Nilai-nilai Keluarga, Interaksi Keluarga dan Potensi Perdagangan Manusia (Kasus di Kabupaten Cianjur)

NILAI-NILAI KELUARGA, INTERAKSI KELUARGA DAN
POTENSI PERDAGANGAN MANUSIA
(Kasus di Kabupaten Cianjur)

RENA NING LARASATI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai-Nilai Keluarga,
Interaksi Keluarga dan Potensi Perdagangan Manusia (Kasus di Kabupaten
Cianjur) adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Rena Ning Larasati
NIM I24090033

ABSTRAK
RENA NING LARASATI. Nilai-Nilai Keluarga, Interaksi Keluarga, dan Potensi
Perdagangan Manusia (Kasus di Kabupaten Cianjur). Dibimbing oleh HERIEN
PUSPITAWATI.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara interaksi keluarga
dengan potensi perdagangan manusia. Penelitian dilakukan di Desa Sukatani,
Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur. Penelitian ini merupakan penelitian
payung yang menggunakan teknik nonprobability sampling denganpurposive
sebanyak 60 orang. Contoh penelitian adalah istri pada keluarga miskin.
Pengambilan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Hasil
penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungannegatif signifikan antara interaksi
orang tua dan anak dengan potensi perdagangan manusia internal sedangkan
untuk interaksi suami istri dan interaksi dengan saudara tidak terdapat hubungan
yang signifikan.

Kata kunci : interaksi keluarga, kemiskinan, komitmen, nilai-nilai keluarga,
potensi perdagangan manusia

ABSTRACT
RENA NING LARASATI. Family Values, Family Interaction, and Potential for
Human Trafficking (Case in Cianjur Regency).Supervised by HERIEN
PUSPITAWATI.
The aim of this research was to examine the relationship between family
interaction with potential human trafficking. The research was conducted in the
Sukatani village, Haurwangi District, Cianjur Regency. This is umbrella research
with uses nonprobability sampling technique with purposive as many 60 people.
Samples of this research was the wife of a poor family. The data collected by
interview based on questionnaire. The results showed that there was negative
significance relationship between parent child interaction with potential trade
man.
Keywords : commitment, family interaction, family values, potential for human
trafficking, poverty

NILAI-NILAI KELUARGA, INTERAKSI KELUARGA DAN
POTENSI PERDAGANGAN MANUSIA

(Kasus di Kabupaten Cianjur)

RENA NING LARASATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi :Nilai-nilai Keluarga, Interaksi Keluarga dan Potensi Perdagangan
Manusia (Kasus di Kabupaten Cianjur)
Nama
: Rena Ning Larasati

NIM
: I24090033

Disetujui oleh

Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Nilai-Nilai Keluarga,
Interaksi Keluarga dan Potensi Perdagangan Manusia (Kasus di Kabupaten
Cianjur)” berhasil diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, dengan rasa

hormat, penulis ucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan bimbingan selama penelitian kepada penulis.
2. Ir. Retnaningsih, M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan seluruh
dosen atas bimbingannya selama penulis belajar di Ilmu Keluarga dan
Konsumen.
3. Ibu Tuti selaku Kepala Bidang Bagian Pemberdayaan Keluarga dan
Perempuan BKBPP (Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan
Perempuan) Kabupaten Cianjur beserta jajarannya yang telah memberikan
rekomendasi dan perizinan untuk lokasi penelitian.
4. Ibu Popon selaku kader di bidang keluarga untuk Kecamatan Haurwangi
yang telah memberikan informasi terkait penelitian.
5. Kepala Desa Sukatani, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur beserta
staff yang telah memberikan izin untuk pengambilan data.
6. Ibu Yuli beserta keluarga yang telah menyediakan tempat tinggal selama
pengambilan data berlangsung.
7. Apa, ibu, dan seluruh keluarga besar atas dukungan, doa dan kasih
sayangnya
8. Widyan Lutfil yang selalu memberikan dukungan dan doa
9. Teman sepayungku Merisa dan satu bimbingan skripsi Nesvi, Aida dan

Salsa.
10. Mba Vivi dan Mba Tika yang turut membantu dan memberikan saran
terkait penelitian
11. Sahabat-sahabatku Devinta, Nunu, Denissa, Ndai, Dinda, Didi dan temanteman IKK 46.
Penulis menyadari bahwa dengan segala keterbatasan yang ada, skripsi ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun. Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna dan
dapat dijadikan sebagai perbandingan maupun penambah pengetahuan para
pembaca.
Bogor, Oktober2013
Rena Ning Larasati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii


DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3


Manfaat Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

4

KERANGKA BERPIKIR

8

METODE

11

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

11


Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

11

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

12

Pengolahan dan Analisis Data

12

Definisi Operasional

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

14


Karakteristik Keluarga

14

Nilai-Nilai Keluarga

16

Komitmen

18

Interaksi Keluarga

19

Potensi Perdagangan Manusia

19


Hubungan antar Variabel

22

Hubunganinteraksi keluarga dengan potensi perdagangan manusia internal

24

Pembahasan

24

SIMPULAN DAN SARAN

26

DAFTAR PUSTAKA

27

LAMPIRAN

30

RIWAYAT HIDUP

45

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Sebaran suami dan istri berdasarkan usia
Sebaran suami dan istri berdasarkan tingkat pendidikan
Sebaran suami dan istri berdasarkan jenis pekerjaan
Sebaran keluarga berdasarkan besar keluarga
Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan keluarga per bulan
Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan keluarga per kapita/bulan
Sebaran berdasarkan nilai-nilai keluarga
Sebaran berdasarkan nilai-nilai keluarga (nilai gender)
Sebaran berdasarkan skor komitmen terhadap nilai-nilai keluarga
Sebaran berdasarkan skor interaksi keluarga
Sebaran keluarga berdasarkan potensi perdagangan internal
Sebaran keluarga berdasarkan potensi perdagangan manusia eksternal
Sebaran keluarga berdasarkan skor potensi perdagangan manusia
Hubungan karakteristik keluarga dengan interaksi keluarga
Hubungan interaksi keluarga dengan potensi perdagangan manusia
internal

14
14
15
15
16
16
17
18
19
19
20
21
22
23
24

DAFTAR GAMBAR
1
2

Kerangka pemikiran nilai-nilai keluarga, interaksi keluarga dan
potensi perdagangan manusia
Metode penarikan contoh

10
11

DAFTAR LAMPIRAN
1 Gambaran lokasi Penelitian
2 Hasil penelitian terdahulu
3 Jenis data, variabel, alat dan cara pengukuran dan skala
4 Sebaran keluarga berdasarkan nilai-nilai keluarga, komitmen, interaksi
keluarga
5 Sebaran keluarga berdasarkan komitmen terhadap nilai-nilai keluarga
6 Sebaran keluarga berdasarkan interaksi keluarga
7 Hasil uji korelasi karakteristik keluarga, nilai-nilai keluarga, komitmen,
interaksi keluarga, dan potensi perdagangan manusia
8 Indepth interview
9 Dokumentasi

