Sikap Nelayan Terhadap Kenaikan BBM Biaya Produksi

✝ ✞✟✠✟✡ ☛ ☞ ✟ ✌ ✡ t ✍✠✎ ✍ ✞✏✑ ✎ ✏✒✟✓ ✔✍✡ ✌ ✡ ☛✕✟ t ✎ ✍ ✞ ✍ ☞✏✔ ✕✍✡ ✟ ✌ ✕✟✡ ✓ ✟✠ ☛✟ ✖✖ ✗ ✎ ✍ ✘ ✟✠ ✟ ✠ ✍✎ ✔ ✌ ✒ ✌ ✏✔ ✏✔✕ ✟✡ ✙ ☞ ✍✓ ✚✍✔✍✠ ✌ ✡✑✟✓ ✛ ✜ ✟ ☞ ✌ ✡ ✌ t ✍✠ ✢✟ ✒✌ ✕ ✟✠✍✡ ✟ ✒ ✏ ☛ ✟✟✡ ✔ ✟ sy ✟✠✟✕ ✟ t ✔✍✡ ☛ ✍✡ ✟ ✌ ✟✕ ✟✡ t ✍✠ ✢✟ ✒✌ ✡ y ✟ ✕✍✡ ✟ ✌ ✕ ✟✡ ✓✟✠ ☛ ✟ ✖ ✖ ✗✣ ✎ ✍✓ ✌ ✡ ☛ ☛ ✟ ✓ ✟✠ ☛✟ ✤✓ ✟✠ ☛ ✟ ✞ ✟✠ ✟✡ ☛ ✔✍ ✡ ✌ ✡ ☛ ✕✟ t ✎ ✍ ✞ ✍ ☞✏✔ ✓✟✠ ☛ ✟ ✖ ✖✗ ✠ ✍ s ✔ ✌ ✒ ✌ ✡ ✟ ✌ ✕✕ ✟✡ ✥ t ✍✠✢✟ ✒✌ expected inflation ✦ ✥✧✙ ✠ ✏ ✔ ★✟ st ✠✟ t ✩ GM 2008. Ketika sebagian nelayan memutuskan untuk tetap melaut, tenyata kenaikan BBM tersebut diiringi oleh kelangkaan pasokan BBM yang khusus bagi nelayan di stasiun pengisian bahan bakar nelayan solar packed dealer nelayan, SPDN. Padahal nelayan tidak boleh membeli BBM di stasiun pengisian bahan bakar umum SPBU. Berkurangnya pasokan BBM ke SPDN ini mempengaruhi aktivitas dan produktivitas nelayan. Secara terpaksa sebagian nelayan yang tidak mampu menutupi biaya bahan bakar akan memilih berhenti melaut untuk menghindarkan kerugian yang lebih besar.

