15.08 150.83 136.91 21.38 103.18 45.61 35 BEP 08 x BEP 12 Genetic Study of Some Agronomic Characters in Eggplant

46 06 x BEP 05 130.51, BEP 06 x BEP 10 125.43, BEP 04 x BEP 12 117.96, BEP 12 x BEP 06 116.09, BEP 08 x BEP 10 116.04, BEP 06 x BEP 04 109.67, BEP 10 x BEP 06 108.32. Hal ini menunjukkan pada persilangan tersebut terjadi peningkatan bobot buah per tanaman lebih dari 100 terhadap rata-rata kedua tetua. Terdapat tiga persilangan yang mempunyai heterosis negatif yaitu BEP 12 x BEP 04 -43.25, BEP 11 x BEP 08 - 18.97, BEP 12 x BEP 08 -4.21, menunjukkan persilangan tersebut akan mengurangi bobot buah per tanaman terhadap rata-rata kedua tetua. Nilai heterosis yang bervariasi posistif dan negatif pada karakter yang diamati menunjukkan terdapat perbedaan genetik pada karakter tersebut yang cukup besar yang terlibat dalam persilangan. Menurut Sing dan Jains 1970 dalam Sujiprihati et al. 2007, perbedaan genetik yang besar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ekspresi heterosis. Gambar 6. Hasil persilangan terung yang mempunyai potensi heterobeltiosis tinggi pada komponen bobot buah per tanaman A,B,C,D Pendugaan Parameter Genetik Berdasarkan Metode Hayman Pendugaan parameter genetik beberapa karakter agronomi analisis dialel penuh berdasarkan metode Hayman tersaji pada Tabel 30. BEP 12 x BEP 10 A BEP 12 x BEP 10 B BEP 06 x BEP 04 C BEP 08 x BEP 10 D 47 Interaksi Gen Nilai b Wr, Vr menunjukkan ada tidaknya interaksi. Berdasarkan uji t, jika nilai b berbeda dengan 1 maka terjadi interaksi antar gen, jika tidak berbeda nyata dengan 1 maka tidak terjadi interaksi antar gen dalam menentukan penampilan karakter pada populasi dialel yang diuji Hayman 1954 dalam Singh dan Chaudary 1985. Hasil menunjukkan bahwa nilai b pada karakter umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, panjang buah, diameter buah, kekerasan buah, dan bobot buah per tanaman tidak berbeda nyata dengan 1 Tabel 30.. ini bermakna tidak ada peran interaksi pada karakter tersebut. Sehingga asumsi persilangan dialel tentang tidak adanya interaksi gen terpenuhi. Jika ada interaksi maka nilai rata-rata tingkat dominansiH 1 D 12 , proporsi gen-gen dengan pengaruh positifnegatif dalam tetua H 2 4H 1 , proporsi gen-gen dominan dan resesif dalam tetua KdKr, jumlah gen pengendali h 2 H 2 tidak dapat digunakan. Bobot per buah dan jumlah buah per tanaman menunjukkan nilai b tidak sama dengan 1 adanya interaksi gen yang dapat bersifat epistasis. Adanya interaksi gen juga dihasilkan dalam penelitian ketahanan terhadap P. capsici pada cabai Yunianti 2007. Pengaruh Aditif D, Dominan H 1 Keragaman fenotipik suatu tanaman merupakan kombinasi dari genetik dan lingkungan. Keragaman genetik yang menjadi fokus dalam pemuliaan adalah keragaman yang disebabkan oleh pengaruh aditif, pengaruh dominan ataupun interaksi gen Falconer 1981. Hasil pendugaan parameter genetik menunjukkan bahwa pengaruh aditif D dan pengaruh dominan H 1 berpengaruh nyata dalam pewarisan karakter yang diamati Tabel 30.. Terdapat tiga karakter yang memiliki nilai pengaruh dominan lebih besar daripada pengaruh aditif D H 1 , yaitu umur berbunga 22.75 28.08, umur panen 122.44 175.96, bobot buah per tanaman 0.24 0.27. Hal. ini bermakna karakter tersebut lebih dipengaruhi oleh aksi gen dominan daripada aksi gen aditif. Karakter tinggi tanaman, panjang buah, diameter buah kekerasan buah, bobot per buah dan jumlah buah per tanaman mempunyai nilai pengaruh aditif lebih besar daripada pengaruh dominan, hal ini menunjukkan karakter tersebut penampilannya lebih dipengaruh oleh aksi gen aditif daripada aksi gen dominan. Pengaruh aksi gen aditif yang lebih besar daripada aksi gen dominan mengindikasikan perakitan varietas ditujukan pada pembentukan galur. Sedangkan pengaruh aksi gen dominan yang lebih besar menunjukkan perakitan varietas ditujukan pada pembentukan hibrida. Pengaruh aksi gen aditif juga berperan dalam kegiatan seleksi, karena pada tanaman menyerbuk sendiri seleksi harus dilakukan untuk pengaruh aditif dengan harapan dapat menghimpun genotipe-genotipe superior. Kegiatan seleksi tidak akan efektif jika genotipe superior tersebut ditentukan oleh pengaruh aksi gen dominan dan tidak adainteraksi antar gen Poehlman 1987. Tabel 30. Nilai pendugaan parameter genetik beberapa karakter agronomi terung dengan analisis dialel penuh berdasarkan metode Hayman Parameter genetik Umur berbunga Umur panen Tinggi tanaman Panjang buah Diameter buah Kekerasan buah Bobot per buah Jumlah buah per tanaman Bobot buah per tanaman Koefisien regresi b Wr, Vr 0.75tn 0.82tn 1.17tn 0.94tn 1.04tn 0.93tn 0.42 0.48 0.69tn Komponen ragam karena pengaruh aditif D 22.75 122.44 127.20 62.64 1.97 0.29 2251.01 26.82 0.24 Komponen ragam karena pengaruh dominan H 1 28.08 175.96 111.77 15.91 0.71 0.18 1349.55 25.45 0.87 Distribusi gen di dalam tetua H 2 16.12 74.15 94.70 10.45 0.46 0.11 1071.69 22.70 0.78 Rata-rata Fr untuk semua array F 28.49 176.83 -35.20tn -16.78tn -0.17tn -0.07tn -1356.84tn -9.43tn -0.04tn Pengaruh dominansi h 2 41.52 232.05 231.74 5.22 0.51 -0.001tn 1990.48 44.29 3.54 Komponen ragam karena pengaruh lingkungan E 4.54 5.63tn 13.90 0.43tn 0.01tn 0.004tn 53.93 