30
31
34
35
37
38
39
41
44

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah kasus perdagangan
manusia terbesar dengan 3909 kasus (99.14%) (IOM 2010 dalam PKGA-IPB
2011). Menurut Mashud 2008, Indonesia bersama 22 negara lain dipandang
sebagai sumber trafficking, baik di dalam negeri maupun antar negara. Selain itu
Indonesia dinilai termasuk sumber utama perdagangan perempuan, anak-anak dan
laki-laki, baik budak seks maupn korban kerja paksa (VOA Indonesia 2012). Di
Indonesia kasus Tindak Perdagangan Orang (TPPO) meningkat dari tahun ke
tahun dengan modus penempatan tenaga kerja ke luar negeri (Puspitawati 2012).
Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang melakukan pengiriman terbesar
dalam kasus perdagangan manusia dengan 920 kasus (23.3%) dan Kabupaten
Cianjur merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki
jumlah korban perdagangan manusia terbesar ketiga setelah Kabupaten Indramayu
dan Kabupaten Bandung (PKGA-IPB 2011).
Perdagangan manusia adalah tindakan perekrutan, pengangkutan,
penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan
ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan,
penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau
memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara
maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang
tereksploitasi (UU No 21 Tahun 2007 Pasal 1). Perdagangan manusia di seluruh
dunia didorong oleh proses yang kompleks, namun secara umum adalah faktor
kemiskinan (Neill2010). Indonesiamerupakan negara berkembang yang masih
mengalami masalah pembangunan yaitu kemiskinan. Menurut data Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 2012, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan
September 2012 sebanyak 28 594.60 orang atau 11.66 persen dan total jumlah
penduduk miskin terbesar Indonesia ada di pedesaan yaitu sebanyak 18 086.90
orang atau 14.70 persen.
Kasus perdagangan manusia dan faktor yang berpotensi mendorong
terjadinya perdagangan manusia tentunya tidak terlepas dari peran dan fungsi
keluarga. Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat, keluarga
memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya yang
meliputi agama, psikologis, makan dan minum, dan sebagainya. Tujuan
dibentuknya sebuah keluarga adalah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi
anggota keluarganya (Puspitawati 2012). Kesejahteraan keluarga dapat terwujud
jika keluarga mampu menjalankan fungsi dan perannya dengan baik. Fungsi
keluarga diantaranya adalah fungsi (1) keagamaan; (2) sosial budaya; (3) cinta
kasih; (4) perlindungan; (5) reproduksi; (6) pendidikan; (7) ekonomi; dan (8)
pembinaan lingkungan (BKKBN 1996). Sedangkan peran keluarga dilakukan
untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup seperti seorang ayah memiliki
peran mencari nafkah utama untuk dapat membiayai seluruh kebutuhan hidup
keluarganya. Jika suatu keluarga dapat menjalankan fungsi dan perannya dengan
baik tentunya tidak akan terjerumus pada hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu,

keluarga merupakan suatu tempat atau wadah untuk menanamkan, mewariskan
kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat, dan nilai-nilai dari suatu generasi ke generasi
berikutnya (Sudiasa 1992).
Nilai berfungsi sebagai pengatur sikap atau tindakan dalam keluarga. Nilainilai keluarga perlu dikomunikasikan di dalam keluarga melalui interaksi
keluarga. Interaksi di dalam keluarga meliputi interaksi suami dan istri, interaksi
orang tua dan anak serta interaksi antar saudara (Puspitawati 2013). Interaksi yang
baik dapat berpengaruh baik pada kehidupan keluarga atau sebaliknya interaksi
yang buruk akan berpengaruh buruk pula pada kehidupan keluarga sehingga
menimbulkan permasalahan-permasalahan di dalam keluarga. Desa Haurwangi,
Kabupaten Cianjur merupakan salah satu desa yang masih mengalami masalah
kemiskinan dan menurut BKBPP (Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan
Perempuan) Kabupaten Cianjur, desa tersebut berpotensi pada kasus perdagangan
manusia. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di desa
tersebut untuk mengidentifikasi nilai-nilai keluarga, interaksi keluarga dan potensi
perdagangan manusia.
Perumusan Masalah
Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat
yang memiliki luas wilayah sekitar 3 501.48 km² (BPS 2010). Menurut sensus
penduduk 2000, penduduk Cianjur mencapai 1 931 480 jiwa yang terdiri dari
penduduk laki-laki sebanyak 982 164 jiwa dan perempuan 949 676 jiwa dengan
laju pertumbuhan penduduk 2.23 persen (Cianjurkab.go.id). Kabupaten Cianjur
sendiri masih belum terlepas dari masalah kemiskinan walaupun data BPS
menunjukan bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Cianjur tiap tahunnya
mengalami penurunan. Tahun 2010 presentase jumlah penduduk miskin di
Kabupaten Cianjur sebanyak 14.32%, padahal pada tahun 2008 presentase jumlah
penduduk miskin di Kabupaten Cianjur sebanyak 15.38%. Presentase jumlah
penduduk miskin terbanyak terjadi pada tahun 2006, yaitu sebanyak 19.81%.
Kemiskinan dapat mendorong terjadinya berbagai permasalahan di dalam
keluarga dan dapat memicu merosotnya komitmen pada nilai-nilai keluarga,
seperti kasus perceraian, KDRT, bahkan sampai pada kasus perdagangan manusia.
Data terakhir hasil perhitungan Kementerian Agama RI di tahun 2009 tercatat
terjadinya 250 ribu kasus perceraian di Indonesia. Angka ini setara dengan 10
persen dari jumlah pernikahan di tahun 2009 sebanyak 2.5 juta. Jumlah perceraian
tersebut naik 50 ribu kasus dibanding tahun 2008 yang mencapai 200 ribu
perceraian (Bolang 2012). Sementara itu, untuk kasus KDRT menurut data komisi
nasional anti kekerasan terhadap perempuan, kasus KDRT di Indonesia pada
tahun 2006 berjumlah 16 709 kasus, tahun 2007 mencapai 22 517 kasus, tahun
2008 mengalami peningkatan hingga mencapai 35 398 kasus dan di tahun 2009
meningkat kembali menjadi 56 000 kasus (Komnas Perempuan 2012).
Ketidakmampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup menyebabkan
keluarga akan lebih memfokuskan pada permasalahan sosial ekonominya.
Kesulitan ekonomi keluarga sering kali memperparah kesenjangan gender dalam
keluarga seperti memaksa anak dan perempuan bekerja dengan menghadapi risiko
yang tinggi untuk dieksploitasi secara berlebihan, diperparah dengan pemberian

