Keaslian Penulisan Tinjauan Kepustakaan

D. Keaslian Penulisan

Dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama masa perkuliahan, maka diangkat sebuah masalah diatas untuk dituangkan dalam sebuah judul skripsi yaitu “Pengaturan Hukum Internasional Tentang Tanggungjawab Negara Dalam Pencemaran Udara Lintas Batas Studi Kasus : Kabut Asap Kebakaran Hutan Di Provinsi Riau Dampaknya Terhadap Malaysia-Singapura”. Penulisan skripsi ini berdasarkan atas keinginan sendiri karena melihat peristiwa yang terjadi dan sangat hangat diperbincangkan baik didalam masyarakat internasional maupun nasional. Skripsi ini adalah merupakan asli tulisan sendiri, karena terlebih dahulu judul ini didaftarkan ke bagian administrasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Departemen Hukum Internasional dan setelah diperiksa pada arsip yang ada dinyatakan bahwan belum ada tulisan dengan judul yang sama yang pernah diangkat dan dibahas oleh para pihak lain. Apabila ada materi dalam skripsi ini yang memiliki kemiripan dengan tulisan lain, itu hanya dari segi materi pembahasannya saja, karena semua isi dalam skripsi merupakan hasil dari karya Penulis yang dapat dipertanggungjawabkan.

E. Tinjauan Kepustakaan

Indonesia merupakan anggota dari organisasi internasional yang memiliki peran yang sangat penting di kawasan Asia Tenggara yang tujuan utamanya untuk membangun keamanan negara, ekonomi, sosial, politik dan hubungan diantara sesama anggotanya berjalan dengan baik khususnya dalam menghadapi masalah Universitas Sumatera Utara lingkungan hidup yang ditinjau dari pandangan internasional. Dalam skripsi ini membahas tentang permasalahan lingkungan hidup internasional yang ada kaitannya dengan negara tetangga Indonesia yaitu Malaysia dan Singapura yang juga merasakan dampak dari kebakaran hutan yang terjadi di Riau. Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara yang berdiri sejak 9 Agustus 1967 di Bangkok, sangat menjunjung tinggi perdamaian dunia, kemajuan ekonomi serta tidak kalah pentingnya dengan keseimbangan lingkungan hidup yang menjadi landasan dasar semua anggota yang ingin menjadikan lingkungan setiap negaranya bersih , asri dan hijau, serta ramah lingkungan. Salah satu acuan utama komunitas yang ingin memiliki wilayah yang hijau ini, dewasa ini telah menjadi sebuah permasalahan lingkungan yang tidak dapat dianggap sebelah mata karena banyak mengundang keprihatinan di dunia Internasional, terutama terhadap permasalahan kabut asap dari kebakaran hutan yang terjadi di Riau. Dampak dari kebakaran hutan di Indonesia tidak hanya dirasakan oleh Warga Negara Indonesia tetapi juga mengganggu lingkungan lintas batas negara seperti Malaysia dan Singapura. Terjadinya pencemaran udara lintas batas negara menjadi masalah yang sangat serius karena mengganggu kesehatan manusia, mengganggu kestabilitasan ekonomi negara, serta menimbulkan dampak-dampak ekologis karena rusaknya hutan tropis yang sangat berguna bagi kehidupan manusia dan lingkungan hidup lainnya. Bahkan karena terjadinya pencemaran udara ini yang disebabkan kabut asap dari kebakaran hutan tersebut sampai ke Malaysia dan Singapura memberikan pengaruh Universitas Sumatera Utara yang kurang baik terhadap hubungan kerjasama Indonesia dengan kedua negara tersebut. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Menurut Bambang Sunggono, penelitian adalah upaya pencarian kembali pengetahuan yang benar, bukan sekedar untuk mengamati dengan teliti terhadap suatu obyek yang mudah terpegang tangan. Penelitian untuk mencari kebernaran ada yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dan non-ilmiah. Metode ilmiah dalam menemukan kembali kebenaran dilakukan secara sistematis, objektif, rasional dan teruji. 8 Menurut Erwin Pollack, penelitian hukum adalah sebagai suatu penelitian untuk menemukan inkonkrito, yang meliputi berbagai kegiatan untuk menemukan apakah yang merupakan hukum yang layak untuk diterapkan secara inkonkrito untuk menyelesaikan perkara tertentu. Pollack memberikan pengertian penelitian hukum dengan menekankan pada aspek praktis yaitu untuk menemukan hukum yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan suatu peristiwa konkrit nyata. 9 Jenis penelitian yang diterapkan adalah memakai penelitian dengan metode penulisan dengan pendekatan yuridis normatif penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, sebagai pijakan normatif, yang berawal dari premis umum kemudian berakhir pada suatu kesimpulan khusus. Universitas Sumatera Utara Hal ini dimaksudkan untuk menemukan kebenaran-kebenaran baru dan kebenaran- kebenaran induk teoritis. Penelitian yuridis normatif menurut Ronald Dworkin disebut juga dengan penelitian doktrinal doctrinal research, yaitu suatu “penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku law as it written in the book, maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan law as it is decided by the judge through judicial process”. 10 Metode yuridis normatif digunakan dalam penelitian ini guna melakukan penelusuran terhadap norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan penyelesaian sengketa yang berlaku serta untuk memperoleh data maupun keterangan yang terdapat dalam berbagai literature di perpustakaan, jurnal hasil penelitian, situs internet, koran dan sebagainya . Apapun pengertian yang diberikan tentang penelitian hukum, yang jelas bahwa penelitian hukum itu dilakukan secara sistematis, menggunakan pola berfikir tertentu yang dilakukan terhadap hukum sebagai kaidah, ilmu pengetahuan ataupun sebagai kenyataan empiris. 2. Tehnik Pengumpulan Data Untuk memperoleh bahan-bahan dan data tersebut dilakukan studi kepustakaan Library Research. Penelitian ini menunjuk perpustakaan sebagai tempat dilakukannya penelitian. Pengumpulan data ini bersumber dari kepustakaan yang menggunakan buku-buku, majalah dan peraturan perundang-undangan baik nasional Universitas Sumatera Utara maupun internasional mengenai pencemaran udara yang menimbulkan polusi udara. Tujuan dari studi kepustakaan untuk memperoleh bahan hukum primer, bahan hukum sekunder serta bahan hukum tertier. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang dapat berupa peraturan- peraturan yang terdapat dalam perjanjian atau konvensi internasional maupun yang terdapat dalam hukum nasional seperti Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang berupa karya ilmiah berupa buku-buku, laporan penelitian, jurnal ilmiah dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa bahan hukum ini yang memberikan penjelasan lebih luas mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum tertier yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif dan sebagainya. 3. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan memakai cara penelitian deskriptif analisis yaitu melakukan pendekatan secara kualitatif terhadap data sekunder. Metode ini meliputi isi dan struktur hukum positif, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk menentukan isi atau makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan yang menjadi obyek kajian. Universitas Sumatera Utara Sedangkan penarikan kesimpulan terhadap data yang berhasil dikumpulkan dilakukan dengan mempergunakan metode penarikan kesimpulan secara deduktif maupun secara induktif, sehingga akan dapat diperoleh jawaban terhadap permasalahan-permasalahan yang telah disusun. G. Sistematika Penulisan Dalam sistematika penulisan ini, penulis hanya menjabarkan secara singkat mengenai isi dari skripsi ini untuk memudahkan pemahaman materi skripsi ini. Penulis membagi skripsi ini dalam 5 lima bab yang berhubungan erat satu sama lain, dengan perincian sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Dalam BAB I dijabarkan tentang hal yang menjadi latar-belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II Asas Tanggungjawab Negara menurut Hukum Internasional Dalam BAB II membahas mengenai pengertian pencemaran kabut asap, pencemaran lintas batas, factor-faktor yang mempengaruhi kebakaran hutan di kawasan Riau, dan dampak yang ditimbulkan dari kebakaran hutan di Riau terhadap Malaysia-Singapura serta asas tanggungjawab negara menurut Hukum Internasional. Universitas Sumatera Utara BAB III Pengaturan Tentang Pencemaran Kabut Asap Sebagai Penyebab Pencemaran Udara Lintas Batas Menurut Hukum Internasional Dalam BAB III membahas mengenai pengaturan tentang pencemaran kabut asap dan kebakaran hutan di Indonesia, tanggungjawab negara yang menimbulkan kabut asap dan pengaturan yang berkaitan dengan pencemaran kabut asap dalam lingkungan hidup lingkungan Internasional. BAB IV Peran Indonesia Atas Kebakaran Hutan yang Menimbulkan dampak Lintas Batas di Malaysia-Singapura Menurut Hukum Internasional Dalam BAB IV ini membahas tentang langkah dan kebijakan Indonesia mengatasi masalah kebakaran hutan dank abut asap, kerjasama Indonesia dengan ASEAN dan negara lain dalam mengatasi kebakaran hutan dank abut asap di Riau dan peran Indonesia dalam menghadapi kabut asap akibat kebakaran hutan di Riau. BAB V Penutup BAB V berisi kesimpulan dan saran-saran tentang penanggulangan polusi lintas batas yang disebabkan oleh kebakaran hutan agar tidak merusak lingkungan hidup. Universitas Sumatera Utara BAB II ASAS TANGGUNGJAWAB NEGARA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL A. Pengertian Pencemaran Menurut Hukum Nasional Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga negara Indonesia maupun masyarakat Internasional. Oleh karena itu, negara, pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup dapat tetap menjadi sumber dan penunjang bagi seluruh manusia serta mahkluk hidup lainnya. Lingkungan hidup adalah adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. 11 Perlunya pelestarian fungsi lingkungan hidup yang merupakan rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup agar tidak terjadinya ketidakseimbangan yang dapat menyebabkan pencemaran baik secara sengaja oleh orang-orang yang memiliki kepentingan pribadi maupun tidak sengaja karena berkurangnya daya dukung alam, serta pencemaran yang terjadi baik di air maupun terkhususnya pencemaran di udara. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, danatau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Universitas Sumatera Utara Pencemaran lingkungan yang terjadi merupakan peristiwa masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi danatau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. 