Desinfeksi Saluran Akar TINJAUAN PUSTAKA

kemampuan NaOCl dalam melarutkan jaringan dan lebih efisien dalam mengurangi mikroba intraradikular daripada NaOCl sendiri. Setelah irigasi kanal dengan EDTA, NaOCl harus digunakan untuk menetralisasi efek keasaman EDTA dan untuk memperkenankan NaOCl penetrasi ke dalam tubulus dentin, yang telah terbuka setelah penggunaan EDTA. 30

2.2 Desinfeksi Saluran Akar

Perawatan endodonti pada gigi non vital menurut aturan seharusnya tidak diselesaikan pada kunjungan pertama, tetapi pada kunjungan kedua setelah satu periode desinfeksi final akar dan sistem saluran akar. Selama perawatan saluran akar, diperlukan untuk menyingkirkan bakteri sebanyak mungkin dari saluran akar. Penggunaan medikamen intrakanal telah dipertimbangkan sebagai langkah yang diperlukan untuk mengurangi populasi mikroba tepat sebelum pengisian saluran akar. Bakteri yang bertahan setelah preparasi dan irigasi akan dengan sangat cepat berlipatganda di antara kunjungan jika tidak ada medikamen intrakanal yang digunakan. Medikamen antar kunjungan harus mampu melanjutkan penyingkiran bakteri yang tersisa setelah preparasi khemomekanik dan bertahan lama; mencegah kebocoran mikro koronal dan tidak berdifusi sepanjang restorasi sementara; membantu mengeringkan kanal yang terus-menerus basah; tidak diinaktivasi dengan kehadiran materi organik, tetapi seharusnya menetralisasi dan melarutkan debris jaringan yang tersisa; mengurangi inflamasi periapikal dan toksisitas rendah terhadap jaringan periapikal serta harus tidak menurunkan sifat fisik struktur akar. 3,10,16,21 10 Telah terbukti pada penelitian klinis bahwa sekitar 50 saluran akar yang terinfeksi tidak didesinfeksi, hanya dengan irigan antibakteri saja selama perawatan saluran akar. Meskipun preparasi khemomekanik yang cermat dapat membantu mengurangi populasi bakteri, penyingkiran yang total sangat sulit dicapai. Tersisanya medikamen di dalam saluran akar di antara kunjungan, akan dapat membantu menyingkirkan bakteri yang bertahan. Medikamen antibakteri digunakan di antara kunjungan untuk menyingkirkan sisa bakteri dan mencegah re-infeksi saluran akar. Agen seperti CaOH 2 ditunjukkan sangat efektif. Agen harus mempunyai spektrum antibakteri yang luas, dan harus tetap aktif selama periode di antara kunjungan. Pilihan medikamen intrakanal terkini adalah CaOH 17,22 2 . Sejak diperkenalkan pada tahun 1920, calcium hydroxide telah banyak digunakan di endodonti sebagai medikamen intrakanal antar kunjungan. Bahan ini merupakan basa kuat yang diperoleh melalui calcination pemanasan dari calcium carbonate sampai berubah menjadi calcium oxide. Calcium hydroxide diperoleh melalui hidrasi calcium oxide, dan reaksi kimia antara calcium hydroxide dan carbon dioxide membentuk calcium carbonate. Merupakan bubuk putih dengan pH tinggi ±12,6 dan mudah larut dalam air kelarutan 1,2 gL pada temperatur 25ºC. Bahan ini mempunyai berbagai sifat biologis misalnya aktivitas antimikroba, mampu melarutkan jaringan, menghambat resorpsi gigi, dan mempengaruhi perbaikan pembentukan jaringan keras. Sifat CaOH 16,17,32 2 berasal dari disosiasinya menjadi ion kalsium dan hidroksil. CaOH 2 mendorong deposisi jembatan jaringan keras yang biasanya melindungi pulpa. Kemampuannya untuk menstimulasi mineralisasi dihubungkan dengan efektivitas antimikroba memberi keberhasilan sebagai medikasi endodonti. CaOH 2 mempunyai aktivitas antimikroba spektrum luas dan aksi durasi panjang. Bahan ini relatif aman, mudah digunakan dan kombinasi dengan NaOCl dapat membantu melarutkan materi organik. CaOH 10 2 telah dinyatakan sebagai agen antibakteri intrakanal yang paling baik dan paling efektif. Efek antibakterial CaOH 2 dikarenakan pH yang tinggi yaitu ±12,5 dan pelepasan ion hidroksil. Tidak ada patogen endodonti yang diketahui dapat bertahan pada pH ini, dan akan langsung mati seketika saat terpapar langsung dengan pasta. 3,28,33 Di dalam pulpa, CaOH 2 telah digunakan sebagai agen pulp capping karena kemampuannya menstimulasi mineralisasi; sebagai dressing intrakanal mempunyai aksi antimikroba yang sangat baik, yang mendukung penyingkiran mikroorganisme setelah pembersihan dan pembentukan, untuk menetralisasi toksin yang tersisa, di samping mempertahankan sealing sementara. Efek terapeutik CaOH 32 2 berhubungan dengan ion hidroksil yang menyebabkan penurunan tekanan oksigen dan peningkatan pH pada jaringan periapikal yang terinflamasi. Tekanan oksigen yang rendah pada jaringan memperkenankan pembentukan dan perbaikan tulang. Tingginya pH dikombinasikan dengan ketersediaan ion kalsium dan ion hidroksil mempunyai efek pada jalan enzimatik dan karena itu terjadi mineralisasi. Ion kalsium dan pH yang alkali dikemukakan untuk bereaksi secara terpisah atau bersamaan dalam mendorong terjadinya kalsifikasi. Efek terapeutik ion kalsium menstimulasi enzim jaringan seperti alkali fosfatase yang menyebabkan mineralisasi sehingga membentuk jaringan keras. Juga 3,33 menghambat enzim bakteri sehingga menghasilkan sifat antimikroba. Aktivasi enzim alkali fosfatase mendorong terjadinya restorasi jaringan melalui mineralisasi. Efek antibakteri pasta CaOH 3,32 2 yang tahan lama sangat bergantung pada tingginya alkalinitas pasta yang konstan. Darah, eksudat, jaringan gigi, dan cairan jaringan akan segera menurunkan pH pasta CaOH 2 yang memiliki sifat destruktif pada dinding sel bakteri dan struktur protein. Bahan ini bekerja lambat dan harus berada dalam kuantitas yang cukup, minimal 1 minggu dalam saluran akar agar menjadi efektif. 3,10,33