gaji yang sangat murah dan sering diperlakukan tidak manusiawi (Puspitawati
2012). Permasalahan sosial ekonomi yang dihadapi oleh keluarga dapat dijadikan
sebagai cermin nilai-nilai keluarga yang dianut. Jika keluarga memiliki komitmen
yang kuat terhadap nilai-nilai keluarga yang dianut, permasalahan sosial ekonomi
tidak akan menjadi suatu faktor yang menyebabkan keluarga matrealistis dan
melupakan nilai-nilai keluarga yang dianut. Selain itu, kasus yang biasanya terjadi
terkait masalah sosial ekonomi adalah terdapat keluarga yang rela menjebloskan
anggota keluarganya ke dalam perdagangan manusia. Padahal keluarga sendiri
merupakan unit pertama yang seharusnya bisa melindungi anggota keluarganya
dari masalah perdagangan manusia. Namun pada kenyataannya masih ada
keluarga yang berpotensi untuk menjadikan salah satu anggota keluarganya
sebagai orang yang diperdagangkan demi memenuhi kebutuhan hidup keluarga.
Hal ini menunjukan bahwa nilai-nilai keluarga yang dianut telah mengalami
kemerosotan.
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bermaksud
menganalisis masalah sebagai berikut
1. Bagaimana nilai-nilai keluarga yang dianut?
2. Bagaimana interaksi keluarga?
3. Bagaimana potensi perdagangan manusia?
4. Bagaimana hubungan interaksi keluarga dengan potensi perdagangan
manusia?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Menganalisis hubungan antara nilai-niai keluarga, interaksi keluarga dengan
potensi perdagangan manusia.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi nilai-nilai keluarga yang dianut
2. Mengidentifikasi interaksi keluarga
3. Mengidentifikasi potensi perdagangan manusia
4. Menganalisis hubungan interaksi keluarga dengan potensi perdagangan
manusia pada keluarga

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi masyarakat
mengenai kasus perdagangan manusia yang dialami oleh para perempuan
sehingga masyarakat dapat berhati-hati lagi dalam mengambil keputusan agar
tidak terjerumus pada kasus perdagangan manusia. Selain itu diharapkan dapat
memberikan informasi kepada masyarakat dalam mewaspadai dan mencegah
tindakan perdagangan manusia sehingga potensi perdagangan manusia dapat
dikurangi. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan ilmu keluarga dan menjadi landasan bagi pengembangan
penelitian-penelitian pada masa yang akan datang. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi lembaga yang berkaitan langsung
dengan kasus perdagangan manusia.

TINJAUAN PUSTAKA
Keluarga
Keluarga adalah unit sosial-ekonomi terkecil dalam masyarakat yang
merupakan landasan dasar dari semua institusi masyarakat dan negara.Sebagai
unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi
kebutuhan anaknya yang meliputi agama, psikologis, makan, dan minum.Tujuan
dibentuknya keluarga adalah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi anggota
keluarganya. Keluarga yang sejahtera diartikan sebagai keluarga yang dibentuk
berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan fisik dan
mental yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki
hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota keluarga dan antar
keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya (Landis 1989;BKKBN 1992,
diacu dalam Puspitawati 2012). Keluarga terdiri atas komposisi orang-orang yang
disatukan dalam perkawinan, darah, atau adopsi. Hubungan antara suami dan istri
adalah hubungan pernikahan dan hubungan antara orang tua dan anak biasanya
berdasarkan hubungan darah atau adopsi. Keluarga saling berinteraksi dan saling
berkomunikasi yang memerankan peran sosial dari suami dan istri, ibu, ayah, anak
laki-laki dan anak perempuan serta saudara laki-laki dan saudara perempuan. Di
dalam keluarga seseorang dibesarkan, bertempat tinggal, berinteraksi satu dengan
yang lain, dibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran, dan kebiasaannya dan
berfungsi sebagai saksi segenap budaya luar, dan mediasi hubungan anak dan
lingkungannya (Wahyuningsih 2012).

Teori Struktural Fungsional
Pendekatan struktural fungsional adalah pendekatan teori sosiologi yang
diterapkan dalam institusi keluarga.Keluarga sebagai sebuah institusi dalam
masyarakat memiliki prinsip-prinsip serupa yang terdapat dalam kehidupan sosial
masyarakat. William F. Ogburn dan Talcott Parsons adalah para sosiolog ternama
yang mengembangkan pendekatan struktural fungsional dalam kehidupan
keluarga pada abad ke-20. Pendekatan teori ini mengakui adanya segala
keragaman dalam kehidupan sosial yang kemudian diakomodasi dalam fungsi
sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur sebuah sistem (Megawangi 1999).
Teori struktural fungsional berangkat dari asumsi bahwa suatu masyarakat terdiri
dari berbagai bagian yang saling mempengaruhi.Teori ini mencari unsur-unsur
mendasar yang berpengaruh di dalam suatu masyarakat, mengklasifikasi fungsi
setiap unsur dan menerangkan bagaimana fungsi unsur-unsur tersebut bekerja di
dalam masyarakat. Paradigma ini didasarkan pada dua asumsi dasar, yaitu : (1)
masyarakat terbentuk atas substruktur-substruktur yang dalam fungsi mereka
masing-masing, saling bergantungan sehingga perubahan yang terjadi di dalam
fungsi satu substruktur akan mempengaruhi pada substruktur lainnya, (2) setiap
substruktur yang telah mantap akan menopang aktivitas-aktivitas atau substruktur
lainnya (Puspitawati 2009).

Nilai-nilai dalam Keluarga
Keluarga merupakan sebuah lingkungan pertama di mana sebuah ajaran dan
pandangan tentang kehidupan diajarkan, disosialisasikan, dan ditanamkan.
Keluarga juga merupakan suatu wadah yang mana suatu nilai diproses dan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berlaku bagi masyarakat mana
saja dan golongan sosial apapun. Para struktural-fungsionalis yang konservatif
sangat percaya akan pentingnya institusi keluarga dalam menciptakan kedamaian
dan kemakmuran masyarakat. Suatu gagasan yang memiliki kekuatan untuk
ditransformasikan pada masyarakat juga berawal dari organisasi kecil yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak-anak ini. Nilai-nilai keluarga dapat dipandang sebagai
struktur yang dapat menguatkan. Perubahan zaman membuat nilai-nilai menjadi
terancam sehingga sangat penting untuk menjaga tradisi dan nilai-nilai hidup.
Tanpa adanya nilai-nilai keluarga, keluarga akan goyah dan gagal (Blessing
2013). Oleh karena itu kita bisa melihat betapa pentingnya suatu keluarga dalam
membentuk nilai-nilai yang beredar dalam masyarakat.

Komitmen
Nilai adalah kepercayaan atau segala sesuatu yang dianggap penting oleh
seseorang atau masyarakat. Nilai bisa berarti sebuah kepercayaan tentang suatu
hal, namun bukan hanya kepercayaan. Nilai mengarahkan seseorang untuk
berperilaku yang sesuai dengan budayanya (Sumarwan 2004). Seseorang
mempunyai nilai yang didasarkan pada nilai inti dari masyarakat tempat mereka
tinggal, tetapi dimodifikasi oleh nilai dari kelompok lain dimana mereka menjadi
anggotanya dan situasi kehidupan individual atau kepribadian (Engel J, dkk
1994). Nilai komitmen diperlukan dalam membangun sebuah keluarga karena
dengan terbangunnya nilai komitmen yang kuat dapat mengemban semua
konsekuensi yang hadir ketika formasi keluarga telah terbentuk. Menurut Lestari
2012, keluarga yang memiliki komitmen dapat meraih suatu keberhasilan dan
terdapat suatu kesetiaan terhadap keluarga dan kehidupan keluarga menjadi
prioritas.

