam pada prinsipnya didasarkan pada pendekatan normatif dan psikologi manusia yang sejak lahir memiliki fitrah ingin meniru gharizah. Gharizh adalah hasrat yang mendorong anak, orang lemah dan orang yang dipimpin untuk meniru perilaku orang dewasa, orang kuat, dan pemimpin. 40 Pengetahuan yang melekat pada jiwa manusia bila tidak deproleh melalui praktek, semakin lama semakin berkurang intensitasnya. Dalam penelitian dapat diketahui berbagai pengaruh cara belajar-mengajar sebagai berikut: 1. Belajar dengan mendengarkan hanya berhasil diserap oleh anak didik sebesar 15 dari materi pelajaran. 2. Belajar dengan menggunakan mata visualisasi dapat mengahasilkan 55 dari bahan yang disajikan. 3. Belajar dengan praktek menghasilkan bahan apersepsi sampai 90 dari bahan yang diajarkan. 41 Hal itulah menurut pandangan Islam bahwa keteladanan dalam pendidikan Islam dapat memberikan kontribusi nilai-nilai pendidikan yang luhur terhadap pembentukan kepribadian anak didik, ini berkaitan erat dengan pembinaan iman dan akhlak. Dalam proses pendidikan Islam yang dilaksanakan oleh Rasulullah Saw. sendiri bahwa metode ini lebih banyak diberikan fokus penekanan dalam berbagai kesempatan, karena makna keimanan seseorang yang bersifat teoritis, baru berhasil guna jika diikuti dengan praktik pengamalan-nya, baik dalam kegiatan „ubudiyah maupun dalam mu‟amalah di antara manusia. 42 Setiap pendidik hendaknya melakukan evaluasi terhadap perilakunya, karena perbuatan baik bagi anak-anak adalah yang dikerjakan oleh pendidik, Dan begitu sebaliknya perbuatan jelek bagi anak adalah yang ditinggalkan oleh 40 Abdurrahman an-Nahlawi,, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, ..., h. 368 41 Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung:Pustaka Setia, 2007, h.183 42 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 1998, h. 212. pendidiknya. Sebab anak amat dekat dengan perilaku yang masih ikut-ikutan. Sebab ia sedang berproses menjadi orang dewasa Maka sikap baik orang tua dan guru di depan anak-anak merupakan pendidikan yang paling utama. Anak akan belajar secara langsung kepada orang dewasa yang berada di sekitarnya. Oleh karena itu, pendidik harus menyadari bahwa di samping mengajar dan membimbing dalam rangka pembentukan kepribadian anak didik dengan nasihat dan pembelajaran. Serta diringi juga memberikan pendidikan yang mempengaruhi jiwanya melalui keteladanan. Karena kepribadian, sikap dan cara hidup pendidik, akan memberikan kesan sehingga berpengaruh kepada perilaku anak-anaknya. Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sedang dalam arti sempit anak didik ialah anak yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidiknya. Karena itulah, anak didik memiliki beberapa karakteristik, diantaranya: 1. Belum memiliki pribadi dewasa sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik. 2. Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik. 3. Sebagai manusia memiliki sifat-sifat dasar yang sedang ia kembangkan secara terpadu, menyangkut kebutuhan biologis, rohani, sosial,intelegensi, emosi, kemampuan berbicara, perbedaan individu dan sebagainya. 43 Perkembangan agama pada masa anak, terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil, dalam keluarga, di sekolah dan dalam masyarakat. Semakin banyak pengalaman yang sesuai dengan ajaran agama, dan semakin banyak unsur agama, maka sikap, tindakan, kelakuan dan caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama. Hendaknya setiap pendidik menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan orang tua di rumah akan 43 Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997, h. 23 membentuk sikap tertentu pada anak, secara perlahan akan membentuk pola sikap yang khas sehingga membentuk kepribadianya. Memang anak memiliki potensi yang besar untuk menjadi baik, namun sebesar apapun potensi tersebut, anak tidak akan begitu saja mengikuti prinsip- prinsip kebaikan selama ia belum melihat pendidiknya berada di puncak ketinggian akhlak dan memberikan contoh yang baik. Mudah bagi pendidik untuk memberikkan satu pelajaran kepada anak, namun sangat sulit bagi anak untuk mengikutinya ketika ia melihat orang yang memberikan pelajaran tersebut tidak mempraktikkan apa yang diajarkannya. 