1.93tn 0.04tn Rata-rata tingkat dominansiH 1 D 12 1.11 1.44 0.94 0.50 0.60 0.79 0.77 0.97 1.92 Proporsi gen-gen dengan pengaruh positifnegatif dalam tetua H 2 4H 1 0.14 0.11 0.21 0.16 0.16 0.15 0.20 0.22 0.23 Proporsi gen-gen dominan dan resesif dalam tetua KdKr 3.58 4.03 0.74 0.58 0.87 0.74 0.44 0.69 0.91 Jumlah gen pengendali h 2 H 2 2.58 3.13 2.45 0.50 1.11 -0.01 1.86 1.95 4.53 Koefisien korelasi r ragam dan peragam 0.65 -0.6 -0.18 0.42 -0.09 -0.37 0.52 0.53 -0.72 Heritabilitas arti sempith 2 NS 0.27 0.49 0.70 0.93 0.91 0.88 0.86 0.72 0.44 Heritabilitas arti luas h 2 BS 0.61 0.88 0.89 0.99 1.00 0.98 0.98 0.93 0.91 Nilai tetua dominan penuh Y D 50.12 309.51 233.84 122.98 7.21 3.21 1171.46 19.70 0.77 Nilai tetua resesif penuh Y R 18.30 -26.90 -85.13 -51.82 1.47 2.56 -1119.34 -6.92 0.73 Keterangan: = berbeda nyata, tn = tidak nyata pada taraf P 0.01 64 48 Distribusi Gen di dalam Tetua Nilai H 2 digunakan untuk mengetahui distribusi gen di dalam tetua. Nilai H 2 yang berbeda nyata menunjukkan jika distribusi gen tidak merata dalam tetua. Karakter-karakter yang diamati memiliki nilai H 2 berbeda nyata Tabel 30, sehingga karakter-karakter tersebut mempunyai gen-gen yang tersebar tidak merata. Nilai H 1 H 2 maka gen-gen yang banyak adalah gen positif di dalam tetua, sedangkan jika H 1 H 2 maka proporsi gen-gen negatif lebih banyak di dalam tetua. Semua karakter yang diamati mempunyai nilai H 1 lebih besar daripada H 2 Tabel 30., ini bermakna jika gen-gen positif mempunyai jumlah yang lebih banyak daripada gen-gen negatif di dalam tetua. Proporsi Gen Dominan terhadap Gen Resesif Nilai KdKr dan F digunakan untuk mengetahui jumlah gen dominan di dalam tetua, nilai KdKr 1 maka nilai F akan positif, ini bermakna jumlah gen dominan lebih banyak di dalam tetua, dan sebaliknya. Karakter umur berbunga dan umur panen mempunyai nilai KdKr 1 berturut-turut 3.58 dan 4.03 Tabel 30., ini menunjukkan umur berbunga dan umur panen mempunyai jumlah gen dominan yang lebih banyak daripada gen-gen resesif di dalam tetua. Karakter tinggi tanaman, panjang buah, diameter buah, kekerasan buah, bobot per buah, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, berturut-turut 0.74, 0.58, 0.87, 0.74, 0.44, 0.69, 0.91, kurang dari 1 maka mempunyai nilai F negatif, ini bermakna bahwa pada karakter-karakter tersebut jumlah gen resesif lebih banyak daripada gen-gen dominan di dalam tetua. Tingkat Dominansi Besarnya pegaruh dominansi ditentukan oleh nilai H 1 D 12 , dimana nilai H 1 D 12 lebih dari 1, menunjukkan adanya over dominan, nilai antara nol dan satu menunjukkan adanya dominansi parsial dominan parsial atau resesif parsial Hayman 1954. Karakter umur berbunga, umur panen dan bobot buah per tanaman mempunyai nilai H 1 D 12 lebih dari 1, berturut-turut 1.11, 1.44 dan 1.92, menunjukkan jika terjadi over dominan. Sehingga karakter umur berbunga, umur panen dan bobot buah per tanaman dikendalikan oleh gen dominan. Karakter tinggi tanaman, panjang buah, diameter buah, kekerasan buah, bobot per buah, jumlah buah per tanaman memiliki nilai H 1 D 12 berturut-turut 0.94, 0.50, 0.60, 0.79, 0.77, 0.97 artinya berada diantara nol dan 1, maka yang terjadi adalah dominansi parsial. Ini menunjukkan bahwa karakter dikendalikan oleh gen-gen dominan parsial. Jumlah Kelompok Gen Pengendali Jumlah gen pengendali karakter dapat tercermin pada nilai h 2 H 2 . Nilai h 2 H 2 . tersaji pada tabel 30. Karakter panjang buah 0.50 dan kekerasan buah -0.01 49 50 dikendalikan sekurang-kurangnya oleh satu kelompok gen. Diameter buah 1.11, bobot per buah 1.86 dan jumlah buah per tanaman 1.95 dikendalikan minimal dua kelompok gen. Umur berbunga 2.58 dan tinggi tanaman 2.45 dikendalikan paling sedikit tiga kelompok gen. Umur panen 3.13 dikendalikan oleh sedikitnya 4 kelompok gen dan bobot buah per tanaman 4.53 dikendalikan sedikitnya oleh 5 kelompok gen. Pengendali gen bernilai negatif juga terdapat dalam hasil penelitian cabai pada karakter berat buah Syukur et al. 2010. Arah dan Urutan Dominansi Nilai rWr+Vr, Yr positif bermakna nilai kuantifikasi yang rendah akan dominan terhadap yang tinggi, sebaliknya jika nilai rWr+Vr, Yr negatif menunjukkan nilai kuantifikasi yang tinggi akan dominan terhadap yang rendah Agustina 2004 dalam Riyanto 2007. Urutan dominansi tetua terlihat berdasarkan Wr+Vr, yang merupakan posisi tetua dalam grafik hubungan Wr dan Vr. Posisi tetua yang mendekati garis perpotongan grafik atau titik nol menunjukkan bahwa tetua tersebut mempunyai semakin banyak gen dominan, dan sebaliknya semakin jauh dari titik nol semakin sedikit gen dominan atau semakin banyak kandungan gen resesif dalam tetua tersebut de Sausa dan Maluf 2003. Tabel 31. Sebaran nilai Wr + Vr karakter agronomi 8 tetua terung Tetua UB UP TT PB DB KB BBb JBT BBT BEP 01 7.30 44.38 136.89 81.02 1.83 0.37 2,807.45 37.03 0.22 BEP 04 11.72 72.91 218.71 22.89 1.23 0.01 2,225.23 30.28 0.25 BEP 05 16.56 65.29 200.70 58.62 1.51 0.27 2,327.61 54.57 0.55 BEP 06 8.29 49.38 102.64 65.24 2.18 0.38 3,512.83 32.94 0.27 BEP 08 12.07 69.88 131.90 70.90 1.58 0.39 2,700.41 31.45 0.65 BEP 10 41.80 33.51 108.17 48.49 1.87 0.31 2,952.71 25.25 0.51 BEP 11 1.56 46.20 146.34 