Interaksi Keluarga
Proses interaksi sosial dalam keluarga merupakan proses interaksi sosial
yang pertama dan paling intens. Walgito (1997) diacu dalam Rayyani (2009)
menjelaskan interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan
individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lainnya atau
sebaliknya. Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak
memenuhi dua syarat, yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Menurut
pendekatan interaksionis faktor yang menentukan dalam upaya untuk memahami
prilaku keluarga adalah kajian terhadap interaksi antara para anggota keluarga dan
interpretasi apa yang para individu bersangkutan berikan pada interaksi tersebut.
Karena para anggota keluarga secara terus-menerus saling mempengaruhi maka
keluarga adalah suatu unit sosial yang senantiasa tumbuh, berkembang dan
bersifat dinamis (Ihromi 1999, diacu dalam psychologymania). Dengan kata lain

pendekatan interaksi melihat keluarga sebagai unit interaksi personal, dimana
ayah, ibu, dan anak-anak akan saling menjalin hubungan dalam interaksi dan
komunikasi. Pendekatan ini juga melihat bagaimana individu memainkan
perannya masing-masing dalam keluarga dan bagaimana mereka memikirkan dan
merasakan apa yang mereka lakukan dalam keluarga mereka dan terhadap
anggota keluarga lainnya. Menurut Dewi RR (2012) situasi dalam keluarga secara
langsung dan tidak langsung akan membentuk kualitas interaksi yang terjadi
antara ibu dan anak.

Potensi Perdagangan Manusia
Perdagangan manusia adalah perekrutan, pengiriman, pemindahan,
penampungan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman atau penggunaan
kekerasan atau bentuk-bentuk pemaksaan lain, penculikan, penipuan, kecurangan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, atau memberi atau menerima
bayaran atau manfaat untuk memperoleh izin dari orang yang mempunyai
wewenang atas orang lain untuk tujuan eksploitasi. Perdagangan manusia
merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.Perdagangan manusia juga
merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk dari pelanggaran harkat dan
martabat manusia, oleh karena itu merupakan suatu tindak pidana (UndangUndang Nomor 21 Tahun 2007). Merujuk pada UN Protocol to Prevent, Suppress
and Punish Trafficking in Persons, Espsecially Women and Children (2000) yang
diacu dalam Mashud 2008, perdagangan manusia setidaknya terdiri atas tiga
komponen: (1) rekrutmen, (2) transportasi, (3) perbatasan. Rekrutmen meliputi
semua aktivitas proses perpindahan dari tempat asal, bisa dari tempat kelahiran
atau tempat pertama dimana perempuan diajak (diluar tempat kelahirannya), atau
tempat dimana mereka bertempat tinggal. Transportasi meliputi proses pergerakan
dari tempat asal atau tempat dimana korban pertama kali ditemukan menuju ke
tempat tujuan. Selama dalam perjalanan, korban sangat mungkin transit di
beberapa tempat sebelum mencapai daerah tujuan.
Penyebab utama dari perdagangan manusia adalah ganda dan kompleks.
Faktor dorongan dapat diidentifikasi dengan berbagai cara. Kesempatan kerja
rendah, kerentanan sosial, kerentanan ekonomi, urbanisasi dan migrasi. Di sisi
lain, upah kerja atau buruh paksa, migrasi tenaga kerja dan prostitusi, mitos
budaya dan lain-lain dianggap faktor penarik bagi perdagangan anak perempuan
(Hoque 2010). Penelitian mengenai perdagangan wanita yang dilakukan di lima
negara, yaitu Indonesia, Filiphina, Thailand, Venezuela, dan Amerika Serikat
menemukan sembilan faktor penyebab meningkatnya perdagangan manusia di
seluruh dunia (Raymond 2001). Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Pengaruh kebijakan perekonomian global. Banyak sektor pelayanan yang
menjadi indikator, seperti pendidikan, pelayanan kesehatan, dan
kesejahteraan sosial yang sekarang sudah dikelola oleh swasta menyebabkan
bertambahnya beban bagi keluarga yang harus membayar untuk pelayanan
ini.
2. Semakin mengglobalnya industri seks dengan metode perekrutan dan
transportasi yang dibuat dalam jaringan trafficking yang semakin luas dan
modern.

3. Permintaan pria untuk pelayanan seksual adalah pasar yang tidak pernah
jenuh.
4. Struktur sosial hampir di seluruh dunia dibangun dalam ketidakadilan bagi
wanita dan menyebabkan ketergantungan secara ekonomi pada pria dan
suami pada umumnya.
5. Anggapan bahwa tubuh wanita merupakan objek seks dan dapat
diperjualbelikan.
6. Kekerasan seksual terhadap anak-anak, menempatkan wanita muda untuk
bekerja di dunia prostitusi.
7. Stereotipe bahwa eksotis berarti erotis menyebabkan permintaan akan
wanita asing untuk memasuki dunia prostitusi mengalami peningkatan.
8. Peperangan atau konflik militer menyebabkan permintaan wanita untuk
ditempatkan di tempat konflik sebagai pelayan seksual untuk pria pasukan.
9. Kebijakan pembatasan imigrasi menyebabkan hilangnya kesempatan kerja
dengan dokumen berpergian yang sah.
Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, dan daya. Biasanya potensi dipengaruhi
dari lingkungan internal dan eksternal keluarga. Faktor dari dalam keluarga turut
berperan serta dalam menjerumuskan wanita ke dalam perdagangan manusia.