12 Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas perubahan sidat fisik, kimia, danatau hayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang oleh lingkungan hidup untuk dapat tetap melestarikan fungsinya. Sementara itu, yang dimaksud dengan polutan adalah bahan pencemar lingkungan, dapat berupa bahan kimia, debu, panas, suara, radiasi dan mikroorganisme. Tingkat pencemaran saat ini terasa semakin memperihatinkan. Kondisi lingkungan seperti yang sudah tidak terjaga lagi dan hal ini sangat mengancam keberadaan makhluk di permukaan bumi. Berikut adalah jenis pencemaran berdasarkan objek lingkungan tempat tersebarnya polutan-polutan yang dapat dibagi menjadi tiga jenis pencemaran, yaitu: 13 1. Pencemaran Tanah 2. Pencemaran Udara 3. Pencemaran Air Masalah pencemaran menjadi masalah yang banyak diperbincangkan oleh kalangan masyarakat di seluruh permukaan bumi ini. Oleh karena itu, masalah pencemaran ini sangat memerlukan perhatian khusus dengan penanganan yang sangat serius oleh semua pihak untuk memperbaiki, menanggulangi akibat buruk yang terjadi karena pencemaran, serta cara untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan yang belum terkontaminasi oleh polutan. Universitas Sumatera Utara Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebaban kerugian terhadap makhluk hidup, suatu zat disebut polutan apabila: 14 1. Jumlahnya melebihi jumlah normal 2. Berada pada waktu yang tidak tepat 3. Berada pada tempat yang tidak tepat Sedangkan sifat polutan adalah: 15 1. Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak merusak lagi 2. Merusak dalam jangka waktu lama, contohnya ada suatu zat yang tidak merusak bila konsentrasinya rencah namun apabila dalam jangka waktu yang lama akan dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang merusak. Pencemaran yang terjadi sangat memberikan dampak perubahan terhadap lingkungan yang menyebabkan tidak seimbangnya struktur maupun fungsi dari lingkungan yang terganggu oleh karena perbuatan manusia atau juga karena proses alam. Dewasa kini, hampir seluruh aktivitas manusia untuk memenuhi kehidupan sehari-hari baik secara biologis maupun teknologi yang memberikan dampak buruk terhadap pencemaran lingkungan. Kerusakan lingkungan hidup yang terjadi akibat pencemaran merupakan kerusakan yang memberikan perubahan baik secara langsung danatau tidak langsung terhadap sifat fisik; kimia, danatau hayati lingkungan hidup yang melampaui criteria baku kerusakan lingkungan hidup. Berubahnya iklim dapat dijadikan sebagai contoh akibat dari pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan Universitas Sumatera Utara komposisi atmosfir secara global dan selain itu juga berupa perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan. Perubahan iklim dapat terjadi masa kini paling banyak dipengaruhi oleh pencemaran udara yang membuat lapisan perut bumi semakin menipis. Dalam hal ini, akan di bahas lebih mendalam mengenai pencemaran udara karena seperti dalam tema awalnya “Kebakaran Hutan yang menyebabkan Pencemaran Udara Lintas Batas”. Pencemaran udara dapat terjadi karena banyak hal baik itu disengaja danatau tidak disengaja oleh akibat manusia maupun seleksi alam yang terjadi. Pencemaran udara yang disebabkan oleh kebakaran hutan menghasilkan kabut asap, debu serta gas yang memberikan dampak yang tidak baik pada lingkungan hidup, khususnya untuk manusia. Hal ini dapat dinyatakan karena pencemaran udara merupakan masuknya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfer yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum menurunkan kualitas kehidupan. Menurut World Health Organization WHO, tingkat pencemaran didasarkan pada kadar zat pencemar dan waktu lamanya kontrak. Tingkat pencemaran dibedakan menjadi tiga, yaitu: 16 1. Pencemaran yang mulai mengakibatkan iritasi gangguan ringan pada panca indra dan tubuh serta telah menimbulkan kerusakan pada ekosistem lain. Misalnya gas buangan kendaraan bermotor yang menyebabkan mata perih. Universitas Sumatera Utara 2. Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh yang menyebabkan sakit yang kronis. Misalnya pencemaran Hg air raksa di Minamata Jepang yang menyebabkan kanker dan lahirnya bayi cacat. 3. Pencemaran yang kadar zat-zat pencemarnya demikian besarnya sehingga menimbulkan gangguan dan sakit atau kematian dalam lingkungan. Misalnya pencemaran nuklir. Berdasarkan terbentuknya, klasifikasi pencemar udara dapat dibedakan menjadi: 17 1. Pencemar Udara Primer Pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara 2. Pencemar Udara Sekunder Merupakan pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Contoh : Sulfur dioksida, Sulfur monoksida dan uap air akan menghasilkan asam sulfurik. Dengan mengetahui beberapa parameter yang ada pada daerahkawasan penelitian akan dapat diketahui tingkat pencemaran atau apakah lingkungan itu sudah terkena pencemaran atau belum. Parameter yang merupakan indikator terjadinya pencemaran adalah parameter kimia, parameter biokimia, parameter fisik dan parameter biologi. Universitas Sumatera Utara Pada masa kini yang dimanfaatkan sebagai parameter sebagai indikator pencemaran udara adalah makhluk hidup biologi, dikarenakan berbagai penelitian mengenai penggunaan indikator ini untuk mengetahui berbagai pencemaran dengan biaya yang jauh lebih ringan dibanding dengan pemakaian indikator fisika kimia secara umum. B. Pencemaran Lintas Batas Membahas mengenai permasalahan pencemaran serta rusaknya fungsi lingkungan yang terjadi di Indonesia tidak lagi menjadi permasalahan nasional melainkan juga menjadi permasalahan internasional karena menimbulkan pencemaran di negara-negara tetangga transboundary pollution. Selain hilangnya fungsi hutan, hasil hutan dan erosi tanah, polusi udara adalah akibat langsung dari kebakaran hutan tersebut. Pencemaran Udara Lintas Batas dapat didefinikan sebagai polusi yang berasal dari suatu negara tetap, dengan menyeberangi perbatasan melalui jalur udara yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan di negara lain. 18 Dampak dari pencemaran udara ini yang berupa kabut asap tidak hanya dirasakan oleh masyarakat Indonesia saja, namun hingga negara-negara tetangga, khususnya Malaysia dan Singapura. Sebagai permasalahan Internasional yang sudah lama terjadi, pencemaran lintas batas yang biasa juga disebutkan sebagai Transfrontier Pollution dapat dijabarkan sebagai berikut : 19 Universitas Sumatera Utara “Pollution of which the physical is wholly or in part situated within the territory of one state and which has deleterious effects in the territory of another state” Pencemar fisik yang seluruhnya atau sebagian terletak dalam wilayah suatu negara dan yang memiliki efek merusak di wilayah negara lain. Permasalahan kabut asap yang ditimbulkan dari kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia yang menyebar hingga ke negara tetangga, mengakibat pengajuan protes terhadap Indonesia atas terjadinya permasalahan ini. Protes Malaysia dan Singapura ini berdasarkan pada alasan bahwa kabut asap yang sampai ke negara mereka menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Kabut asap ini menyebabkan Infeksi Saluran Pernafasan Atas ISPA, batuk, radang dang gangguan paru-paru. Protes yang disampaikan kedua negara ini terhadap Pemerintah Indonesia yang dinilai tidak serius mengatasi kebakaran hutan yang mengakibatkan kabut asap pembawa penyakit itu, karena lambatnya penanganan pemerintah dimata Internasional. Malaysia dan Singapura mendesak agar Pemerintah Indonesia segera mengambil langkah cepat untuk menyelesaikan masalah ini. Namun Indonesia tidak langsung menyetujui permintaan kedua negara tersebut. Pemerintah Indonesia sudah menyampaikan secara resmi permintaan maaf kepada Malaysia dan Singapura yang telah disampaikan langsung oleh Presiden Republik Indonesia yaitu Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, akan tetapi kedua negara ini belum dapat menerima permintaan maaf ini dengan baik dan puas. 20 Pencemaran udara akibat kebakaran hutan bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum lingkungan internasional. Pada intinya prinsip itu mengatakan bahwa Universitas Sumatera Utara kedaulatan wilayah suatu negara tidak boleh diganggu oleh orang lain. Prinsip itu membenarkan penempatan lingkungan hidup sebagai objek kekuasaan dan hukum suatu negara, dan karenanya lingkungan hidup dalam status demikian tunduk kepada hukum nasional negara tertentu, terutama dengan ketentuan, bahwa hak demikian diimbangi kewajiban bagi setiap negara untuk memanfaatkan lingkungan hidup yang menjadi bagian wilayahnya secara tidak menimbulkan kerugian terhadap negara atau pihak lain. Salah satu prinsip yang dapat disebutkan adalah “Sic utere tuo ut alienum non laedes” yang menentukan bahwa suatu negara dilarang melakukan atau mengijinkan dilakukannya kegiatan yang dapat merugikan negara lain, dan prinsip good neighbourliness. 21 Prinsip-prinsip yang telah diuraikan secara singkat tersebut dapat dijadikan dasar untuk meminta pertanggungjawaban negara terhadap negara yang telah melakukan tindakan yang merugikan negara yang lain. Berdasarkan hukum internasional, pertanggungjawaban negara timbul ketika negara yang bersangkutan merugikan negara yang lain. Sudah lama diketahui bahwa kerugian yang dialami oleh negara lain dengan adanya permasalahan kabut asap ini, memang bukan lagi hal baru dan kejadian yang terjadi pada pertengahan tahun tercatat sebagai yang terburuk sejak 1997. Permasalahan kabut asap telah menjadi isu pelik bagi Indonesia dari masa ke masa, sikap negara terhadap permasalahan ini sepertu dua sisi mata uang. Indonesia menyatakan komitmennya, namun dilain sisi praktek-praktek di lapangan maupun pernyataan beberapa pejabat menunjukkan ketidakseriusan atau keengganan Universitas Sumatera Utara untuk menyelesaikan masalah. Sebagai bukti ketidakjelasan sikap negara terhadap penanggulangan masalah kabut asap adalah terkait Perjanjian Polusi Lintas Batas yang dibuat oleh ASEAN pada 2002. Meski ikut menandatangani hingga kini Indonesia menjadi satu-satunya negara ASEAN yang tidak kunjung meratifikasi kesepakatan itu. 22 C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebakaran Hutan di Kawasan Indonesia Kebakaran hutan dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu : 23 1. Faktor Perubahan Iklim; 2. Faktor Habitatnya; 3. Faktor Sifat Biomassa; 4. Faktor Manusia. 