2.3 Sikap Nelayan Terhadap Kenaikan BBM

Kenaikan harga BBM pada bulan Mei 2008 mendapatkan reaksi dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk di antaranya adalah kalangan nelayan. Naiknya harga solar dari Rp 4.300,- menjadi Rp 5.500,- memberatkan nelayan yang amat bergantung dengan ketersediaan BBM. Hingga nelayan melakukan upaya-upaya dalam meredam masalah pada bidang tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan nelayan untuk menghemat BBM adalah dengan mencampurnya dengan bahan lain. Sebangai contoh, untuk menghemat solar, nelayan mencampurnya meng-oplos dengan minyak tanah, oli atau bahan lain yang porsinya tetap lebih sedikit dibandingkan dengan solar yang digunakan. Namun, pencampuran bakar tersebut akan memperpendek usia mesin perahu nelayan Baren 2008. Bahan bakar oplosan ini dikenal dengan nama irek, singkatan dari irit ekonomis. Kerusakan mesin akibat penggunaan BBM yang tidak cocok ini menyebabkan kerusakan mesin-mesin kapal sehingga menambah komponen biaya perawatan mesin. Jika kapal tidak beroperasi maka produktivitas nelayan menjadi menurun. ✪ ✫✬✭ ✮✬ ✯ ✰ ✱ ✬✭ ✲✳✲ ✭ ✬✴ y ✬✴ ✮ ✵✬✭ u s ✶ ✷✸✬ y ✬✭ ✴ ✲✱ ✬ y ✬✴ t ✲ ✭✴ y ✬ t ✬ t ✷✶ ✬✹ ✯ ✲✱ ✬ ✱ u ✯ ✬✺✬ ✶ ✲ ✴ ✮✬✴ ✵ ✬✭ ✮ ✬ ✭ ✲✯ ✺✷ ✻ ✶ ✷ ✸✲✸✲ ✭ ✬✼✬ t ✲ ✺ ✼✬ t ✵ ✬✭ ✮ ✬ ✯ ✰ ✱ ✬✭ ✶ ✬✼✬ t ✺ ✲ ✴ ✳ ✬✼ ✬✷ ✽✼ ✾✿✿ ✿ ✻ ❀ ✼ ✲ ✭ ✱ ✷ t ✲ ✭ ❁ ✫✬✭ ✮✬ y ✬✴ ✮ ✱✲✸ ✷ ✵ t ✷✴ ✮✮✷ ✷✴✷ ✶ ✷ ✯ ✲✸ ✬ ✸✹✬✴ ✰ ✱✲✵ ✹ ✲✱ ✬✴ ✮ ✹✬✬✴ ❂ ❂❃ ❄❂✬✭ ✲ ✴ ❅✿ ✿ ✪ ❆ ❁

2.4 Biaya Produksi