KERANGKA BERPIKIR
Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat, keluarga
memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya yang
meliputi agama, psikologis, makan dan minum, dan sebagainya. Keluarga
memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Peran keluarga disesuaikan dengan
tahapan perkembangan keluarga. Diharapkan peran dan fungsi tersebut dapat
mengantarkan keluarga pada satu tujuan yaitu terwujudnya keluarga sejahtera dan
berkualitas. Keluarga yang sejahtera diartikan sebagai keluarga yang dibentuk
berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan fisik dan
mental yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan
yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota keluarga serta antar keluarga
dengan masyarakat dan lingkungannya (BKKBN 1992).
Salah satu teori yang melandasi studi keluarga adalah teori struktural
fungsional. Pendekatan teori struktural fungsional menekankan pada
keseimbangan sistem yang stabil dalam keluarga dan kestabilan sistem sosial
dalam masyarakat. Konsep struktural fungsional sendiri salah satunya adalah
adanya pembagian peran, tugas dan tanggung jawab, menjalankan fungsi,
memiliki aturan atau nilai-nilai dalam keluarga dan memiliki tujuan (Puspitawati
2013). Karakteristik keluarga dapat memperlihatkan bagaimana keadaan suatu
keluarga, seperti keadaan ekonominya yang dapat dilihat dari pendapatan keluarga
yang diperoleh. Jika keluarga berada dalam kategori miskin tentunya keluarga
memiliki permasalahan dalam hal ekonomi dan dari permasalahan ekonomi yang
dihadapi tersebut akan memperlihatakan masih dipegang atau tidaknya nilai-nilai
keluarga yang dianut. Dalam level individu, nilai merupakan representasi sosial
atau keyakinan moral yang diinternalisasikan dan digunakan orang sebagai dasar
rasional terakhir dari tindakan-tindakannya (Lestari 2012). Nilai-nilai keluarga
sangat penting dimiliki karena dapat membentengi atau mengatur setiap anggota
keluarga dalam berperilaku sehingga diperlukan komitmen agar nilai-nilai
keluarga dapat tertanam kuat di dalam sebuah keluarga. Nilai-nilai keluarga yang
dimaksud adalah pemaknaan keluarga terhadap makna keluarga, makna
pernikahan, makna pasangan, makna anak yang termasuk ke dalam makna nilai
keluarga sedangkan makna anak laki-laki, makna anak perempuan, makna
pendidikan anak laki-laki, dan makna pendidikan anak perempuan termasuk ke
dalam makna nilai gender.
Selain itu, nilai-nilai keluarga harus didukung juga oleh interaksi keluarga
agar nilai-nilai keluarga dapat dimaknai dengan baik dan diaplikasikan oleh
anggota keluarga dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Interaksi di dalam
keluarga meliputi interaksi suami dan istri, interaksi orang tua dan anak serta
interaksi dengan saudara (Puspitawati 2013). Pensosialisasian nilai-nilai keluarga
melalui interaksi dapat mencegah terjadinya permasalahan-permasalahan dalam
keluarga karena segala macam konflik yang timbul di dalam keluarga berakar dari
interaksi keluarga yang kurang baik. Salah satu permasalahan yang banyak
dihadapi oleh keluarga di Indonesia adalah permasalahan sosial ekonomi atau
kemiskinan. Permasalahan sosial ekonomi di era globalisasi dapat menyebabkan
merosotnya komitmen terhadap nilai-nilai keluarga yang sudah dipegang di dalam
keluarga sehingga dapat berpotensi pada kasus perdagangan manusia internal.

Potensi perdagangan manusia internal juga tidak terlepas dari karakteristik
lingkungan karena karakteristik lingkungan merupakan bagian dari potensi
perdagangan manusia eksternal. Jika dalam lingkungan terdapat tempat prostitusi
atau hal-hal yang dapat berpotensi pada kasus perdagangan manusia dan nilainilai keluarga serta interaksi dalam keluarga tidak dapat dijalankan dengan baik
dan benar maka keluarga bisa berpotensi pada kasus perdagangan manusia.
Kerangka pemikiran ini digambarkan secara lengkap pada Gambar 1.

Karakteristik keluarga:
- Usia
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Besar keluarga
- Jumlah anak
- Pendapatan
keluarga/bulan
- Pendapatan per kapita

Karakteristik lingkungan
- Potensi eksternal

Nilai-nilai keluarga:
- Makna keluarga
- Makna pernikahan
- Makna pasangan
- Makna anak
- Makna anak laki-laki
- Makna anak perempuan
- Makna pendidikan bagi
anak laki-laki
- Makna pendidikan bagi
anak perempuan
- Komitmen

Interaksi keluarga
- Interaksi suami istri
- Interaksi orang tua dan anak
- Interaksi dengan saudara

Potensi perdagangan
manusia:
- Potensi internal

Gambar 1 Kerangka pemikiran nilai-nilai keluarga, interaksi keluarga dan potensi perdagangan manusia

METODE
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
Disain penelitian ini adalah Cross Sectional Study, yaitu penelitian yang
dilakukan pada suatu waktu tertentu. Pemilihan tempat penelitian dilakukan
secara sengaja (purposive)di Desa Sukatani, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten
Cianjur, Provinsi Jawa Barat dengan pertimbangan bahwa pengirim terbesar
dalam kasus perdagangan manusia adalah Provinsi Jawa Barat dengan kasus
(23.3%) dan Kabupaten Cianjur menduduki peringkat keenam dalam kasus
terjadinya perdagangan manusia di Indonesia (IOM 2010 dalam PKGA-IPB
2011). Pemilihan Kecamatan Haurwangi merupakan rekomendasi dari BKBPP
(Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan) yang menyebutkan
bahawa lokasi tersebut memiliki jumlah terbanyak untuk potensi perdagangan
manusia dibandingkan dengan daerah lainnya yang berada di Kabupaten Cianjur.
Penelitian dilakukan melalui tahap persiapan, pengumpulan data, pengolahan data,
analisis data dan penulisan laporan. Waktu pengambilan data mulai dilakukan dari
pada bulan Mei 2013.

Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh
Populasi pada penelitian ini adalah keluarga yang berada pada kriteria
miskin. Penelitian ini menggunakan teknik nonprobability sampling
denganpurposive melalui pemilihan data yang tersedia di Desa Sukatani.
Penelitian ini merupakan penelitian payung dengan topik potensi perdagangan
manusia yang terjadi pada keluarga miskin di Desa Sukatani, Kecamatan
Haurwangi, Kabupaten Cianjur. Jumlah contoh adalah 60 istri pada keluarga
miskin dengan alasan memenuhi batas minimal statistik dan ini merupakan
penelitian eksploratif. Metode penarikan contoh digambarkan secara lengkap pada
Gambar 2.
Purposive

Purposive menurut
BKBPP

Purposive menurut
kriteria contoh

Purposive

Kabupaten Cianjur

Kecamatan
Haurwangi

Desa Sukatani

n=60
Gambar 2Metode penarikan contoh

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer didapatkan dari wawancara langsung kepada responden
dengan menggunakan alat bantu kuesioner terstruktur. Data sekunder meliputi
gambaran umum lokasi penelitian. Potensi perdagangan manusia diukur
menggunakan instrumen dari Nurafifah (2012) yang dimodifikasi oleh penulis dan
dibawah bimbingan Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc. Nilai-nilai keluarga,
komitmen terhadap nilai-nilai keluarga, interaksi keluarga merupakan modifikasi
dari instrumen Puspitawati (2012) serta disusun oleh penulis. Pengukuran
variabel-variabel penelitian secara lengkap terdapat pada Lampiran 3.

Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dengan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner
melalui tahap pengolahan data, yaitu tahap editing, entry, coding, scoring,
cleaning dan analyzing. Analisis data menggunakan program Microsoft Excel
dan SPSS. Penelitian ini menggunakan analisis data seperti : (1) Analisis
deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik keluarga meliputi usia,
status dalam keluarga, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,
pendapatan keluarga per bulan, pendapatan per kapita, dan besar keluarga. Jenis
kelamin dikategorikan laki-laki dan perempuan. Menurut BKKBN besar keluarga
dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu kecil (≤4 orang), sedang (5-7 orang),
dan besar (≥ 8 orang). Tingkat pendidikan dikelompokan menjadi tidak
bersekolah, SD, SMP, SMA/SMK, Perguruan Tinggi. Pekerjaan dikelompokkan
menjadi petani/buruh tani, buruh pabrik, buruh bangunan, pedagang, wiraswasta,
PNS, karyawan swasta, dan lainnya. Pendapatan per kapita per bulan diperoleh
dari total pendapatan keluarga dalam sebulan dibagi jumlah anggota keluarga.
Pendapatan keluarga per bulan diperoleh dari total pendapatan saat ini baik yang
berasal dari pendapatan seluruh anggota keluarga dan penerimaan diluar
pendapatan selama satu bulan. Analisis deskriptif yang digunakan antara lain:
nilai maksimum, minimum, rata-rata dan standar deviasi; (2) Analisis inferensia
yang digunakan, yaitu uji korelasi Pearson. Uji korelasi Pearson digunakan pada
saat melakukan pengolahan data variabelinteraksi keluarga, dan potensi
perdagangan manusia diubah dari bentuk skor menjadi bentuk rasio dengan cara
indeks. Interaksi keluarga memiliki pernyataan “tidak pernah” diberi skor 1,
“kadang-kadang” diberi skor 2, dan “sering” diberi skor 3.
Indeks=

x100

Setelah mendapatkan indeks setiap variabel, selanjutnya indeks
dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Menentukan
cut off interaksi keluargadan potensi perdagangan manusia, maka dicari interval
kelasnya (Slamet 1993) dengan menggunakanrumus berikut :
Interval kelas =

Berdasarkan interval kelas yang telah ditentukan, maka pengkategorian tiap
variabel menggunakan rumus berikut :
a. Rendah : skor minimum ≤ x ≤ skor minimum + IK
b. Sedang : skor minimum + IK < x ≤ skor minimum + 2 IK
c. Tinggi : skor minimum + 2 IK < x ≤ skor maksimum
Dengan menggunakan rumus di atas, maka interval kelas untuk variabelvariabel tersebut yaitu :
Interval kelas =
Dengan demikian cut off bagi nilai-nilai keluarga, interaksi keluarga dan
potensi perdagangan manusia, yaitu :
a. Rendah : 0%-33.3%
b. Sedang : 33.4%-66.6%
c. Tinggi : 66.7%-100%

Definisi Operasional
Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga
Interaksi keluarga adalah tindakan yang terjadi pada anggota keluarga yang
mempunyai dampak saling menguntungkan atau berpengaruh
Karakteristik keluarga adalah kondisi atau keadaan keluarga yang dapat dilihat
dari demografi dan keadaan sosial ekonomi keluarga
Karakteristik lingkungan adalah kondisi atau keadaan lingkungan sekitar
keluarga
Keluarga adalah unit sosial terkecil di dalam masyarakat yang di dalamnya
terdapat peran dan fungsi yang harus dijalankan untuk mencapai keluarga
yang berkualitas
Komitmen adalah keteguhan dan kesungguhan yang kuat dalam memaknai nilainilai yang dianut
Nilai-nilai keluarga adalah sesuatu yang dianggap penting yang dianut dalam
sebuah keluarga dan menjadi tolak ukur dalam berperilaku sehari-hari
Pekerjaan adalah status pekerjaan saat pengambilan data berlangsung
Pendapatan keluarga per bulan adalah diperoleh dari total pendapatan saat ini
baik yang berasal dari pendapatan seluruh anggota keluarga dan penerimaan
diluar pendapatan selama satu bulan
Pendapatan per kapita adalah Pendapatan total keluarga dibagi dengan jumlah
anggota keluarga
Perdagangan manusia adalah penjualan manusia, baik sebagai pekerja seks
komersial maupun perdagangan organ tubuh manusia
Potensi eksternal adalah potensi yang berasal dari luar lingkungan keluarga
Potensi internal adalah potensi yang berasal dari dalam keluarga
Potensi adalah suatu hal yang mendorong terjadinya suatu tindakan
Tingkat pendidikan suami dan istri adalah diukur berdasarkan jenjang
pendidikan formal terakhir yang dikategorikan menjadi Tidak sekolah, SD,
SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

Trafficking adalah perekrutan, pengiriman, pemindahan seseorang dengan
ancaman atau bentuk kekerasan, penipuan untuk tujuan eksploitasi
Usia suami dan istri adalah usia yang diambil ketika pengambilan data
berlangsung

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Karakteristik Keluarga
Usia Suami dan Istri
Hampir dari separuh suami (43.3%) berada pada kategori dewasa awal dan
dewasa madya. Usia suami paling muda 21 tahun dan usia paling tua 70 tahun.
Terdapat lima keluarga responden yang tidak memiliki suami disebabkan telah
meninggal dunia ataupun bercerai. Sehingga total suami pada penelitian ini 55
orang. Lebih dari separuh istri (61.7%) berada pada kategori dewasa awal
sedangkan satu pertiga (33.3%) istri berada pada kategori dewasa madya. Usia
istri paling muda 18 tahun dan usia paling tua 66 tahun. Sebaran suami dan istri
berdasarkan usia terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1 Sebaran suami dan istri berdasarkan usia
Sebaran usia (tahun)
Dewasa awal (18-40)
Dewasa madya (41-60)
Dewasa tua (>60)
Total
Min-Maks
Mean± Stdev

Suami
n
26
26
3
55

Istri
%
43.3
43.3
5.0
91.7

n
37
20
3
60

21-70
38.8 ± 16.649

%
61.7
33.3
5.0
100.0
18-80
38.7 ± 13.209

Lama Pendidikan Suami dan Istri
Sebagian besar (80%) suami dan hampir seluruh (93.3%) istri menempuh
pendidikan SD. Terdapat (1.7%) atau satu orang istri saja yang tidak tamat SD
sehingga dikategorikan tidak sekolah.Tingkat pendidikan tertinggi pada
suami(3.3%) dan istri (1.7%) adalah SMA. Sebaran suami dan istri menurut
tingkat pendidikan disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2 Sebaran suami dan istri berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA/SMK
Perguruan Tinggi (PT)
Total
Min-Maks
Mean±Stdev

Suami
n
0
48
5
2
0
55

Istri
%
0
80
8.3
3.3
0
91.7

6-12
5.95±2.243

n
1
56
2
1
0
60

%
1.7
93.3
3.3
1.7
0
100.0
0-12
6.10±1.231

Jenis Pekerjaan Suami dan Istri
Jenis pekerjaan suami merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan
besar pendapatan keluarga yang diperoleh.Tabel 3 yang menunjukan jenis
pekerjaan buruh tani paling banyak (50%). Hal ini dikarenakan lokasi penelitian
memiliki area persawahan yang cukup luas sehingga sebagian suami memilih
bekerja sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.
Sedangkan untuk jenis pekerjaan istri sebagian besar (86.7%) adalah tidak bekerja
dan memilih menjadi ibu rumah tangga dalam kesehariannya tanpa memiliki
pekerjaan sampingan lainnya. Namun, terdapat juga istri yang ikut bekerja dengan
suaminya menjadi buruh tani (6.7%). Sebaran suami dan istri berdasarkan jenis
pekerjaan terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3 Sebaran suami dan istri berdasarkan jenis pekerjaan
Tingkat pendidikan
Buruh tani
Buruh pabrik
Buruh bangunan
Pedagang
Wiraswasta
PNS
Karyawan swasta
Lain-lain
Tidak bekerja
Total