1. Faktor Perubahan Iklim Secara umum Indonesia memiliki musim kemarau dan musim hujan yang datangnya relatif teratur. Siklus ini kadang-kadang mengalami gangguan karena datang lebih cepat dan berakhir lebih lambat dari biasanya. Hal ini berkaitan dengan gejala Gejala El Nino – Southern Oscillation atau ENSO yang datang secara tidak beraturan dengan intensitas yang tidak sama pula. Kemampuan meramalkan secara tepat datangnya El Nino ini merupakan salah satu cara mengurangi atau menghindari dampak negatifnya. Misalnya, musim kemarau yang berkepanjangan membuat air sungai menurun sangat drastis, lahan-lahan Universitas Sumatera Utara kekeringan, pepohonan dan tumbuhan lainnya malah ada yang mati sebelum ada api yang melahapnya. 2. Faktor Habitatnya Keanekaragaman jenis habitat yang sebenarnya sangat tidak teratur, mempengaruhi tingkat kemudahankesulitan habitat itu dalam menghentikan atau membiarkan meluasnya penyebaran api. Ada jenis hutan yang sudah mati kekeringan sebelum terbakar. Jenis hutan seperti ini jelas akan menghambat meluasnya kebakaran hutan. Ada juga jenis hutan yang mudah terbakar dikarenakan kandungan bahan organiknya. Lahan gambut yang kering karena kemarau menjadi sangat mudah terbakar. Juga jenis hutan yang mengandung lapisan batu bara yang menonjol ke permukaan tanah, seperti yang terdapat di Kalimantan Timur, akan sangat mudah terbakar. Di kedua jenis hutan yang mengandung bahan organik ini api bisa menjalar dipermukaan tanah. Kalu di lahan gambut api bisa dipadamkan oleh hujan lebat yang turun terus menerus dalam kurun waktu tertentu, api di lapisan batubara lebih bersifat permanen yang tidak mampu dimatikan oleh hujan. 3. Faktor Sifat Biomassa Ada jenis tumbuhan yang tahan api dan ada pula yang mempermudah pembakaran karena kandungan rasindamarnya. Sebaran dari jenis-jenis ini ada yang mengelompokkan dan ada yang tidak, sehingga ada tegakan hutan yang terbakar habis dan ada yang relatif masih utuh meskipun api telah menghanguskan serasah serta jenis yang tidak tahan kebakaran. Universitas Sumatera Utara 4. Faktor Manusia Pada masyarakat tradisional, seperti di pedalaman Kalimantan, api merupakan alat utama dalam pembukaan areal pertanian mereka. Melalui pengalaman yang diteruskan secara turun temurun, proses penebasan, pengeringan dan pembakaran biomassa dilakukan sedemikian rupa sehingga areal yang ditebas sudah habis terbakar pada saat musim hujan datang. Hal ini tidak saja membuat hujan itu menjadi efektif dalam mendukung pertumbuhan tanaman, tetapi juga efektif dalam menghentikan kemungkinan kebakaran yang tidak terkendali. Pengendalian kebakaran juga dilakukan dengan membuat petak-petak perladangan yang relatif kecil 1-2Ha yang tersebar sendiri-sendiri didalam kawasan hutan primer atau hutan sekunder yang sudah tua. Kejadian kebakaran hutan yang rutin dan terus meluas di Indonesia belakangan ini paling tidak dipengaruhi oleh dua hal penting. Pertama, yaitu Indonesia mempunyai deposit batubara yang berlebihan hampir setiap hutan tropis di Nusantara ini, yang akan dengan mudah memunculkan titik-titik api baru setiap tahunnya. Kedua, tingkah laku masyarakat peladang yang terbiasa dengan metode membakar lahan terlebih dahulu dalam rangka membuka lahan baru dan meningkatkan kesuburan tanah. 24 Dalam kondisi seperti inilah dapat dilihat bahwa keberadaan dari sebuh koorporasi dengan motif ekonomi ditengarai menjadi salah satu pemicu dominan dalam kebakaran hutan. Selain itu apabila kondisi alam yang memungkinkan terjadinya penyalaan api serta penyebaran bahan-bahan yang berpotensial dapat terbakar, dari hal ini dapat membedakan tiga tipe kebakaran hutan, yaitu: 25 Universitas Sumatera Utara 1. Kebakaran Permukaan Surface Fire Kebakaran permukaan membakar bahan-bahan yang tersebar pada permukaan lantai hutan, misalnya serasah, cabang dan ranting mati yang gugur dan tumbuhan bawah. Dengan keberadaan O 2 air sangat melimpah, terlebih dibantu adanya angin, kebakaran permukaan bergerak relatif cepat sehingga tidak membakar semua bahan yang ada terutama humus. 2. Kebakaran Dalam Tanah Ground Fire Kebakaran dalam tanah terjadi pada jenis tanah yang mempunyai lapisan bahan organik tebal, misalnya gambut. Bahan bakar berupa tumpukan bahan organik yang tebal ini pada musim kemarau dapat menurun kadar airnya sehingga mudah terbakar bila ada api. Kebakaran yang terjadi tidak disertai adanya nyala api, sehingga yang tampak hanya asap mengepul pada permukaan lapisan gambut. 3. Kebakaran Tajuk Crown Fire Kebakaran dapat terjadi pada lantai hutan dengan lapisan tumbuhan bawah yang tebal dan kering. Seringkali ditambah banyaknya sisa kayu penebangan atau bahan mati lainnya. Kebakaran hutan ini akan sangat dengan cepat membakar bagian-bagian atas hutan, yang mengakibatkan kebakaran tajuk. Kebakaran hutan bukan merupakan hal yang jarang terjadi di Indonesia. Asap dari api yang dinyalakan manusia untuk membuka lahan di Kalimantan dan Sumatera, Universitas Sumatera Utara khususnya Riau dapat menyebabkan tingkat polusi di Malaysia dan Singapura meningkat, menyebabkan munculnya masalah kesehatan yang berkaitan dengan asap, kecelakaan lalu lintas dan biaya ekonomi yang menyertainya. Negara- negara tetangga pun kembali menuntut adanya solusi yang cepat untuk menanggulangi kabut asap tersebut, akan tetapi tetap saja kebakaran hutan yang menimbulkan kabut asap di negara tetangga tetap berlangsung hingga datangnya musim hujan. Beberapa tahun belakangan ini terjadinya kebakaran hutan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin memburuk terutama disaat kondisi hutan sangat kering pada musim kemarau yang membuat menjadi sangat mudah terbakar. Penyebab kebakaran hutan banyak dispekulasikan karena bisa terjadi karena proses alam maupun akibat perbuatan manusia. Penyebab berkurangnya hutan di Indonesia sejalan dengan seringnya terjadi kebakaran hutan di Indonesia yang setiap tahunnya selalu menjadi masalah untuk Indonesia maupun permasalahan di mata Internasional. Kebanyakan penggundulan hutan merupakan pekerjaan yang dilakukan manusia yang menebang pepohonan di hutan dan mengubah lahan hutan menjadi lahan pertanian dengan cara yang salah tanpa memikirkan dampak yang diberikan dikemudian hari, misalnya terjadinya kebakaran hutan. Setiap daerah hutan memiliki penyebab terjadinya kebakaran hutan yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya secara umum penyebab kebakaran hutan dari dijabarkan sebagai berikut: 26 1. Kegiatan Manusia a. Sengaja dibakar Universitas Sumatera Utara Akibat dari penebangan secara liar, membuka lahan dengan cara membakar yang dilakukan oleh perusahaan pemilik Hak Pengusahaan Hutan HPH dalam Hutan Tanah Industri HTI dan masyarakat pendatang yang tidak tahu cara penanganan lahan. b. Sisa Pembakaran dan Api Rokok Api berasal dari suatu pembakaran yang biasa dilakukan petani pada ladangnya yang terletak berdekatan dengan hutan, serta api dari korek api dan punting rokok orang-ranng yang lewat di dekat hutan, biasanya terjadi sepanjang jalan kaki orang atau kendaraan. c. Perladangan Berpindah Para peladang dengan sengaja menebangi pohon secara sporadic sebagai cara untuk menyiapkan lahan ladang. Pohon yang ditebangi dibiarkan sampai kering dan menjadi bahan bakar untuk membakar seluruh areal yang akan dijadikan ladang sehingga lahan diluar areal ladang yang akan dipakai ikut terbakar apabila tidak ada usaha pengendalian api. d. Reboisasi Padang Alang-Alang Melakukan persiapan jalur sekat bakar menjadi prasarana penting jika kawasan seperti ini dijumpai masyarakat peladang berpindah atau kegiatan perburuan. Perburuan illegal sering memanfaatkan api untuk menjebak satwa yang berlarian menghindari api. e. Rekrasi, Berkemah dan Pembalakan Universitas Sumatera Utara Kegiatan seperti ini sering membuat perapian untuk keperluan memasak atau acara api unggun. Pada saat meninggalkan hutan sering apinya tidak dimatikan sehingga dapat mengakibatkan kebakaran hutan. 2. Faktor Alam a. Petir, adanya pohon yang tersambar petir, pohon menjadi mati dan kering sehingga dapat dijadikan bahan bakar yang mudah terbakar. b. Aktivitas gunung berapi, Indonesia sebagai daerah khatualistiwa, memiliki daerah-daerah yang mempunyai aktivitas vulkanis yang aktif dan terbatas di sekitar puncak gunung. c. Faktor perubahan alam, Indonesia memiliki musim kemarau dan musim hujan yang datangnya relatif teratur, namun kadang mengalami gangguan karena datangnya bisa lebih cepat dan berakhir lebih lama dari biasanya. Terkait dengan hal ini adalah gejala El Nino-Southern Oscillation ENSO yang datang tidak teratur dengan intensitas yang tidak sama pula. D. Asas Tanggung Jawab Negara Menurut Hukum Internasional Menurut J.G. Starke dalam bukunya Stark’s International Law, mengemukakan definisi Hukum Internasional adalah sekumpulan hukum yang untuk sebagian besar terdiri dari azas-azas dan peraturan-peraturan tingkah laku dimana negara-negara itu sendiri merasa terikat dan menghormatinya, dan dengan demikian mereka negara- negara itu juga mencakup : 27 Universitas Sumatera Utara a. Peraturan-peraturan hukum yang berkenaan dengan berfungsinya lembaga- lembaga atau organisasi-organisasi internasional, hubungan antara organisasi internasional dengan organisasi internasional lainnya, hubungan antara organisasi internasional dengan individu; b. Peraturan-peraturan hukum tertentu yang berkenaan dengan individu- individu dan subyek-subyek hukum bukan negara non state entities sejauh hak-hak dan kewajiban individu dan subyek hukum bukan negara itu bersangkut paut dengan persoalan masyarakat internasional. Menurut Mochtar Kusumaatmadja dalam bukunya Pengantar Hukum Internasional menyatakan Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan azas-azas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara-negara hubungan internasional antar negara dengan negaram antara negara dengan subyek hukum lainnya yang bukan negara, ataupun antara subyek hukum lain bukan negara satu sama lainnya. 