Dede Rusliansyah, 2015 KONSEP PENATAAN RUANG SITU BAGENDIT SEBAGAI KAWASAN WISATA ALAM DENGAN FUNGSI
LINDUNG DI KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
126
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai pemilik kewenangan terhadap lahan kawasan Situ Bagendit di bawah pengelolaan Dinas PSDA cukup kesulitan
menjalankan fungsi lindung yang ditopang oleh kawasan Situ Bagendit setelah Pemda Kabupaten Garut memanfaatkan kawasan Situ Bagendit sebagai salah satu
daya tarik wisata alam di Kabupaten Garut. Sebagaimana kita tahu bahwa kawasan ini merupakan kawasan perlindungan setempat sesuai dengan Perda
Jawa Barat No. 1 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelestarian dan Pengendalian Pemanfaatan Kawasan Lindung. Maksud serta tujuan daripada kawasan
perlindungan setempat bagi kawasan Situ Bagendit sesuai dengan Perda Jabar No. 2 Tahun 2006 adalah melindungi kawasan Situ Bagendit dari kegiatan budidaya
yang dapat mengganggu kelestarian fungsi Situ Bagendit itu sendiri, terutama daerah sekitarnya sempadan.
Kondisi fisik kawasan Situ Bagendit cukup mendukung dalam pengembangan ruang wisata berbasis pada fungsi perlindungan kawasan. Situ
Bagendit terairi dari Sungai Cimanuk. Luas semula adalah 124 ha, namun setelah beberapa hektar berubah menjadi lahan pertanian sawah, luas eksisting tergenang
saat ini adalah 87,57 ha. Kedalaman air rata-rata saat ini 2,20 m dengan kedalaman sedimen rata-rata eksisting 3,20 m dan volume tampung air eksisting
Situ Bagendit berada pada 1.751.408 m
3
. Kawasan Situ Bagendit berada pada ketinggian 700 mdpl dengan dominasi kemiringan lahan berada pada 0-15 yang
termasuk pada kategori lahan datar hingga landai. Beberapa bagian kawasan Situ Bagendit berbatasan langsung dengan lahan pertanian sawah, sehingga jenis tanah
di kawasan ini didominasi dua jenis tanah, yaitu tanah andosol dan aluvial. Sedangkan penggunaan lahan kawasan Situ Bagendit dengan total luas 124 ha
secara umum terbagi menjadi tiga kelompok wilayah penggunaan, yaitu areal badan air Situ Bagendit, areal sempadan Situ Bagendit, serta areal sempadan yang
Dede Rusliansyah, 2015 KONSEP PENATAAN RUANG SITU BAGENDIT SEBAGAI KAWASAN WISATA ALAM DENGAN FUNGSI
LINDUNG DI KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berubah menjadi lahan pertanian sawah. Luas badan air eksisting seluas 87,57 ha dengan pemanfaatan penggunaan lahan wilayah daratan seluas 36,43 ha.
Dede Rusliansyah, 2015 KONSEP PENATAAN RUANG SITU BAGENDIT SEBAGAI KAWASAN WISATA ALAM DENGAN FUNGSI
LINDUNG DI KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Potensi penataan ruang wisata Situ Bagendit dikelompokkan menjadi tiga kelompok faktor potensi, yaitu potensi kondisi topografi, potensi penggunaan
lahan, serta potensi kondisi hidrografi Situ Bagendit. Kondisi topografi kawasan Situ Bagendit berada pada kemiringan lahan 0-15 berada pada kategori lahan
datar hingga landai. Kondisi ini memberikan potensi pengembangan Situ Bagendit menjadi kawasan wisata alam tirta yang aman daripada potensi kebencanaan
kawasan, seperti lahan longsor maupun bencana banjir. Selain itu, kondisi lahan yang datar akan lebih memudahkan perencanaan dan pengembangan ruang wisata
untuk fasilitas, amenitas, aksesibilitas, dan yang lainnya. Dari sisi faktor penggunaan lahan, selain potensi pengembangan amenitas
wisata juga pengembangan ruang terbuka hijau RTH di areal kawasan yang akan diproyeksikan sebagai wilayah fungsi lindung kawasan. Areal RTH ini selain
akan berfungsi sebagai fungsi lindung kawasan juga dapat menjadi salah satu daya tarik alami kawasan Situ Bagendit. Sedangkan potensi hidrografi kawasan
Situ Bagendit sebagai daya tarik utama pengembangan wisata tirta, seperti ber- rakit atau bersepeda air mengelilingi kawasan badan air situ.
Kendati demikian, penataan ruang wisata Situ Bagendit terkendala pula terutama dengan kondisi penggunaan lahan dan permasalahan pada areal badan air
Situ Bagendit. Kendala penggunaan lahan diantaranya persebaran warung-warung semi permanen yang semakin tidak terkendali, padatnya pemukiman penduduk di
sekitar kawasan Situ Bagendit, serta pengambilalihan beberapa hektar kawasan menjadi lahan pertanian sawah oleh penduduk sekitar. Sedangkan kendala
penataan pada areal badan air Situ Bagendit adalah terbatasnya ruang wisata akibat tertutupnya hampir sebagian badan air situ dengan vegetasi eceng gondok
dan vegetasi teratai air. Konsep penataan ruang ini merupakan kombinasi daripada konsep-konsep
kesesuaian fisik dalam pengembangan kawasan wisata dengan arahan regulasi terkait dalam upaya penataan ruang Situ Bagendit sebagai kawasan lindung yang
dimanfaatkan sebagai kawasan wisata. Penataan ruang Situ Bagendit ini akan lebih cocok menggunakan konsep kesesuaian lahan untuk rekreasi ekstensif
Dede Rusliansyah, 2015 KONSEP PENATAAN RUANG SITU BAGENDIT SEBAGAI KAWASAN WISATA ALAM DENGAN FUNGSI
LINDUNG DI KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
extensive recreation zone. Kawasan rekreasi ekstensif merupakan area yang memungkinkan dibangun obyek wisata dengan tujuan tertentu. Rekreasi yang bisa
Dede Rusliansyah, 2015 KONSEP PENATAAN RUANG SITU BAGENDIT SEBAGAI KAWASAN WISATA ALAM DENGAN FUNGSI
LINDUNG DI KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilakukan di area ini berupa rekreasi pasif, adventure, minat khusus, forest camp dan tracking. Sarana dan prasarana yang terdapat di kawasan ini biasanya bersifat