44 Potensi besar yang ada dalam diri anak dipengaruhi dengan keberadaan pendidikan di sekitarnya. Apabila seorang anak berada dalam pembinaan oran tua dan lingkungan yang baik sesuai dengan dasar ajaran Islam maka ia akan tumbuh dan terbentuk dengan pribadi mulia. Selain itu orang tua pun telah mampu menempatkan peran dan tugasnya dengan kesadaran penuh disertai dengan kasih sayang dan keikhlasan. Maka upaya mewujudkan kepribadian Islam pada anak akan berhasil terbentuk. Oleh karena itu, pentingnya keteladanan orang tua sebagai figur utama yang menemani masa-masa perkembangan jiwa anak, maka dibutuhkan realisasi yang nyata dalam aktivitas sehari-hari. Pendidikan di dalam keluarga pada hakikatnya merupakan proses pendidikan sepanjang hayat. Pembinaan dan pengembangan kepribadian, penguasaan dasar-dasar tsaqofah Islam dilakukan melalui pengalaman hidup sehari-hari dan dipengaruhi oleh sumber belajar yang ada di keluarga terutama orang tua. 45 Oleh karena itu upaya mengoptimalkan pelaksanaan pendidikan dalam keluarga merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dari kesuksesan terwujudnya kepribadian Islam yang menjadi tujuan pelaksanaan pendidikan Islam dalam membina generasi muslim. Ajaran Islam meyakini bahwa sesungguhnya sunnah Rasulullah SAW merupakan hakim bagi setiap sesuatu.sehingga sebuah keharusan manusia untuk 44 Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan ,…, h.116 45 Ismail Yusanto, dkk. Menggagas Pendidikan Islami, Bogor: Al-Azhar Press, 2011, h. 78 menjadi Rasulullah teladan dalam hidupnya. Megikuti sesuatu yang dibawa Nabi merupakan bukti kecintaan kepada Allah. 46                 Artinya : Katakanlah: Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.Q.S Ali Imran : 31. Di rumah, ayah dan ibu bisa mengajarkan dan menanamkan dasar-dasar keagamaan kepada anak-anaknya, termasuk di dalamnya dasar-dasar kehidupan. 47 Seorang pendidik harus memiliki pengaruh besar dalam menjadikan pribadinya patut untuk dicontoh oleh anak didiknya. Sebab, tingkah laku, cara berbuat, dan berbicara akan ditiru oleh anak. Dengan teladan ini, lahirlah gejala identifikasi positif, yakni penyamaan diri dengan orang yang ditiru. Identifikasi positif itu penting sekali dalam pembentukan kepribadian. Karena itulah teladan merupakan alat pendidikan yang utama, sebab terikat erat dalam pergaulan. Hal yang perlu diperhatikan adalah tingkah laku yang harus ditiru dan sebaliknya. Teladan dimaksudkan untuk membiasakan anak didik dalam mencapai tujuan yang diinginkan. 48 Sebagai pendidik, maka seharusnya rang tua selalu berevaluasi diri pada saat ia mengetahui anaknya berbuat keburukan. Sudah semestinya orang tua merenungi kesalahan yang dilakukan anaknya. Kemungkinan kesalahan tersebut berasal dari hilangnya keteladanan orang tua dalam mendidik dan membina anak 46 Abdullah Al-Mushlih, Shalah Assh Shawi, Pokok-pokok Ajaran Islam yang Wajib diketahui Setiap Muslim, Jakarta: Darul Haq, 2013, cet ke-2, h. 47 47 Muhammad At-Thiyah Al-Abrasyi, Beberapa Pemikran Pendidikan Islam, Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1996, cet ke-1, h. 82 48 Muhammad At-Thiyah Al-Abrasyi, Beberapa Pemikran Pendidikan Islam, …, h. 29 di rumah. Atau justru keburukan yang diperbuat anaknya merupakan buah dari kebiasaan buruknya. Orang tua sebagai pendidik utama yang memiliki hubungan biologis yang dekat dengan anak, maka sikap orang tua meliputi ayah dan ibu menjadi inspirasi bagi anak dalam bersikap. Sikap dan kepribadian orang tua akan akan mampu mensuasanakan anak dalam mengambil sebuah keputusan bersikap baik atau buruk. Sebab tidak bisa dipungkiri karakteristik anak akan mengikuti dan cenderung dibentuk dari sikap kebiasaan orang-orang di sekitanya. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang teguh pada prinsip dan bersikap santun, apabila ia memperoleh percontohan mulia dari orang tuanya. Maka dari itu ntuk dapat mewujudkan tujuan pendidikan Islam, maka keteladanan adalah sebuah keharusan. Agar tujuan terbentuknya kepribadian Islam dan terbinanya ketakwaan secara totalitas kepada ajaran Islam mampu diwujudkan. Maka sebuah kewajiban yang tidak bisa dihilangkan dalam proses pendidikan Islam yakni dengan melalui keteladanan orang tua dalam mendidik anaknya dengan segala kebaikan di lingkungan keluarga. 6. Tujuan keluarga muslim Keluarga muslim adalah benteng utama tempat anak-anak dibesarkan melalui pendidikan Islam. Adapun yang dimaksud keluarga muslim adalah keluarga yang mendasarkan aktivitasnya pada pembentukan keluarga yang sesuai dengan syariat Islam. Berdasarkan pedoman al- Qur‟an dan as-Sunnah, oleh karena itu tujuan terbentuknya keluarga muslim adalah: 1 Mendirikan Syariat Allah SWT dalam segala permasalahan rumah tangga, artinya tujuan berkeluarga adalah mendirikan rumah tangga muslim yang mendasarkan kehidupannya pada terwujudnya penghambaan kepada Allah SWT. Dengan sangat mudah, anak-anak akan meniru kebiasaan orang tuanya dan terbiasa untuk hidup Islami. 2 Mewujudkan ketentraman dan ketenangan psikologis 3 Mewujudkan sunnah Rasulullah saw, dengan melahirkan anak-anak yang saleh. 4 Memenuhi kebutuhan cinta kasih sayang 5 Menjaga fitrah anak agar anak-anak tidak melakukan penyimpangan- penyimpangan. 49 Terwujudnya masyarakat Islam dimulai dari keberadaan keluarga yang menerapkan aturan Islam seutuhnya melalui pembinaan dan penataan keluargga dengan pendekatan nilai-nilai Islam secara terus-menerus dalam kehidupan keluarga. 50 Dengan demikian orang tua sebagai pendidik, memiliki kewajiban melakukan dua langkah berikut: Pertama, membiasakan anak untuk mengingat kebenaran dan nikmat Allah, serta mencari dalil dalam mengesakan Allah melalui tanda-tanda kekuasan-Nya. Kedua, membiasakan anak untuk mewaspadai penyimpangan-penyimpangan yang kerap membiasakan dampak negatif terhadap diri anak. Misalnya, menonton film, berita-berita dusat atau gejala-gejala lain yang tersalurkan melalui media informasi. 51 Tujuan ideal Pendidikan Islam yaitu terbentuknya keluarga muslim ini memerlukan proses yang serius dari usaha orang tua dalam menjalankan amanah mulia ini dengan baik. Jika keluarga muslim mampu menjalankan fungsi dan tujuan dari pendidikan Islam, maka akan mampu menjadi benteng utama pada anak dalam menghadapi perilaku menyimpang dan tantangan dalam pergaulan di masyarakat. 9. Niilai edukatif keteladanan dalam pendidikan Islam Tinjauan dari sudut ilmiah menunjukkan bahwa, pada dasarnya keteladanan memiliki sejumlah asas kependidikan berkut ini : a. Pendidikan Islam merupakan konsep yang senantiasa menyeru pada jalan Allah SWT. Orang tua dituntut untuk menjadi teladan di hadapan anak- anaknya,. Bersegera berkorban, dan menjauhkan diri dari hal-hal yang hina. Artinya setiap anak akan meneladani pendidikan dan benar-benar akan puas terhadap ajaran yang diberikan kepadanya sehingga perilaku 49 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat , …, h. 139-145 50 Atang Abd. Hakim dan jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung: Rosda Karya, 2012, h. 213 51 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat , …, h. 145 ideal yang diharapkan dari setiap anak merupakan tuntutan