57.14 2.13 0.31 2,576.57 22.99 0.39 BEP 12 4.36 242.77 158.66 72.92 1.64 0.37 2,826.31 25.65 0.66 Keterangan: UB = umur berbunga, UP = umur panen, TT = tinggi tanaman, PB = panjang buah, DB = diameter buah, KB = kekerasan buah, BBb = bobot per buah, JBT = jumlah buah per tanaman, BBT = bobot buah per tanaman Nilai kuantifikasi umur berbunga, umur panen, tinggi tanam, panjang buah, diameter buah, kekerasan buah, bobot per buah, jumlah buah per tanaman dan bobot buah per tanaman tersaji pada Tabel 31., terlihat bahwa semua karakter yang diamati mempunyai nilai positif, bermakna bahwa nilai kuantifikasi yang rendah akan dominan terhadap nilai tinggi. Urutan dominansi tetua pada umur berbunga berdasarkan Wr dan Vr Gambar 7, berturut-turut BEP 11 1.56, BEP 12 4.36, BEP 01 7.30, BEP 06 8.29, BEP 04 11.72, BEP 08 12.07 , BEP 05 16.56, BEP 10 41.80. Urutan dominansi tercermin pada semakin mendekati titik nol maka jumlah gen dominan semakin banyak dan sebaliknya. Jumlah gen dominan tertinggi dimiliki oleh BEP 11 32.37 HST, kemudian diikuti oleh BEP 12 37.43 HST, BEP 01 34.43 HST, BEP 06 34.73 HST, BEP 04 24.67, BEP 08 35.60 HST, BEP 05 31.80 HST, sedangkan BEP 10 42.05 HST mempunyai jumlah gen dominan terkecil atau gen resesif terbanyak. Hal ini menunjukkan bahwa umur 51 berbunga 32.37 hari setelah tanam HST mempunyai jumlah gen dominan tertinggi. Gambar 7. Hubungan peragam Wr dan ragam Vr umur berbunga terung Gambar 8. Hubungan peragam Wr dan ragam Vr umur panen terung 52 Urutan dominansi tetua pada umur panen terlihat Tabel 31 dan grafik Wr dan Vr Gambar 8., beturut-turut adalah BEP 10 33.51, BEP 01 44.38, BEP 11 46.20, BEP 06 49.38, BEP 05 65.29, BEP 08 69.88, BEP 04 72.91, BEP 12 242.77. BEP 10 69.2 HST mempunyai nilai kuantifikasi terendah menunjukkan bahwa tetua tersebut mempunyai jumlah gen dominan tertinggi sedangkan BEP 12 90 HST menunjukkan memiliki jumlah gen resesif tertinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa umur panen 69.2 hari setelah tanam mempunyai gen dominan pada lebih banyak daripada pada umur dalam 90 HST. Gambar 9. Hubungan peragam Wr dan ragam Vr tinggi tanaman terung Urutan dominansi tetua pada tinggi tanaman yang mempunyai jumlah gen dominan tertinggi sampai terendah tersajikan pada Tabel 31. dan Gambar 9., berturut turut BEP 06 102.64, BEP 10 108.17, BEP 08 131.90, BEP 01 136.89, BEP 11 146.34, BEP 12 158.66, BEP 05 200.70, BEP 04 218.71. Ini bermakna BEP 06 117.90 cm mempunyai jumlah gen dominan tertinggi karena paling dekat dengan titik nol sehingga jumlah gen resesif terkecil, sedangkan BEP 04 91.20 cm mempunyai kandungan gen dominan terkecil atau jumlah gen-gen resesif terbanyak. Hal ini mengindikasikan bahwa ukuran tanaman yang pendek mempunyai gen resesif lebih banyak daripada ukuran tanaman yang lebih tinggi. Urutan dominansi panjang buah tetua yang mempunyai jumlah gen dominan tertinggi sampai terendah Tabel 31. dan Gambar 10., berturut turut BEP 04 22.89, BEP 10 48.49, BEP 11 57.14, BEP 05 58.62, BEP 06 65.24, BEP 08 70.90, BEP 12 72.92, BEP 01 81.02. Ini bermakna BEP 04 6.44 cm mempunyai jumlah gen dominan tertinggi karena paling dekat dengan titik nol sehingga jumlah gen resesif terkecil, sedangkan BEP 01 27.12 cm mempunyai kandungan gen dominan terkecil atau jumlah gen-gen resesif terbanyak. Hal ini menunjukkan ukuran buah lebih kecil mempunyai gen dominan lebih banyak daripada ukuran buah yang panjang. 53 Gambar 10. Hubungan peragam Wr dan ragam Vr panjang buah terung . Gambar 11. Hubungan peragam Wr dan ragam Vr diameter buah terung Urutan dominansi diameter buah tetua yang mempunyai jumlah gen dominan tertinggi sampai terendah Tabel 31. dan Gambar 11. berturut turut BEP 04 1.23 BEP 05 1.51, BEP 08 1.58, BEP 12 1.64, BEP 01 1.83, BEP 10 1.87, BEP 11 2.13, BEP 06 2.18. BEP 04 4.80 cm mempunyai jumlah gen dominan tertinggi karena paling dekat dengan titik nol sehingga jumlah gen resesif terendah, sedangkan BEP 06 5.02 cm mempunyai kandungan gen dominan terkecil atau jumlah gen-gen resesif terbanyak. Hal ini menunjukkan diameter buah kecil mempunyai gen dominan lebih banyak. Urutan dominansi kekerasan buah tetua yang mempunyai jumlah gen dominan tertinggi sampai terendah Tabel 31. dan Gambar 12., berturut turut BEP 04 0.01, BEP 05 0.27, BEP 10 0.31, BEP 11 0.31, BEP 01 0.37, BEP 12 0.37, BEP 06 0.38, BEP 08 0.39. BEP 04 4.46 mempunyai jumlah gen dominan tertinggi karena paling dekat dengan titik nol sehingga jumlah gen resesif terendah, sedangkan BEP 08 3.24 mempunyai kandungan gen dominan terkecil atau jumlah gen-gen resesif terbanyak. 