28 Banyak cakupan yang diatur oleh Hukum Internasional, salah satunya adalah Hukum Lingkungan Internasional. Sumber Hukum lingkungan internasional pada mulanya berkembang dalam bentuk hukum kebiasaan, traktat-traktat, keputusan- keputusan yang dibentuk oleh badan-badan arbitrasi, yang dibentuk oleh negara-negara yang bersengketa dan akan menyelesaikan persengketaan secara damai. Pada umumnya mengacu kepada prinsip hukum internasional, yaitu prinsip tanggung jawab Universitas Sumatera Utara negara state responsibility yang mewajibkan setiap negara bertanggungjawab terhadap setiap akibat tindakannya yang merugikan negara lain. 29 Orientasi penerapan prinsip tersebut bukanlah perlindungan lingkungan, melainkan perlindungan dan pemulihan hak-hak negara yang dirugikan. Terkait dengan perlindungan lingkungan, permasalahan asap dari kebakaraan hutan sebenarnya bukan hal baru, di Indonesia masalah ini terjadi hampir setiap tahun, namun hingga saat ini masih belum ada perhatian serius dari pemerintah terhadap kasus ini, terutama mengenai pencegahan terjadinya kebakaran dan pengelolaan hutan secara baik. Berdasarkan hukum internasional, suatu negara bertanggungjawab bilamana suatu perbuatan atau kelalaian yang dapat dipertautkan kepadanya melahirkan pelanggaran terhadap suatu kewajiban internasional, baik yang lahir dari suatu perjanjian internasional maupun dari sumber hukum internasional lainnya. Secara umum unsur-unsur tanggung jawab negara adalah: 30 1. Ada perbuatan atau kelalaian act or mission yang dapat dipertautkan imputable kepada suatu negara; 2. Perbuatan atau kelalaian itu merupakan suatu pelanggaran terhadap suatu kewajiban internasional, baik kewajiban itu lahir dari perjanjian maupun dari sumber hukum internasional lainnya. Pada dasarnya pencemaran udara akibat kebakaran hutan bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum lingkungan internasional, antara lain prinsip adalah “Sic tere tuo ut alienum non laedes” yang menentukan bahwa suatu negara dilarang melakukan atau mengizinkan dilakukannya kegiatan yang dapat merugikan negara lain, dan Universitas Sumatera Utara prinsip good neighbourliness. 31 Menurut prinsip ini suatu lingkungan hidup sebagai objek kekuasaan dan hukum suatu negara dan karenanya lingkungan hidup dalam status demikian tunduk kepada hukum nasional negara tertentu, terutama dengan ketentuan bahwa hak demikian diimbangi kewajiban bagi setiap negara untuk memanfaatkan lingkungan hidup yang menjadi bagian wilayahnya secara tidak meni Berdasarkan penjelasan diatas, ada dua macam teori pertanggungjawaban negara yaitu: 32 1. Teori Risiko Risk Theory yang kemudian melahirkan prinsip tanggung jawab multak absolute liability atau strict liability atau tanggung jawab objektif objective responsibility, yaitu bahwa suatu negara mutlak bertanggungjawab atas setiap kegiatan yang menimbulkan akibat yang sangat membahayakan walaupun kegiatan itu sendiri adalah kegiatan yang sah menurut hukum. Contohnya, Pasal II Liability Convention 1972 yang dinyatakan bahwa negara peluncur launching state mutlak bertanggungjawab untuk membayar kompensasi untuk kerugian dipermukaan bumi atau pada pesawat udara yang sedang dalam penerbangan yang ditimbulkan oleh benda angkasa miliknya. 2. Teori Kesalahan Fault Theory yang melahirkan prinsip tanggung jawab subjektif atau tanggungjawab atas dasar kesalahan, yaitu bahwa tanggung jawab negara atas perbuatannya baru dikatakan ada jika dapat dibuktikan adanya unsur kesalahan perbuatan itu. Universitas Sumatera Utara Kecenderungan yang berkembang akhir-akhir ini adalah makin ditinggalkannya teori kesalahan ini dalam berbagai kasus. Dengan kata lain, dalam perkembangan diberbagai lapangan hukum internasional, ada kecenderungan untuk menganut prinsip tanggung jawab mutlak. Dalam peristiwa kebakaran hutan di Indonesia yang mengakibatkan pencemaran udara di negara tetangga harus membuat Indonesia bertanggung jawab menimbulkan kerugian terhadap negara lain. atas pencemaran udara yang menyebabkan banyak kerugian. Dengan demikian berlakunya prinsip yang berkenaan adalah “Enjoying every State not to allow its territory to be used in such a way as to damage the environment of other States or of areas beyond the limits of national jurisdiction” Setiap Negara tidak membiarkan wilayahnya digunakan sedemikian rupa untuk merusak lingkungan negara lain atau kawasan di luar batas nasional yurisdiksi Negaranya. Prinsip ini pertama kalinya di atur oleh pengadilan arbitrase di dalam kasus Trail Smelter. 33 Kasus Trail Smelter bermula dari kasus pencemaran udara yang diakibatkan oleh sebuah perusahaan pupuk milik warga negara Kanada yang dioperasikan di dalam wilayah Kanada, dekat sungai Columbia, lebih kurang 10 mil menjelang perbatasan Kanada-AS. Produksi emisi perusahaan tersebut terus meningkat hingga akhirnya 300ton sulfur dioksida terbawa angin bergerak ke wilayah AS melalui lembah sungai Columbia dan menimbulkan berbagai akibat merugikan terhadap tanah, air, udara, kesehatan serta berbagai kepentingan penduduk Washington lainnya. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan prinsip ini setiap negara memiliki kedaulatan untuk mengeksploitasi sumber daya alamnya tanpa merugikan negara lain. Prinsip-prinsip internasional ini juga telah diakui dalam Mahkamah Internasional dan tersirat dalam dokumen- dokumen hukum lingkungan internasional seperti Deklarasi Stockholm 1972 dan Deklarasi Rio 1992. Pada dasarya tanggung jawab negara adalah untuk segera melakukan tindakan atas permasalahan kebakaran hutan yang merugikan orang lain dan segera melakukan perbaikan terhadap bagian mengalami kerusakan. Suatu negara dapat meminta pertanggung jawaban bagi kerugian terhadap warga negara dari negara tergugat atau hak milik mereka. Latar belakang timbulnya tanggung jawab negara dalam hukum internasional yaitu bahwa tidak ada satu negara pun yang dapat menikmati hak-hak negara lain. Seperti yang dikemukakan oleh Shaw, yang menjadi karakteristik penting adanya tanggung jawab negara ini bergantung kepada faktor-faktor dasar, yaitu: 34 1. Adanya suatu kewajiban hukum internasional yang berlaku antara kedua negara tertentu; 2. Adanya suatu perbuatan atau kelalaian yang melanggar kewajiban hukum internasional tersebut melahirkan tanggung jawab negara; 3. Adanya kerusakan atau kerugian sebagai akibat adanya tindakan yang melanggar hukum atau kelalaian. Peraturan tentang tanggung jawab negara hanya mengidentifikasikan ketika sebuah negara bisa bertanggung jawab karena melanggar kewajiban mereka dan apa Universitas Sumatera Utara konsekuensi jika ia gagal untuk memenuhi tanggung jawabnya. Permasalahan kabut asap ini menjadi masalah internasional karena kasus ini menimbulkan pencemaran di negara-negara tetangga transboundary pollution sehingga mereka mengajukan protes terhadap Indonesia atas terjadinya masalah ini. Untuk menyelesaikan persoalan pencemaran lintas batas ini sebaiknya diperhatikan ketentuan hukum internasional, khususnya hukum kebiasaan internasional. Adapun bentuk-bentuk pertanggung jawaban menurut Draft Articles Responsibility of States for Internastionally Wrongful Acts, International Law Commissions 2001, sebagai berikut : 1. Pasal 35 menyatakan bahwa, suatu negara yang bertanggung jawab untuk tindakan salah secara internasional berada di bawah kewajiban untuk membayar ganti rugi kerugian yaitu untuk membangun kembali situasi yang ada sebelum perbuatan salh dilakukan , diberikan dan sejauh bahwa restitusi. 2. Pasal 36 ayat 1 menyatakan bahwa, negara bertanggung jawab untuk tindakan salah secara internasional berada di bawah kewajiban untuk mengkompensasi kerusakan yang demikian ditimbulkan, sejauh kerusakan tersebut tidak dibuat baik dengan pemulihan. 3. Pasal 37 ayat 1 menyatakan bahwa, negara bertanggung jawab untuk tindakan salah secara internasional berada di bawah kewajiban untuk memberikan kepuasaan untuk kecelakaan yang disebabkan oleh yang bertindak sejauh yang tidak dapat dibuat baik dengan pemulihan atau kompetensi. Universitas Sumatera Utara Pada Pasal 37 ayat 2 menyatakan bahwa, Keputusan dapat terdiri dalam pengakuan atas pelanggaran, ungkapan penyesalan, permintaan maaf resmi atau modalitas lain yang sesuai. 4. Pasal 48, negara-negara selain injured states dapat mengajukan tuntutan pertanggung jawaban pada negara lain dalam dua hal : a. Kewajiban yang dilanggar dimiliki suatu kelompok negara termasuk negara yang mengajukan tuntutan tersebut, ditetapkan untuk perlindungan kepentingan kelompok tersebut; b. Kewajiban yang dilanggar dimiliki oleh seluruh masyarakat internasional keseluruhan. Berdasarkan Deklarasi Stockholm 1972 Stockholm Declaration terdiri dari pembukaan dan 26 asas dan rencana aksi action plan yang terdiri dari 109 rekomendasi. 35 Pada prinsipnya, Deklarasi Stockholm menyatakan bahwa manusia memegang tanggung jawab suci untuk melindungi dan memperbaiki lingkungan untuk generasi sekarang dan mendatang 36 dan negara-negara juga mempunyai hak berdaulat untuk mengeksploitasi sumber daya mereka sendiri sesuai dengan kebijakan lingkungan mereka sendiri dan tanggung jawab untuk memastikan bahwa aktivitas dalam yurisdiksi atau control mereka tidak menyebabkan kerusakan untuk lingkungan negara-negara lainnya atau kawasan di luar batas yurisdiksi nasional. 37 Menurut Hukum Internasional, pertanggung jawaban negara timbul dalam hal negara bersangkutan merugikan negara lain dan dibatasi hanya terhadap perbuatan yang melanggar hukum internasional. Apabila kemudian terbukti adanya pelanggaran Universitas Sumatera Utara maka diperlukan adanya upaya pemulihan yang dapat berupa satisfaction, misalnya permohonan maaf secara resmi ataupun berwujud pecuniary reparation, misalnya dengan pemberian ganti rugi material. 38 Masalah internasional mengenai perlindungan dan perbaikan lingkungan harus ditangani dalam semangat kerja sama oleh semua negara, baik besar maupun kecil masalah serta pada pijakan yang sama, hal ini dinyatakan pada Prinsip 24. Apabila dihubungkan dengan masalah kabut asap akibat kebakaran hutan yang terjadi dalam kasus kebakaran hutan di Indonesia yang mempunyai dampak lintas batas maka selain negara tersebut harus bertanggungjawab akan tetapi negara-negara lain juga ikut serta membantu menanggulangi permasalahan kebakaran hutan, karena masalah ini menjadi bersifat global. Oleh sebab itu, dengan sendirinya masalah ini juga harus ditangani secara bersama-sama dengan negara lainnya. Untuk mencapai tujuan lingkungan ini akan dituntut penerimaan tanggung jawab oleh warga negara dan masyarakat dan oleh perusahaan dan lembaga-lembaga di setiap tingkatan, semua lapisan masyarakat seperti juga organisasi-organisasi di berbagai bidang, dengan nilai- nilai mereka dan berbagai tindakannnya, akan membentuk dunia menjadi lingkungan masa depan. 