Retna Intania, 2014 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pengolahan data mengenai peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menganyam
berdampak positif terhadap anak kelompok B di TK Plus Al-Ihsan Jl. Ibrahim Singadilaga No.38 Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta. Yaitu pada
aspek kegiatan menggunkan pensil, menggunting, menggambar, dan menganyam, maka dapat disimpulkan bahwa, kegiatan menganyam berpengaruh terhadap
peningkatan motorik halus anak kelompok B di TK Plus Al-Ihsan. Hal ini didasarkan pada :
1. Kondisi kemampuan motorik halus anak di kelompok B TK Plus AL-Ihsan
sebelum diberi tindakan atau pra-siklus menunjukkan bahwa, secara umum kemampuan anak pada kategori Baik B sebesar 22,62, kategori
Cukup C sebesar 47,62 dan kategori Kurang K sebesar 29,76. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perkembangan motorik halus masih
belum terstimulus. Pemilihan pembelajaran motorik halus di TK Plus Al- Ihsan seputar memegang pensil, menggunting, menggambar dan
menganyam. Penggunaan alat pembelajaran masih terbatas, sehingga kurang terstimulus kemampuan motorik halus anak.
2. Pelaksanaan kegiatan menganyam adalah sebagai salah satu solusi untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak, kegiatannya adalah dengan menggunakan menganyam. Pembelajaran ini belum pernah anak dilakukan
di sekolah sehingga anak terlihat antusias dalam mengikuti kegiatan ini Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan dua siklus, setiap siklus terdiri
dari dua tindakan, indikator yang dipakai saat siklus I dan siklus II tidak sama, yang membedakannya adalah tingkat kesulitan dalam kegiatan
menganyamnya. Pada kegiatan menganyam ini memberikan dampak positif terhadap proses pembelajaran dan anak diberikan kebebasan untuk
Retna Intania, 2014 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
berekspresi sehingga anak dapat menuangkan ide dan gagasannya. Kegiatan menganyam ini memiliki manfaat untuk pengembangan motorik
antara lain: memberikan stimulus yang berupa rangsangan kepada anak untuk mengaktifkan dalam pengungkapan perasaannya melatih koordinasi
antara tangan, otak dan telinga dan kepekaaan pada sejarah. 3.
Peningkatan motorik halus anak di TK Plus Al-Ihsan setelah diterapkan kegiatan menganyam dapat dilakukan dengan baik dan mengalami
peningkatan. Peningkatan dapat dilihat dari indikator-indikator yang motorik halus yang ada, antara lain : meniru bentuk anak dapat meniru
membuat garis tegak dan anak dapat meniru membuat garis datar; menggunting anak dapat menggunting mengikuti garis lurus dan anak
dapat menggunting mengikuti garis miring. Mengingat kemampuan motorik halus anak sangat penting, maka diperlukan kegiatan yang lebih
ditingkatkan lagi, dapat memberikan kesenangan pada anak, memupuk jiwa kreatif serta merupakan dasar bagi keterampilan yang lainnya. Hasil
kemampuan motorik halus anak di kelompok B TK Plus AL-Ihsan setelah diberi tindakan atau pasca-siklus menunjukkan bahwa, secara umum
kemampuan anak pada kategori anak sudah mampu melakukan kegiatan secara mandiri B sebesar 88,10, kategori anak masih perlu bantuan
dalam melakukan kegiatan C sebesar 9,52 dan kategori anak tidak mampu melakukan kegiatan K sebesar 0,00. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menganyam sudah terstimulus.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah melaksanakan penelitian ini,
terdapat beberapa rekomendasi yang dapat dijadikan sebagai masukan pihak- pihak yang berkaitan dengan devisi pendidikan anak usia dini. Adapun beberapa
rekomendasi ini antara lain:
Retna Intania, 2014 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menganyam
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
1. Bagi Guru
Untuk mengatasi kendala yang dirasakan guru dalam mengajarkan motorik halus anak, maka guru hendaknya perlu dibekali pemahaman. Guru
mampu memvariasikan metode untuk mengajarkan motorik halus, namun yang perlu diingat adalah metode apapun yang akan digunakan hendaknya
disesuaikan dengan kebutuhan dan krakteristik anak. Agar anak tidak cepat bosan dan ciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak.
Pada saat pembelajaran, guru hendaknya mencoba berulang kali sebelum mengajarkan pada anak, agar langkah-langkah dalam membuat anyaman
sesuai, dan anak menguasai kegiata yang dilaksanakan, serta saat kegiatan menganyam pada anak tidak terlalu cepat untuk beralih pada tahap yang
lebih lanjut. 2.
Bagi Sekolah Sekolah seharusnya dapat memfasilitasi pembelajaran khususnya media
dan sumber belajar yang menandai untuk mendukung proses pembelajaran, agar anak dapat berkreasi dan dapat menuangkan
idegagasannya. Pada pendidikan anak usia dini sebaiknya memerlukan banyak referensi untuk penyusunan bahan ajar, sehingga membuat anak
senang belajar di sekolah dan tidak bosan. Penyediaan referensi ini dapat diperoleh dari berbagai sumber, bisa dari internet, acara televisi, buku-
buku, majalah dll. 3.
Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti yang telah dilakukan masih terbatas, sehingga banyak masalah
yang terungkap. Bagi peneliti selanjutnya dapat mengangkat permasalahan ataupu menemukan aspek yang belum terbahas tentang motorik halus
anak, akan tetapi menggunakan media dan sumber belajar yang berbeda. Menyiapkan kajian lebih lanjut yang dapat memberikan nilai tradisional
mengenai kemampuan motorik halus anak dan memberikan kontsribusi untuk meningkatkan kualitas anak usia dini menuju abad generasi muda.