54 Gambar 12. Hubungan peragam Wr dan ragam Vr kekerasan buah terung Gambar 13. Hubungan peragam Wr dan ragam Vr bobot per buah terung Urutan dominansi bobot per buah tetua yang mempunyai jumlah gen dominan tertinggi sampai terendah Tabel 31. dan Gambar 13., berturut turut BEP 04 2225.23, BEP 05 2327.61, BEP 11 2576.57, BEP 08 2700.41, BEP 01 2807.45, BEP 12 2826.31, BEP 10 2952.71, BEP 06 3512.83. BEP 04 75.76 g mempunyai jumlah gen dominan tertinggi karena paling dekat dengan titik nol sehingga jumlah gen resesif terendah, sedangkan BEP 06 190.10 g mempunyai kandungan gen dominan terkecil atau jumlah gen-gen resesif terbanyak. Hal ini mengindikasikan bobot per buah kecil mempnyai gen dominan lebih banyak daripada bobot yang lebih besar. Urutan dominansi jumlah buah per tanaman tetua yang mempunyai jumlah gen dominan tertinggi sampai terendah Tabel 31. dan Gambar 14., berturut turut. BEP 11 22.98, BEP 10 25.25, BEP 12 25.65, BEP 04 30.28, 55 BEP 08 31.45, BEP 06 32.94, BEP 01 37.03, BEP 05 54.57. BEP 11 5.95 mempunyai jumlah gen dominan tertinggi karena paling dekat dengan titik nol sehingga jumlah gen resesif terendah, sedangkan BEP 05 12.80 mempunyai kandungan gen dominan terkecil atau jumlah gen-gen resesif terbanyak. Gambar 14. Hubungan peragam Wr dan ragam Vr jumlah buah terung per tanaman Gambar 15. Hubungan peragam Wr dan ragam Vr bobot buah terung per tanaman Urutan dominansi bobot buah per tanaman tetua yang mempunyai jumlah gen dominan tertinggi sampai terendah Tabel 31. dan Gambar 15. berturut BEP 01 0.22, BEP 04 0.25, BEP 05 0.55, BEP 06 0.27, BEP 11 0.39, BEP 10 0.51, BEP 08 0.65, BEP 12 0.66. BEP 01 1.90 kg mempunyai jumlah gen dominan tertinggi karena paling dekat dengan titik nol sehingga 56 jumlah gen resesif terendah, sedangkan BEP 12 0.83 kg mempunyai kandungan gen dominan terkecil atau jumlah gen-gen resesif terbanyak. Heritabilitas Nilai duga heritabilitas arti luas menurut pengelompokan Stansfield 1988 tergolong tinggi h 2 BS 50 untuk semua karakter, sedangkan heritabiliats arti sempit bervariasi dari sedang dan tinggi. Semua karakter mempunyai heritabilitas arti sempit yang tinggi kecuali umur berbunga 27, umur panen 49, dan bobot buah per tanaman 44 mempunyai heritabilitas arti sempit pada kelompok sedang. Heritabilitas arti sempit yang tinggi menunjukkan proporsi ragam aditif lebih besar dalam menentukan ekspresi karakter-karakter. Hal ini menunjukkan jika ragam aditif lebih besar maka pembentukan varietas ditujukan melalui pengembangan galur. Sedangkan jika ragam dominan lebih besar pembentukan varietas ditujukan ke arah varietas hibrida. SIMPULAN Karakter umur berbunga, umur panen dan bobot buah per tanaman lebih dipengaruhi oleh aksi gen non aditif. Tinggi tanaman, panjang buah, diameter buah, kekerasan buah, bobot per buah dan jumlah buah per tanaman ekspresi karakternya dipengaruhi oleh aksi gen aditif. Nilai DGU yang tinggi pada genotipe tetua tidak selalu diikuti dengan nilai DGK yang tinggi. BEP 04 relatif lebih konsisten mempunyai nilai DGU dan DGK yang tinggi dibanding genotipe lain. Umur berbunga, umur panen dan tinggi tanaman menghendaki nilai heterosis dan heterobeltiosis negatif untuk menurunkan karakter terhadap tetua, sedangkan panjang buah, diameter buah, kekerasan buah, bobot per buah, jumlah buah per tanaman, dan bobot buah per tanaman menghendaki heterosis dan heterobeltiosis positif untuk memperbaiki karakter terhadap tetua. Nilai b Wr,Vr tidak berbeda nyata dengan satu menunjukkan tidak terjadi interaksi gen tidak terjadi dalam menentukan karakter kecuali pada bobot per buah dan jumlah buah per tanaman. Distribusi gen di dalam tetua tidak menyebar merata pada semua karakter dengan proporsi gen positif lebih banyak dari pada gen-gen negatif. Panjang buah dan kekerasan buah dikendalikan sedikitnya 1 kelompok gen, diameter buah, bobot per buah dan jumlah buah per tanaman sedikitnya dua kelompok gen, umur berbunga dan tinggi tanaman dikendalikan paling sedikit tiga kelompok gen. Umur panen dikendalikan oleh sedikitnya 4 kelompok gen dan bobot buah per tanaman dikendalikan sedikitnya 5 kelompok gen. Heritabilitas arti luas semua karakter tergolong tinggi h 2 BS 50. Semua karakter mempunyai heritabilitas arti sempit h 2 NS 50 yang tinggi kecuali umur berbunga 27, umur panen 49, dan bobot buah per tanaman 44 mempunyai heritabilitas arti sempit pada kelompok sedang. 57 EVALUASI HIBRIDA TERUNG HASIL PERSILANGAN DIALEL ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan hibrida hasil persilangan dialel terhadap varietas pembanding komersial. Percobaan menggunakan 64 hribrida terung yang terdiri dari 56 hibrida F1 dan F1R, 6 varietas hibrida terung ungu komersial dan 2 varietas terung hijau komersial, dilakukan dengan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak RKLT 3 kelompok pada bulan November 2012 - April 2013. Hasil pengujian menunjukkan beberapa hibrida-hibrida mempunyai karakter melebihi varietas pembanding maupun sama nyata dengan pembanding terbaiknya sehingga berpotensi dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui adaptasi dan preferensi konsumen. BEP 05 x BEP 04 24.57, BEP 01 x BEP 04 27.17 mempunyai kegenjahan yang baik karena mempunyai umur berbunga dan umur panen yang rendah sama dengan varietas pembanding terbaiknya. Hibrida yang mempunyai tinggi tanaman lebih pendek dari pembanding terbaiknya adalah BEP 04 x BEP 05. Tetua BEP 04 menghasilkan beberapa hibrida yang mempunyai kekerasan melebihi varietas pembanding. Hibrida BEP 01 x BEP 06, BEP 06 x BEP 01, BEP 06 x BEP 04, BEP 06 x BEP 05 berpotensi dikembangkan karena mempunyai bobot per tanaman yang tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding terbaiknya. Kata kunci : evaluasi hibrida, keragaan hibrida, terung ABSTRACT The