39 Hal ini dinyatakan berdasarkan pada bagian ketujuh yang diproklamirkan dalam deklarasi Stockholm. Pada Prinsip 21 Deklarasi Stockholm menyatakan, negara-negara telah sesuai dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan prinsip-prinsip hukum internasional, hak berdaulat untuk mengeksploitasi sumber daya mereka sendiri sesuai dengan kebijakan lingkungan mereka sendiri, dan tanggung jawab untuk memastikan bahwa Universitas Sumatera Utara aktivitas dalam yurisdiksi atau kontrol mereka tidak menyebabkan kerusakan untuk lingkungan negara-negara lainnya atau kawasan di luar batas yurisdiksi mereka. Sepuluh tahun kemudian diselenggarakanlah KTT Bumi yang diadakan oleh Majelis Umum Persatuan Bangsa-Bangsa di Rio De Janerio tahun 1992 yang dihadiri oleh seluruh anggota PBB. KTT ini membahas tentang permasalahan lingkungan secara menyeluruh dibanding dengan konferensi-konferensi sebelumnya. Hasil dari KTT Bumi Earth Summit telah memutuskan beberapa dokumen penting, yaitu: 40 1. Deklarasi Rio 1992 mengenai Lingkungan dan Pembangunan Rio Declaration on Environment and Development; Deklarasi Rio 1992 membahas tentang Lingkungan dan Pembangunan Rio Declaration on Environment and Development serta yang menjadi dasar pembicaraan di KTT Rio adalah prinsip pembangunan yang berkelanjutan sustainable development. 41 Menurut Perdana Menteri Norwegia yang tercantum dalam buku Our Common Future menyatakan bahwa: “If it meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs” Jika memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Hal ini dinyatakan berdasarkan dari defenisi sustainable development yang diberikan oleh World Commision on Environment and Development Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan. 2. Kerangka Kerja Konvensi PBB mengenai Perubahan Iklim United Nations Convention Framework on Climate Change Universitas Sumatera Utara United Nations Convention Framework on Climate Change UNFCCC yang membahas tentang perubahan iklim adalah merupakan amandemen dari Protokol Kyoto pada Konvensi Rangka Kerja PBB. Protokol ini diratifikasi oleh negara-negara yang berkomitmen untuk mengurangi emisi atau pengeluaran karbon dioksida dan gas- gas rumah kaca lainnya serta bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan global. 42 3. Konvensi PBB mengenai Keanekaragaman Hayati United Nation Convention on Biological Diversity Pada Pasal 1 yang menyatakan bahwa, “Tujuan konvensi ini, seperti tertuang dalam ketetapan-ketetapannya, ialah konservasi keanekaragaman hayati, pemanfaatan komponen-komponennya secara berkelanjutan dan membagi keuntungan yang dihasilkan dari pendayagunaan sumber daya genetik secara adil dan merata, termasuk melalui akses yang memadai terhadap sumber daya genetik dan dengan alih teknologi yang tepat guna, dan dengan memperhatikan semua hak atas sumber-sumber daya dan teknologi itu, maupun dengan pendanaan yang memadai”. 43 Sesuai dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan azas-azas hukum internasional setiap negara mempunyai hak berdaulat untuk memanfaatkan sumber-sumber dayanya sesuai dengan kebijakan pembangunan lingkungannya sendiri, dan tanggung jawab untuk menjamin bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam yurisdiksinya atau kendalinya tidak akan menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan negara lain atau kawasan diluar Universitas Sumatera Utara batas yurisdiksi nasionalnya. Hal ini tercantum dalam Prinsip Konvensi Keanekaragaman Hayati pada Pasal ketiga. 4. Prinsip-Prinsip Kehutanan Non-Legally Binding Authoritative Statements of Principles for a Global Consensus on the Management, Conservation and Sustainable Development of all Types of Forest Menjadi pedoman bagi pengelolaan, pelestarian dan pembangunan semua jenis hutan secara berkelanjutan serta menjadi unsur mutlak bagi pembangunan ekonomi dan pelestarian segala kehidupan adalah prinsip-prinsip kehutanan. 44 3. Konvensi PBB mengenai Keanekaragaman Hayati United Nation Convention on Biological Diversity Pada Pasal 1 yang menyatakan bahwa, “Tujuan konvensi ini, seperti tertuang dalam ketetapan-ketetapannya, ialah konservasi keanekaragaman hayati, pemanfaatan komponen-komponennya secara berkelanjutan dan membagi keuntungan yang dihasilkan dari pendayagunaan sumber daya genetik secara adil dan merata, termasuk melalui akses yang memadai terhadap sumber daya genetik dan dengan alih teknologi yang tepat guna, dan dengan memperhatikan semua hak atas sumber-sumber daya dan teknologi itu, maupun dengan pendanaan yang memadai”. 43 Sesuai dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan azas-azas hukum internasional setiap negara mempunyai hak berdaulat untuk memanfaatkan sumber-sumber dayanya sesuai dengan kebijakan pembangunan lingkungannya sendiri, dan tanggung jawab untuk menjamin bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam yurisdiksinya atau kendalinya tidak Universitas Sumatera Utara akan menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan negara lain atau kawasan diluar batas yurisdiksi nasionalnya. Hal ini tercantum dalam Prinsip Konvensi Keanekaragaman Hayati pada Pasal ketiga. 4. Prinsip-Prinsip Kehutanan Non-Legally Binding Authoritative Statements of Principles for a Global Consensus on the Management, Conservation and Sustainable Development of all Types of Forest Menjadi pedoman bagi pengelolaan, pelestarian dan pembangunan semua jenis hutan secara berkelanjutan serta menjadi unsur mutlak bagi pembangunan ekonomi dan pelestarian segala kehidupan adalah prinsip-prinsip kehutanan. 44 Universitas Sumatera Utara BAB III PENGATURAN TENTANG PENCEMARAN KABUT ASAP DALAM HUKUM INTERNASIONAL A. Dampak Kebakaran Hutan Yang Bersifat Lintas Batas Yang Menimbulkan Kabut Asap di Negara Lain Kebakaran hutan, kebakaran vegetasi atau kebakaran semak adalah sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi juga dapat memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian disekitarnya. Penyebab umum termasuk petir, kecerobohan manusia dan pembakaran. Musim kemarau dan kebakaran kecil adalah penyebab utama kebakaran hutan besar. Untuk sekedar mengingat kembali penyebab terjadinya kebakaran, yaitu: 47 1. Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang; 2. Kecerobohan manusia antara lain membuang punting rokok sembarangan dan lupa mematikan api di perkemahan; 3. Aktivitas vulkanik seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung berapi; 4. Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka lahan pertanian baru dan tindakan vandalism; 5. Kebakaran di bawah tanah ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau. Universitas Sumatera Utara Adapun dampak kebakaran hutan bagi negara-negara lain adalah pencemaran udara. Pencemaran udara banyak menimbulkan masalah yang sangat mengganggu dan bahkan tidak dapat ditolerir lagi sehingga membuat negara yang sedang mengalami kebakaran hutan itu harus mengatasi masalah kebakaran hutan ini dengan serius. Berbagai dampak negatif dari kebakaran hutan yang tidak dapat ditoleransi lagi antara lain: 48 1. Dampak Terhadap Sosial, Budaya dan Ekonomi a. Hilangnya sejumlah mata pencaharian masyarakat di dan sekitar hutan Sejumlah masyarakat yang selama ini menggantungkan hidupnya dari hasil hutan tidak mampu melakukan aktivitasnya. Asap yang ditimbulkan dari kebakaran tersebut sedikit banyak mengganggu aktivitasnya yang secara otomatis juga ikut mempengaruhi penghasilannya. Setelah kebakaran usai pun dipastikan bahwa masyarakat kehilangan sejumlah areal dimana ia biasa mengambil hasil hutan tersebut seperti rotan, karet dan lain-lain. b. Terganggunya aktivitas sehari-hari Adanya gangguan asap secara otomatis juga menggangu aktivitas yang dilakukan manusia sehari-hari. Misalnya pada pagi hari sebagian orang tidak dapat melaksanakan aktivitasnya karena sulitnya sinar matahari menembus udara yang penuh dengan asap. Demikian pula terhadap banyak aktivitas yang Universitas Sumatera Utara 5. Kebakaran di bawah tanah ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau. Adapun dampak kebakaran hutan bagi negara-negara lain adalah pencemaran udara. Pencemaran udara banyak menimbulkan masalah yang sangat mengganggu dan bahkan tidak dapat ditolerir lagi sehingga membuat negara yang sedang mengalami kebakaran hutan itu harus mengatasi masalah kebakaran hutan ini dengan serius. Berbagai dampak negatif dari kebakaran hutan yang tidak dapat ditoleransi lagi antara lain: 48 2. Dampak Terhadap Sosial, Budaya dan Ekonomi c. Hilangnya sejumlah mata pencaharian masyarakat di dan sekitar hutan Sejumlah masyarakat yang selama ini menggantungkan hidupnya dari hasil hutan tidak mampu melakukan aktivitasnya. Asap yang ditimbulkan dari kebakaran tersebut sedikit banyak mengganggu aktivitasnya yang secara otomatis juga ikut mempengaruhi penghasilannya. Setelah kebakaran usai pun dipastikan bahwa masyarakat kehilangan sejumlah areal dimana ia biasa mengambil hasil hutan tersebut seperti rotan, karet dan lain-lain. d. Terganggunya aktivitas sehari-hari Adanya gangguan asap secara otomatis juga menggangu aktivitas yang dilakukan manusia sehari-hari. Misalnya pada pagi hari sebagian orang tidak Universitas Sumatera Utara dapat melaksanakan aktivitasnya karena sulitnya sinar matahari menembus udara yang penuh dengan asap. Demikian pula terhadap banyak aktivitas yang Spesies nitrat dan Oksigen organik. Merujuk pada penelitian Brauer dalm Health Impacts of Biomass Air Pollution, komponen polutan utama biomassa adalah jenis bahan gas inorganik contoh Karbon monoksida CO, Ozon, Nitrogen dioksida NO 2 , Hidrokarbon contoh Benzen dan Toluen, Aldehid contoh Akrolein dan Formaldehid, partikel contoh partikel “inhalable” PM 10, partikel respirabel, partikel halus PM 2,5, dan Polisiklik Aromatik Hidrokarbon atau PAH contoh Benzoa pyrene. Kesemuanya itu bersumber dari pembakaran tidak lengkap bahan organik, oksidasi dan hidrokarbon, kondensi pembakaran gas, pergerakan vegetasi dan fragmentasi asap. Partikulat dalam asap kebakaran hutan punya peranan penting dalam mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Partikulat berukuran kecillah yang sebenarnya paling berpotensi besar mengancam kesehatan, yaitu PM 10, PM 2,5, PM 1,0 atau Total Suspended Particulate TSP. Mengingat kebakaran hutan ini berlangsung lama, maka dapat diperkirakan betapa banyak komponen polutan utama biomassa yang dihirup oleh manusia. Secara umum, asap akibat kebakaran hutan telah meningkatkan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Atas ISPA di daerah yang tingkat pencemaran udaranya tinggi. Sebagai gambaran di Kalimantan dan Sumatera nilai ISPA rata-rata melebihi 300 padahal batas normalnya di bawah 100 sehingga dampak Universitas Sumatera Utara kesehatannya begitu terasa, terutama mereka yang rentan seperti anak-anak, para manula dan mereka yang aktif diluar ruangan. 