Suami
n
30
7
3
9
1
0
2
3
0
55

Istri
%
50.0
11.7
5.0
15.0
1.7
0
3.3
5.0
0
91.7

n
4
1
0
2
0
0
0
1
52
60

%
6.7
1.7
0
3.3
0
0
0
1.7
86.7
100.0

Besar Keluarga
Besar keluarga adalah jumlah total seluruh anggota keluarga yang tinggal
dalam satu rumah. Menurut BKKBN besar keluarga dikategorikan menjadi tiga,
yaitu kecil (≤ 4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (≥ 8 orang). Tabel 4
menyajikan sebaran besar keluarga, kurang dari separuh (45%) keluarga contoh
merupakan kategori keluarga kecil dan sedang. Jumlah anggota keluarga paling
kecil dalam penelitian ini adalah tiga orang (memiliki satu anak) dan jumlah
anggota keluarga paling besar adalah sebelas orang (memiliki sembilan anak).
Tabel 4 Sebaran keluarga berdasarkan besar keluarga
Besar keluarga (orang)*
Kecil (≤4 orang)
Sedang (5-7 orang)
Besar (≥8 orang)
Total
Min-Maks
Mean±Stdev

n
27
27
6
60

%
45.0
45.0
10.0
100.0
3-11
5.00±1.707

*Kategori menurut BKKBN
Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga adalah sejumlah uang yang diperoleh oleh anggota
keluarga dari hasil kerja yang dilakukannya. Pendapatan keluarga tidak hanya
dapat diperoleh dari suami atau kepala keluarga saja, tetapi dapat diperoleh juga

dari hasil kerja istri atau anak yang telah bekerja. Pendapatan terkecil keluarga
contoh adalah Rp150 000 per bulan dan pendapatan terbesar keluarga contoh
adalah Rp1 500 000 per bulan dengan pendapatan keluarga per bulan rata-rata
Rp429 166.67 yang dapat dilihat pada Tabel 5. Jika mengacu pada UMR
Kabupaten Cianjur tahun 2013 yaitu Rp970 000 (Pemprov 2013) hanya sebanyak
3.4 persen keluarga contoh yang memiliki pendapatan keluarga per bulan diatas
UMR.
Tabel 5 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan keluarga per bulan
Pendapatan keluarga/bulan
150 000 - 600 000
601 000 – 1051 000
≥1052 000
Total
Min-Maks
Mean±Stdev

n
53
6
1
60

%
88.3
10.0
1.7

Rp150 000-Rp1500 000
Rp429 166.67 ± Rp230 565.198

Pendapatan Keluarga Per Kapita
Pendapatan keluarga per kapita adalah total pendapatan keluarga per bulan
dibagi dengan jumlah anggota keluarga. Tujuan menghitung pendapatan keluarga
per kapita adalah untuk mengetahui jumlah pendapatan yang layak dalam
memenuhi kebutuhan minimal serta dapat mengetahui keluarga miskin atau tidak
miskin.Tabel 6 menunjukan bahwa hampir seluruh (93.3%) keluarga contoh
termasuk dalam keluarga miskin. Pendapatan per kapita minimum Rp18 750 dan
pendapatan per kapita maksimum Rp300 000.
Tabel 6 Sebaran keluarga berdasarkan pendapatan keluarga per kapita/bulan
Pendapatan per kapita*
Miskin (< Rp202 438)
Hampir Miskin (Rp202 438-Rp404 876)
Menengah ke atas (>Rp404 876)
Total
Min-Maks
Mean±Stdev

n
56
4
0
60

%
93.3
6.7
0
100
Rp18 750-Rp300 000
Rp96 888.20±Rp63 644.960

*Garis Kemiskinan Kabupaten Cianjur (BPS 2012) sebesar Rp202 438.00 menggunakan
*Kriteria menurut Puspitawati (2009) dalam Laporan: Survei Kepuasan Orang Tua terhadap Pelayanan
Pendidikan Dasar yang disediakan oleh Sistem Desentralisasi Sekolah (Miskin: 2GK

Nilai-Nilai Keluarga
Hasil penelitian menunjukan bahwa keluarga masih memiliki nilai-nilai
keluarga yang dianut seperti keluarga setuju bahwa arti keluarga merupakan
sumber kebahagiaan, kenyamanan dan ketentraman (100%), tempat untuk berbagi
suka dan duka (100%). Keluarga masih memaknai arti perkawinan dengan baik.
Keluarga setuju bahwa perkawinan merupakan ikatan suci (100%) yang bertujuan
untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah (91.7%)
walaupun ada beberapa responden yang telah bercerai dengan suaminya. Namun,
mereka masih mengharapkan perkawinan yang lebih baik lagi. Keluarga masih
memaknai pasangan sebagai pemimpin dalam keluarga (100%) dan pencari
nafkah utama (95%). Hanya ada satu responden yang sudah tidak memiliki suami,

baik itu suaminya telah meninggal atau bercerai. Menurutnya suami sudah tidak
dapat dikatakan lagi sebagai pencari nafkah utama dan pelindung keluarga.
Keluarga masih memaknai arti anak dengan baik seperti anak sebagai titipan
Tuhan YME dan penerus keturunan keluarga (100%).Walaupun ada sebagian
anak dari responden yang sudah diajarkan untuk mencari nafkah keluarga (96.6%)
untuk meningkatkan taraf hidup keluarga (98.3%).Makna keluarga, makna
pernikahan, makna pasangan dan makna anak merupakan bagian dari pemaknaan
terhadap nilai-nilai keluarga. Sebaran berdasarkan pemaknaan keluarga terhadap
nilai-nilai keluarga dapat dilihat pada Tabel 7 dan untuk hasil selengkapnya tersaji
dalam Lampiran 4.
Tabel 7 Sebaran berdasarkan nilai-nilai keluarga
No

TS
(1)
n

%

KS
(2)
n
%

0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0

7
0
0
0
2
0

11.7
0
0
0
3.3
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

5
2

8.3
3.3

0
3

0
5.0

0
0
60 100
14 23.3 43 71.7

3
3
3

5.0
5.0
5.0

1
0
0

1.7
0
0

56 93.3
57 95
57 95

0
0
0
1
1

0
0
0
1.7
1.7

0
0
0
1
0

0
0
0
1.7
0

60 100
60 100
60 100
58 96.6
59 98.3

Pernyataan

Makna Keluarga
1 Sekelompok orang yang memiliki hubungan darah
2 Tempat berbagi suka dan duka
3 Sumber kebahagiaan, kenyamanan dan ketentraman
4 Tempat untuk meneruskan generasi/keturunan
5 Sandaran hidup/tulang punggung
6 Harta yang paling berharga
Makna Perkawinan
Penyatuan antara laki-laki dan perempuan yang sah secara
7
agama dan hokum
8 Suatu ikatan yang suci dan sacral
Untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawadah dan
9
warahmah
10 Suatu komitmen masa depan dan tanggung jawab
Makna Pasangan
Suami adalah seorang imam atau pemimpin di dalam
11
keluarga
12 Keputusan keluarga suami yang menentukan
Seseorang yang menjadi teman dalam berbagi suka dan
13
duka
14 Pencari nafkah dan pelindung keluarga
15 Penentu kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga
Makna Anak
16 Titipan dan anugerah dari Tuhan YME
17 Buah cinta dalam suatu perkawinan
18 Penerus keturunan keluarga
19 Pencari nafkah tambahan keluarga
20 Meningkatkan taraf hidup keluarga
Keterangan: TS=Tidak Setuju; KS=Kurang Setuju; S=Setuju