research was aimed to compare perfomance of hybrid from full diallel cross with commercial eggplant varieties. Experiment was used 64 hybrid eggplant consisting of 56 hybrid F1 and F1R, 6 commercial varieties of hybrid eggplant purple and green eggplant 2 commercial varieties, made with Randomized Complete Block Design, used 3 groups in November 2012 - April 2013. The result showed the hybrids had some character over the same varieties as well as commercial variety or best commercial variety so high potential to more testing to be done to know the adaptation and consumer preferences. BEP 05 x BEP 04 24.57, BEP 01 x BEP 04 27.17, BEP 12 x BEP 04 had good for flowering age and had a earlier harvest with commercial eggplant varieties. Hybrid had a shorter plant height than the commercial best is BEP 04 x BEP 05. BEP 04 who have produced a number of hybrid varieties of hardness than the commercial variety. BEP 01 x BEP 06, BEP 06 x BEP 01, BEP 06 x BEP 04, BEP 06 x BEP 05 because they have the potential and weight per plant did not differ significantly with best commercial varieties. Keywords: evaluation of a hybrid, eggplant, hybrid performance 58 PENDAHULUAN Varietas hibrida merupakan salah satu teknologi pertanian dalam meningkatkan produksi tanaman atau program intensifikasi tanaman. Dalam pengembangan varietas hibrida pemulia berusaha melakukan perbaikan karakter tanaman baik dari segi produktivitas, ketahanan terhadap penyakit dan cekaman abiotik. Pengembangan varietas didasarkan pada kebutuhan pasar dan menggunakan keragaman genetika lokal sehingga memiliki daya adaptasi yang luas. Untuk mengembangkan galur-galur tetua dibutuhkan informasi variabilitas fenotipik dan genetika yang cukup luas, jarak genetik yang luas dari plasma nutfah donor, sehingga tetua-tetua yang terbentuk akan menjadi dua grup besar dengan jarak genetika yang besar dan daya gabung yang luas Hadiati et al. 2009. Pengembangan varietas hibrida sayuran di Indonesia dipelopori oleh industri benih berbasis breeding, yakni pada tahun 1990. Industri benih melakukan proses pengembangan varietas hibrida dengan mengumpulkan plasma nutfah lokal dan introduksi dari luar negeri sebagai bahan mentah. Varietas hibrida hanya dapat diproduksi kembali dengan menggunakan galur tetua yang sama, sehingga memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut Groot 2002 dalam Hidayati 2011: kegenjahan, vigor sebagai efek dari heterosis., adaptasi yang lebih luas, keseragaman, kualitas yang sesuai dengan permintaan dan kebutuhan pasar. Ketertarikan petani dan pemulia tanaman terhadap varietas hibrida disebabkan oleh beberapa hal yaitu: 1 Peluang dalam mengeksploitasi fenomena heterosis. Sifat heterosis ini merupakan nilai tambah dari varietas hibrida terkait dengan penggabungan beberapa sifat dari masing-masing tetua. 2 Pengembangan varietas hibrida dengan beberapa ketahananan terhadap organisme pengganggu tanaman lebih mudah dibandingkan dengan pengembangan galur murni, terutama yang bersifat dominan. 3 Varietas hibrida memiliki mekanisme perlindungan varietas secara genetika, karena hanya bisa diproduksi ulang dengan menggunakan tetua yang sama Bos 1999 dalam Hidayati 2011. Varietas terung hibrida merupakan teknologi yang relatif baru bagi petani di Indonesia jika dibandingkan dengan varietas hibrida cabai, tomat, semangka dan melon. Varietas hibrida cabai, tomat, semangka dan melon telah diadopsi sejak tahun 1988 Groot 2002 dalam Hidayati 2011. Varietas terong hibrida mulai dikomersialisasi di pasar Indonesia pada tahun 1992 Hidayati 2002, namun adopsi dimulai pada tahun 1995 dan diadopsi secara total tahun 2000. Proses adopsi varietas terong hibrida tersebut relatif lambat dibanding dengan varietas sayuran lainnya sedangkan cabai, tomat, semangka dan melon, masing-masing memerlukan waktu 3 tahun mulai dari introduksi sampai adopsi total. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Penelitian PT. BISI International, Tbk. di Desa Watugede 150 m dpl, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur 59 mulai November 2012 sampai April 2013. Lokasi penelitian mempunyai teksur tanah geluh berpasir. Materi Penelitian Materi penelitian terdiri dari 8 genotipe terung koleksi PT. BISI International, Tbk hasil dari penelitian pertama yaitu BEPA11 BEP 01, BEPA03 BEP 04, BEPE102 BEP 05, BEPA41 BEP 06, BEPC86 BEP 08, BEPC18 BEP 10, BEPC24 BEP 11, BEPA71 BEP 12. Genotipe tersebut disaling-silangkan menggunakan metode persilangan dialel lengkap 8x8, sehingga terdapat 64 rekombinan F1 28 F1 dan 28 F1 resiprok dan 8 genotipe tetua. BEPE97 tidak dapat digunakan sebagai tetua persilangan karena terdapat set persilangan yang tidak lengkap. Percobaan kedua dilakukan bersamaan dengan percobaan tiga dengan menanam secara bersamaan delapan varietas komersial sebagai pembanding cek untuk mengetahui keunggulan hribrida. Varietas komersial digunakan adalah: 1 Terung ungu : Antaboga, Ratih Ungu PT. BISI Int.; Reza OR Seed; Mustang, Lezata, Yumi East West Seed, 2 Terung hijau : Ratih Hijau PT. BISI Int., Fortuna East West Seed Pelaksanaan Percobaan Percobaan dilakukan dengan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak RKLT, perlakuan sebanyak 64 genotipe terung yang diulang sebanyak 3 kelompok dengan jumlah tanaman 20 tanaman setiap satuan percobaan. Pelaksanaan percobaan di lapangan dilakukan seperti pada Percobaan I Analisis Keragaman Genetik pada 30 Genotipe Terung Solanum melongena L. halaman 12-13. Sebanyak 10 tanaman dalam setiap petak percobaan digunakan sebagai tanaman contoh. Pengamatan karakter agronomi utama dilakukan pada : 1. Umur berbunga HST Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah hari dari tanam saat 50 tanaman dalam satu ulangan, bunga pertamanya mekar. 