49 Data dari Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan Departemen Kesehatan membuktikannya. Akibat adanya kabut asap, jumlah kasus ISPA di Pontianak meningkat dari 1.286 kasus pada akhir Agustus 2006 menjadi 1.928 kasus pada awal September 2006. Data yang sama juga menyebutkan bahwa di Kalimantan Timur jumlah kasus mingguan ISPA antara 1.500 kasus hingga 2.000 kasus, lebih tinggi dari kisaran normal yang banyaknya antara 1.000 kasus hingga 1.500 kasus. Beberapa Dinas Kesehatan di Sumatera dan Kalimantan juga melaporkan bahwa masyarakat di wilayahnya mulai mengalami gangguan penyakit ISPA, pneumonia dan sakit mata. e. Produktivitas menurun Pada provinsi Kalimantan Barat, asap tebal sudah mulai mengancam sektor pertanian. Tebal kabut asap dikhawatirkan yang berlangsung secara terus- menerus dapat mengganggu produktivitas tanaman padi dan jagung. Dua jenis tanaman ini paling rentan. Kalau cuaca sampai tertutup asap sehingga tanaman tidak dapat mendapat sinar matahari dalam jangka waktu lama, produksinya dapat menurun. Pada saat tanaman akan berfotosintesis tentu memerlukan sinar matahari yang cukup, karena kabut yang tebal menyebabkan sinar matahari terhambat untuk menyinari bumi sehingga produksi terhambat. 50 Universitas Sumatera Utara 2. Dampak Terhadap Ekologis dan Kerusakan Lingkungan a. Hilangnya sejumlah spesies Kebakaran bukan hanya meluluh lantakkan berjenis-jenis pohon namun juga menghancurkan berbagai jenis habitat satwa lainnya. Umumnya satwa yang ikut musnah ini akibat terperangkap oleh asap dan sulitnya jalan keluar karena api telah mengepung dari segala penjuru. Belum ada penelitian yang mendalam seberapa banyak spesies yang ikut terbakar dalam kebakaran hutan di Indonesia. b. Ancaman erosi Dampak lainnya adalah kerusakan hutan setelah terjadi kebakaran dan hilangnya margasatwa. Hutan yang terbakar berat akan sulit dipulihkan karena struktur tanahnya mengalami kerusakan. Hilangnya tumbuh-tumbuhan menyebabkan lahan terbuka, sehingga mudah tererosi, dan tidak dapat lagi menahan banjir. Karena itu setelah hutan terbakar, sering muncul bencana banjir pada musim hujan di berbagai daerah yang hutannya terbakar, sering muncul bencana banjir pada musim hujan di berbagai daerah yang hutannya terbakar. Kerugian akibat banjir tersebut juga sulit diperhitungkan. Kebakaran yang terjadi di lereng-lereng pegunungan maupun di dataran tinggi akan memusnahkan sejumlah tanaman yang juga berfungsi menahan laju tanah pada lapisan atas untuk tidak terjadi erosi. Pada saat hujan turun dan ketika run off terjadi, ketiadaan akar tanah akibat terbakar sebagai pengikat akan Universitas Sumatera Utara menyebabkan tanah ikut terbawa oleh hujan ke bawah yang pada akhirnya potensial sekali menimbulkan bukan hanya erosi tetapi juga longsor. c. Perubahan fungsi pemanfaatan dan peruntukkan lahan Hutan sebelum terbakar secara otomatis memilik banyak fungsi. Sebagai catchment area, penyaring karbondioksida maupun sebagai mata rantai dari suatu ekosistem yang lebih besar yang menjaga keseimbangan planet bumi. Ketika hutan tersebut terbakar fungsi catchment area tersebut juga hilang dan Karbondioksida tidak lagi disaring namun melayang-layang di udara. Dalam suatu ekosistem besar, panas matahari tidak dapat terserap dengan baik karena hilangnya fungsi serapan dari hutan yang telah terbakar tersebut. Hutan itu sendiri mengalami perubahan peruntukkan menjadi lahan-lahan perkebunanan dan kalaupun tidak maka ia akan menjadi padang ilalang yang akan membutuhkan waktu lama untuk kembali pada fungsinya semula. d. Penurunan kualitas air Kebakaran hutan memang tidak secara signifikan menyebabkan perubahan kualitas air. Kualitas air yang berubah ini lebih diakibatkan faktor erosi yang muncul di bagian hulu. Ketika air hujan tidak lagi memiliki penghalang dalam menahan lajunya maka ia akan membawa seluruh butir tanah yang ada di atasnya untuk masuk ke dalam sungai-sungai yang ada. Akibatnya adalah sungai menjadi sedikit keruh. Hal ini akan terus berulang apabila ada hujan di atas gunung ataupun di hulu sungai sana. e. Terganggunya ekosistem terumbu karang Universitas Sumatera Utara Terganggunya ekosistem terumbu karang lebih disebabkan faktor asap. Tebalnya asap menyebabkan matahari sulit untuk menembus dalamnya lautan. Pada akhirnya hal ini akan membuat terumbu karang dan beberapa spesies lainnya menjadi sedikit terhalang untuk melakukan fotosintesa. f. Menurunnya devisa negara Turunnya produktivitas secara otomatis mempengaruhi perekonomian mikro yang pada akhirnya turut mempengaruhi pendapatan negara. g. Sedimentasi di aliran sungai Tebalnya lumpur yang terbawa erosi akan mengalami pengendapan di bagian hilir sungai. Ancaman yang muncul adalah meluapnya sungai bersangkutan akibat erosi yang terus menerus. h. Pemanasan global Peristiwa kebakaran hutan yang terjadi akhir-akhir ini dipandang sebagai sebuah melapetaka yang tidak hanya bersifat nasional saja akan tetapi sudah bersifat regional bahkan global karena asap yang berasal dari kebakaran hutan menyebabkan terjadinya perubahan komposisi Gas Rumah Kaca di atmosfer, yaitu meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca secara global yang berakibat pada peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi, yang kemudian dikenal dengan pemanasan global. Pemanasan global ini pada akhirnya membawa dampak terjadinya perubahan iklim yang mempengaruhi kehidupan di bumi. Pemanasan global sangat erat kaitannya dengan iklim yang menjadi panas secara perlahan tapi pasti dalam jangka waktu yang cukup panjang yang akan Universitas Sumatera Utara merubah dunia umat manusia menjadi suatu daerah yang terlalu panas untuk didiami atau untuk suatu kehidupan. Dalam kaitan tersebut, terkaitlah peran serta dari suatu fenomena alam yang disebut dengan efek rumah kaca. Secara alamiah sinar matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian sinar matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi, sehingga sinar tersebut terperangkap dalam bumi. Peristiwa ini dikenal dengan Efek Rumah Kaca dan gas-gas yang berfungsi menyerap energi panas matahari itu disebut dengan Gas Rumah Kaca. Peristiwa ala mini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia, karena jika tidak ada Efek Rumah Kaca 51 maka suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih dingin. 52 Gas rumah kaca yang berfungsi sebagai perangkap energi panas matahari tersebut sebenranya muncul secara alami di lingkungan, tetapi juga dapat timbul akibat aktivitas manusia. Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Karbondioksida adalah gas terbanyak kedua yang timbul dari berbagai prose salami seperti letusan vulkanik, pernapasan hewan dan manusia yang menghirup oksigen dan menghembuskan karbondioksida dan pembakaran material organik seperti tumbuhan. Pembakaran dapat berkurang karena terserap lautan dan diserap tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis memecah Universitas Sumatera Utara karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya. Selain uap air dan karbondioksida, gas rumah kaca lainnya yaitu CH 4 metana, N 2 O nitrogen dioksida, PCFS perfluorokarbon, HFCS hidrofluorokarbon dan SF 6 sulfurheksafluorida. Sedangkan gas rumah kaca akibat aktivitas manusia antara lain kegiatan manusia antara lain kegiatan manusia yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil minyak, gas, batubara seperti pada pembangkit tenaga listrik, transportasi, kegiatan perindustrian, air conditioner, komputer, memasak. Selain itu tugas rumah kaca juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan peternakan. Ironisnya, perubahan komposisi gas rumah kaca diatmosfer lebih banyak disebabkan oleh aktivitas manusia salah satu contohnya pembakaran hutan secara luas sehingga meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca secara global yang berakibat pada peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi atau pemanasan global. Perubahan iklim yang terjadi akibat dari pemanasan global akan membawa dampak pada lingkungan dan kehidupan di bumi. Para ilmuwan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuwan telah membuat beberapa perkiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan dan tumbuhan serta kesehatan manusia. Universitas Sumatera Utara Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian utara dari belahan Bumi Utara. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di peraturan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah sub tropis, bagian yang di tutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair, musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. 53 Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10-25 cm 4-10 inchi selama abad ke-20, dan para ilmuan memprediksi peningkatan lebih lanjut 9-88 cm 4-35 inchi. Lapisan ozon merupakan tameng yang melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet yang merusak. Penipisan lapisan ozon dapat meningkatkan berbagai penyakit infeksi seperti menurunnya kekebalan tubuh, kanker kulit, katarak mata dan juga kerusakan pada lingkungan hidup. Kerusakan itu, mulai dari putusnya rantai makanan pada ekosistem akuatik di laut. Menipisnya lapisan ozon di ketahui pada pertengahan 1980-an. Penipisan lapisan ozon disebabkan oleh penggunaan bahan-bahan kimia sebagai perusak lapisan ozon dan gas karbondioksida yang dapat berasal dari hasil proses pembakaran seperti kendaraan, pabrik dan kebakaran hutan. Universitas Sumatera Utara Orang mungkin beranggapan bahwa bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Pada pihak lain, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Hewan dan tumbuhan menjadi mahkluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global hewan cenderung untuk berimigrasi kearah kutub atau keatas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Dunia yang hangat ini, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang yang terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit yang biasa ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah ke daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi mereka. Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar seperti malaria, demam dengue, demam kuning dan encephalitis. Pada dasarnya, kebakaran hutan yang secara meluas menyebabkan pemanasan global dan meningkatnya suhu bumi merupakan ancaman yang sangat serius bagi keselamatan lingkungan hidup dan kehidupan manusia. Salah satu dampak dari pemanasan global ini adalah penipisan lapisan ozon. Dimana Universitas Sumatera Utara lapisan ozon ini memiliki fungsi yang sangat penting dalam melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh matahari. Rusaknya lapisan ozon ini mengakibatkan kerusakan-kerusakan bagi kehidupan tumbuh-tumbuhan dan peternakan disamping dapat mengganggu kesehatan manusia serta dampak negatif lainnya yang sangat mengancam segala kehidupan di muka bumi ini. 3. Dampak terhadap Perhubungan dan Pariwisata Selain itu asap tebal juga mengganggu transportasi khususnya transportasi udara disamping transportasi darat, sungai, danau dan laut. Pada saat kebakaran hutan yang cukup besar banyak kasus penerbangan terpaksa ditunda atau dibatalkan. Sering sekali terdengar sebuah pesawat tidak bisa turun di satu tempat karena tebalnya asap yang melingkupi tempat tersebut. Sudah tentu hal ini akan mengganggu bisnis pariwisata karena keengganan orang untuk berada di tempat yang dipenuhi asap. Sementara pada transportasi darat, sungai, danau, dan laut terjadi beberapa kasus tabrakan atau kecelakaan yang menyebabkan hilangnya nyawa dan harta benda. Kerugian karena terganggunya kesehatan masyarakat, penundaan atau pembatalan penerbangan, dan kecelakaan transportasi di darat dan di air memang tidak bisa diperhitungkan secara tepat, tetapi dapat dipastikan cukup besar membebani masyarakat dan pelaku bisnis. Dampak kebakaran hutan Indonesia berupa asap tersebut telah melintasi batas negara terutama Singapura, Brunai Darussalam, Malaysia dan Thailand. Analisis dampak kebakaran hutan masih dalam tahap pengembangan awal, pengetahuan tentang ekosistem yang rumit belum berkembang dengan baik dan Universitas Sumatera Utara informasi berupa ambang kritis perubahan ekologis berkaitan dengan kebakaran sangat terbatas, sehingga dampak kebakaran hutan sulit diperhitungkan secara tepat. Meskipun demikian, berdasarkan perhitungan kasar yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa kebakaran hutan menimbulkan dampak yang cukup besar bagi masyarakat sekitarnya, bahkan dampak tersebut sampai ke negara tetangga. B. Tanggung Jawab Negara Yang Menimbulkan Kabut Asap Dalam beberapa tahun belakangan ini, permasalahan yang menggeluti lingkungan hidup menjadi semakin serius dan sangat meluas cakupan permasalahannya. Permasalahan lingkungan hidup ini sudah mendunia, sudah mencakup keseluruhan pelosok bumi. Menjadi pokok permasalahan dalam bagian ini adalah bagaimana penanganan terhadap pencemaran lingkungan yang bersifat lintas batas negara transboundary pollution, terkait hal ini berhubungan dengan bagaimana tanggung jawab negara terhadap permasalahan ini. Khususnya pada masa sekarang ini yang semakin dahsyatnya efek era globalisai yang mendorong banyak negara untuk maju semakin pesat demi meningkatkan kemajuan ekonomi dengan paham kapitalisme yang dimiliki sehingga berdampak kerugian yang harus diterima oleh negara lain baik yang terjadi sebagai suatu bentuk akibat secara langsung maupun tidak langsung. Indonesia merupakan negara yang setiap tahunnya mengalami permasalahan lingkungan hidup yang dampaknya sampai ke negara tetangga, untuk itu Indonesia menanggapi permasalahan lingkungan internasional ini dengan mulai mengadopsi konsep pertanggungjawaban negara state responsibility. Dengan mengadopsi konsep Universitas Sumatera Utara tersebut dapat menunjukkan menjadi bentuk pertanggungjawaban negara terhadap pencemaran yang mengakibatkan injury bagi negara lain. Berdasarkan Konferensi Lingkungan Hidup Internasional yang memuat tentang state responsibility ini terdapat dalam Pasal 21 Deklarasi Stockholm 1972, sebagai berikut: “State have, in accordance with the Charter of the United Nations and the principles of internastional law, the sovereign right to exploit their own resources pursuant to their own environmental policies, and the responsibility to ensure that activities within their jurisdiction or control do not cause damage to the environment of other States or of areas beyond the limits of national jurisdiction” Suatu negara, sesuai dengan Piagam Bangsa Bangsa dan prinsip-prinsip hukum internasional, suatu hak berdaulat untuk mengeksploitasi sumber daya mereka sendiri sesuai dengan peraturan lingkungan negara itu sendiri, dan tanggung jawab untuk memastikan bahwa aktifitas dalam yurisdiksi atau pengawasan mereka tidak menyebabkan kerusakan lingkungan negara lain atau kawasan diluar batas yuridiksi nasional. Bentuk pertanggungjawaban negara dalam ketentuan hukum internasional digunakan untuk mendeskripsikan keharusan atau kewajiban suatu negara untuk memberikan ganti kerugian berupa reparasi atau kompensasi terhadap pelanggaran kewajiban internasional. 53 Menurut ketentuan tentang state responsibility yang telah dikodifikasikan oleh Komisi Hukum Internasional, yang menyatakan bahwa segala bentuk tindakan salah wrongful act pada tingkat internasional oleh suatu negara Universitas Sumatera Utara menuntut adanya pertanggungjawaban dari negara tersebut dalam hukum internasional. 54 Dalam konteks kekinian, konsep pertanggungjawaban negara menjadi salah satu isu penting yang dibicarakan pada tingkat global pada umumnya dan regional, khususnya Asian Tenggara sekarang ini. Hal ini dilatarbelakangi dengan semakin hebatnya pencemaran udara yang terjadi di kawasan Asia Tenggara hingga ke daratan Australia yang disebabkan oleh kebakaran hebat yang melanda kawasan hutan di Indonesia. Kabut asap yang dihasilkan dari kebakaran hutan di Indonesia dari tahun ke tahun makin akrab sebagai agenda tahunan bagi negara dan hal ini disertai pula dengan dampak ekonomis dan kesehatan yang dihasilkan dari kabut asap tersebut. 55 Selain suatu bentuk pencemaran lingkungan yang bersifat transnasional, selain memberikan dampak bagi kesehatan manusia dan kelayakan ekosistem udara pada tingkat lokal dan nasional, kabut asap yang dihasilkan dari kebakaran hutan di Indonesia juga telah berdampak pada kelangsungan hidup dan kegiatan ekonomi pada sebagian negara lain dalam lingkup regional ASEAN. Selain itu dampak yang dihasilkan dari kabut asap kebakaran hutan juga memberikan efek kepada menurunnya kesehatan masyrakat sekitar terutama dampak yang mengakibatkan Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA. Suatu perjanjian yang ditandatangani oleh 10 negara peserta ASEAN pada Juni 2002 dan kemudian came into force pada 25 November 2003 adalah merupakan perjanjian yang merumuskan cara penanganan pencemaran kabut asap di Asia Universitas Sumatera Utara Tenggara dalam suatu ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution Persetujuan ASEAN tentang Pencemaran Kabut Asap Lintas Batas yang mengatur pendistribusian tanggung jawab dan penanganan pencemaran kabut asap pada kawasan regional Asia Tenggara. 56 Pada saat ini Indonesia sebagai subjek utama kebakaran hutan yang menjadi penyumbang dominan kabut asap yang dipermasalahkan dalam perjanjian tersebut, justru belum melakukan ratifikasi dengan peraturan perundang- undangan nasional hingga saat ini. Keberadaan ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution seharusnya menguntungkan Pemerintah Indonesia, sehingga tidak ada alasan untuk menunda proses ratifikasi terhadap perjanjian tersebut. Menurut beberapa ahli hukum internasional, dengan melakukan ratifikasi perjanjian tersebut Indonesia akan terbebas dari pertanggungjawaban negara yang diemban. 57 Sikap Pemerintah Indonesia yang sampai saat ini belum meratifikasi ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution Persetujuan ASEAN tentang Pencemaran Kabut Asap Lintas Batas, secara tersirat menunjukkan tidak adanya kesungguhan due diligence dari pemerintah saat ini, terlebih hal ini seakan diperkuat dengan adanya upaya legalisasi terhadap beberapa kegiatan pembakaran hutan secara liar di beberapa daerah instrument Pemerintah Daerah, sedangkan akibat dari kabut asap yang dihasilkan telah memberikan dampak kerugian materiil dan imateriil bagi negara sekitar. 58 Dalam kondisi seperti ini, konsep pertanggungjawaban negara yang mensyaratkan adanya injury bagi negara lain seakan kembali dipertanyakan dengan ketentuan dalam Principle 21 Stockholm Declaration yang memberikan kedaulatan Universitas Sumatera Utara sepenuhnya kepada negara untuk mengelola sumber daya alam mereka masing- masing, serta dengan prinsip common but differentiated responsibility yang diatur dalam Pasal 7 Rio Declaration dalam ketentuan hukum lingkungan internasional. Pada awalnya prinsip tanggung jawab negara berada dalam pelaksanaan secara internal, yaitu sejauh mana suatu entitas negara melakukan suatu kegagalan dalam memberikan fungsi kedamaian dan kesejahteraan yang layak bagi warganya. Prinsip tanggung jawab negara juga mempunyai fungsi eksternal, serta mempunyai fungsi internal, yaitu terhadap warga negara dari yang bersangkutan. Perbedaan signifikan dari bentuk pertanggungjawaban negara terhadap warga negara adalah objek dari penerapan prinsip ini yaitu melibatkan hubungan antara negara atau pemerintah yang melaksanakan fungsi negara dari negara yang bersangkutan. Di beberapa belahan dunia lain, negara mempunyai tanggung jawab untuk dapat memberikan kebebasan politik, keamanan, kesehatan, pendidikan, kesempatan kegiatan ekonomi, pelayanan yang baik, ketertiban hukum dan hak fundamental lainnya. 59 Negara penyebab timbulnya dampak lingkungan lintas batas harus segera mengadakan konsultasi dengan negara yang terkena pencemaran. Apabila hal ini dianggap tidak memuaskan, maka negara tersebut juga diharuskan memberikan suatu kompensasi terhadap kerugian material yang diperhitungkan dan juga terhadap keuntungan yang diharapkan dari suatu pengelolaan negara. 60 Semenjak kejadian pada era 1980, fenomena kebakaran hutan dan dampak kabut asap yang dikirimkan ke negara tetangga seakan-akan menjadi agenda rutin pada setiap musim kemarau melanda Indonesia. Kabut asap yang dihasilkan pun tidak hanya Universitas Sumatera Utara mengancam masyarakat pada tingkat nasional semata, melainkan telah merambah pada wilayah negara-negara tetangga dengan intensitas yang beragam dan memberikan dampak bagi kelangsungan hidup warga negara dalam wilayah yursidiksi negara lain. Dampak bagi eksistensi hutan Indonesia pun berakibat dari kebakaran hutan telah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan, pada 1997 dan 1998 World Wide for Nature WWF mencatat telah terjadi kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan yang menghanguskan lebih dari 2 juta hektar. Bahkan estimasi lain yang didapat dari penglihatan oleh satelit menunjukkan angka 3,5juta sampai dengan 7,5juta hektar dan terus meluas setiap bulannya. 61 Salah satu faktor yang mempengaruhi adanya kelemahan dari model command and control di Indonesia dalam upaya pencegahan dan penanganan kebakaran hutan di Indonesia adalah tidak adanya konsistensi dari substansi yang terdapat dalam suatu sistem hukum sebagaimana dikemukakan oleh Friedman. 