S
(3)
n

53 88.3
60 100
60 100
60 100
58 96.7
60 100

60
60

%

100
100

55 91.7
58 96.7

Keluarga setuju bahwa anak laki-laki merupakan calon pencari nafkah
utama dalam keluarga sehingga anak laki-laki harus dapat bersekolah ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi (75%), sedangkan untuk makna anak perempuan,
responden setuju bahwa anak perempuan dapat membantu pekerjaan rumah
tangga (73.3%) dan dapat memberikan kebahagian, keceriaan dan pemerhati
dalam rumah tangga (71.7%). Pandangan terhadap pendidikan anak laki-laki dan
perempuan tidak jauh berbeda. Setiap keluarga setuju anak laki-laki dan
perempuan bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik untuk masa

depannya.Namun, keadaan ekonomi yang membuat anak-anak berhenti sekolah
dan memutuskan untuk bekerja. Makna anak laki-laki, makna anak perempuan,
makna pendidikan anak laki-laki serta makna pendidikan anak perempuan
merupakan bagian dari makna nilai gender. Sebaran keluarga berdasarkan nilainilai gender dapat dilihat pada Tabel 8 dan untuk hasil selengkapnya tersaji dalam
Lampiran 4.
Tabel 8 Sebaran berdasarkan nilai-nilai keluarga (nilai gender)
No

TS
(1)
n %

Pernyataan

Makna Anak Laki-Laki
Pelindung bagi saudara perempuan dan keluarga di masa
1
depan
15 25
2 Tulang punggung keluarga
17 28.3
3 Calon pencari nafkah utama
14 23.3
Anak yang harus bertanggung jawab, tegas dan calon
4
pemimpin/imam
14 23.3
Anak yang harus bersekolah sampai ke jenjang yang lebih
5
tinggi
17 28.3
6 Anak yang bisa bekerja ke luar daerah atau merantau
14 23.3
Makna Anak Perempuan
7 Dapat membantu pekerjaan rumah tangga
15 25
8 Tidak diperbolehkan pulang larut malam
9
15
9 Anak yang manja dan lemah lembut
11 18.3
Lebih dalam memberikan kontribusi dalam ekonomi
10
keluarga
20 33.3
11 Anak yang lebih diperhatikan dalam pergaulannya
9
15
Memberikan kebahagiaan, keceriaan dan pemerhati dalam
12
rumah tangga
9
15
Makna Pendidikan Anak Laki-Laki
13 Bekal di masa depan untuk mencapai kesuksesan
14 23.3
14 Untuk mencari pekerjaan yang layak
14 23.3
Laki-laki akan menjadi pencari nafkah utama dalam
15
keluarganya
14 23.3
16 Tidak begitu penting, yang penting adalah bekerja
14 23.3
Makna Pendidikan Anak Perempuan
17 Bekal di masa depan dalam mencapai kesuksesan
12 20
18 Bermanfaat untuk mencari pekerjaan
12 20
Tidak perlu bersekolah terlalu tinggi karena nantinya akan
19
mengurus anak, suami dan rumah tangga
15 25
20 Investasi dalam memperbaiki kehidupan keluarga
13 21.7
Keterangan: TS=Tidak Setuju; KS=Kurang Setuju; S=Setuju

KS
(2)
n
%

S
(3)
n %

0
2
1

0
3.3
1.7

45 75
41 68.4
45 75

0

0

46 76.7

26 43.4 17 28.3
4 6.7 42 70
1 1.7 44 73.3
5 8.3 46 76.7
13 21.7 36 60
22 36.7 18 30
13 21.7 38 63.3
8

13.3 43 71.7

4
1

6.7
1.7

42
45

70
75

0
0
46 76.7
20 33.3 26 43.3
6
9

10
15

42
39

70
65

19 31.7 26 43.3
23 38.3 24 40

Komitmen
Komitmen merupakan keyakinan yang dipegang kuat oleh individu.
Komitmen sangat diperlukan di dalam membangun sebuah keluarga. Salah
satunya adalah komitmen terhadap nilai-nilai keluarga yang dianut dalam keluarga
tersebut. Menurut Lestari 2012, keluarga yang memiliki komitmen dapat meraih
suatu keberhasilan dan terdapat suatu kesetiaan terhadap keluarga dan kehidupan
keluarga menjadi prioritas. Selain itu, pada saat yang sama komitmen anggota
keluarga pada keluarga seperti sebuah kesatuan atau merasa satu tim. Ketika

tekanan-tekanan dari luar mengancam keluarga, anggota-anggota keluarga
bertindak dan mau berkorban jika diperlukan untuk mempertahankan
kesejahteraan keluarga (Stinnett 1986 dalam Siregar 2000). Hasil pene

Dokumen yang terkait

Nilai Anak Perempuan Dalam Ekonomi Keluarga Suku Nias (Suatu analisis gender di Desa Sisobambowo, Kecamatan Mandrehe, Kabupaten Nias)

1 38 129

Pengaruh Tingkat Ekonomi Keluarga Terhadap Kenakalan Dan Kejahatan Anak Dintinjau Dari Aspek Hukum Perlindungan Anak (Studi di Pusat Kajian Perlindungan Anak)

1 60 104

EFEKTIVITAS NILAI NILAI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN KELUARGA ETNIS TIONG HOA DI KOTA SEMARANG (Studi Kasus Pada Keluarga Ibu Yenni dan Bapak Wiyanto)

0 7 23

Nilai-nilai Keluarga, Kecerdasan Emosional (EQ) Anak, dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Kasus di SDN Kotamadya Bogor)

0 9 107

Analisis Strategi Koping, Potensi Perdagangan Manusia, dan Kesejahteraan Keluarga (Kasus di Kabupaten Cianjur)

0 6 61

POLA INTEGRASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HABITUASI DI SEKOLAH UNTUK MEMBANGUN KARAKTER SISWA: Studi Kasus Pada Madrasah Tsanawiyyah Negeri Sawahgede Cianjur.

0 0 68

MODEL PENDIDIKAN NILAI SOSIAL BUDAYA DALAM KELUARGA DAN LINGKUNGAN MANUSIA BAJO DI BAJOE.

0 10 90

STRATEGI KELUARGA DALAM MENERAPKAN NILAI

0 0 15

PENANAMAN NILAI-NILAI MORAL DALAM KELUARGA BEDA AGAMA( Studi Kasus pada Tiga Keluarga Islam dan Kristen di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang)

0 0 103

BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI KEISLAMAN KEPADA REMAJA DI DESA TANJUNG AMAN A. Komunikasi Keluarga Dalam Menanamkan Nilai-nilai Keislaman Kepada Remaja - KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI KE

0 0 13