2. Umur panen HST Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah hari dari tanam saat 50 tanaman dalam satu ulangan telah panen buah konsumsi 3. Tinggi tanaman c Pengamatan dilakukan pada saat fase generatif, dengan cara mengukur jarak pucuk tertinggi tanaman dari permukaan. 4. Panjang buah cm Pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang per buah sampel yang telah ditentukan. 5. Diameter buah cm Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter per buah sampel yang telah ditentukan. 6. Kekerasan buah Pengamatan dilakukan dengan mengukur dalam bar kekerasan per buah sampel yang telah ditentukan dengan menggunakan alat Pnetrometer. 7. Bobot per buah g 60 Pengamatan dilakukan dengan mengukur berat per buah sampel yang telah ditentukan. 8. Jumlah buah per tanaman Hasil pengamatan jumlah buah setiap petak dibagi dengan jumlah tanaman 9. Bobot buah per tanaman kg Hasil pengamatan berat buah setiap petak dibagi dengan jumlah tanaman Analisis Data Analisis ragam genotipe menggunakan fasilitas software SAS diuji lanjut menggunakan Uji Dunnett taraf 5. Data dianalisis dengan menggunakan sidik ragam Mattjik dan Sumertajaya 2006 dengan model linier. Model linier yang digunakan : Y ij = µ + i + β j + ij Keterangan ij : Pengamatan pada genotipe ke-i, di dalam ulangan ke-j µ : Rataan umum i : Pengaruh perlakuan ke-i j : Pengaruh kelompok ke-j ij : Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j Uji lanjut pada perlakuan yang berbeda nyata dilakukan dengan Uji Dunnett pada taraf 5 Gomez dan Gomez 1995. DLSD = t α ,p,dbgalat √ KT r Keterangan α = taraf nyata p = banyaknya perlakuan, tidak termasuk kontrol r = banyaknya ulangan KTG = kuadrat tengah galat Tabel 32. ANOVA untuk Rancangan Kelompok Lengkap Teracak RKLT faktor tunggal Sumber Keragaman db JK KT Fhit Ulangan r r-1 JKu JKur-1 KTuKTe Genotipe g g-1 JKg JKgg-1 KTgKTe Galat g-1r-1 JKe JKeg-1r-1 Total gr-1 JKt Keterangan : r = jumlah ulangan; g = jumlah genotipe; JKu = jumlah kuadrat ulangan; JKg = jumlah kuadrat genotipe; JKe = jumlah kuadrat galat; KTu = kuadrat tengah ulangan; KTg = kuadrat tengah genotipe; KTe = kuadrat tengah galat 61 HASIL DAN PEMBAHASAN Proses perakitan varietas hibrida terdapat tahap pembentukan galur murni dan persilangan antar galur murni. Persilangan antar galur murni yang melibatkan sejumlah tetua untuk evaluasi dan seleksi terhadap kombinasi-kombinasi persilangannya diantaranya adalah persilangan dialel. Christie dan Shattuck 1992 mendefinisikan bahwa persilangan dialel merupakan semua kemungkinan kombinasi persilangan di dalam suatu grup tetua galur murni serta meliputi tetua-tetuanya. Hibrida hasil persilangan dialel menunjukkan adanya perbedaan keragaan genotipe pada karakter agronomi tersaji pada Tabel 33. Tabel 33. Nilai kuadrat tengah beberapa karakter agronomi pada 64 genotipe terung Karakter Sumber Keragaman KK Blok Genotipe Galat Derajat bebas db 2 63 126 Umur berbunga HST 7.90 35.24 13.99 12.21 Umur panen HST 166.63 61.51 18.48 7.45 Tinggi tanaman cm 16.70 353.97 40.57 5.02 Panjang buah cm 1.13 107.18 1.70 5.88 Diameter buah cm 0.046 3.126 0.02 2.82 Kekerasan buah 0.13 0.64 0.01 2.88 Bobot per buah g 97.87 5924.76 149.14 7.28 Jumlah buah per tanaman 3.72 82.60 5.72 17.8 Bobot buah per tanaman kg 0.05 1.13 0.09 14.71 Keterangan : KK = koefisien keragaman, berbeda nyata taraf 0.05, berbeda nyata taraf 0.01 Hibrida-hibrida diuji dengan varietas pembanding terbaik komersial tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada umur berbunga dengan varietas pembanding kecuali BEP 11 x BEP 08 36.9, BEP 12 x BEP 05 41.83 yang berbeda yang berbeda nyata lebih tinggi daripada Ratih Ungu 26.53 Tabel 34 menunjukkan varietas mempunyai umur yang lebih dalam. Hal ini berarti hibrida- hibrida tersebut mampu mengimbangi kegenjahan dengan varietas yang komersial. Reza mempunyai umur berbunga lebih dalam dibandingkan varietas pembanding lainnya. Hibrida terung hijau tidak menunjukkan perbedaan nyata pada umur berbunga dengan pembanding terbaik Ratih Hijau, ini menunjukkan hibrida mempunyai kegenjahan yang relatif sama dengan pembanding terbaik Tabel 35.. Hibrida terung ungu mempunyai umur panen buah konsumsi yang tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding terbaik Ratih Ungu, artinya hibrida tersebut mempunyai kegenjahan yang sama dengan varietas komersial. Demikian juga pada hibrida terung hijau Tabel 35. tidak menunjukkan kegenjahan yang sama dengan Ratih Hijau sebagai varietas pembanding terbaik 62 Tabel 34. Rata-rata umur berbunga, umur panen dan tinggi tanaman hibrida terung ungu. No. Hibrida UB HST