62 Lemahnya penegakkan hukum terhadap pembakaran lahan dan hutan yang dilakukan oleh berbagai korporasi dalam rangka minimalisasi biaya, terlihat bahwa peran pemerintah dalam mengurangi praktek perusakan lingkungan tidak mempunyai suatu pengaruh besar bagi kalangan pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usaha yang dilakukan. Suatu prinsip pertanggungjawaban negara sebagai salah satu prinsip utama dalam hukum internasional pada intinya memuat kewajiban negara yang memberikan dampak kepada negara lain untuk melakukan suatu reparasi kepada negara yang dirugikan dan mengembalikan kondisi negara yang bersangkutan seperti semula. Keberadaan hukum lingkungan internasional sebagai salah satu cabang dari hukum Universitas Sumatera Utara internasional turut pula membawa pemberlakuan dari prinsip pertanggungjawaban negara dalam beberapa kasus hukum lingkungan internasional seperti yang dapat ditemui dalam Trial Smelter Case 1938 yang melibatkan dengan Kanada, Corfu Channel Case 1949 antara Inggris dan Albania, dan Lake Lanoux Case 1957 antara Perancis Seiring dalam perkembangan perspektif masyarakat internasional yang menganggap bahwa lingkungan hidup adalah suatu kesatuan internasional wholeness tanpa adanya batas administratif, keberadaan prinsip pertanggungjawaban negara mulai tergeser dengan prinsip Common But Differentiated Responsibility yang menekankan pada tanggung jawab secara bersama-sama yang didasari oleh suatu pertanggungjawaban hukum oleh negara tertentu. Hal ini merupakan suatu antithesis dari prinsip pertanggungjawaban negara yang berada pada ranah hukum internasional pada umumnya sehingga menafsirkan adanya suatu tanggung jawab hukum dari negara tertentu. 63 Berdasarkan contoh-contoh kasus hukum lingkungan internasional yang telah disebutkan dapat dijabarkan tentang tanggung jawab negara tersebut, antara lain : 1. Trail Smelter Case 1941 Kasus Trail Smelter 1941 , berawal dari permasalahan pencemaran udara yang diakibatkan oleh sebuah perusahaan pupuk milik warga negara Kanada yang dioperasikan di dalam wilayah Kanada, dekat sungai Columbia, lebih kurang 10 mil menjelang perbatasan Kanada-AS. Mulai tahun 1920 produksi emisi perusahaan tersebut terus meningkat. Emisi tersebut mengandung sulfur dioksida, menyebarkan bau logam dan seng yang sangat menyengat. Pada tahun 1930 jumlah emisi Universitas Sumatera Utara tersebut mencapai lebih dari 300 ton sulfur setiap hari. Emisi tersebut, karena terbawa angin, bergerak ke arah wilayah AS melalui lembah sungai Columbia dan menimbulkan berbagai akibat merugikan terhadap tanah, air dan udara, kesehatan serta berbagai kepentingan penduduk Washington lainnya. Amerika Serikat kemudian melakukan klaim terhadap Kanada dan dan Spanyol. meminta Kanada bertanggungjawab terhadap kerugian yang diderita Amerika Serikat AS. Setelah melakukan negosiasi, kedua negara sepakat untuk menyelesaikan kasus itu melalui International Joint Commission, suatu badan administrative yang dibentuk berdasarkan Boundary Waters Treaty 1907. Badan itu tidak mempunyai yurisdiksi terhadap masalah- masalah pencemaran udara dan sesungguhnya hanya mempunyai yurisdiksi terhadap sengketa-sengketa yang berkaitan perbatasan perairan. 64 2. Corfu Channel Case 1949 , kasus ini merupakan sengketa antara Albania dan Inggris yang cara pengajuannya melalui pengadilan yaitu ke Mahkamah Internasional pada tahun 1949. Peristiwanya terjadi pada tanggal 15 Mei 1946 pada saat kapal-kapal Ingrris berlayar memasuki selat Chorfu wilayah Albania. Ketika memasuki laut territorial Albania, kapal-kapal tersebut ditembaki dengan meriam-meriam yang ada di pantai Albania. Albania ketika itu sedang dalam keadaan perang dengan Yunani. Tanggal 22 Oktober 1949 sebuah kapal Inggris telah menabrak ranjau yang berada di selat tersebut kemudian menimbulkan korban jiwa. Atas kejadian tersebut Inggris kemudian Universitas Sumatera Utara melakukan pembersihan terhadap ranjau-ranjau yang ada di selat tersebut tanpa adanya izin dari pemerintah Albania. Kemudian sengketa timbul dan diajukan ke Mahkamah Internasional. Keputusan Mahkamah Internasional menyatakan bahwa Albania bertanggungjawab atas kerusakan kapal Inggris dan Inggris telah melanggar kedaulatan Albania karena tindakannya menyapu ranjau. Persoalan ini sebenarnya tidak berkaitan dengan masalah lingkungan secara langsung. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup internasional antara Inggris dan Albania didasarkan pada Prinsip 26 Deklarasi Rio 1992. Prosedur dan mekanisme mengenai penyelesaian sengketa secara umum diatur oleh Pasal 33 Piagam PBB. Pasal ini mengidentifikasikan beberapa metode atau cara diantaranya negosiasi, penyelidikan, mediasi, konsiliasi, arbitrasi, penyelesaian pengadilan, upaya badan atau aturan regional, atau pilihan para pihak. 65 3. Lake Lanoux Case 1957 Kasus Lake Lanoux Tahun 1957, kasus Lake Lanoux bermula dari rencana Perancis memanfaatkan potensi danau Lanoux untuk keperluan pendirian hydroelectric. Spanyol keberatan terhadap rencana itu, karena khawatir sungai-sungai Spanyol yang bersumber pada danau itu mengalami pencemaran akibat limbah kimia dan perubahan suhu yang dihasilkan oleh teknologi yang digunakan, yang membahayakan kekayaan hayati sungai tersebut. Atas pertimbangan tersebut, Spanyol mengajukan keberatan terhadap rencana Perancis. Dengan demikian terjadilah sengketa Universitas Sumatera Utara kepentingan antara kedua negara bersangkutan. Arbitrase yang dibentuk untuk menyelesaikan sengketa itu menggunakan asas good faith untuk menyelesaikan kasus tersebut. Arbitrase dalam keputusannya menyatakan antara lain : “according to the rule of good faith, the state is under the obligation to take into consideration the various interest involved, To seek to give them every satisfaction compatible with the pursuit of its own interest..” Bahwa negara hulu mempunyai kewajiban untuk mempertimbangkan seluruh kepentingan yang terkait dengan setiap kegiatan yang ia lakukan didalam wilayahnya. Pertimbangan itu dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan-tujuan kegiatan tersebut secara baik. Dalam persfektif prinsip good faith, setiap negara hendaknya hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan juga baik bagi dirinya. Apa yang bermanfaat dan baik bagi dirinya, hendaknya juga dirasakan sama oleh negara lain, dan apa yang dirasakan merugikan oleh negara lain hendaknya juga dirasakan merugikan oleh negara pelaku kgiatan. Dengan demikian suatu negara hendaknya tidak mengerjakan kegiatan yang hanya menguntungkan dirinya dan merugikan orang lain, atau setiap negara hendaknya mengerjakan kegiatan-kegiatan yang tidak merugikan semua pihak. Prinsip ini mengandung dua 2 makna, yang pertama, negara hulu wajib mempertimbangkan kepentingan negara hilir, yang kedua, negara hulu dalam menetapkan rencana-rencananya, atau bertindak didalam wilayahnya tidaklah perlu menunggu persetujuan-persetujuan negara hilir, Universitas Sumatera Utara namun demikian adalah wajib bagi negara hulu untuk mempertimbangkan kepentingan negara hilir, agar tindakan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian terhadap negara hilir. 66 Berbagai mekanisme penyelesaian sengketa hukum lingkungan internasional pada awal-awal perkembangan hukum lingkungan internasioal menunjukkan belum adanya suatu aturan yang mengikat dan memberikan kepastian dalam hal proses yang dilalui dalam penyelesaian sengketa hukum lingkungan internasional. Bahkan, dalam beberapa kasus besar, Majelis Arbitrase telah dijadikan salah satu alternatif utama dalam penyelesaian sengketa hukum lingkungan internasional memuat sanksi yang lebih bersifat ekonomis dan diplomatis dalam tataran internasional. Salah satu alternatif yang timbul dalam mekanisme penyelesaian hukum lingkungan internasional yang tersedia adalah pemberlakuan prinsip pertanggungjawaban negara yang diawali dari adanya claim dari negara yang mengalami kerugian yang merupakan suatu bentuk absorpsi hukum lingkungan internasional terhadap keberlakuan prinsip utama dalam hukum internasional tersebut. 67 Kesimpulan yang dapat ditarik juga dari pertanggungjawaban negara terhadap dampak kabut asap yang dirasakan negara lain adalah terjadinya pencemaran kabut asap yang diakibatkan dari kebakaran hutan di Indonesia kerap kali melanda beberapa negara ASEAN pada umumnya dan negara yang berdekatan dengan Indonesia pada khususnya yang tentu memberikan dampak yang tidak hanya mengganggu ekosistem negara sekitar, namun juga berdampak pada kegiatan usaha pada sektor riil seperti pariwisata dan transportasi udara. Kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia selama Universitas Sumatera Utara hampir 20 tahun telah dipengaruhi banyak faktor yang antara lain adalah variabel ekonomi dari korporasi besar pada bidang kelapa sawit yang membuka lahan dengan mekanisme pembakaran sebagai upaya minimalisasi biaya. Dalam tataran hukum internasional, tindakan para korporasi tersebut yang didasari oleh hak konsesi yang diberikan negara merupakan suatu bentuk tindakan negara yang diikuti dengan pertanggungjawaban. Tindakan negara tersebut pun secara tegas telah melanggar beberapa sumber hukum internasional yang berorientasi menciptakan iklim yang lebih baik. Berdasarkan kedua hal tersebut dan berdasarkan teori pertanggungjawaban negara yang terdapat pada Draft Article on Responsibility of State for Internationally Wrongful Act yang dirilis oleh International Law Comission pada akhir 2002, maka pemerintah Indonesia dapat dimintakan pertanggungjawaban atas pencemaran kabut asap yang terjadi. Sebagai suatu bentuk konsekuensi logis dari pertanggungjawaban Indonesia adalah reparasi yang wajib dilakukan oleh pemerintah Indonesia kepada negara tercemar seperti yang diharapkan dari suatu negara terhadap kegiatan ekonomi yang sedang berjalan sebagai suatu bentuk pertanggungjawaban negara pada tingkatan paling tinggi. Dalam kondisi yang terpaksa dan tidak memungkinkan adanya penggantian secara ekonomis, permintaan maaf secara diplomasi menjadi bentuk pertanggungjawaban dalam tataran terlemah. 68 Intinya, berdasarkan ketentuan hukum internasional pertanggungjawaban negara yang timbul apabila negara yang bersangkutan merugikan negara orang lain, dan dibatasi hanya terhadap perbuatan yang melanggar hukum internasional. Apabila kemudian terbukti adanya pelanggaran tersebut, maka diperlukan adanya upaya Universitas Sumatera Utara pemulihan yang dapat berupa satisfaction, misalnya permohonan maaf secara resmi, ataupun berwujud pecuniary reparation , misalnya dengan pemberian ganti rugi material. 69

C. Pengaturan Yang Berkaitan Dengan Pencemaran Kabut Asap Dalam