❂✷ ✬ y ✬ ✼✭ ✰✶ ❇ ✹ ✯ ✷ ✬✶ ✬ ✱ ✬ ✵ ✯ ✲ ✺ ❇ ✬ ✼ ✲ ✴ ✮✲✱ ❇ ✬✭✬✴ y ✬✴ ✮ ✶✷ ✱ ✬✹ ❇ ✹ ✬✴ ✰ ✱✲✵ ✼ ✲ ✭ u s ✬ ✵✬✬✴ ❇ ✴ ❈ ❇ ✹ ✺ ✲ ✺ ✼ ✲ ✭ ✰ ✱✲✵ ❉ ✬✹ ❈ ✰✭ ❀ ❉ ✬✹ ❈ ✰ ✭ ✼ ✭✰ ✶ ❇ ✹ ✯ ✷ ✶✬✴ ✸✬ ✵ ✬✴ ❀ ✸✬ ✵ ✬✴ ✺ ✲ ✴ ❈ ✬ ✵ y ✬ ✴ ✮ ✬✹✬✴ ✶ ✷✮ ❇ ✴ ✬✹✬✴ ❇ ✴ ❈ ❇ ✹ ✺ ✲ ✴ ✳ ✷✼ ❈ ✬✹✬✴ ✸✬✭✬✴ ✮❀ ✸ ✬✭ ✬✴ ✮ y ✬✴ ✮ ✶ ✷✼✭✰ ✶ ❇ ✹ ✯ ✷✹ ✬✴ ✰ ✱✲✵ ✼ ✲ ✭ u ✯ ✬ ✵✬✬✴ t ✲ ✭ ✯ ✲✸ ❇ ❈ ❁ ❂✬ ✵ ✬✴ ✸ ✬✹ ✬✭ ✺ ✷✴ y ✬✹ ✺ ✲ ✭ ❇ ✼ ✬✹✬✴ ✯ ✬ ✱ ✬ ✵ s ✬ tu ❉ ✬✹ ❈ ✰✭ ❀ ❉ ✬✹ ❈ ✰✭ ✼ ✭✰ ✶ ❇ ✹ ✯ ✷ y ✬✴ ✮ t ✲ ✭✺ ✬ ✯ ❇ ✹ ✶✬ ✱ ✬✺ ✸ ✷✬ y ✬ v ✬✭✷✬ ✸✲✱ ❄ variable cost ❆ y ✬✴ ✮ ✯ ✬✴ ✮ ✬ t ✺ ✲ ✺ ✼ ✲ ✴ ✮ ✬✭ u ✵ ✷ ✸✷✬ y ✬ t ✰ ❈ ✬ ✱ ❄ total cost ❆ ✼ ✬✶✬ ✹ ✬✼ ✬ ✱ ✼ ✲ ✭✷✹ ✬✴✬✴ ❁ ❂✷ ✬ y ✬ t ✲ t ✬✼ ✶✷✶ ✲ ❉ ✷✴✷ ✯ ✷✹✬ ✴ ✯ ✲✸✬ ✮✬✷ ✸✷ ✬ y ✬ y ✬✴ ✮ ✭ ✲✱ ✬ t ✷ ❉ t ✲ t ✬✼ ❊ ❇ ✺ ✱ ✬ ✵✴ y ✬ ✶ ✬✴ t ✲ ✭ u s ✶ ✷✹ ✲✱ ❇ ✬✭✹✬✴ w ✬ ✱ ✬ u ✼ ❇ ✴ ✼✭ ✰✶ ❇ ✹ ✯ ✷ y ✬✴ ✮ ✶ ✷✼ ✲ ✭ ✰ ✱ ✲✵ ✸ ✬✴ y ✬✹ ✬ t ✬ u ✯ ✲ ✶ ✷✹✷ t ❁ ❋ ✬✭ ✬ ✺ ✲ ✴ ✮✵✷ t ❇ ✴ ✮ ✸✷✬ y ✬ t ✲ t ✬✼ ✶ ✷ ❊ ✲✱ ✬ ✯ ✹ ✬✴ ✰ ✱✲✵ ● ✰ ✲ ✹ ✬✭ t ✬ w ✷ ❄ ❍ ✾✾ ■ ❆ ✻ y ✬✷ t ❇ ❏ FC = ✶ ✷ ✺ ✬✴✬ ❑ ❋ = biaya tetap, X i = jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap, Px i = harga input, dan n = jenis input. Jika rincian biaya tidak dapat diperoleh, maka nilai biaya ini dapat diperoleh dari besarnya nilai pengeluaran yang dilakukan nelayan. Biaya variabel dapat dihitung juga dengan rumus di atas Soekartawi, 1995 karena total biaya adalah jumlah dari biaya tetap FC dan biaya variabel VC. Rumus untuk menghitung biaya variabel adalah: VC = TC - FC dimana VC = biaya tidak tetap variable cost, TC= biaya total total cost dan FC = biaya tetap Pada usaha perikanan di Palabuhanratu upah nelayan adalah variable cost karena besarnya upah atau pendapatan ditentukan menurut