UP HST TT cm No. Hibrida UB HST UP HST TT cm 1 BEP 01 x BEP 05 26.73 58.97 127.07 29 BEP 08 x BEP 10 28.03 51.33 142.60 c + 2 BEP 01 x BEP 06 28.93 56.57 129.10 30 BEP 08 x BEP 11 29.27 57.97 127.20 3 BEP 01 x BEP 08 32.17 62.03 130.30 31 BEP 08 x BEP 12 28.00 59.47 136.93 c + 4 BEP 01 x BEP 10 30.70 53.80 134.00 32 BEP 10 x BEP 01 29.30 56.80 140.83 c + 5 BEP 01 x BEP 11 34.30 61.60 116.23 33 BEP 10 x BEP 04 27.23 53.10 129.10 6 BEP 04 x BEP 05 28.30 53.10 104.35 34 BEP 10 x BEP 05 33.05 60.50 128.90 7 BEP 04 x BEP 06 27.77 52.63 115.90 35 BEP 10 x BEP 06 29.53 52.30 137.27 c + 8 BEP 04 x BEP 08 25.40 56.50 119.77 36 BEP 10 x BEP 08 30.50 55.37 148.27 c + 9 BEP 04 x BEP 10 29.50 56.60 118.77 37 BEP 10 x BEP 11 28.90 58.97 143.97 c + 10 BEP 04 x BEP 11 32.63 56.57 108.93 38 BEP 10 x BEP 12 29.60 59.73 138.13 c + 11 BEP 05 x BEP 01 28.33 55.17 127.43 39 BEP 11 x BEP 01 28.67 55.07 129.30 12 BEP 05 x BEP 04 24.57 45.87 106.63 40 BEP 11 x BEP 04 27.17 53.93 121.37 13 BEP 05 x BEP 06 30.97 55.77 120.90 41 BEP 11 x BEP 05 32.77 62.20 130.07 14 BEP 05 x BEP 08 26.83 55.90 130.73 42 BEP 11 x BEP 06 29.83 55.97 136.50 c + 15 BEP 05 x BEP 10 28.50 54.53 132.33 43 BEP 11 x BEP 08 36.9 d + 60.00 131.70 16 BEP 05 x BEP 11 33.63 61.20 131.90 44 BEP 11 x BEP 10 30.37 54.70 142.47 c + 17 BEP 05 x BEP 12 30.33 57.90 124.87 45 BEP 11 x BEP 12 34.70 65.02 133.06 18 BEP 06 x BEP 01 30.20 58.60 120.77 46 BEP 12 x BEP 05 41.83 d + 68.20 119.70 19 BEP 06 x BEP 04 27.33 49.83 110.37 47 BEP 12 x BEP 06 32.67 60.22 121.27 20 BEP 06 x BEP 05 30.90 54.83 108.20 48 BEP 12 x BEP 08 36.30 69.20 135.80 c + 21 BEP 06 x BEP 08 30.23 55.43 112.17 49 BEP 12 x BEP 10 27.20 51.67 130.10 22 BEP 06 x BEP 10 28.00 53.87 132.03 50 BEP 12 x BEP 11 29.90 61.80 134.17 23 BEP 06 x BEP 11 34.57 58.70 122.40 51 Antaboga a 31.77 63.47 135.67c + 24 BEP 06 x BEP 12 33.03 60.03 114.80 52 Lezata b 29.60 64.77 138.5c + 25 BEP 08 x BEP 01 31.43 59.60 130.43 53 Mustang c 28.80 59.80 117.57 26 BEP 08 x BEP 04 28.00 53.77 123.60 54 Ratih Ungu d 26.53

56.30 148.17c

+ 27 BEP 08 x BEP 05 33.07 61.57 139.03 c + 55 Reza e 38.01d + 65.33 144.93c + 28 BEP 08 x BEP 06 32.90 58.57 121.07 56 Yumi f 34.70 62.90 120.07 Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf menunjukkan beda nyata dengan pembanding terbaik pada taraf 0.05. +- = lebih tinggi atau lebih rendah dari pembanding terbaik, UB = umur berbunga, UP = umur panen, TT = tinggi tanaman, HST = hari setelah tanam. No. 51-56 = varietas pembanding Tabel 35. Keragaan karakter agronomi hibrida terung hijau. Hibrida UB HST UP HST TT cm PB cm DB cm KB BBb g JBT BBT kg BEP 01 x BEP 04 27.17 50.33 113.33 13.35g - 5.49 h + 4.35 h + 124.95 21.67 2.71 BEP 01 x BEP 12 34.40 63.75 118.25 32.51g + 3.59 h - 3.27 103.18 h - 21.38 1.80 BEP 04 x BEP 01 30.37 53.43 110.70 12.92g - 5.34 h + 4.38 h + 114.3 h - 19.80 2.24 BEP 04 x BEP 12 25.37 51.07 120.87 14.67g - 5.44 h + 4.50 h + 138.79 18.88 2.62 BEP 12 x BEP 01 28.47 59.67 137.67 31.68g + 3.62 h - 3.21 154.67 14.45 2.23 BEP 12 x BEP 04 38.67 58.17 107.53 13.06g - 5.04 h + 4.50 h + 133.01 5.15 g - 0.68 g - Ratih Hijau g 29.97 59.73 125.00 24.37 4.10 3.22 126.72 16.02 2.00 Fortuna h 35.47 61.80 123.13 21.94 4.31 3.32 148.53 8.38 g - 1.23 g - Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf menunjukkan beda nyata dengan pembanding terbaik pada taraf 0.05. +- = lebih tinggi atau lebih rendah dari pembanding terbaik, UB = umur berbunga, UP = umur panen, TT = tinggi tanaman, PB = panjang buah, DB = diameter buah, BBb = bobot per buah, JBT = jumlah buah per tanaman, BBT bobot buah per tanamanHST = hari setelah tanam . 63 Tidak terdapat hibrida yang mempunyai tinggi tanaman lebih rendah dari Mustang 117.57 sebagai varietas pembanding terbaik Tabel 34.. Ini menunjukkan hibrida tersebut mempunyai keragaan tinggi tanaman yang relatif sama dengan Mustang dan dapat memenuhi kriteria preferensi konsumen. Terdapat 11 hibrida yang mempunyai tinggi tanaman lebih tinggi dan berbeda nyata dengan Mustang. Hibrida tersebut berturut-turut BEP 08 x BEP 05 139.03, BEP 08 x BEP 10 142.60, BEP 08 x BEP 11 127.2, BEP 08 x BEP 12 136.93, BEP 10 x BEP 01 140.83, BEP 10 x BEP 06 137.27, BEP 10 x BEP 08 148.27, BEP 10 x BEP 11 143.97, BEP 10 x BEP 12 138.12, BEP 11 x BEP 06 136.50, BEP 11 x BEP 10 142.47, BEP 12 x BEP 08 135.80. Hibrida terung hijau mempunyai tinggi tanaman yang relatif sama dengan Fortuna sebagai pembanding terbaik. Preferensi konsumen menghendaki hibrida berumur genjah, ukuran tanaman rendah, dan hasil tinggi Hidayati 2011. Kriteria panjang buah yang diminati konsumen berukuran 22-27 cm yang setara dengan lima pembanding Antaboga, Mustang, Yumi, dan Reza, Lezata sedangkan Ratih Ungu termasuk kelompok terung panjang. Persilangan dengan tetua BEP 04 menghasilkan ukuran buah lebih pendek dibandingkan semua pembanding Tabel 36. Terdapat 24 hibrida yang mempunyai ukuran panjang buah relatif sama dengan varietas pembanding terbaik Antaboga 25.45. Ini menunjukkan bahwa hibrida tersebut memenuhi kriteria yang diminati konsumen. Terdapat 4 hibrida yang mempunyai ukuran panjang buah panjang satu kelompok dengan Ratih Ungu 32.48 berturut-turut BEP 01 x BEP 06 