realistis dan dapat diaplikasikan. Orang tua harus memiliki figur teladan dalam keluarga sehingga sejak kecil dia terarah oleh konsep –konep Islam b. Islam telah menjadikan kepribadian Rasulullah SAW, sebagai teladan abadi dan actual bagi pendidik dan generasi muda sehingga setiap kali melihat, membaca riwayat beliau akan semakin bertambah kecintaan dan keinginan untuk meneladani beliau. Islam menyajikan keteladanan ini agar manusia menerapkan suri teladan kepada dirinya sendiri. Demikianlah Islam senatiassa terlihat dan tergambar jelas sehingga tidak beralih menjadi imajinasi kecintaan spiritual tanpa dampak nyata. Maka untuk memudahkan transfer keteladanan ialah peniruan yang menjadi karakteristik manusia. Jika dilihat dasar dari psikologis keteladanan keberadaan figur teladan bersumber dari kecenderungan meniru yang sudah menjadi karakter manusia. Peniruan bersumber dari kondisi mental seseorang yang senantiasa merasa bahwa dirinya berada dalam perasaan yang sama dengan kelompok lain sehingga peniruan ini berawal dari sebuah kecenderungan. Naluri ketundukan punbisa dikategorikan sebagai pendorong untuk meniru. Pada dasarnya penirua ini berpusat pada tiga unsur berikut: 1 Kesenangan untuk meniru dan mengikuti. Lebih jelas hal ini terjadi pada anak-anak dan remaja. Mereka terdorong oleh keinginan samar tanpa disadari membawa mereka pada peniruan gaya bicara, cara bergerak, cara bergaul, atau perilaku-perilaku lain dari orang yang mereka kagumi. Masalah yang akan timbul saat hal yang ditiru adalah bukan hanya yang posotif. Pada gilirannya mereka meniru perilaku-perilaku buruk. Dalam hal ini al- Qur‟an telah memberikan peringatan kepada orang tua, terutama ayah untuk berusaha memelihara kedudukannya sebagai sosok teladan bagi anak-anaknya, sebagai dijelaskan dalam firman Allah :               Artinya : Dan orang orang yang berkata: Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati Kami, dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa . Q.S Al-Furqon : 74 2 Kesiapan untuk meniru, setiap periode usia manusa memilki kesiapan dan potensi yang terbatas untuk periode tersebut. Islam mengenakan kewajiban shalat pada anak yang usianya belum mencapai tujuh tahun dengan tetap menganjurkan kepada orang tua untuk mengajak anaknya meniru gerakan shalat. Namun, orang tua tetap memperhitungkan kesiapan dan potensi ketika anak-anak meniru seseorang. Biasanya kesiapan untuk meniru muncul ketika manusia tegah mengalami berbagai krisis, kepedihan sosial, dan kepedihan lainnya. Dari sinilah maka kedudukan dan peran orang yang lebih kuat akan berpengaruh dan ditiru oleh oleh orang yang lemah. Rasulullah SAW telah mengingatkan kita untuk mewaspadai hal-hal negatif yang terkandung dalam sikap meniru,terutama jika tujuan peniruan itu tiak jelas, sebagaimana sabda Rasulullah SAW sebagai berikut : “sesungguhnya kalian akan megikuti tradisi orang sebelum kalian, sejengkal-sejeng kal dan sehasta demi sehasta.” 3 Peniruan terkadang memiliki tujuan yang sudah diketahui oleh si peniru atau bisa jadi tujuan itu tidak ada. Peniruan lebih condong pada kehidupan yang difensif yaitu kecenderungan mempertahankan dunia individual karena seolah-olah dia berada di bawah bayang individu yang kuat dan perkasa, yang membuat orang lemah menirunya. Kegiatan meniru ini akan mengingkat menjadi kegiatan berpikir yang memadukan kesadaran, keterkaitan, dan peniruannya meningkat. Dalam pendidikan Islam, peniruan yang berkesadaran ini meningkat menjadi ittiba yang jenisnya akan terus meningkat bila disertai petuntuk atau pengetahuan tentang tujuan dan cara peniruan. 52 Sehubungan konsep ini, Allah SWT telah berfirman :                      Artinya : Katakanlah: Inilah jalan agama ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik. Q. S Yusuf : 108 .