sistem bagi hasil antara pemilik usaha dan buruh. BBM pada kapal perikanan mengambil bagian sekitar 40-60 dari biaya operasional terbesar dalam operasi penangkapan ikan, karena ▲ ▼◆❖◆ t P◗❘ ❙❚◆ ❯❱❲ ❳◆❘ ❲ ◗ ❳ ❱ t ◆ ❨ ❩ ❬ ❭ ❪ ❬❫ ▼◆ ❨ ❱ t ❴❵ ◆ ❛ ❯ ❱◆ y ◆ ❴❖ ◗ ❨ ◆❲ ❱ ❴ ❘ ◆ ❛ ❖◗❘ ◆❘ ❙ ❳◆❖◆❘ ❱ ❳ ◆❘ ❖ ◆ ❨ ◆ ❘ ◗ ❛ ◆ y ◆❘ ❳ ◗ ❜ ❱ ❛❝ ❞ ❡❢❣ ❤ ❬ ❬❪✐ ❝ ❢❴ ❘ ❲ ❥ P❲ ❱ ❯◆❚◆❘ ❯◆ ❳ ◆ ❨ ❖◆ ▼◆ ❳ ◆❖ ◆ ❛ ❱ ❳ ◆❘ ◆ ▼◆ ❛ ◆❚ ❯ ◆❘ y ◆ ❳❘ y ◆ ❦ ❥ P❛ ◆❚ ❯◆❚ ◆❘ ❯◆ ❳ ◆ ❨ y ◆❘❙ ▼❱❖◆ ❳◆❱ t ❱◆❖ ❲ ◆ t ❥◆❘ w ◆ ❳❵❥ ❧ ❳◗ t ❱ ❳ ◆ P ◗❲ ❱❘ ❯ ◗ ❨ ❴ ❖ ◗ ❨ ◆❲ ❱ ❞♠◆ P ❲ ❥ ❘◆ ❨ ❤ ❬❬❤✐ ❝ ♥ ◆ ❳ ❵ ❴ ❨ y ◆❘ ❙ P◗ P ❖ ◗❘❙ ◆ ❨ ❥ ❚❱ ❳ ❴ ❘ ❲ ❥ P ❲ ❱ ❯ ◆❚ ◆❘ ❯◆ ❳ ◆ ❨ ❖ ◆ ▼ ◆ ❳◆❖◆ ❛ ❱ ❳◆❘ ◆ ▼◆ ❛ ◆❚ ❳◗ ❳ ❥ ◆ t ◆❘ P ◗❲ ❱❘ ❞ ❯❱ ◆ s ◆ ▼❱❥ ❳❥ ❨ ▼◗❘❙ ◆❘ s ◆ t ❥◆❘ ♦ ❣ ◆ t ◆ u horse power ◆ t ◆ u ▼◆ y ◆ ❳ ❥ ▼ ◆ ✐ ▼◆❘ ❛ ◆ P◆ P◗❲ ❱❘ ❯ ◗ ❨❴❖ ◗ ❨ ◆❲ ❱ ❝ ❢ ◗ ▼❥ ◆ ❚ ◆ ❛ t ◗ ❨ s ◗ ❯ ❥ ❵ ❯◗ ❨❯◆❘ ▼❱ ❘ ❙ ❛ ❥ ❨ u s t ◗ ❨ ❚ ◆ ▼ ◆❖ ❳ ❴ ❘ ❲ ❥ P ❲ ❱ ❯◆❚◆❘ ❯◆ ❳◆ ❨❧ ◆ ❨ t ❱❘ y ◆ ❲ ◗ P◆ ❳ ❱❘ ❯◗ s ◆ ❨ ❳◗ ❳ ❥ ◆ t ◆❘ P ◗❲ ❱❘ ▼◆❘ ❲ ◗ P ◆ ❳❱❘ ❛ ◆ P ◆ w ◆ ❳ ❵ u ❯◗ ❨❴❖◗ ❨◆❲ ❱ P◆ ❳◆ ❳❴❘❲ ❥ P ❲ ❱ ❯ ◆❚ ◆❘ ❯◆ ❳ ◆ ❨ ❦ ❥❙ ◆ ❲ ◗ P ◆ ❳❱❘ ❯◗❲ ◆ ❨❝ ♠◆ tu horse power ◆ ▼ ◆ ❛ ◆❚ ❳◗ ❳ ❥ ◆ t ◆❘ P ◗❲ ❱❘ y ◆❘ ❙ ❯ ◗❲ ◆ ❨❘ y ◆ ❲ ◆ P◆ ▼◗❘❙ ◆❘ ♣q P s atau 450 kgmminute Mangunsukarto dkk. 1979. Hal lain yang mempengaruhi konsumsi bahan bakar adalah jenis mesin. Diperkirakan jenis mesin darat lebih irit dari mesin laut Ashidiqqi 2003. Kenaikan harga BBM pada tahun 2008 sekitar 30 ini akan sangat berpengaruh pada biaya produksi kapal ikan yang memaksa nelayan harus beradaptasi dalam menghadapi peningkatan biaya produksi.

2.5 Kapal Ikan