29.49, BEP 06 x BEP 12 28.37, BEP 08 x BEP 01 29.1, BEP 08 x BEP 12 30.56, BEP 12 x BEP 06 29.12, BEP 12 x BEP 08 30.37. Terdapat dua hibrida terung hijau yang masuk dalam kelompok panjang yaitu BEP 01 x BEP 12 32.51 dan BEP 12 x BEP 01 31.68 Tabel 35.. Preferensi konsumen terhadap ukuran panjang buah sangat bervariasi sehingga memerlukan program pemuliaan yang lebih spesifik Chen dan Li 1993. Terdapat 13 hibrida terung ungu yang mempunyai diameter buah relatif sama dengan Antaboga 4.86 berturut-turut BEP 01 x BEP 06 4.57, BEP 01 x BEP 11 4.99, BEP 04 x BEP 05 4.64, BEP 05 x BEP 04 4.75, BEP 05 x BEP 11 4.66, BEP 06 x BEP 01 4.54, BEP 06 x BEP 08 5.24, BEP 08 x BEP 06 4.97, BEP 10 x BEP 05 5.14, BEP 10 x BEP 05 5.07 BEP 11 x BEP 01 4.98, BEP 11 x BEP 12 4.70, BEP 12 x BEP 11 4.66. Ini menunjukkan hibrida tersebut telah memenuhi kriteria ukuran diameter buah yang diminati konsumen. Terdapat 11 hibrida terung ungu yang mempunyai diameter lebih kecil dan 26 hibrida dengan diameter yang lebih besar serta berbeda nyata dengan Antaboga. Terdapat 6 hibrida terung hijau yang mempunyai diameter buah lebih besar dari Ratih Hijau dan Fortuna Tabel 35. Buah yang keras mempunyai waktu simpan yang lebih lama dan menguntungkan untuk pengiriman jarak jauh, sehingga preferensi konsumen mengacu pada karakter buah keras. Kekerasan buah hibrida terung ungu disajikan pada Tabel 35., terdapat 12 hibrida terung ungu yang mempunyai kekerasan buah lebih tinggi daripada Reza 3.95 yang merupakan varietas pembanding terbaik untuk kekerasan buah berturut-turut BEP 11 x BEP 10 4.37, BEP 10 x BEP 11 4.41, BEP 04 x BEP 06 4.45, BEP 04 x BEP 08 4.45, BEP 04 x BEP 05 4.47, BEP 06 x BEP 04 4.47, BEP 04 x BEP 11 4.48, BEP 11 x BEP 04 4.48, BEP 04 x BEP 10 4.49, BEP 05 x BEP 04 4.49, BEP 08 x BEP 04 64 4.49, BEP 10 x BEP 04 4.49. Terdapat empat hibrida terung hijau yang lebih keras daripada Fortuna 3.32 yaitu BEP 01 x BEP 04 4.35, BEP 04 x BEP 01 BEP 4.38, BEP 04 x BEP 12 BEP 4.49 dan BEP 12 x BEP 04 4.50 Tabel 35. Tabel 36. Rata-rata panjang buah, diameter buah dan kekerasan buah hibrida terung ungu No. Hibrida PB cm DB cm KB No. Hibrida PB cm DB cm KB 1 BEP 01 x BEP 05 25.13 3.54 a - 3.55 e - 29 BEP 08 x BEP 10 20.29 a - 5.44 a + 3.59 e - 2 BEP 01 x BEP 06 29.49 a + 4.57 3.15 e - 30 BEP 08 x BEP 11 23.04 5.54 a + 3.7 e - 3 BEP 01 x BEP 08 27.23 4.25 a - 3.25 e - 31 BEP 08 x BEP 12 30.56 a + 4.24 a - 3.16 e - 4 BEP 01 x BEP 10 20.72 a - 6.21 a + 3.96 32 BEP 10 x BEP 01 19.82 a - 5.81 a + 3.93 5 BEP 01 x BEP 11 22.05 4.99 3.75 33 BEP 10 x BEP 04 11.28 a - 7.18 a + 4.5 e + 6 BEP 04 x BEP 05 11.66 a - 4.64 4.47 e + 34 BEP 10 x BEP 05 19.3 a - 5.14 3.90 7 BEP 04 x BEP 06 13.02 a - 6.16 a + 4.45 e + 35 BEP 10 x BEP 06 21.3 a - 6.73 a + 3.72 8 BEP 04 x BEP 08 13.87 a - 6.03 a + 4.45 e + 36 BEP 10 x BEP 08 21.55 a - 6.27 a + 3.62 e - 9 BEP 04 x BEP 10 12.55 a - 5.4 a + 4.49 e + 37 BEP 10 x BEP 11 16.63 a - 7.33 a + 4.41 e + 10 BEP 04 x BEP 11 11.58 a - 6.71 a + 4.48 e + 38 BEP 10 x BEP 12 25.89 5.07 3.72 11 BEP 05 x BEP 01 27.70 3.84 a - 3.60 e - 39 BEP 11 x BEP 01 22.44 4.98 3.69 12 BEP 05 x BEP 04 12.96 a - 4.75 4.49 e + 40 BEP 11 x BEP 04 11.82 a - 6.57 a + 4.48 e + 13 BEP 05 x BEP 06 26.65 4.00 a - 3.76 41 BEP 11 x BEP 05 23.48 4.42 a - 3.86 14 BEP 05 x BEP 08 25.62 3.78 a- 3.4 e - 42 BEP 11 x BEP 06 22.73 5.9 a + 3.71 15 BEP 05 x BEP 10 20.92 a - 5.40 a + 3.84 43 BEP 11 x BEP 08 22.23 5.5 a+ 3.75 16 BEP 05 x BEP 11 25.19 4.66 3.93 44 BEP 11 x BEP 10 18.98 a - 7.27 a + 4.37 e + 17 BEP 05 x BEP 12 27.58 3.33 a - 3.31 e - 45 BEP 11 x BEP 12 25.86 4.70 3.85 18 BEP 06 x BEP 01 27.36 4.54 3.36 e - 46 BEP 12 x BEP 05 25.05 3.06 a - 3.56 e - 19 BEP 06 x BEP 04 13.51 a - 6.10 a + 4.48 e + 47 BEP 12 x BEP 06 29.12 a + 4.35 a - 3.4 e - 20 BEP 06 x BEP 05 24.31 4.02 a - 3.57 e - 48 BEP 12 x BEP 08 30.37 a + 4.23 a - 3.29 e - 21 BEP 06 x BEP 08 27.73 5.24 3.01 e - 49 BEP 12 x BEP 10 23.09 5.42 a + 3.64 e - 22 BEP 06 x BEP 10 20.61 a - 6.88 a + 3.88 50 BEP 12 x BEP 11 26.64 4.66 3.6 e - 23 BEP 06 x BEP 11 22.67 6.05 a + 3.68 51 Antaboga a 25.45 4.86 3.65 e - 24 BEP 06 x BEP 12 28.37 4.46 a - 3.3 e - 52 Lezata b 23.51 3.66 a - 3.56 e - 25 BEP 08 x BEP 01 29.10 4.35 a - 3.24 e - 53 Mustang c 22.84 4.61 3.39 e - 26 BEP 08 x BEP 04 13.63 a - 6.21 a + 4.46 e + 54 Ratih Ungu d 32.48 a + 4.37 a - 3.08 e - 27 BEP 08 x BEP 05 25.85 4.14 a- 3.55 e - 55 Reza e 22.55 5.11 3.95 28 BEP 08 x BEP 06 27.64 4.97 3.09 e - 56 Yumi f 25.02 4.78 3.36 e - Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf menunjukkan beda nyata dengan pembanding terbaik pada taraf 0.05. +- = lebih tinggi atau lebih rendah dari pembanding terbaik, PB = panjang buah, DB = diameter buah, KB kekerasan buah, No. 51-56 = varietas pembanding. Terdapat dua hibrida terung ungu yang mempunyai bobot per buah tinggi baik daripada pembanding terbaiknya Reza 220.08 Tabel 37. berturut-turut BEP 06 x BEP 08 256.39, BEP 06 x BEP 10 261.28, serta 15 hibrida yang mempunyai bobot buah relatif sama dengan Reza. Terdapat empat hibrida terung hijau yang mempunyai bobot per buah tidak berbeda nyata dengan Fortuna 148.53 Tabel 35. Hibrida tersebut berturut-turut BEP 12 x BEP 01 154.67,