B. Hasil penelitian yang relevan

Berdasarkan penelusuran penulis terhadap karya ilmiah skripsi, tesis, disertasi di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bahwa yang membahas tentang metode pendidikan Islam melalui keteladanan orang tua menurut Abdullah Nasih „Ulwan belum penulis temukan, namun terdapat beberapa skripsi yang menulis tentang Urgensi keteladanan dalam Pendidikan Islam, yaitu skripsi saudari Mia Huzama 2012, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam PAI, yang berjudul “Urgensi Metode Keteladanan dalam Pendidikan Islam”. Dia menjelaskan bahwa keteladanan mempunyai kedudukan yang sangat penting karena anak didik akan menilai dan meniru. Sejatinya manusia memerlukan 52 Abdurrahman, Pendidikan Islam dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat , …, h. 263 tokoh teladan dalam hidupnya. Oleh karena itu orang tua harus memahami dampak buruk dari hilangnya keteladanan dalam mendidik anak. Dalam al- Qur‟an ditegaskan dalam surah as-Shaf ayat 2-3 bahwa perilaku seorang pendidik harus sejalan dengan apa yang ia katakana. Skripsi saudara Yuli Setiawati 2012, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam PAI, yang berjudul “Pengaruh Keteladanan Guru PAI terhadap Pembentukan Karakter Siswa Di SDIT Al- Iman Jakarta Timur”. Dia menyimpulkan dari hasil penelitiannya tersebut bahwa interpretasi data didapat indeks korelasi sebesar 0, 73 yang besarnya berkisar antara 0,70 – 0,90 termasuk dalam kategori adanya pengaruh yang sangat kuat. Denga demikian berarti terdapat pengaruh yang kuat anatara keteladanan guru PAI dengan pembentukan kaakter siswa. Skripsi saudari Ita Humairo 2012, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Aga ma Islam PAI, yang berjudul “Konsep Pendidikan Akhlak Persfektif Abdullah Nash ih „Ulwan”. Dia menjelaskan bahwa konsep akhlak kepada Allah dan makhluk-Nya hendanya berlandasakan keimanan dan sejalan dengan ajaran- ajaran Islam yang bersumber dari al- Qur‟an dan as-Sunnah. Pada dasar pembentukan akhlak menurut Abdullah Nasih „Ulwan menyebutkan bahwa keimanan kepada Allah yang berkaitan dengan ketauhidan atau kepercayaan terhadap Tuhan, telah menjadi dasar pendidikan akhlak. Secara khusus Konsep pendidikan akhlak terhadap Allah SWT meliputi: keikhlasan ketakwaan dan penyabar. Perbedaan penelitian yang akan penulis lakukan dengan penelitian di atas adalah penulis ingin memaparkan bagaimana urgensitas keteladanan orang tua dalam mendidik anak menurut Abdullah Nashih Ulwan. Agar orang tua sebagai pendidik memahami benar peran dan tanggung jawabnya dalam memberikan keteladanan yang akan berpengaruh kepada tingkah laku anak- anaknya.