2.3 Ketahanan Fraktur Dentin Saluran Akar

Dokumen yang terkait

Perbedaan Daya Hambat Sodium Hipoklorit (NaOCI) Dan Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2) Dengan Berbagai Pelarut Terhadap Pertumbuhan Candida Albicans (Penelitian In Vitro)

0 24 84

Perubahan pH Pada Preparat Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2) Dengan Pelarut Gliserin Dan Chlorhexidine 2 % Dalam Rentang Waktu Yang Berbeda (Penelitian In Vitro)

0 49 77

Pengaruh Sistem Pasak Customised Dari Pita Polyethylene Reinforced Fiber Dengan Dan Tanpa Preparasi Ferrule Pada Terhadap Ketahanan Fraktur Dan Pola Fraktur Secara In Vitro

1 80 80

DEKALSIFIKASI DENTIN SALURAN AKAR GIGI SETELAH DIIRIGASI DENGAN EKSTRAK ASAM JAWA 5% DAN 2,5%

0 27 9

Pengaruh Sistem Pasak Customised Dari Pita Polyethylene Reinforced Fiber Dengan Dan Tanpa Preparasi Ferrule Pada Terhadap Ketahanan Fraktur Dan Pola Fraktur Secara In Vitro

0 0 13

Pengaruh Sistem Pasak Customised Dari Pita Polyethylene Reinforced Fiber Dengan Dan Tanpa Preparasi Ferrule Pada Terhadap Ketahanan Fraktur Dan Pola Fraktur Secara In Vitro

0 1 22

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 8 13

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 2

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 6

Perbedaan Jumlah Ekstrusi Debris Antara Kitosan Blangkas Molekul Tinggi Dengan Sodium Hipoklorit Pada TindakanIrigasi Saluran Akar (Penelitian In Vitro)

0 0 12